Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

MATERNITAS

DI

Oleh : Kelompok 2

Hasriwandi Nurafna
Irlamuddin Sitti Maryam
Indriyawan Mega Nursyaputri
Fitriani Yuyur
Agustia Inur Reza Lestari

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (Stikes) DATU KAMANRE

T.A 2017/2018
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latarb Belakang ......................................................................................
Rumusan Masalah ...................................................................................
Tujuan ......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
Factor esensial dan proses persalinan .....................................................
Menejemen Nyeri .....................................................................................
Pengkajian Janin......................................................................................
Asuhan Keperawatan Intranatal ...............................................................
BAB IV PENUTUP
Saran dan Kesimpulan .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetukan.
Shalawat dan salam kita kirimkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.
Makalah ini dibuat sebagai tugas kelompok , mata kuliah KEPERAWATAN
MATERNITAS sebagai bahan diskusi.
Kami harapkan apa yang didapat dalam makalah ini dapat memberikan informasi yang
akurat dan lengkap. Akhirnya terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pengurusan makalah ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
pembaca.

2. RUMUSAN MASALAH
a. Faktor esensial dan proses persalinan
b. Menejemen nyeri
c. Pengkajian janin
d. Asuhan keperawatan intranatal

3. TUJUAN
a. Mengetahui factor esensial dan proses persalinan
b. Mengetahui menejemen nyeri
c. Mengetahui pengkajian janin
d. Mengetahui asuhan keperawatan Intranatal
BAB II
PEMBAHASAN

A. FAKTOR – FAKTOR ESENSIAL DALAM PERSALINAN


Berikut faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan
kelahiran. Faktor-faktor ini mudah diingat yaitu : passenger (penumpang, yaitu
janin dan plasenta), passageway (jalan lahir), power (kekuatan), posisis ibu.
Empat faktor pertama disajikan pada pembahasan berikut ini sebagai dasar untuk
memahami proses fisiologis persalinan.
1. PENUMPANG (PASSEGER)
Cara penumpang (passenger) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu : ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia akan dianggap sebagai
penumpang yang menyertai janin. Namun, plasenta jarang menghambat proses
persalinan pada kelahiran normal.
a. Ukuran kepala janin
Karena ukuran dan sifatnya yang relatif kaku, kepal janin sangat
mempengaruhi proses persalinan. Tengkorak janin terdiri dari dua tulang
parietal, dua tulang temporal, satu tulang frontal, dan satu tulang oksipital.
Tulang- tulang ini disatukan oleh sutura membranosa : sagitalis, lambdoidalis
, koronalis, dan frontalis. Rongga yang berisi membran ini disebut fontanel,
terletak di tempat pertemuan sutura-sutura tersebut. Dalam persalinan,
setelah selaput ketuban pecah, pada periksa dalam fontanel dan sutura
dipalpasi untuk menentukan presentasi, posisi, dan sikap janin. Pengkajian
ukuran janin memberi informasi usia dan kesejahteraan bayi baru lahir.
b. Presentasi
Presantasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas
panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalian mencapai aterm. Tiga
presentasi janin yang utama ialah kepala (kepala lebih dahulu), sungsang
(bokong lebih dahulu), dan bahu. Bagian presentasi ialah bagian tubuh janin
yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan periksa dalam.
Faktor-faktor yang menentukan bagian presentasi janin letak janin, sikap
janin,dan ekstensi atau fleksi kepala janin.
c. Letak janin
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap
sumbu panjang (punggung) ibu. Ada dua macam letak :
1. Memanjang atau vertiak, dimana sumbu panjang janin paralel dengan
sumbu panjang ibu.
2. Melintang atau horisontal, dimana sumbu panjang janin membentuk sudut
terhadap sumbu panjang ibu
Presentasi ini tergantung pada struktur janin yang pertama memasuki
panggul ibu.
d. Sikap janin
Sikap ialah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain.
Janin mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada didalam rahim. Pada
kondisi normal punggung janin sangat fleksi , kepala fleksi kearah dada, dan
paha fleksi ke arah sendi lutut. Tangan disilangkan di depan toraks dan tali
pusat terletak di antara lengan dan tungkai.
e. Posisi janin
Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sakrum, mentum
atau dagu, sinsiput atau puncak kepala yang difleksi/menengadah), terhadap
empat kuadran panggul ibu.
2. JALAN LAHIR (PASSAGEWAY)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang yang padat, dasar
panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak ,
khususnya lapisan – lapisan otot dasar panggul, ikut menunjang keluarnya bayi,
tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus
berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena
itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
Jalan lahir dibagi atas :
a. Bagian keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul ).
Tulang panggul dibentuk oleh gabungan ilium, iskium, pubis, dan tulang –
tulang sakrum. Terhadap empat sendi panggul, yaitu simfisis pubis, sendi
sakroiliaka kiri dan kanan, dan sendi sakrokoksigeus.
Empat jenis panggul dasar dikelompokkan sebagai berikut :
1) Ginekoid (tipe wanita klasik)
2) Android (mirip pinggul pria)
3) Antropoid (mirip panggul kera antropoid)
4) Platipeloid (panggul pipih)
Pemeriksaan tulang panggul dapat dilakukan pada evaluasi prenatal
pertama dan tidak perlu diulang lagi jika panggul mempunyai ukuran yang
memadai dan bentuk yang sesuai. Pada trimester ketiga kehamilan, pemeriksaan
tukang panggul dapat dilakukan secara terliti, sehingga diperoleh jasil yang lebih
akurat karena sendi dan panggul berelaksasi. Pengukuran tulang panggul secara
tepat dapat dilakukan dengan menggunakan CT Scan, ultrasonigrafi, film sinar – X
jarang dilakukan karena sinar – X dapat merusak perkembangan janin.
Bagian lunak : otot –otot, jaringan – jaringan, ligamen – ligament.
Jaringan lunak pada jalan lahir terdiri dari segmen bawah uterus yang dapat
meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
Saat persalinan dimulai, kontraksi uterus menyebabkan kontraksi pada uteri
berubah menjadi dua bagian yakni bagian atas berotot dan tebal dan bagian
bawah yang berotot pasif dan berdinding tipis. Kontraksi korpus uteri
menyebabkan janin tertekan ke bawah, terdorong ke arah serviks.
Serviks kemudia menipis dan berdilatasi (terbuka) secukupnya sehingga
memungkinkan bagian pertama janin turun memasuki vagina. Sebenarnya saat
turun, serviks ditarik ke atas dan lebih tinggi dari bagian terendah janin

3. KEKUATAN (POWER)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot
– otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament.
1. His (kontraksi uterus)
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang di
mulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopi memasuki dinding uterus,
awal gelombang tersebut didapat dari “pacemaker” yang terdapat dari dinding
uterus daerah tersebut. Pada waktu kontraksi, otot – otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna memiliki sifat :
a) Kontraksi simetris
b) Fundus dominan
c) Relaksasi
Pada waktu berkontraksi, otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi
menebal dan lebih pendek. Kafum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong
janin dan kantong amnion ke arah segmen bawah rahim dan cervik. His
memiliki sifat :
a. Involutir
b. Intermiten
c. Terasa sakit
d. Terkoordinasi
e. Serta kadang dipengaruhi oleh fisik, kimia, psikis.
2. Kekuatan sekunder (mengejan)
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi
berubah, yakni bersifat mendorong keluar, wanita merasa ingin mengedan atau
usaha untuk mendorong kebawah (kekuatan skunder).
Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang amat menentukan,
yakni passenger (janin), passage (jalan lahir) dan power (kontraksi). Agar
proses persalinan berjalan lancar, ketiga komponen tersebut harus sama-sama
dalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya tidak terlalu besar pasti lebih mudah
melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang baik akan memudahkan bayi keluar,
kekuatan ibu mengejan akan mendorong bayi cepat keluar. Yang pegang
kendali atau yang paling menentukan dalam tahapan ini adalah proses
mengejan ibu yang dilakukan dengan benar, baik dari segi kekuatan maupun
keteraturan. Ibu harus mengejan sekuat mungkin seirama dengan instruksi
yang diberikan. Biasanya ibu diminta menarik nafas panjang dalam beberapa
kali saat kontraksi terjadi lalu buang secara perlahan. Ketika kontraksi
mencapai puncaknya, doronglah janin dengan mengejan sekuat mungkin. Bila
ibu mengikuti instruksi dengan baik, pecahnya pembuluh darah disekitar mata
dan wajah bisa dihindari. Begitu juga resiko berkurangnya suplai oksigen
kejanin.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks lengkap, tetapi setelah
dialatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi
keluardari uterus dan vagina. Apabila dalam persalinan wanita melakukan
usaha volunter (mengedan) terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat.
Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan trauma serviks.

4. POSISI IBU
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis persalinan.
Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan mengubah posisi membuat rasa
letih hilang, memberi rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak
meliputi posisi berdiri , berjalan, duduk , dan jongkok.
Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin.
Kontraksi uterus biasanya lebih kuat dan lebih efisien untuk membantu
penipisan dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lebih cepat. Selain
itu, posisi tegak dianggap mengurangi insiden penekanan tali pusat.
Posisi tegak juga menguntungkan curah jantung ibu yang dalam kondisi normal
meningkat selama persalinan seiring kontraksi kontraksi uterus mengembalikan
ke anyaman pembuluh darah. Posisi tegak juga membantu mengurangi
tekanan pada pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh darah
Saat janin menuruni jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada reseptor
regang dasar panggul meragsang refleks mengedan ibu. Rangsangan reseptor
regang ini akan merangsang pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior
(refleks Ferguson). Pelepasan oksitosin menambah intensitas kontraksi
uterus. Apabila ibu mengedan pada posisi duduk atau berjongkok , maka otot-
otot abdomen bekerja lebih sinkron (saling menguatkan) dengan kontraksi
rahim.

B. PROSES PERSALINAN
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran
dari rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada sistem reproduksi
wanita dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai. Persalinan
sendiri dapat dibahas dalam bentuk mekanisme yang terjadi selama proses dan
tahapan yang dilalui wanita.
 TAHAP PERSALINAN
Ada empat tahap persalinan yang dikenal yaitu :
1. Tahap pertama persalinan ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak
terjadi kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi servik lengkap. Pada
tahap pertama persalinan dibagi dalam tiga bagian : fase laten, fase aktif, dan
fase transisi. Selama fase laten, effacement lebih banyak mengalami
kemajuan dari pada penurunan janin. Selama fase aktif dan fase transisi,
dilatasi serviks dan penurunan bagian presentasi berlangsung lebih cepat.
2. Tahap kedua persalinan berlangsung sejak dilatasi serviks lengkap sampai
janin lahir. Freidman (1978) memberi batas atas statistik untuk tahap pertama
dan tahap kedua persalinan :
Nulipara Multipara
Tahap pertama
Fase laten 20 jam 14 jam
Fase aktif 1,2 cm / jam 1,5 cm/jam
Tahap kedua 2 jam 1,5 jam
3. Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta
lahir. Plasenta biasa lepas setelah tiga sampai empat kali kontraksi uterus yang
kuat, yakni setelah bayi lahir. Plasenta dilahirkan pada kontraksi uterus
berikutnya. Namun, kelahiran plasenta setelah 45 menit sampai 60 menit masih
dianggap normal.
4. Tahap keempat persalinan ditetapkan berlangsung lama kira-kira dua jam
setelah plasenta lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi
segera jika homeostatis berlangsung dengan baik. Masa ini merupakan periode
yang penting memantau adanya komplikasi, misalnya perdarahan abnormal

B. MANAJEMEN NYERI PERSALINAN


1. DEFINISI
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial.
Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa
pemeriksaan diagnostik atau pengobatan (Brunner dan Suddart,2004).
Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut dalam serabut saraf dalam
tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional (Hidayat,
2008).
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi
fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta
penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi
peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil,
dan ketegangan otot (Arifin, 2008).
Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, kontraksi
sebenarnya telah terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut kontraksi
Braxton hicks akibat perubahan-perubahan dari hormon estrogen dan
progesteron tetapi sifatnya tidak teratur, tidak nyeri dan kekuatan kontraksinya
sebesar 5 mmHg, dan kekuatan kontraksi Braxton hicks ini akan menjadi
kekuatan his dalam persalinan dan sifatnya teratur. Kadang kala tampak
keluarnya cairan ketuban yang biasanya pecah menjelang pembukaan lengkap,
tetapi dapat juga keluar sebelum proses persalinan. Dengan pecahnya ketuban
diharapkan persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam (Gadysa, 2009).
2. ETIOLOGI
Selama persalinan kala satu, nyeri terutama dialami karena
rangsangan nosiseptor dalam adneksa, uterus, dan ligamen pelvis. Banyak
penelitian yang mendukung bahwa nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi
serviks dan segmen uterus bawah, dengan distensi lanjut, peregangan, dan
trauma pada serat otot dan ligamen yang menyokong struktur ini. Bonica dan
McDonald, (1995), menyatakan bahwa faktor berikut mendukung teori tersebut
:
1. Peregangan otot polos telah ditunjukkan menjadi rangsang pada nyeri viseral.
Intensitas nyeri yang dialami pada kontraksi dikaitkan dengan derajat dan
kecepatan dilatasi serviks dan segmen uterus bawah.
2. Intensitas dan waktu nyeri dikaitkan dengan terbentuknya tekanan intrauterin
yang menambah dilatasi struktur tersebut. Pada awal persalinan, terdapat
pembentukan tekanan perlahan, dan nyeri dirasakan kira-kira 20 detik setelah
mulainya kontraksi uterus. Pada persalinan selanjutnya, terdapat pembentukan
tekanan lebih cepat yang mengakibatkan waktu kelambatan minimal sebelum
adanya persepsi nyeri.
3. Ketika serviks dilatasi cepat pada wanita yang tidak melahirkan, mereka
mengalami nyeri serupa dengan yang dirasakan selama kontraksi uterus.

Rangsangan persalinan kala I ditransmisikan dari serat eferen melalui


pleksus hipogastrik superior, inferior, dan tengah, rantai simpatik torakal bawah,
dan lumbal, ke ganglia akar saraf posterior pada T10 sampai L1. Nyeri dapat
disebarkan dari area pelvis ke umbilikus, paha atas, dan area midsakral. Pada
penurunan janin, biasanya pada kala II, rangsangan ditransmisikan melalui
saraf pudendal melalui pleksus sakral ke ganglia akar saraf posterior pada S2
sampai S4 (Patree, 2007).
Nyeri pada tahap I persalinan timbul dari uterus dan adnexa saat
berkontraksi, dan hal itu adalah nyeri viseral yang alami. Beberapa
kemungkinan mekanisme yang menjelaskan hal ini yaitu: nosiseptif yang
berasal dari uterus telah diajukan namun pengamatan saat ini bahwa nyeri itu
lebih banyak dihasilkan akibat dilatasi serviks dan segmen bawah uterus, dan
mekanisme distensi sesudahnya. Intensitas nyeri berhubungan dengan
kekuatan kontraksi dan tekanan yang dihasilkan uterus yang akan melawan
obstruksi yang terjadi, serviks dan perineum mungkin juga berperan terhadap
terjadinya nyeri. Beberapa nosiseptik kemudian berperan dalam terjadinya
nyeri, yaitu bradikinin, leokotrin, prostaglandin, serotonin, asam laktat, dan
substan P. Bukti yang mendukung tentang nosiseptik yang berasal dari uterus
didasarkan pada penelitian, hal ini telah ditinjau kembali secara mendetail oleh
Bonica (Idmgarut, 2009).

2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI


Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya adalah :
1. Arti nyeri
Bagi individu memiliki banyak perbedaan dan hamper sebagian arti nyeri
tersebut merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan lain-
lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, jenis kelamin,
latar belakang social cultural, lingkungan, dan pengalaman.
2. Persepsi nyeri
Merupakan penilaian sangat subjektif, tempatnya pada korteks (pada fungsi
evaluative secara kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh factor yang dapat
memicu stimulasi nociceptor.
a. Arti nyeri
b. Persepsi nyeri Toleransi ini erat hubungannya dengan adanya
intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi seseorang menahan nyeri.
Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara
lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan
perhatian, kepercayaan yang kuat, dan lain-lain. Sedangkan faktor
yng menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan,
cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
c. Reaksi terhadap nyeri
Merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti
ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini
merupakan bentuk respons nyeri yang dapat di pengaruhi oleh
beberapa factor, seperti : arti nyeri, tingkat persepsi nyeri,
pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik
dan mental, takut, cemas, usia, dan lain-lain (Hidayat, 2008).

3. TAHAPAN NYERI
Ada empat tahapan terjadinya nyeri :
1. Transduksi
Transduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli)
dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf.
Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia
(substansi nyeri). Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator
nyeri mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga
lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu
menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-
mediator tersebut di atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri dapat
timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan nyeri
misalnya rabaan. Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula terjadinya
sensitisasi sentral yaitu hipereksitabilitas neuron pada spinalis,
terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intraseluler yang
menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama. Rangsangan nyeri diubah
menjadi depolarisasi membrane reseptor yang kemudian menjadi impuls
syaraf.
2. Transmisi
Transmisi merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor
saraf perifer melewati kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri.
Transmisi sepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi,
sedangkan dari neuron presinaps ke pasca sinaps melewati
neurotransmitter
3. Modulasi
Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat
meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri. Hambatan terjadi
melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan bermacam-macam
neurotansmiter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan
neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG)
dan menghambat transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat
spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis
atau supraspinalis.
4. Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri
yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf
sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional
(hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri
yang dirasakan (Wibowo, 2009).

3. KLASIFIKASI NYERI
A. Klasifikasi nyeri secara umum terdiri dari :
1. Nyeri akut
Nyeri ini bersifat mendadak, durasi singkat (dari beberapa detik
sampai 6 bulan). Biasa berhubungan dengan kecemasan. Orang bisa
merespon nyeri akut secara fisiologis dan dengan prilaku. Secara
fisiologis : diaforesis, peningkatan denyut jantung, peningkatan
pernapasan, dan peningkatan tekanan darah.
2. Nyeri kronik
Nyeri ini bersifat dalam, tumpul, diikuti dengan berbagai macam
gangguan. Terjadi lambat dan meningkat secara perlahan setelahnya,
dimulai setelah detik pertama dan meningkat perlahan sampai
beberapa detik atau menit. Nyeri ini biasanya berhungan dengan
kerusakan jaringan. Nyeri ini bersifat terus-menerus atau intermitten.

B. Klasifikasi nyeri secara spesifik terdiri dari :


1. Nyeri somatik dan Nyeri viseral
Bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superfisial), yaitu
pada otot dan tulang.
2. Nyeri menjalar
Nyeri yang tidak diketahui secara fisik, biasanya timbul akibat
psikososial.
Nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstermitas diamputasi.
Bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di
beberapa jalur saraf (Hidayat, 2008).
3. Nyeri psikogenik
4. Nyeri phantom
5. Nyeri neorologis

4. PENGUKURAN INTESITAS NYERI


Alat-alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mengkaji persepsi neyri
seseorang. Agar alat-alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat tersebut
harus memenuhi kriteria sebagai berikut : (Suddarth & Brunner, 2001)
a. mudah dimengerti dan digunakan
b. memiliki sedikit upaya pada pihak pasien
c. mudah dinilai
d. sensitif terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri. Individu
merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya
harus diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatnya
5. SKALA INTENSITAS NYERI

a. Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

Pendeskripsian ini diranking dari ”tidak nyeri” sampai ”nyeri yang tidak
tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien
untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini
memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk mendeskripsikan nyeri.

b. Skala Intensitas Nyeri Numerik 0 – 10

Skala penilaian numerik lebih digunakan sebagai pengganti alat


pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan
skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri
sebelum dan setelah intervensi.

c. Skala Analog Visual (VAS)


Skala analog visual ( Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus,
yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat
pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya.
Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan skala
numerik yaitu:
1. 0 : Tidak nyeri
2. 1–2 : Nyeri ringan
3. 3–5 : Nyeri sedang
4. 6–7 : Nyeri berat
5. 8 – 10 : Nyeri sangat berat
(Perry & Potter. 2005)

6. MANAJEMEN NYERI
a. Massage
Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak,
biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau
perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi,
dan/atau meningkatkan sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi : gerakan
memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan
mendorong kedepan dan kebelakang menggunakan tenaga, menepuk- nepuk,
memotong-motong, meremas-remas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan
gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan
yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang di inginkan pada jaringan
yang dibawahnya (Henderson, 2006).
Metode Message
Beberapa metode message yang biasa digunakan untuk merangsang saraf
yang berdiameter besar yaitu:
1. Metode Effluerage
Memperlakukan pasien dalam posisi setengah duduk, lalu letakkkan
keduan tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar
kearah pusat simpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan
menggunakan gerakan melingkat atau satu arah.
2. Metode deep back massage
memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan atau
keluarga pasien menekan daerah secrum secara mantap dengan telapak
tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya.
3. Metode firm counter pressure
memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian bidan atau
keluarga pasien menekan secrum secara bergantian dengan tangan yang
dikepalkan secara mantap dan beraturan.
4. Abdominal lifting
memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien pada
posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak
tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan
lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan
kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009).
 Metode Massage Effleurage
Ada dua cara dalam melakukan teknik Effleurage, yaitu : a) Secara
perlahan sambil menekan dari area pubis atas sampai umbilikus dan
keluar mengelilingi abdomen bawah sampai area pubis, ditekan dengan
lembut dan ringan dan tanpa tekanan yang kuat, tapi usahakan ujung jari
tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan dapat dilakukan beberapa kali,
saat memijat harus diperhatikan respon ibu apakah tekanan sudah tepat.
b). Pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua
telapak tangan Pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar
kearah pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak
tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat
dilakukan langsung oleh pasien (Gadysa, 2009).
Gambar 1. Metode massage Effleurage
 Metode Massage Abdominal Lifting
Metode massage abdominal lifting adalah dengan cara :
membaringkan pasien pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak
tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien,
kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah
puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu
seterusnya (Gadysa, 2009).
Gambar 2. Metode massage Abdominal lifting

7. Relaksasi
Relaksasi adalah membebaskan pikiran dan beban dari ketegangan
yang dengan sengaja diupayakakan dan dipraktekkan. Kemampuan untuk
relakasasi secara disengaja dan sadar dapat dimanfaatkan sebagai
pedoman mengurangi ketidaknyamanan yang normal sehubungan dengan
kehamilan (Salmah, 2006 ).
Relaksasi sadar telah ditemukan berkaitan dengan penurunan tegangan
otot dam menurunkan laju metabolisme. Relaksasi sadar terhadap seluruh
tubuh selama persalinan tampak meningkatkan keefektifan kontraksi uterus.
Ketika dikombinasikan dengan pernapasan, relaksasi dapat membantu ibu
bersalin mengatasi nyeri lebih efektif pada setiap kontraksi dan istirahat lebih
penuh di antara kontraksi (Patree., Walsh. 2007).
Rasa nyeri bersalin tidak selalu berarti ada sesuatu yang salah ( seperti
rasa sakit yang disebabkan oleh cidera atau penyakit). Nyeri adalah bagian
yang normal dari proses melahirkan. Biasanya, itu berarti bayi dalam
kandungan sedang mengikuti waktunya untuk dilahirkan. Mengetahui
beberapa metode mengatasi rasa sakit akan membantu ibu untuk tidak
merasa begitu takut. Tak hanya itu, menggunakan beberapa keterampilan ini
selama persalinan akan membantu ibu merasa lebih kuat (Whalley, Simkin &
Keppleer, 2008). Manfaat Relaksasi :
 Menyimpan energi dan mengurangi kelelahan
Jika tidak secara sadar merelakskan otot-otot, ibu cenderung membuat otot
selama kontraksi.Ketegangan ini meningkatkan nyeri yang dirasakan,
memboroskan energi, menurunkan pasokan oksigen ke rahim dan bayi,
serta membuat ibu lelah.
 Menenangkan pikiran dan mengurangi stres
Tubuh yang relaks membuat pikiran relaks, yang pada gilirannya membantu
mengurangi respons stres. Ada bukti bahwa distres pada wanita yang
sedang mengalami persalinan yang disebabkan oleh kecemasan, amarah,
ketakutan, atau penyakit yang menghasilkan ketekolamin (hormon stres).
Kadar katekolamin yang tinggi di dalam darah dapat memperpanjang
persalinan dengan mengurangi efisiensi kontrasi rahim dan dapat
berpengaruh buruk pada janin dengan mengurangi aliran darah kerahim
dan plasenta.
 Mengurangi rasa nyeri
Relaksasi mengurangi ketegangan dan kelelahan yang mengintensifkan
nyeri yang ibu rasakan selama persalinan dan pelahiran. Juga
memungkinkan ketersediaan oksigen dalam jumlah maksimal untuk rahim,
yang juga mengurangi nyeri, karena otot kerja (yang membuat rahim
berkontraksi) menjadi sakit jika kekurangan oksigen. Selain itu,
konsentrasi mental yang terjadi saat ibu secara sadar merelakskan otot
membantu mengalihkan perhatian ibu dari rasa sakit waktu kontraksi dan
karena itu, akan mengurangi kesadaran ibu akan rasa sakit (Whalley,
Simkin, & Keppleer, 2008).
Ada beberapa posisi relaksasi yang dapat dilakukan selama dalam
keadaan istirahat atau selama proses persalinan :
1) Berbaring telentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit,
kedua tangan rileks di samping di bawah lutut dan kepala diberi bantal.
2) Berbaring miring, kedua lutut dan kedua lengan ditekuk, di bawah
kepala diberi bantal dan di bawah perut sebaiknya diberi bantal juga,
agar perut tidak menggantung.
3) Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua
lengan di samping telinga.
4) Duduk membungkuk, kedua lengan diatas sandaran kursi atau diatas
tempat tidur. Kedua kaki tidak boleh mengantung.
5) Keempat posisi tersebut dapat dipergunakan selama ada his dan pada
saat itu ibu harus dapat mengonsentrasikan diri pada pernapasan atau
pada sesuatu yang menyenangkan (Salmah, 2006).

Dibawah ini tiga alternatif panduan untuk ibu melakukan teknik


pernapasan sederhana yaitu :
1. Pikirkan kata ”rileks” yang terdiri dari dua suku kata, yaitu ”ri” dan
”leks”. Selanjutnya, cobalah latihan ini. Ketika menarik napas, pikirkan
kata ”ri”,saat menghembuskan , pikirkan kata ”leks”. Jangan alihkan
pikiran dari kata ”rileks” tersebut. Ketika menghembuskan napas,
singkirkan segala ketegangan dari tubuh, khususnya otot-otot yang
biasanya mudah tegang setiap kali stres.
2. Cobalah menghitung pernapasan. Begitu bernapas, hitung tiga sampai
empat, atau lebih secara perlahan-lahan. Ketika menghembuskan
napas, hitung sampai tiga atau empat lagi.
3. Cobalah bernapas melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut.
Embuskan napas dari mulut dengan lembut. Banyak ibu merasa lebih
enak mengeluarkan suara saat menghembuskan napas, misalnya
”fuuuuuuuuuh”
(Danuatmadja & Meiliasari, 2004)
C. Pengkajian Fetal
1. Gerakan Janin
A. Pengertian
Pola gerakan janin adalah tanda reliabel tentang kesejahteraan janin,
dimana gerakan janin yang mengikuti pola teratur dari waktu ketika gerakan ini
dirasakan. Data sedikitnya 10 gerakan per hari dianggap lazim.
Perhitungan gerakan janin harus dimulai pada usia kehamilan 34-36 minggu
bagi wanita yang beresiko rendah mengalami insufisiensi uteroplasenta.
Sedangkan bagi wanita yang faktor resikonya telah diidentifikasi, perhitungan
gerakan janin dilakukan pada usia kehamilan 28 minggu. Gerakan janin pada
primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18 minggu
sedangkan pada multigravida pada kehamilan 18 minggu. Gerakan janin
kadang-kadang pada kehamilan 20 minggu dapat diraba secara objektif oleh
pemeriksanya, ballottement dalam uterus dapat diraba pada kehamilan yang
lebih tua. Gerakan janin normal yaitu sekelompok atau beberapa kelompok
aktivitas tungkai dan tubuh janin yang menunjukkan normalitas.
2. Hal Yang Mempengaruhi Gerakan Janin
Kapan gerakan muncul
Usia kandungan
Kadar glukosa
Stimulus suara
Penggunaan obat-obatan & kebiasaan merokok
Asidemia
Polihidramnion
Oligohidramnion
3. Cara Menghitung Gerakan Janin
Pengkajian riwayat merupakan langkah yang penting. Klien sering
melaporkan penurunan gerakan janin karena mereka lupa merasakan
aktivitas janin selama periode waktu tertentu dan juga tidak terlalu perhatian
terhadap hal ini. Anjurkan klien untuk fokus pada aktivitas janin selama
periode waktu satu jam, terutama saat ia sedang beristirahat, dalam kondisi
gizi baik, dan asupan cairan cukup. Apabila klien mampu membaca dan
memahami prosedur grafik dasar, maka dapat menggunakan
metode menghitung sampai 10 :
1) Jadwalkan satu sesi perhitungan per hari
2) Jadwalkan sesi pada waktu yang sama setiap hari.
3) Setidaknya harus terdapat 10 kali gerakan teridentifikasi dalam 1 jam
4) Apabila gerakan kurang dari 10 kali dalam 1 jam, jika dibutuhkan waktu
lebih lama untuk mencapai 10 kali gerakan, atau jika tidak terasa
gerakan dalam 1 jam maka hubungi bidan.
Kelebihan metode ini yaitu : mudah digunakan, singkat dan mudah
diinterpretasi.
2. Denyut jantung janin
A. Pengertian
Denyut jantung janin normal adalah frekuensi denyut rata-rata saat
wanita tidak sedang bersalin, atau diukur di antara dua kontraksi. Bunyi
denyut jantung janin seperti bunyi detik jam dibawah bantal. Dengan
alat fetal electro cardiograph denyut jantung janin dapat dicatat pada
kehamilan 12 minggu. Dapat di dengarkan oleh alat yang
bernama Leanec dan Doppler.
B. Cara Mendengarkan Denyut Jantung Janin
a. Dengan menggunakan stetoskop pinard
a) Tempat mendengarkan harus tenang, agar tidak mendapat gangguan
dari suara lain.
b) Ibu hamil diminta berbaring terlentang, kakinya lurus, bagian yang
tidak perlu diperiksa ditutup untuk menjaga privasi klien,
c) Alat disediakan. Pemeriksaan ini sebagai lanjutan dari pemeriksaan
palpasi.
d) Mencari daerah/tempat dimana kita akan mendengarkan denyut
jantung janin. Setelah daerah ditentukan, stetoskop pinard dipakai,
bagian yang berlubang luas ditempatkan ke atas tempat/daerah
dimana kita akan mendengarkan. Sedangkan bagian yang lubangnya
sempit ditempatkan pada telinga kita, letaknya tegak lurus.
e) Kepala pemeriksa dimiringkan, perhatian dipusatkan pada denyut
jantung janin. Bila telah terdengar suatu detak, maka untuk
memastikan apakah yang terdengar itu bunyi jantung janin, detak ini
harus disesuaikan dengan detak nadi ibu. Bila detakan itu sama
dengan nadi ibu, yang terdengar bukan jantung janin, tetapi detak
aorta abdominalis dari ibu.
f) Setelah nyata bahwa yang terdengar itu betul-betul denyut jantung
janin, maka dihitung untuk mengetahui teraturnya dan frekuensi
denyut jantung janin itu. Dengan menggunakan 25pileps Dengan cara
sebagai berikut :
a) Nyalakan 25pileps, untuk memeriksa apakah 25pileps dapat
digunakan
b) Usapkan jelly pada abdomen ibu, tepat pada daerah yang telah
ditentukan. Kegunaan jelly adalah sebagai kontak kedap
udara antara kulit abdomen dengan permukaan sensor.
c) Tempatkan sensor pada daerah yang akan didengarkan,
kemudian tekan
tombol start untuk mendengarkan denyut jantung janin.
d) Lakukan penyesuaian volume seperlunya dengaN
menggunakan tombol pengatur volume.
e) Lihat denyut jantung janin pada angka yang ditunjukkan melalui
monitor.
f) frekuensinya 120-160 kali per menit.

3. Cara Menghitung Denyut Jantung Janin


1. Menghitung denyut jantung janin yaitu selama satu menit penuh. Hal ini
dikarenakan pada setiap detik itu terdapat perbedaan denyut serta
membandingkan dengan rentang normal selama satu menit.
2. Menghitung denyut jantung janin (djj) dengan mendengarkan 3x5 detik
dikalikan dengan 4. Contohnya :
5 5 detik 5 detik Kesimpulan
detik
11 12 11 - 4 (11 + 12 +11) =
136/menit. Teratur dan janin
baik.
10 14 9 4 (10 + 14 + 9) = 132/m. Tak
teratur dan janin asphyxia
8 7 8 4 (8 + 7 + 8) = 92/m. Tak teratur
dan janin asphyxia.

4. Hal Yang Dapat Diketahui Dalam Pemeriksaan Denyut Jantung Janin


 Dari adanya denyut jantung janin :
tanda pasti kehamilan
anak hidup
 Dari tempat denyut jantung janin terdengar
presentasi janin
posisi janin (kedudukan punggung)
sikap janin
adanya janin kembar
 Dari sifat denyut jantung janin
keadaan janin

5. Bunyi Yang Sering Terdengar Ketika Memeriksa Denyut Jantung Janin


 Desir tali pusat
Disebabkan semburan darah melalui arteri umbilikalis. Suara ini terdengar
seperti siulan nyaring yang singkron dengan denyut jantung janin. Suara
ini tidak konstan, kadang-kadang terdengar jelas ketika diperiksa pada
suatu waktu namun pada pemeriksaan di lain tidak terdengar.
 b. Desir uterus
Terdengar sebagai suara hembusan lembut yang singkron dengan denyut
ibu. Bunyi ini biasanya paling jelas terdengar saat auskultasi segmen
bawah uterus. Suara ini dihasilkan oleh pasase darah melalui pembuluh-
pembuluh uterus yang berdilatasi dan dijumpai tidak saja pada kehamilan
tetapi juga pada setiap keadaan yang menyebabkan alirah darah ke
uterus meningkat, hingga pengaliran darah menjadi luas
 Suara akibat gerakan janin
Suara gerakan ini seperti suara pukulan, dikarenakan janin mendapat
reaksi dari luar.
 Gerakan usus
Suara ini seperti berkumur-kumur, dihasilkan oleh berjalannya gas atau
cairan melalui usus ibu.

6. Frekuensi Denyut Jantung


a. Bradikardi
Frekuensi denyut jantung janin yang kurang dari 110 denyut/menit.
Keadaan ini dianggap sebagai tanda akhir hipoksia janin.
Penyebabnya :
hipoksia janin tahap lanjut
obat-obatan beta-adrenergetik (27pilepsy27ol; anestetik untuk blok
epidural, spinal, kaudal, dan pudendal)
hipotensi pada ibu
kompresi tali pusat yang lama
blok jantung kongenital pada janin
b. Tacikardi
Frekuensi denyut jantung janin yang lebih dari 160 denyut/menit. Keadaan
ini dianggap sebagai tanda awal hipoksia janin.
Penyebabnya :
hipoksia janin dini
demam pada ibu
obat-obatan parasimpatik (27pilepsy, hidroksizin)
obat-obatan beta-simpatomimetik (ritodrin, isoksuprin)
hipertiroid pada ibu
anemia pada janin
gagal jantung pada janin
aritmia jantung pada janin
c. Variabilitas
Variabilitas denyut jantung janin digambarkan sebagai ketidakteraturan
irama jantung normal. Variabilitas denyut demi denyut normal dianggap
antara 6 dan 25 denyut/menit. Variabilitas jangka pendek yaitu ketidak
samaan satu denyut dengan denyut berikutnya. Variabilitas jangka
panjang yaitu tampak sebagai siklus ritmik/ gelombang dasar dan biasanya
terdapat tiga sampai lima siklus permenit.
Penyebab variabilitas meningkat :
hipoksia ringan dini
stimulasi janin oleh palpasi 28pile, kontraksi 28pile, aktivitas janin,
dan aktivitas ibu
Penyebab variabilitas menurun :
hipoksia/asidosis
depresi 28pilep saraf pusat oleh obat-obatan tertentu
prematuritas
siklus tidur janin
aritmia jantung janin

7. Frekuensi Denyut Periodik


a. Akselerasi
Adalah peningkatan sementara denyut jantung janin di atas nilai
normal. Akselerasi denyut jantung janin yang timbul saat gerakan janin
terjadi merupakan indikasi janin sehat.
Penyebab :
gerakan janin spontan
pemeriksaan dalam
presentasi sungsang
tekanan fundus
kontraksi 29pile
palpasi perut

b. Deselerasi
Adalah penurunan sementara denyut jantung janin di bawah nilai
normal. Disebabkan oleh respon parasimpatik, dapat dalam bentuk yang
tidak menyenangkan.
Ada empat tipe deselerasi :
1. deselerasi dini yaitu penurunan sementara denyut jantung janin di
bawah nilai normal sejalan kontraksi 29pile. Penyebab : kompresi
kepala sebagai akibat kontraksi 29pile, pemeriksaan dalam, tekanan
fundus, pemasangan alat pemantau internal.
2. deselerasi lambat yaitu penurunan sementara denyut jantung janin di
bawah nilai normal pada fase kontraksi. Penyebab : insufisiensi
uteruplasenta disebabkan oleh hiperaktivitas atau hipertonisitas 29pile,
hipontensi supin pada ibu, anastesi spinal atau epidural, plasenta
previa, solusio plasenta, gangguan hipertensi, iugr, diabetes mellitus
dan amnionitis.
3. deselerasi variasi yaitu penurunan sementara denyut jantung janin
mendadak yang bervariasi dalam durasi, intensitas, dan waktu awitan
kontraksi. Penyebab : kompresi tali pusat disebabkan oleh lilitan tali
pusat, tali pusat pendek, tali pusat membelit, tali pusat 29pilepsy.
4. deselerasi memanjang didefinisikan sebagai deselerasi tersendiri yang
berlangsung 2 menit atau lebih, tetapi kurang dari 10 menit dari awitan
untuk kembali ke normal.Penyebab : pemeriksaan panggul,
pemasangan elektroda spiral, penurunan janin yang cepat,
penggunaan 29pilepsy valsava, 29pilepsy tali pusat, kejang ibu
termasuk eklampsi dan 29pilepsy, hipotensi ibu pada posisi terlentang.
SOAL KASUS MATERNITAS…
1. Pada kala II wanita akan mengalami nyeri……..
a. Visceral
b. Perineal
c. Uteroservikal
d. Afterpains
e. Somatic
Kunci jawaban E

2. Seorang perempuan usia 28 tahun G2P1A0 hamil 30 minggu mengeluh pusing,


pasien tidak pernah konsumsi obat maupun vitamin apapun. DJJ 144x/menit, TFU
28 cm, presentasi kepala dan belum masuk PAP. Hasil pemeriksaan tanda vital TD
110/70 mmHg, frekuensi nafas 20x/menit, frekuensi nadi 88x/menit, Hb 10,3 gr/dl.
Sebagai perawat profesional, apa yang harus anda sampaikan kepada pasien
tersebut?

a. Pil penambah darah sebabkan konstipasi


b. Pil penambah darah sebabkan mual muntah
c. Sebaiknya pil tambah darah diminum dengan jus
d. Sebaiknya pil tambah darah diminum segera setelah makan.
e. Sebaiknya pil tambah darah diminum pagi hari setelah sarapan.
Kunci Jawaban D

3. Perempuan usis\a 26 tahun G1P0A0 hamil 12 minggu datang ke poli kandungan


dengan keluhan mual muntah, pemeriksaan TD 90/60 mmH, frekuensi nadi 59x/menit,
kesadaran somnolen, turgor kulit > 3 detik, suhu 38 derajat selsius.

Apa tindakan keperawatan utama yang harus dilakukan perawat?

a. Pemeriksaan keadaan umum


b. Memberikan obat anti mual muntah
c. Mengobservasi TTV
d. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
e. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang mual muntah.
Kunci Jawaban C

4. Wanita usia 26 tahun G1P0A0 usia kehamilan 38 minggu datang ke Rumah Sakit
dengan keluhan perutnya mulas mulas yang semakin sering, pasien dalam keadaan
cemas, hasil pemeriksaan keadaan umum baik, TD 110/70mmHg, Nadi 81x/menit,
Nafas 24x/menit, TFU 30 cm, kepala sudah masuk 2/5, hasil VT : portio tipis lunak,
pembukaan serv!ks 8 cm, selaput k3tuban masih utuh, presentasi kepala.

Apa intervensi keperawatan utama yang bisa dilakukan oleh perawat?

a. Pengkajianibu
b. Pengkajianjanin
c. Pengkajianfisik
d. Pengkajianpsikososial
e. Pengkajian kemajuan persalinan
Kunci jawaban E

5. Perempuan usia 35 tahun P3A0 post partum 2 minggu datang ke poli klinik
kandungan dengan mengeluh demam, nyeri bagian bawah perut, menggigil, lokhia
berbau dan mengeluarkan nanah, hasil pemeriksaan tekanan darah 100/80 mmHg,
Nadi 110 x/menit, nafas 25x/menit, suhu badan 38,5 derajat selsius, terdapat nyeri
tekan uterus.

Apa penatalaksanaan keperawatan kasus diatas?

a. Melakukan pemeriksaan TTV


b. Melakukan pen-kes tentang breastcare
c. Menganjurkan minum sehari 2 liter air putih
d. Kolaborasi pemberian analgesic
e. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai resep
Kunci Jawaban E

6. Seorang perempuan umur 27 tahun G1P1A0 baru sa a melahirkan ba/in/a se ara


spontan, keadaan ba/in/a menangis kuat, kemerahan pada kulit dan tonus ototn/a baik.
Sedangkan plasenta belum lahir, tinggi 8undus uteri masih setinggi pusat, sudah
terdapat tanda) tanda pelepasan plasenta.

berdasarkan kasus diatas pasien berada dalam kondisi?

a. Post Partum
b. Inpartu Kala I
c. Inpartu Kala II
d. Inpatu Kala III
e. Inpartu Fase Aktif
Kunci Jawaban D

7. seorang perempuan beruasia 25 tahun GIP0A0,usia kehamilan 12 minggu dating ke


UGD RS dengan keluhan mual muntah, hampir 6X sehari, tidak mau makan, nyeri
epigastrium, pusing dan cepat letih. Dari pemeriksaan fisik di dapatkan Tugor kulit
berkurang,mata cekung, napas berbau aseton. Dari hasil pemerksaan laboratorium di
temukan aseton dalam urine positif.

Apakah masalah keperawatan utama pada pasien tersebut?

a. Gangguan pola aktivitas


b. Gangguan istirahat dan tidur
c. Gangguan rasa nyaman nyeri
d. Gangguan pemenuan cairan dan elektrolit
e. Gangguan pemunuhan nutrisi kurang dari tubuh
Kunci jawaban D

8. seorang wanita G3P2A0, Hamil 34 minggu mengeluh mengeluarkan darah waktu


bangun tidur tapi tidak merasakan sakit, TD: 110/70 mmhg, N: 84x/menit, HIS (-), DJJ
(+).

Apakah pemeriksaan penunjang yang di perlukan untuk menentukan diagnose pada


kasus diatas ?

a. DJJ
b. USG
c. EKG
d. Darah lengkap
e. Foto rontgen
Kunci jawaban B

9. Ny. A dating ke rumah bersalin dengan kehamilan 20 minggu. Klien mengatakan


susah buang air besar

Data tambahan apa yang harus di kaji ]ada kasus di atas?

a. Aktivitas Ny. A
b. Tanda – tanda vital
c. Riwayat kehamilan
d. Hasil pemeriksaan laboratorium darah
e. Komposisi bahan makanan yang di makan
Kunci jawaban E

10. Perempuan usia 31 tahun datang ke poliklinik kandungan memeriksakan


kehamilannya, datang dengan keluhan cemas karena sejak kemaren tidak merasakan
pergerakan janinnya, hasi pemeriksaan kehamilan 7 bulan.

Apakah tindakan yang harus di lakukan?

a. Mengkaji pergerakan janin


b. Mengukur TTV
c. Mengukur TFU
d. Mengukur DJJ
e. Mengkaji riwayat kehamilan saat ini
Kunci jawaban D

DAFTAR PUSTAKA
Baiti. (2007). Rasa Sakit Melahirkan. Diakses tanggal 9 Februari pada
http://rumahkusorgaku.multiply.com/journal/item/105.
Imami. (2007). Nyeri pada Persalinan.dan Penatalaksanaannya secara Non Farmakologik.
Diakses tanggal 7 Februari 2012.
Mirzanie. (2005). Pediatricia. Jakarta: Tosca Enterprise.
Rosemary. (2004). Nyeri Persalinan. Jakarta:EGC.

Tubagus. (2011). Cara untuk Mengurang Persalinan. Diakses tanggal 9 Februari 2012 pada
http://j3ffunk.blogspot.com/2011/05/cara-untuk-mengurangi-nyeri-persalinan.html

Bobak, Lowdermik, Jenson. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Edisi 4. Jakarta :


EGC.
WWW. Laporan Inpartu . Com

Anda mungkin juga menyukai