MATERNITAS
DI
Oleh : Kelompok 2
Hasriwandi Nurafna
Irlamuddin Sitti Maryam
Indriyawan Mega Nursyaputri
Fitriani Yuyur
Agustia Inur Reza Lestari
T.A 2017/2018
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latarb Belakang ......................................................................................
Rumusan Masalah ...................................................................................
Tujuan ......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
Factor esensial dan proses persalinan .....................................................
Menejemen Nyeri .....................................................................................
Pengkajian Janin......................................................................................
Asuhan Keperawatan Intranatal ...............................................................
BAB IV PENUTUP
Saran dan Kesimpulan .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetukan.
Shalawat dan salam kita kirimkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.
Makalah ini dibuat sebagai tugas kelompok , mata kuliah KEPERAWATAN
MATERNITAS sebagai bahan diskusi.
Kami harapkan apa yang didapat dalam makalah ini dapat memberikan informasi yang
akurat dan lengkap. Akhirnya terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pengurusan makalah ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
pembaca.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Faktor esensial dan proses persalinan
b. Menejemen nyeri
c. Pengkajian janin
d. Asuhan keperawatan intranatal
3. TUJUAN
a. Mengetahui factor esensial dan proses persalinan
b. Mengetahui menejemen nyeri
c. Mengetahui pengkajian janin
d. Mengetahui asuhan keperawatan Intranatal
BAB II
PEMBAHASAN
3. KEKUATAN (POWER)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot
– otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament.
1. His (kontraksi uterus)
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang di
mulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopi memasuki dinding uterus,
awal gelombang tersebut didapat dari “pacemaker” yang terdapat dari dinding
uterus daerah tersebut. Pada waktu kontraksi, otot – otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna memiliki sifat :
a) Kontraksi simetris
b) Fundus dominan
c) Relaksasi
Pada waktu berkontraksi, otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi
menebal dan lebih pendek. Kafum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong
janin dan kantong amnion ke arah segmen bawah rahim dan cervik. His
memiliki sifat :
a. Involutir
b. Intermiten
c. Terasa sakit
d. Terkoordinasi
e. Serta kadang dipengaruhi oleh fisik, kimia, psikis.
2. Kekuatan sekunder (mengejan)
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi
berubah, yakni bersifat mendorong keluar, wanita merasa ingin mengedan atau
usaha untuk mendorong kebawah (kekuatan skunder).
Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang amat menentukan,
yakni passenger (janin), passage (jalan lahir) dan power (kontraksi). Agar
proses persalinan berjalan lancar, ketiga komponen tersebut harus sama-sama
dalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya tidak terlalu besar pasti lebih mudah
melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang baik akan memudahkan bayi keluar,
kekuatan ibu mengejan akan mendorong bayi cepat keluar. Yang pegang
kendali atau yang paling menentukan dalam tahapan ini adalah proses
mengejan ibu yang dilakukan dengan benar, baik dari segi kekuatan maupun
keteraturan. Ibu harus mengejan sekuat mungkin seirama dengan instruksi
yang diberikan. Biasanya ibu diminta menarik nafas panjang dalam beberapa
kali saat kontraksi terjadi lalu buang secara perlahan. Ketika kontraksi
mencapai puncaknya, doronglah janin dengan mengejan sekuat mungkin. Bila
ibu mengikuti instruksi dengan baik, pecahnya pembuluh darah disekitar mata
dan wajah bisa dihindari. Begitu juga resiko berkurangnya suplai oksigen
kejanin.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks lengkap, tetapi setelah
dialatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi
keluardari uterus dan vagina. Apabila dalam persalinan wanita melakukan
usaha volunter (mengedan) terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat.
Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan trauma serviks.
4. POSISI IBU
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis persalinan.
Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan mengubah posisi membuat rasa
letih hilang, memberi rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak
meliputi posisi berdiri , berjalan, duduk , dan jongkok.
Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin.
Kontraksi uterus biasanya lebih kuat dan lebih efisien untuk membantu
penipisan dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lebih cepat. Selain
itu, posisi tegak dianggap mengurangi insiden penekanan tali pusat.
Posisi tegak juga menguntungkan curah jantung ibu yang dalam kondisi normal
meningkat selama persalinan seiring kontraksi kontraksi uterus mengembalikan
ke anyaman pembuluh darah. Posisi tegak juga membantu mengurangi
tekanan pada pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh darah
Saat janin menuruni jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada reseptor
regang dasar panggul meragsang refleks mengedan ibu. Rangsangan reseptor
regang ini akan merangsang pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior
(refleks Ferguson). Pelepasan oksitosin menambah intensitas kontraksi
uterus. Apabila ibu mengedan pada posisi duduk atau berjongkok , maka otot-
otot abdomen bekerja lebih sinkron (saling menguatkan) dengan kontraksi
rahim.
B. PROSES PERSALINAN
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran
dari rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada sistem reproduksi
wanita dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai. Persalinan
sendiri dapat dibahas dalam bentuk mekanisme yang terjadi selama proses dan
tahapan yang dilalui wanita.
TAHAP PERSALINAN
Ada empat tahap persalinan yang dikenal yaitu :
1. Tahap pertama persalinan ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak
terjadi kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi servik lengkap. Pada
tahap pertama persalinan dibagi dalam tiga bagian : fase laten, fase aktif, dan
fase transisi. Selama fase laten, effacement lebih banyak mengalami
kemajuan dari pada penurunan janin. Selama fase aktif dan fase transisi,
dilatasi serviks dan penurunan bagian presentasi berlangsung lebih cepat.
2. Tahap kedua persalinan berlangsung sejak dilatasi serviks lengkap sampai
janin lahir. Freidman (1978) memberi batas atas statistik untuk tahap pertama
dan tahap kedua persalinan :
Nulipara Multipara
Tahap pertama
Fase laten 20 jam 14 jam
Fase aktif 1,2 cm / jam 1,5 cm/jam
Tahap kedua 2 jam 1,5 jam
3. Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta
lahir. Plasenta biasa lepas setelah tiga sampai empat kali kontraksi uterus yang
kuat, yakni setelah bayi lahir. Plasenta dilahirkan pada kontraksi uterus
berikutnya. Namun, kelahiran plasenta setelah 45 menit sampai 60 menit masih
dianggap normal.
4. Tahap keempat persalinan ditetapkan berlangsung lama kira-kira dua jam
setelah plasenta lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi
segera jika homeostatis berlangsung dengan baik. Masa ini merupakan periode
yang penting memantau adanya komplikasi, misalnya perdarahan abnormal
3. TAHAPAN NYERI
Ada empat tahapan terjadinya nyeri :
1. Transduksi
Transduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli)
dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf.
Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia
(substansi nyeri). Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator
nyeri mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga
lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu
menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-
mediator tersebut di atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri dapat
timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan nyeri
misalnya rabaan. Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula terjadinya
sensitisasi sentral yaitu hipereksitabilitas neuron pada spinalis,
terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intraseluler yang
menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama. Rangsangan nyeri diubah
menjadi depolarisasi membrane reseptor yang kemudian menjadi impuls
syaraf.
2. Transmisi
Transmisi merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor
saraf perifer melewati kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri.
Transmisi sepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi,
sedangkan dari neuron presinaps ke pasca sinaps melewati
neurotransmitter
3. Modulasi
Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat
meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri. Hambatan terjadi
melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan bermacam-macam
neurotansmiter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan
neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG)
dan menghambat transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat
spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis
atau supraspinalis.
4. Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri
yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf
sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional
(hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri
yang dirasakan (Wibowo, 2009).
3. KLASIFIKASI NYERI
A. Klasifikasi nyeri secara umum terdiri dari :
1. Nyeri akut
Nyeri ini bersifat mendadak, durasi singkat (dari beberapa detik
sampai 6 bulan). Biasa berhubungan dengan kecemasan. Orang bisa
merespon nyeri akut secara fisiologis dan dengan prilaku. Secara
fisiologis : diaforesis, peningkatan denyut jantung, peningkatan
pernapasan, dan peningkatan tekanan darah.
2. Nyeri kronik
Nyeri ini bersifat dalam, tumpul, diikuti dengan berbagai macam
gangguan. Terjadi lambat dan meningkat secara perlahan setelahnya,
dimulai setelah detik pertama dan meningkat perlahan sampai
beberapa detik atau menit. Nyeri ini biasanya berhungan dengan
kerusakan jaringan. Nyeri ini bersifat terus-menerus atau intermitten.
Pendeskripsian ini diranking dari ”tidak nyeri” sampai ”nyeri yang tidak
tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien
untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini
memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk mendeskripsikan nyeri.
6. MANAJEMEN NYERI
a. Massage
Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak,
biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau
perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi,
dan/atau meningkatkan sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi : gerakan
memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan
mendorong kedepan dan kebelakang menggunakan tenaga, menepuk- nepuk,
memotong-motong, meremas-remas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan
gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan
yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang di inginkan pada jaringan
yang dibawahnya (Henderson, 2006).
Metode Message
Beberapa metode message yang biasa digunakan untuk merangsang saraf
yang berdiameter besar yaitu:
1. Metode Effluerage
Memperlakukan pasien dalam posisi setengah duduk, lalu letakkkan
keduan tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar
kearah pusat simpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan
menggunakan gerakan melingkat atau satu arah.
2. Metode deep back massage
memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan atau
keluarga pasien menekan daerah secrum secara mantap dengan telapak
tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya.
3. Metode firm counter pressure
memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian bidan atau
keluarga pasien menekan secrum secara bergantian dengan tangan yang
dikepalkan secara mantap dan beraturan.
4. Abdominal lifting
memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien pada
posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak
tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan
lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan
kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009).
Metode Massage Effleurage
Ada dua cara dalam melakukan teknik Effleurage, yaitu : a) Secara
perlahan sambil menekan dari area pubis atas sampai umbilikus dan
keluar mengelilingi abdomen bawah sampai area pubis, ditekan dengan
lembut dan ringan dan tanpa tekanan yang kuat, tapi usahakan ujung jari
tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan dapat dilakukan beberapa kali,
saat memijat harus diperhatikan respon ibu apakah tekanan sudah tepat.
b). Pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua
telapak tangan Pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar
kearah pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak
tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat
dilakukan langsung oleh pasien (Gadysa, 2009).
Gambar 1. Metode massage Effleurage
Metode Massage Abdominal Lifting
Metode massage abdominal lifting adalah dengan cara :
membaringkan pasien pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak
tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien,
kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah
puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu
seterusnya (Gadysa, 2009).
Gambar 2. Metode massage Abdominal lifting
7. Relaksasi
Relaksasi adalah membebaskan pikiran dan beban dari ketegangan
yang dengan sengaja diupayakakan dan dipraktekkan. Kemampuan untuk
relakasasi secara disengaja dan sadar dapat dimanfaatkan sebagai
pedoman mengurangi ketidaknyamanan yang normal sehubungan dengan
kehamilan (Salmah, 2006 ).
Relaksasi sadar telah ditemukan berkaitan dengan penurunan tegangan
otot dam menurunkan laju metabolisme. Relaksasi sadar terhadap seluruh
tubuh selama persalinan tampak meningkatkan keefektifan kontraksi uterus.
Ketika dikombinasikan dengan pernapasan, relaksasi dapat membantu ibu
bersalin mengatasi nyeri lebih efektif pada setiap kontraksi dan istirahat lebih
penuh di antara kontraksi (Patree., Walsh. 2007).
Rasa nyeri bersalin tidak selalu berarti ada sesuatu yang salah ( seperti
rasa sakit yang disebabkan oleh cidera atau penyakit). Nyeri adalah bagian
yang normal dari proses melahirkan. Biasanya, itu berarti bayi dalam
kandungan sedang mengikuti waktunya untuk dilahirkan. Mengetahui
beberapa metode mengatasi rasa sakit akan membantu ibu untuk tidak
merasa begitu takut. Tak hanya itu, menggunakan beberapa keterampilan ini
selama persalinan akan membantu ibu merasa lebih kuat (Whalley, Simkin &
Keppleer, 2008). Manfaat Relaksasi :
Menyimpan energi dan mengurangi kelelahan
Jika tidak secara sadar merelakskan otot-otot, ibu cenderung membuat otot
selama kontraksi.Ketegangan ini meningkatkan nyeri yang dirasakan,
memboroskan energi, menurunkan pasokan oksigen ke rahim dan bayi,
serta membuat ibu lelah.
Menenangkan pikiran dan mengurangi stres
Tubuh yang relaks membuat pikiran relaks, yang pada gilirannya membantu
mengurangi respons stres. Ada bukti bahwa distres pada wanita yang
sedang mengalami persalinan yang disebabkan oleh kecemasan, amarah,
ketakutan, atau penyakit yang menghasilkan ketekolamin (hormon stres).
Kadar katekolamin yang tinggi di dalam darah dapat memperpanjang
persalinan dengan mengurangi efisiensi kontrasi rahim dan dapat
berpengaruh buruk pada janin dengan mengurangi aliran darah kerahim
dan plasenta.
Mengurangi rasa nyeri
Relaksasi mengurangi ketegangan dan kelelahan yang mengintensifkan
nyeri yang ibu rasakan selama persalinan dan pelahiran. Juga
memungkinkan ketersediaan oksigen dalam jumlah maksimal untuk rahim,
yang juga mengurangi nyeri, karena otot kerja (yang membuat rahim
berkontraksi) menjadi sakit jika kekurangan oksigen. Selain itu,
konsentrasi mental yang terjadi saat ibu secara sadar merelakskan otot
membantu mengalihkan perhatian ibu dari rasa sakit waktu kontraksi dan
karena itu, akan mengurangi kesadaran ibu akan rasa sakit (Whalley,
Simkin, & Keppleer, 2008).
Ada beberapa posisi relaksasi yang dapat dilakukan selama dalam
keadaan istirahat atau selama proses persalinan :
1) Berbaring telentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit,
kedua tangan rileks di samping di bawah lutut dan kepala diberi bantal.
2) Berbaring miring, kedua lutut dan kedua lengan ditekuk, di bawah
kepala diberi bantal dan di bawah perut sebaiknya diberi bantal juga,
agar perut tidak menggantung.
3) Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua
lengan di samping telinga.
4) Duduk membungkuk, kedua lengan diatas sandaran kursi atau diatas
tempat tidur. Kedua kaki tidak boleh mengantung.
5) Keempat posisi tersebut dapat dipergunakan selama ada his dan pada
saat itu ibu harus dapat mengonsentrasikan diri pada pernapasan atau
pada sesuatu yang menyenangkan (Salmah, 2006).
b. Deselerasi
Adalah penurunan sementara denyut jantung janin di bawah nilai
normal. Disebabkan oleh respon parasimpatik, dapat dalam bentuk yang
tidak menyenangkan.
Ada empat tipe deselerasi :
1. deselerasi dini yaitu penurunan sementara denyut jantung janin di
bawah nilai normal sejalan kontraksi 29pile. Penyebab : kompresi
kepala sebagai akibat kontraksi 29pile, pemeriksaan dalam, tekanan
fundus, pemasangan alat pemantau internal.
2. deselerasi lambat yaitu penurunan sementara denyut jantung janin di
bawah nilai normal pada fase kontraksi. Penyebab : insufisiensi
uteruplasenta disebabkan oleh hiperaktivitas atau hipertonisitas 29pile,
hipontensi supin pada ibu, anastesi spinal atau epidural, plasenta
previa, solusio plasenta, gangguan hipertensi, iugr, diabetes mellitus
dan amnionitis.
3. deselerasi variasi yaitu penurunan sementara denyut jantung janin
mendadak yang bervariasi dalam durasi, intensitas, dan waktu awitan
kontraksi. Penyebab : kompresi tali pusat disebabkan oleh lilitan tali
pusat, tali pusat pendek, tali pusat membelit, tali pusat 29pilepsy.
4. deselerasi memanjang didefinisikan sebagai deselerasi tersendiri yang
berlangsung 2 menit atau lebih, tetapi kurang dari 10 menit dari awitan
untuk kembali ke normal.Penyebab : pemeriksaan panggul,
pemasangan elektroda spiral, penurunan janin yang cepat,
penggunaan 29pilepsy valsava, 29pilepsy tali pusat, kejang ibu
termasuk eklampsi dan 29pilepsy, hipotensi ibu pada posisi terlentang.
SOAL KASUS MATERNITAS…
1. Pada kala II wanita akan mengalami nyeri……..
a. Visceral
b. Perineal
c. Uteroservikal
d. Afterpains
e. Somatic
Kunci jawaban E
4. Wanita usia 26 tahun G1P0A0 usia kehamilan 38 minggu datang ke Rumah Sakit
dengan keluhan perutnya mulas mulas yang semakin sering, pasien dalam keadaan
cemas, hasil pemeriksaan keadaan umum baik, TD 110/70mmHg, Nadi 81x/menit,
Nafas 24x/menit, TFU 30 cm, kepala sudah masuk 2/5, hasil VT : portio tipis lunak,
pembukaan serv!ks 8 cm, selaput k3tuban masih utuh, presentasi kepala.
a. Pengkajianibu
b. Pengkajianjanin
c. Pengkajianfisik
d. Pengkajianpsikososial
e. Pengkajian kemajuan persalinan
Kunci jawaban E
5. Perempuan usia 35 tahun P3A0 post partum 2 minggu datang ke poli klinik
kandungan dengan mengeluh demam, nyeri bagian bawah perut, menggigil, lokhia
berbau dan mengeluarkan nanah, hasil pemeriksaan tekanan darah 100/80 mmHg,
Nadi 110 x/menit, nafas 25x/menit, suhu badan 38,5 derajat selsius, terdapat nyeri
tekan uterus.
a. Post Partum
b. Inpartu Kala I
c. Inpartu Kala II
d. Inpatu Kala III
e. Inpartu Fase Aktif
Kunci Jawaban D
a. DJJ
b. USG
c. EKG
d. Darah lengkap
e. Foto rontgen
Kunci jawaban B
a. Aktivitas Ny. A
b. Tanda – tanda vital
c. Riwayat kehamilan
d. Hasil pemeriksaan laboratorium darah
e. Komposisi bahan makanan yang di makan
Kunci jawaban E
DAFTAR PUSTAKA
Baiti. (2007). Rasa Sakit Melahirkan. Diakses tanggal 9 Februari pada
http://rumahkusorgaku.multiply.com/journal/item/105.
Imami. (2007). Nyeri pada Persalinan.dan Penatalaksanaannya secara Non Farmakologik.
Diakses tanggal 7 Februari 2012.
Mirzanie. (2005). Pediatricia. Jakarta: Tosca Enterprise.
Rosemary. (2004). Nyeri Persalinan. Jakarta:EGC.
Tubagus. (2011). Cara untuk Mengurang Persalinan. Diakses tanggal 9 Februari 2012 pada
http://j3ffunk.blogspot.com/2011/05/cara-untuk-mengurangi-nyeri-persalinan.html