Anda di halaman 1dari 7

 Galeri

 Posts Tagged ‘ANATOMI DAN FISIOLOGI HUMOR AKUOS’

 Glaukoma, penyakit mata


 Posted by: marhenyantoz on: 28/03/2011
 Di: Kesehatan

 Komentar Dinonaktifkanpada Glaukoma, penyakit mata


 Glaukoma adalah suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola
mata relatif cukup besar untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan
menyebabkan kelainan lapang pandang. Berdasarkan Survei Kesehatan
Indera Penglihatan tahun 1993-1996 yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia didapatkan bahwa glaukoma merupakan
penyebab kebutaan nomer 2 sesudah katarak (prevalensi 0,16%). Katarak
1,02%, Glaukoma 0,16%, Refraksi 0,11% dan Retina 0,09%. Akibat dari
kebutaan itu akan mempengaruhi kualitas hidup penderita terutama pada
usia produktif, sehingga akan berpengaruh juga terhadap sumberdaya
manusia pada umumnya dan khususnya Indonesia.
 Kebutaan akibat glaukoma bersifat irreversibel/menetap tidak seperti
kebutaan karena katarak yang dapat diatasi setelah dilakukan operasi
pengambilan lensa katarak. Jadi usaha pencegahan kebutaan pada glaukoma
bersifat prevensi/pencegahan kebutaan dengan jalan menemukan dan
mengobati/ menangani penderita sedini mungkin. Sayangnya tidak mudah
untuk menemukan glaukoma dalam stadium awal karena sebagian besar
kasus glaukoma awal tidak memberikan gejala yang berarti bahkan
asimptomatik, kalaupun ada gejala biasanya hanya berupa rasa tidak enak di
mata, pegal-pegal di mata atau sakit kepala separoh yang ringan. Gejala-
gejala tersebut tidak menyebabkan penderita memeriksakan ke dokter atau
paramedis. Disamping ketidaktahuan penderita tentang penyakitnya maka
peranan tenaga medis dalam mendiagnosis glaukoma awal juga perlu
mendapat perhatian, sehingga dapat menemukan glaukoma dalam stadium
dini.
 ANATOMI DAN FISIOLOGI HUMOR AKUOS
 Humor akuos berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk
organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea,
disamping itu juga berguna untuk mengangkut zat buangan hasil
metabolisme pada kedua organ tersebut. Adanya cairan tersebut akan
mempertahankan bentuk mata dan menimbulkan tekanan dalam bola
mata/tekanan intra okuler. Tekanan intraokuler inilah yang berperan dalam
terjadinya glaukoma sehingga menimbulkan kerusakan pada saraf optik.
Humor akuos diproduksi oleh badan silier, masuk ke dalam bilik mata
belakang kemudian mengalir ke bilik mata depan melalui pupil. Setelah
sampai ke bilik mata depan humor akuos akan meninggalkan bola mata
melalui suatu bangunan yang disebut trabekulum yang terletak di sudut
iridokornea. Keseimbangan antara produksi dan pengeluaran/ pembuangan
humor akuos inilah yang menentukan jumlah humor akuos di dalam bola
mata.
 Pada penderita dengan dugaan glaukoma harus dilakukan pemeriksaan
sebagai berikut:
 Biomikroskopi, untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma
primer atau sekunder.
 Gonioskopi, menggunakan lensa gonioskop. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk melihat sudut pembuangan humor akuos sehingga dapat ditentukan
jenis glaukomanya sudut terbuka atau tertutup.
 Oftalmoskopi, yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf
optik berdasarkan penilaian bentuk saraf optik menggunakan alat
oftalmoskop direk.
 OCT (Optical Coherent Tomography). Alat ini berguna untuk mengukur
ketebalan serabut saraf sekitar papil saraf optik sehingga jika terdapat
kerusakan dapat segera dideteksi sebelum terjadi kerusakan lapang
pandangan, sehingga glaukoma dapat ditemukan dalam stadium dini
 Perimetri, alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan
yang disebabkan oleh kerusakan saraf optik.
 Tonometri, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur besarnya tekanan
bola mata/tekanan intraokuler/TIO.
 PENANGANAN GLAUKOMA
 Tekanan intraokuler (TIO) merupakan faktor penting pada glaukoma
meskipun TIO bukan merupakan penentu pada diagnosis glaukoma.
Sebagian besar dari jenis glaukoma mempunyai tekanan intraokuler yang
tinggi dan menyebabkan timbulnya gejala rasa sakit di mata bahkan
menimbulkan penurunan tajam penglihatan dan kelainan lapang pandang.
Pada semua jenis glaukoma akan terjadi kerusakan saraf optik baik pada
glaukoma dengan tekanan tinggi maupun dengan tekanan rendah, sampai
saat ini hanya penurunan TIO yang telah dibuktikan dapat mencegah
kerusakan saraf optik lebih lanjut. Jadi tujuan penanganan glaukoma adalah
mempertahankan penglihatan dengan jalan mencegah kerusakan saraf optik
lebih berat dengan cara menurunkan TIO sampai ke level “TIO aman”.
 Penanganan glaukoma dilakukan berdasarkan kepada prinsip-prinsip di
bawah ini:
 Makin tinggi TIO, makin besar risiko kerusakan saraf optik.
 Terdapat beberapa faktor lain selain TIO yang mempengaruhi kerusakan
saraf optk, tetapi faktor tsb belum diketahui dengan jelas.
 Pada pasien glaukoma, penurunan tekanan akan menurunkan risiko
kerusakan lebih lanjut tetapi belum dapat diketahui pada tekanan berapa
kerusakan tersebut berhenti, jadi perlu follow-up terus menerus.
 Setiap pengobatan atau tindakan untuk menurunkan TIO pasti mempunyai
efek samping dan membutuhkan biaya.
 Keberhasilan penanganan glaukoma adalah penurunan TIO secukupnya
sehingga selama hidup pasien masih mempunyai penglihatan yang bagus,
dengan efek samping sekecil mungkin dan biaya seringan mungkin.
 Penurunan TIO dapat dilakukan dengan beberapa cara:
 Menurunkan produksi humor akuos ( timolol maleat, inhibitor karbonik
anhidrase )
 Menambah pembuangan humor akuos ( pilokarpin, analog prostaglandin,
trabekuloplasti dg laser )
 Merusak badan silier ( siklokrioterapi, siklofotokoagulasi )
 Operasi filtrasi (trabekulektomi, pemasangan implant seton, ahmed,
molteno)
 PEMBAGIAN GLAUKOMA
 Berdasarkan penyebab, glaukoma dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
 Glaukoma primer, jenis ini dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan mekanisme
terjadinya glaukoma yaitu
o a) Glaukoma primer sudut terbuka dan
o b) Glaukoma primer sudut tertutup
 Glaukoma sekunder
 Glaukoma kongenital.
 GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERBUKA
 Gejala:
 Awal :
 mungkin tanpa gejala
 rasa capai pada mata
 rasa pegal pada mata
 fluktuasi tajam penglihatan
 kadang-kadang melihat seperti pelangi sekitar lampu
 Lanjut :
 penyempitan lapang pandang – buta
 Pemeriksaan :
 visus mungkin masih baik, kecuali pada stadium lanjut
 mata tenang
 bilik mata depan dalam
 0,5)³oftalmoskopik: tampak penggaungan yang melebar (CD ratio
 gonioskopik: sudut terbuka dan normal
 21 mmHg³tonometrik: tekanan
 pemeriksaan lapang pandang: kelainan lapang pandang ( skotoma Bjerrum,
skotoma Seidel, skotoma arcuata atau nasal step)
 OCT: terdapat penipisan serabut saraf .
 Pemeriksaan :
 Terapi : Turunkan tekanan intraokuler sampai tekanan yang aman bagi mata
tersebut, dengan prinsip pemakaian sesedikit mungkin obat dengan dosis
sekecil mungkin.
 Obat :
 Timolol atau Betaxolol tetes mata 0,25 – 0,50 %, 2 kali sehari, dan atau
 Pilokarpin tetes mata 1 – 4 %, 4-6 kali sehari, dan atau
 Acetazolamide tablet 250 mg, 3-4 kali sehari..
 Operasi :
 Trabekuloplasti dengan laser, atau
 Trabekulektomi, atau
 Pemasangan implant untuk filtrasi.
 Waspada : anggota keluarga perlu diperiksa
 LOW TENSION GLAUKOMA/ NORMOTENSION GLAUKOMA
 Terdapat glaukoma dengan tekanan tidak tinggi, mungkin hanya sekitar 20
mmHg atau di bawahnya, tetapi terdapat kerusakan papil saraf optik dan
kelainan lapang pandang yang berciri kerusakan karena tekanan tinggi, dan
pada pemeriksaan OCT terdapat penipisan serabut saraf. Keadaan ini
mempunyai gejala dan tanda seperti glaukoma primer sudut terbuka, terapi
sama dengan glaukoma primer sudut terbuka.
 GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERTUTUP
 Gejala:
 Akut :
 rasa sakit berat (cekot-cekot) di mata, dapat sampai sakit kepala dan muntah-
muntah.
 mata merah, berair
 penglihatan kabur
 Kronik :
 gejala hampir sama dengan yang akut tetapi rasa sakit, merah dan kabur
dapat hilang dengan sendirinya, dan terjadi serangan berulang beberapa kali.
Biasanya rasa sakit kurang berat dibandingkan dengan yang akut.
 Pemeriksaan:
 Akut :
 visus turun
 konjungtiva hiperemi
 kornea keruh/udem
 bilik mata depan dangkal
 pupil lebar/lonjong dengan diameter ? 6-7 mm
 oftalmoskopik: papil mungkin masih normal
 tonometrik : tekanan intraokuler tinggi, bisa sampai 60 mmHg
 gonioskopik: sudut tertutup
 lapang pandang: terdapat kelainan yang tidak khas, atau mungkin masih
normal.
 Kronik:
 seperti tanda akut tetapi biasanya lebih ringan
 dijumpai tanda-tanda bahwa proses telah berlangsung berulang dan lama
yaitu: degenerasi koenea, atrofi iris, neovaskularisasi iris,glaukoma flecken
dan sinekia anterior perifer.
 Terapi:
 Segera turunkan tekanan intraokuler dengan pemberian:
 zat hiperosmotik untuk mengurangi volume badan kaca sehingga lensa dan
iris akan bergerak ke posterior, hal ini akan membantu pembukaan sudut
yang tertutup tersebut. Misal diberikan gliserol 50 %, 1-1,5 mg/kgBB per os,
1 kali. Atau infus Mannitol 20 %, 1-1,5 mg/kgBB, dalam 45 menit.
 Acetazolamide 62,5-500 mg per os, 3-4 kali sehari. – Timolol/betaxolol 0,25
– 0,50 % tetes mata, 2 kali sehari. – Pilokarpin 2 -4 % tetes mata, 3-4 kali
sehari.
 Setelah serangan akut teratasi/tekanan turun dan sudut sudah terbuka, maka
segera dilakukan iridektomi perifer atau iridotomi dengan laser pada mata
tersebut, sedangkan untuk mata yang satu dilakukan juga iridektomi perifer /
iridotomi laser sebagai tindakan preventif. Untuk mata yang sehat jika tidak
dilakukan iridektomi perifer dapat diberikan pilokarpin dan timolol untuk
mencegah penutupan sudut. Jika setelah tekanan turun sudut tidak dapat
terbuka kembali maka lakukan operasi filtrasi misal trabekulektomi. Jika 24
jam tekanan tidak turun maka lakukan segera operasi filtrasi.
 GLAUKOMA SEKUNDER
 Pada glaukoma jenis ini terjadi akibat penyakit/kelainan mata yang lain
misalnya:
 Inflamasi mata/ uveitis
 Trauma yang merusak sudut iridokornea atau menyebabkan iris menutup
sudut atau menyebabkan blok pupil atau blok silier.
 Kelainan lensa. Misal lensa maju akibat katarak insipien.
 Obat-obatan, misal pemakaian steroid yang lama.
 Neovaskularisasi sudut, misal pada penderita Diabetes Melitus.
 Sindroma pigmentari, disini terdapat sumbatan trabekulum oleh pigmen iris.
 Sindroma eksfoliatif, terdapat sumbatan pada trabekulum oleh bahan yang
lepas pada sindroma ini.
 Kenaikan tahanan vena episklera, misal adanya fistula karotiko-kavernosa.
 Operasi mata, misal operasi katarak.
 Gejala :
 Tergantung kecepatan kenaikan TIO, jika kenaikan TIO terjadi perlahan-
lahan maka tidak menimbulkan gejala yang nyata. Jika TIO naik dengan
cepat dan tinggi maka dapat terjadi gejala sbb :
 penglihatan kabur
 mata merah
 rasa sakit di mata dan sakit kepala.
 Pemeriksaan :
 visus turun
 konjungtiva hiperemi
 kornea keruh
 pupil kecil atau lebar, tergantung penyebab. Jika karena uveitis maka pupil
kecil dan terdapat sinekia posterior.
 dijumpai kelainan mata yang lain sesuai dengan penyebab.
 oftalmoskopi: papil dapat normal atau penggaungan bertambah.
 gonioskopik : terbuka atau tertutup tergantung penyebab. – tonometrik:
tekanan intraokuler ? 21 mmHg.
 lapang pandang: masih normal atau ada kelainan tergantung beratnya
penyakit.
 Terapi :
 Segera turunkan tekanan intraokuler dengan pemberian:
 Zat hiperosmotik, Gliserol per os atau Mannitol infus.
 Timolol/ Betaxolol 0,25 – 0,50 % tetes mata, 2 kali sehari
 Acetazolamide 250 per os, 3 – 4 kali sehari.
 Terapi penyakit dasar/penyebab dan hentikan pemakaian steroid jika
penyebabnya adalah steroid.

 GLAUKOMA KONGENITAL
 Glaukoma ini disebut juga glaukoma infantil, terjadi pada bayi dan anak
yang disebabkan oleh kelainan pembentukan sudut iridokornea. Gejala dan
tanda dapat terlihat pada saat lahir atau pada tahun awal kehidupan
 Gejala:
 fotofobia/takut sinar
 mata berair
 Pemeriksaan:
 kornea keruh, membesar
 mata menonjol
 tekanan intraokuler naik.
 Terapi:
 goniotomi atau
 trabekulotomi atau
 trabekulektomi atau
 pemasangan implant filtrasi
 Tidak ada operasi yang memuaskan untuk glaukoma kongenital, sering
memerlukan operasi ulangan
 Sumber : RS. Dr.Yap Yoyakarta
 Artikel Lain Terkait Glaukoma silahkan meluncur langsung ke :
 RS. Dr. Yap Yogyakarta
 Glaukoma
 Teknik Baru Mendeteksi Glaukoma






Anda mungkin juga menyukai