Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan keperawatan
sebagaimana

halnya

merupakan

pendidikan

bagian

kedokteran,

dari

kesehatan

pendidikan

kesehatan

masyarakat,

farmasi,

kedokteran gigi dan lain-lain.Pendidikan keperawatan merupakan pendidikan profesi


dimana polanya harus dikembangkan sesuai dengan kaidah ilmu dan profesi yang
dilandaskan oleh akademik dan keprofesian.
Orientasi pendidikan keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatan kualitas
tenaga perawat yang profesional melalui jenjang pendidikan, oleh karna itu maka
pendidikan keperawatan meliputi pendidikan akademik dan profesi.
Sebenarnya pengembangan sistem pendidikan tinggi sangat berperan dalam
pengembangan pelayanan keperawatan secara professional, tekhnologi keperawatan
serta pembinaan keprofesiaan, karena pendidikan keperawatan sebagai sarana
mencapai profesionalisme keperawatan.
Selain itu sebagai institusi pendidikan tinggi, keperawatan harus mampu membina
dan menumbuhkan sikap dan tingkah laku professional sesuai dengan tuntutan profesi,
memberi landasan pengetahuan yang kokoh baik kelompok ilmu keperawatan atau ilmu
dasar atau penunjang asuhan keperawatan, membina keterampilan professional yang
mencakup keterampilan intelektual, tekhnikal dan interpersonal serta membina
landasan etik keperawatan sebagai dasar dalam kehidupan keprofesian.
B. Rumusan Masalah
a. Jelaskan Pengertian Keperawatan dan Profesi keperawatan !
b. Sebutkan Karakteristik profesi keperawatan !
c. Bagaimana Perkembangan Profesionalisme Keperawatan?
d. Sebutkan Tujuan Pendidikan Profesi Keperawatan !
e. Sebutkan Jenis Pendidikan Keperawatan di Indonesia !
f. Jelaskan Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia!
C. Tujuan
a. Untuk Mengetahui pengertian Keperawatan dan Profesi keperawatan
b. Untuk Mengetahui Karakteristik profesi keperawatan
c. Untuk Mengetahui Perkembangan Profesionalisme Keperawatan

d. Untuk Mengetahui Tujuan Pendidikan Profesi Keperawatan


e. Untuk Mengetahui Jenis Pendidikan Keperawatan di Indonesia
f. Untuk Mengetahui Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keperawatan dan Profesi keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayan
kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi aspek biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual yang bersifat kompherensip, ditujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat yang sehat maupun yang sakit mencakup hidup manusia
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Winsley (1964) Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu
sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak
tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki
kode etik dengan fokus utama pada pelayanan.
Profesi keperawatan adalah profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari
profesi lain, dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam
sistem pelayanan kesehatan agar keberadaannya mendapat pengakuan dari
masyarakat.
B. Karakteristik profesi keperawatan
Menurut Lindberg, Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan Pepper (1993) serta
Berger dan Williams (1992), keperawatan sebagai suatu profesi memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan masalah
dalam tatanan praktik keperawatan. Pada awalnya praktik keperawatan dilandasi oleh
ketrampilan yang bersifat intuitif. Sebagai suatu disiplin, sekarang keperawatan disebut
sebagai suatu ilmu dimana keperawatan banyak sekali menerapkan ilmu-ilmu dasar
seperti ilmu perilaku, social, fisika, biomedik dan lain-lain. Selain itu keperawatan juga
mempelajari pengetahuan inti yang menunjang praktik keperawatan yaitu fungsi tubuh
manusia yang berkaitan dengan sehat dan sakit serta pokok bahasan pemberian
b.

asuhan keperawatan secara langsung kepada klien.


Kemampuan
memberikan
pelayanan
yang

unik

kepada

masyarakat.

Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada sesorang dalam melakukan
kegiatan untuk menunjang kesehatan dan penyembuhan serta membantu kemandirian
klien.
c. Pendidikan yang memenuhi standart dan diselenggarakan di perguruan tinggi atau
universitas. Beralihnya pendidikan keperawatan kepada institusi pendidikan tinggi
memberikan kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan pengetahuan dan
ketrampilan intelektual, interpersonal dan tehnikal yang memungkinkan mereka
menjalankan peran dengan lebih terpadu dalam pelayanan kesehatan yang menyeluruh
dan berkesinambungan. Disampingg itu perawat dituntut untuk mengembangkan Iptek
keperawatan.
d. Pengendalian terhadap standart praktik. Standart adalah pernyatan atau criteria tentang
kualitas praktik. Standart praktik keperawatan menekankan kepada tangung jawab dan

tangung gugat perawat untuk memenuhi standart yang telah ditetapkan yang bertujuan
menlindungi masyarakat maupun perawat. Perawat bekerja tidak dibawah pengawasan
e.

dan pengendalian profesi lain.


Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan.
Tangung gugat accountable berarti perawat bertanggung jawab pelayanan yang
diberikan kepada klien. Tanggung gugat mengandung aspek legal terhadap kelompok
sejawat, atasan dan konsumen. Konsep tangung gugat mempunyai dua implikasi yaitu
bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dan juga

f.

menerima tanggung jawab dengan tidak melakukan tindakan pada situasi tertentu.
Karir seumur hidup. Dibedakan dengan tugas/job yang merupakan bagian dari
pekerjaan rutin. Perawat bekerja sebagai tenaga penuh yang dibekali dengan

pendidikan dan ketrampilan yang menjadi pilihannya sendiri sepanjang hayat.


g. Fungsi mandiri. Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan keperawatan
walaupun kegiatan kolaborasi dengan profesi lain kadang kala dilakukan dimana itu
semua didasarkan kepada kebutuhan klien bukan sebagai ekstensi intervensi profesi
lain.

C. Perkembangan Profesionalisme Keperawatan


Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia,
yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya
perawat saat itu adalah di karenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat
membantu atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat
melalui pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya.
Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI
melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut
perawat bertekad dan bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu
bidang keprofesian. Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan
seiring dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia.
Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatar belakang
pendidikan Diploma III keperawatan.

Perkembangan

pendidikan

keperawatan

dalam

rangka

menuju

tingkat

keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diploma saja, untuk terus


mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul
dengan pendirian program paska sarjana FIK UI (1999). Peningkatan kualitas
organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui berbagai cara dan pendekatan
antara lain :
1. Mengembangkan system seleksi kepengurusan melalui penetapan criteria dari berbagai
aspek kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi organisasi,
dedikasi serta keseterdiaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.
2. Memiliki serangkaian program yang kongkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan
organisasi dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah rogram
3.

pendidikan berkelanjutan bagi para anggotanya.


Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh

penghargaan yang sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.


4. Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan dapat
berbicara

banyak

dan

memiliki

potensi

untuk

menduduki

berbagai

posisi

dipemerintahan atau sector swasta.


5. Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar negeri,
bukan hanya untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikut sertakan pengurus daerah
yang berpotensi untuk dikembangkan.
D. Tujuan Pendidikan Profesi Keperawatan
Tujuan pendidikan tinggi keperawatan pada institusi pendidikan tinggi keperawatan
diharapkan mampu melakukan hal-hal antara lain :
1. Menumbuhkan/membina sikap dan tingkah laku professional yang sesuai dengan
tuntunan profesi keperawatan.
2. Membangun landasan ilmu pengetahuan yang kokoh.
3. Menumbuhkan/membina keterampilan professional.
4. Menumbuhkan/membina landasan etik keperawatan yang kokoh dan mantap sebagai
tuntutan utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan dan dalam
kehidupan keprofesian.
E. Jenis Pendidikan Keperawatan di Indonesia.
Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia
mencakup:
Jenis Pendidikan Keperawatan Indonesia:

1. Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan


penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat.
2. Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan dan
pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang mengcakup program sarjana, magister,
doktor.
3. Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai kompetensi
profesi perawat.

F. Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia.

bu, 14 November 2012


MAKALAH TENTANG PENDIDIKAN KEPERAWATAN DAN PERAN PERAWAT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting, dimana kesehatan adalah


tujuan dari setiap praktisi kesehatan termasuk perawat. Berbicara mengenai
perawat, perawat adalah seorang yang erat hubungannya dengan pasien dimana
tiap harinya berinteraksi penuh dengan pasien sesuai tugas dan tanggung
jawabnya. Mengingat pentingnya peran perawat tidaklah tidak mungkin kalau
kadang terjadi hal yang salah baik dari segi kedinasan, tanggung jawab sesuai

fungsi, kolaboratif dan lain lain, untuk itu perawat perlu bersatu untuk mewujudkan
hal atau cita cita yang tidak mungkin diwujudkan secara individu. Dalam
mewujudkan cita cita maka perlu juga setiap perawat mendapatkan pendidikan,
ketrampilan, yang berkompeten demi terwujudnya perawat profesional.
Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif. Perawat menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran
pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat
bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik.

1.2

Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pendidikan keperawatan di Indonesia ?
2. Apa saja peran perawat ?

1.3

Tujuan makalah

Dengan membaca makalah ini, mahasiswa mampu mengenal


pendidikan keperawatan di Indonesia dan memahami peran perawat

sistem

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Sistem Pendidikan Keperawatan di Indonesia

Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia
mencakup:
1.

Pendidikan Vokasional; yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya


untuk memiliki keahlian ilmu terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah
Republik Indonesia.

2.

Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca sarjana
yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu

3.

Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang


mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan
keahlian khusus.

4.

Sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup program pendidikan


diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor.
Sesuai dengan amanah UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tersebut Organisasi
Profesi yaitu Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan Asosiasi Pendidikan
Ners Indonesia (AIPNI), bersama dukungan dari Kementerian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas), telah menyusun dan memperbaharui kelengkapan sebagai suatu
profesi.
Perkembangan pendidikan keperawatan sungguh sangat panjang dengan
berbagai dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia, tetapi sejak tahun 1983
saat deklarasi dan kongres Nasional pendidikan keperawatan indonesia yang
dikawal oleh PPNI dan diikuti oleh seluruh komponen keperawatan indonesia, serta
dukungan penuh dari pemerintah kemendiknas dan kemkes saat itu serta difasilitasi
oleh Konsorsium Pendidikan Ilmu kesehatan saat itu, sepakat bahwa pendidikan
keperawatan Indonesia adalah pendidikan profesi dan oleh karena itu harus berada
pada pendidikan jenjang Tinggi.dan sejak itu pulalah mulai dikaji dan dirangcang
suatu bentuk pendidikan keperawatan Indonesia yang pertama yaitu di Universitas
Indonesia yang program pertamannya dibuka tahun 1985.
Sejak 2008 PPNI, AIPNI dan dukungan serta bekerjasama dengan
Kemendiknas melalui project Health Profession Educational Quality (HPEQ),
menperbaharui dan menyusun kembali Standar Kompetensi Perawat Indonesia,
Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan Indonesia, Standar Pendidikan Ners,

standar borang akreditasi pendidikan ners Indonesia. dan semua standar tersebut
mengacu pada Peraturan Presiden Nomor.8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) dan sat ini sudah diselesaikan menjadi dokumen negara
yang berkaitan dengan arah dan kebijakan tentang pendidikan keperawatan
Indonesia.
Standar-standar yang dimaksud diatas juga mengacu pada perkembangan
keilmuan keperawatan, perkembangan dunia kerja yang selalu berubah, dibawah ini
sekilas saya sampaikan beberapa hal yang tertulis dalam dokumen Naskah
Akademik Pendidikan Keperawatan, yang berkaitan dengan Jenis, jenjang, Gelar
akademik dan Level KKNI;

Jenis Pendidikan Keperawatan Indonesia:


1.

Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan


penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat

2.

Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada


penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang mengcakup
program sarjana, magister, doktor.

3.

Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai kompetensi


profesi perawat.
Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia dan sebutan Gelar:

1.

Pendidikan jenjang Diploma Tiga keperawatan lulusannya mendapat sebutan Ahli


Madya Keperawatan (AMD.Kep)

2.

Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (Sarjana+Profesi), lulusannya mendapat


sebutan
Ners (Nurse),sebutan gelarnya (Ns)
3. Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya mendapat gelar
(M.Kep)
4. Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:
1) Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya (Sp.KMB)
2) Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya (Sp.Kep.Mat)
3) Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya (Sp.Kep.Kom)
4) Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya (Sp.Kep.Anak)

5) Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya (Sp.Kep.Jiwa)


5. Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, Lulusannya (Dr.Kep)
Lulusan pendidikan tinggi keperawatan sesuai dengan level KKNI, adalah
sebagai berikut:
1. Diploma tiga Keperawatan - Level KKNI 5
2. Ners (Sarjana+Ners) - Level KKNI 7
3. Magister keperawatan - Level KKNI 8
4. Ners Spesialis Keperawatan - Level KKNI 8
5. Doktor keperawatan - Level KKNI 9

2.2

Peran Perawat

Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk
kejelasan. Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dan system, dimana dapat dipengaruhi oleh
keadaan social baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang
bersifat konstan.

1. Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.


Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memeperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan
kompleks. Sepuluh faktor Asuhan dalam Keperawatan :
1. Menunjukkan system nilai kemanusian dan altruisme.
2. Memberi harapan dengan :
- Mengembangkan sikap dalam membina hubungan dengan klien
- Memfasilitasi untuk optimis
- Percaya dan penuh harapan

3. Menunjukkan sensivitas antara satu dengan yang lain.


4. Mengembangkan hubungan saling percaya : komunikasi efektif, empati, dan
hangat.
5.
Ekspresi perasaan positif dan negative melalui tukar pendapat tentang
perasaan.
6. Menggunakan proses pemecahan mesalah yang kreatif
7. Meningkatkan hubungan interpersonal dan proses belajar mengajar
8. Memeberi support, perlindungan, koreksi mental, sosiokultural dan lingkungan
spiritual
9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
10. Melibatkan eksistensi fenomena aspek spiritual.

Kekuatan dalam Asuhan :


1.

Aspek Transformasi Perawat membantu klien untuk mengontrol perasaannya dan


berpartisipasi aktif dalam asuhan.
2. Integrasi asuhan Mengintegrasikan individu ke dalam sosialnya.
3. Aspek Pembelaan Membatu klien memilih support social, emosional, spiritual.
4. Aspek penyembuhan
5. Aspek Partisipasi.
6. Pemecahan masalah dengan metoda ilmiah.

2. Peran Sebagai Advokat ( Pembela) Klien


Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
meninterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik- baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien


yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas
kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan
klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan
termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan
kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien .

Hak-Hak Klien antara lain :


- Hak atas pelayanan yang sebaik- baiknya
- Hak atas informasi tentang penyakitnya
- Hak atas privacy
- Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
- Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan

3. Peran Sebagai Edukator

1.

Peran ini dilakukan untuk :


Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien mengatasi
kesehatanya.
2. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien
4. Peran Sebagai Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.Tujuan
Perawat sebagi coordinator adalah :
a. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan
klien.
b. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
c. Menggunakan keterampilan perawat untuk :
- Merencanakan

- Mengorganisasikan
- Mengarahkan
- Mengontrol
5. Peran Sebagai Kolaborator
Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Peran Sebagai Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
7. Peran Sebagai Pembeharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan
metode pemberian pelayanan keperawatan.
Peran perawat sebagai pembeharu dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya :
-

Kemajuan teknologi

Perubahan lisensi-regulasi

Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan

Meningkatnya berbagai tipe petugas asuhan kesehatan.

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan
Keperawatan adalah sebuah profesi, di mana di dalamnya terdapat sebuah
body of knowledge yang jelas. Profesi Keperawatan memiliki dasar pendidikan
yang kuat, sehingga dapat dikembangkan setinggi- tingginya. Hal ini menyebabkan
Profesi Keperawatan selalu dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk
berpartisipasi aktif dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia dalam upaya
meningkatakan profesionalisme Keperawatan agar dapat memajukan pelayanan
masyarakat akan kesehatan di negeri ini.
Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam
praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi
kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab
keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesional. Dimana setiap
peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.
3.2

Saran saran
Adapun saran saran dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Bagi Mahasiswa

Diharapakan mampu mengenal sistem pendidikan keperawatan di Indonesia dan


memahami peran perawat
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapakan dengan adanya makalah ini dapat menambah buku buku di
perpustakaan.
3. Bagi Institusi Pelayanan Perawat
Bagi perawat di Rumah Sakit diharapkan mempelajari kembali mengenai peran
perannya melalui kegiatan seminar ataupun pelatihan demi meningkatkan
pengetahuan, pemahaman dan kesiapan perawat bekerja sama dengan tim
kesehatan lain guna memberikan pelayanan yang sebaik baiknya terhadap klien

Diposkan oleh zekariya zefili di 23.21

PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN


Januari 26, 2011 4 Komentar

PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN


A.

B.

Defenisi Pendidikan dalam Keperawatan

Untuk mengatahui definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita telah


memiliki rumusan formal dan operasional, sebagaimana termaktub dalam
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni: Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan


bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat,
baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Pendidikan dalam keperawatan adalah usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan ilmu dan kiat
keperawatan yang dimilikinya sehingga dapat diaplikasikan dalam bentuk
pelayanan professional yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan
masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.

Pendidik kesehatan adalah : seseorang yang memberi pendidikan maupun


bimbingan kepada orang lain dibidang kesehatan, dengan tujuan terjadinya
perubahan tingkah laku positif tentang kesehatan untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal.

Peserta didik adalah : klien (individu,keluarga,masyarakat) yang


mendapatkan materi pendidikan atau bimbingan di bidang kesehatan,
sehingga klien tersebut secara mandiri mau melakukan perubahan tingkah
laku yang positif dan permanen dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

Sejarah dan Perkembanagan Pendidikan Keperawatan

1.

Sejarah Pendidikan Keperawatan


Zaman purbakala ( Primitif Culture )

Manusia percaya bahwa apa yang ada di bumi, mempunyai kekuatan spritual/mistik yang
mempengaruhi kehidupan manusia (animisme) Sakit di sebabkan oleh kekuatan alam/kekuatan
gaib (batu-batu besar, gunung tinggi & pohon-pohon besar) serta masyarakat masih percaya pada
dukun

Zaman mesir

Masyarakat percaya dewa ibis mampu menyembuhkan penyakit di Cina, syetan sebagai
penyebab penyakit akibatnya perawat tidak di perkenankan untuk merawat.

Pertengahan abad VI masehi

Keperawatan berkembang di benua asia tepatnya asia barat daya yaitu timur tengah seiring
dengan perkembangan agama Islam.

Abad VII

Di jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan
obat-obatan.
Keperawatan mengalami kemajuan dengan prinsip dasar kesehatan pentingnya kebersihan diri
(personal hygiene), kebersihan makanan, air & lingkungan. Tokoh yang terkenal dari dunia arab
pada masa itu adalah Rafidah.

Permulaan abad XVI

Orientasi masyarakat pada saat terjadi perang dimana rumah ibadah banyak yang tutup yang
biasanya di gunakan untuk merawat orang sakit.
Perawat di gaji rendah dengan jam kerja yang lama pada kondisi kerja yang buruk. Sisi positif
dari perang untuk perkembangan keperawatan korban banyak membutuhkan tenaga sukarela
sebagai perawat (orde-orde agama, istri yg mengikuti suami perang & tentara-tentara yang
merangkap sebagai perawat) konsep P3K.
Rumah sakit yang berperan besar tahap perkembangan keperawatan pada masa kini (zaman
pertengahan) yaitu hotel Dieu di Lion awalnya perawat mantan seks yang bertobat, tidak lama
kemudian menggunakan perawat yang terdidik dari rumah sakit tersebut.

Hotel Dieu di Paris orde agama, setelah revolusi orde agama dihapus di ganti orang-orang bebas
yang tidak terikat agama, pelapor perawat terkenal rumah sakit ini yaitu Genevieve Bouquet
St. Thomas Hospital, di dirikan tahun 1123 M Florence Nigtingale memperbaharui keperawatan.

Pertengahan abad XVIII XIX

Keperawatan mulai di percaya orang yaitu Florence Nigthingale.


Beliau lahir tahun 1820 dari keluarga kaya, terhormat, tumbuh & berkembang di Inggris, di
terima mengikuti kursus pendidikan perawat usia 31 tahun.
2.

Perkembangan Keperawatan Di Indonesia

Masa pemerintahan Belanda

Perawat berasal dari penduduk pribumi (Velpleger) di bantu penjaga orang


sakit (Zieken Oppaser)

Bekerja di R.S Binnen Hospital di Jakarta (1799) memelihara kesehatan staf &
tentara Belanda

Membentuk dinas kesehatan tentara & dinas kesehatan rakyat

Masa VOC (Gubenur Inggris Rafles 1812-1816)

Kesehatan adalah milik manusia melakukan pencacaran umum.

Membenahi cara perawatan pasien dengan gangguann jiwa.

Memperhatikan kesehatan & perawatan para tahanan.

1. 3.

Perkembangan Organisasi Profesi Keperawatan

Beberapa organisasi keperawatan


1. ICN (International Council of Nurses) organisasi profesional wanita pertama di
dunia di dirikan tgl 1 Juli 1899 o/ Mrs.Bedford Fenwick.

Tujuannya:

Memperkokoh silaturahmi perawat seluruh dunia

Memberi kesempatan bertemu bagi perawat di seluruh dunia untuk


membicarakan masalah keperawatan.

Menjunjung peraturan dlm ICN agar dapat mencapai kemajuan dalam


pelayanan, pendidikan keperawatan berdasarkan kode etik profesi
keperawatan.

1. ANA di dirikan tahun 1800 yg anggotanya dari negara- negara bagian,


berperan:

Menetapkan standar praktek keperawatan.

Canadian Nurse Association (CNA) tujuan sama dengan ANA memberikan izin
praktek keperawatan mandiri.

1. NLN (National League for Nursing) di dirikan tahun 1952, tujuan untuk
pengembangan & peningkatan mutu pelayanan keperawatan & pendidikkan
keperawatan.
2. British Nurse Association di dirikan tahun 1887, tujannya:

memperkuat persatuan & kesatuan seluruh perawat di Inggris & berusaha memperoleh
pengakuan terhadap profesi keperawatan.
1. PPNI di dirikan 17 Maret 1974.
1. C.

Tujuan Pendidikan Dalam Keperawatan

Tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum, seperti menjadi manusia yang baik, bertanggung
jawaab, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan
negara, dan sebagainya.
Dalam dunia pendidikan dikenal sejumlah usaha untuk menguraikan tujuan yang sangat umum
tersebut. Salah seorang diantaranya adalah Herbert Spencer (1860) yang menganalisis tujuan
pendidikan dalam lima bagian, yang berkenaan dengan:
1. Kegiatan demi kelangsungan hidup.
2. Usaha mencari nafkah.
3. Pendidikan anak.
4. Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan negara.
5. Penggunaan waktu senggang.

Tujuan pendidikan yang dikemukakan Herbert Spencer tersebut didasarkan atas apa yang
dianggapnya paling berharga dan perlu untuk setiap orang bagi kehidupannya dalam masyarakat.

Bloom cs mebedakan tiga kategori tujuan pendidikan, yaitu :


1. 1.

Kognitif (head)

Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individual mengenal dunia sekitarnya yang
meliputi perkembangan intelektual atau mental. Tujuan kognitif dibagi dalam 6 bagian, yaitu;
a)

Knowledge (Pengetahuan)

Meliputi informasi dan fakta yang dapat dikuasai melalui hafalan untuk diingat.
b)

Comprehension (Pemahaman)

Merupakan kesanggupan untuk menyatakan suatu definisi, rumusan, menafsirkan suatu teori.
c)

Application (Penerapan)

Merupakan kesanggupan menerapkan atau menggunakan suatu pengertian, konsep, prinsip, teori
yang memerlukan penguasaan pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam.
d)

Analysis (Analisis)

Yaitu kemampuan untuk menguraikan sesuatu dalam unsur-unsurnya misalnya analisis hubungan
antara masyarakat dengan alam dan jagad raya.
e)

Synthesis (Sintesis)

Yaitu kesanggupan untuk melihat hubungan antara sejumlah unsur.


f)

Evaluation (Penilaian)

Penilaian berdasarkan bukti-bukti atau kriteria tertentu.


1. 2.

Afektif (heart)

Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, dan nilai-nilai atau perkembangan
emosional dan moral. Tujuan afektif dibagi dalam 5 bagian, yaitu;
a)

Receiving

Menerima, menaruh perhatian terhadap nilai tertentu.


b)

Responding (Merespon)

Yaitu memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu, menunjukan kesediaan dan kerelaan untuk
merespon, merasa puas dalam merespon.
c)

Valuing (Menghargai)

Yaitu menerima suatu norma, menghargai suatu norma, dan mengikat diri pada norma tersebut.
d)

Organization (Organisasi)

Membentuk suatu konsep tentang suatu nilai, menyusun suatu sistem nilai-nilai.
e)

Characterization by Value or Value Complex

Mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga merupakan watak seseorang, norma itu menjadi
bagian diri pribadi.
1. 3.

Psikomotor (hand)

Tujuan psikomotor menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung unsur motoris.


Peran perawat tidak hanya care giver (pemberi asuhan) saja tetapi juga sebagai concelor,
educator dan concultant, sehingga dengan perannya tersebut seorang perawat memerlukan
pengetahuan tentang pendidikan agar bisa memberikan pendidikan secara sistematis sesuai cara,
metode dan media pendidikan yang benar dan tepat terhadap klien, sehingga hasil dari
pendidikan yang diberikan kepada klien bisa tercapai tepat sasaran dan tepat guna.
Perawat Harus menguasai bidang pendidikan, karena dengan mempelajari ilmu pendidikan
seorang mahasiswa prodi keperawatan diharapkan dapat memberi dan menerima informasi yang
akan dibutuhkan dalam menghadapi pasien ( orang lain) sehingga mampu mengarahkan pada
pencapaian kompetensi profesional.
1. D.

Fungsi Pendidikan Keperawatan


1. Fungsi pendidikan

Fungsi ini terdiri atas tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1. Peserta didik dalam hal kaulifikasi/persyaratan, mekanisme seleksi dan
penerimaan, serta daya tampung peserta didik.
2. Proses pendidikan yang mencakup tujuan pendidikan/rumusan kompetensi,
kurikulum pendidikan, proses pembelajaran/evaluasi hasil belajar, fasilitas
sumber daya pendidikan, dan rumah sakit pendidikan.

3. Lulusan yang mencakup kaulifikasi/persyaratan, mekanisme penilaian


akhir/keprofesian, dan jumlah yang diluluskan dan sebaran.
4. Fungsi penelitian

Fungsi ini mencakup :


1. Berperan aktif dalam riset dasar dan terapan, pengembangan ilmu
pengetahuan ilmu keperawatan, mengembangangkan teknologi
keperawatan, meningkatkan mutu, dan memperluas jangkauan pelayanan
2. Manfaatkan tekhnologi maju secara tepat dalam rangka meningkatkan mutu
dan memperluas jangkauan pelayanan professional
3. Melaksanakan berbagai bentuk kegiatan ilmiah yang meliputi
ceramah/diskusi ilmiah, forum ilmiah, tulisan ilmiah/majalah ilmiah dan
pengawal ilmu keperawatan.
4. Fungsi pengabdian masyarakat

Fungsi ini mencakup :


1. Pelayanan kepada masyarakat melalui berbagai bentuk, sifat dan jenjang
pelayanan kepada masyarakat, serta membangun model pelayanan/asuhan
keperawatan
2. Pendidikan dan bimbingan masyarakat dengan cara membina kemampuan
masyarakat mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi.
3. Mengarahkan kemampuan masyarakat untuk mengorganisir dan
melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan professional
4. Memberi konsultasi dalam keperawatan kepada berbagai pihak yang
memerlukan.
1. E.

Peran Pendidikan Tinggi Keperawatan


1. Membina sikap pandangan dan kemampuan professional

Pendidikan tinggi keperawatan sangat berperan dalam membina sikap, pandangan dan
kemampuan professional, lulusannya. Diharapkan perawat mampu bersikap dan berpandangan
professional, berwawasan keperawatan yang luas, serta mempunyai pengetahuan ilmiah
keperawatan yang memadai, dan menguasai keterampilan professional secara baik dan benar
(Husin, 1966).
Sebagai perawat profesioanal diperoleh kepuasaan kerja yang selanjutnya memacu pencapaian
kemampuan melalui penampilan kerja yang lebih baik lagi. Kemampuan berpikir kritis dalam

mengambil keputusan serta mampu mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakan yang


dilakukan merupakan salah satu factor utama tercapainya kepuasaan kerja (Jones dan Beck,
1996). Kepuasaan kerja perawat akan menghasilkan kepuasaan pada pemakai jasa keperawatan,
baik masyarakat maupun intitusi tempat bekerja.
1. Meningkatkan mutu pelayanan/ askep dan kesehatan

Pendidikan keperawatan menghasilkan perawat yang bersikap professional mencakup


keterampilan intelektual, interpersonal, dan tekhnikal, mampu mempertanggungjawabkan secara
legal, keputusan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan standar dan kode etik profesi, serta
dapat menjadi contoh peran bagi perawat lain.
Teori dan model keperawatan dapat dikatakan bermanfaat, jika bisa diterapkan dipelayanan,
begitu pula dengan system manajemen keperawatan yang dipelajari selama pendidikan. Fasilitas
pelayanan yang dapat digunakan sebagai sumber pendidikan yang diharapkan cukup kondusif
untuk proses pembelajaran peserta didik (Hamid, 1997)
1. Menyelesaikan masalah keperawatan dan mengembangkan iptek
keperawatan melalui keperawatan

Kerja sama yang terjalin dengan baik antara institusi pendidikan dan pelayanan memungkinkan
terjadinya transformasi IPTEK, termasuk teridentifikasinya masalah kesehatan, khususnya yang
terkait dengan masalah keperawatan untuk penelitian keperawatan yang bertujuan menghasilkan
jawaban terhadap pertanyaan, menghasilkan solusi masalah, baik melalui produk berupa
tekhnologi atau metode baru maupun produk jasa serta menguji teori berdasarkan kondisi atau
fakta baru. (Leddy dan Pepper, 1993; Mayer, Medden dan Lawrence, 1990)
1. Meningkatkan kehidupan keprofesian melalui organisasi profesi

Pendididkan tinggi keperawatan akan memfasilitasi perkembangan kehidupan organisasi


keperawatan untuk lebih professional. Dengan pendidikan profesioanal, perawat sebagai anggota
dari suatu organisasi profesi akan lebih memahami dan menghayati peran, tanggung jawab, dan
haknya sebagai anggota organisasi profesi yang memiliki sifat, pandangan, dan kemampuan
professional sangat memungkinkan organisasi keperawatan berperan sabagai pengendali mutu
pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat melalui pengaturan hak, tanggung jawab, dan
kewengan tiap perawat berdasarkan kompetensi yang dimiliki (SCHMALE,1996).
Selain itu, organisasi profesi akan lebih berperan dalam proses pengembangan dan pembinaan
keterampilan professional dan menerapkan kode etik profesi bagi tiap anggotanya melalui
pengaturan dan pengadaan system pendidikan berkelanjutan serta mengendalikan pemanfaatan
dan pengembangan IPTEK keperawatan(husin, 1999).

1. F.

Penataan Pendidikan Tinggi Keperawatan

Penataan pendidikan ini dimulai dengan penataan system pendidikan keperawatan yang dimulai
dari:
1. Program pendidikan D-III keperawatan program pendidikan ini akan
menghasilkan perawat Vokasional (ahli madya keperawatan) yang
dikembangkan dengan landasan keilmuan dan keprofesian serta diharapkan
memiliki tingkah laku dan kemampuan professional serta akuntabel dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dasar secara mandiri dibawa sepervisi.
Mereka diharapkan mempunyai kemampuan mengelolah peraktek
keperawatan yang sesuai dangan kebutuhan klien.
2. Program pendidikan ners

Program pendidikan ini menghasilkan sarjana keperawatan dan professional (Ns = first
professional degree) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan professional, serta akuntabel
untuk melaksanakan asuhan keperawatan dasar sampai dengan tingkat kerumitan tertentu secara
mandiri. Mereka dituntut untuk memiliki kemampuan dalam meningkatkan mutu pelayanan
dengan memanfaatkan IPTEK keperawatan yang maju secara tepat guna, serta kemampuan
melaksanakan riset keperawatan dasar dan penerapan yang sederhana.
1. Program magister keperawatan program ini menghasilkan perawat ilmuan
(scintist) dengan sikap tingkah laku dan kemampuan sebagai ilmuan
keperawatan yang diharapkan mempunyai kemampuan: meningkatkan
pelayanan profesi dengan jalan penelitian dan pengembangan, berpartisipasi
dalam pengembangan bidang ilmunya, mengembangkan penampilanya
dalam spectrum yang lebih luas dengan mengaitkan ilmu/profesi yang serupa
serta merumuskan pendekatan penyelesaian berbagai masalah masyarakat
dengan cara penalaran ilmiah (keputusan Mendikbud
Nomor.056/U/1994/pasal 2 ayat 3).
2. Program pendidikan ners spesialis

Program pendidikan ini menghasilkan perawat ilmuan (magister) dan professional (Ns spesialis
= second professional degree) dengan sikap, tingkah laku, dan keterampilan professional serta
akuntabel untuk melaksanakan prektik keperawatan spesialistik ners spesialis merupakan ilmuan
dalam bidang ilmu keperawatan klinik dengan kemampuan dan tanggung jawab sebagai ilmuan
klinik (SK Mendikbud No.056/U/1994).
1. G.

Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan

Kata sistem menjadi populer dengan munculnya pendekatan sistem yang digunakan dalam
berbagai bidang ilmu. Sistem secara teknis berarti seperangkat komponen yang saling
berhubungan dan bekrja bersama sama untuk mencapai suatu tujuan . kata sistem berasal dari

bahasa latin (syst dan ema) dan bahasa yunani (sust dan ema ) adalah suatu kesatuan yang terdiri
dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi,
materi, atau energi. istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan suatu kesatuan yang
berintraksi, ketika suatu model matematika sering kali dapat buat.
sistem merupakan kesatuan bagian bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu
wilayah serta memiliki item-item penggerak. misalnya, negara yang merupakan suatu kumpulan
dalam beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga
membentuk suatu negara dengan rakyat sebagai penggeraknya. sistem sering kali digunakan
baik dalam prcakapan sehari-hari , forum diskusi maupun dokumen ilmiah.
Landasan pembangunan sistem pendidikan tinggi keperawatan di indonesia merupakan bagian
terintegrasi dari sistem pendidikan tinggi nasional karena hakikat pendidikan tinggi keperawatan
sebagai pendidikan profesi dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Melalui pelaksanaan tiga fungsi
pokok pendidikan tinggi keperawatan, yaitu pendidikan keperawatan, riset keperawatan dan
pengabdian masyarakat ,di harapkan pendidikan tinggi keperawatan menghasilkan berbagai
karakter dan sifat lulusan yang kompoten dalam bidang pelayanan dan konsultasi keperawatan
bagi masyarakat. Pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan merupakan pandangan
filosifis atau paradigma tentang keperawatan , orientsi pendidikan tinggi , kerangka konsep
pendidikan tinggi keperawatan , dan kelompok ilmu keperawatan.
1. H.

Pendidikan Profesi Keperawatan

Pendidikan tinggi keperawatan dikembangkan berdasarkan dan bertolak dari paradigma


keperawatan. Orientasi pendidikan tinggi keperawatan yang mantap dan kerangka konsep
pendidikan tinggi yang kokoh memungkinkan profesi keperawatan menghadapi masa depan dan
tidak tergoyangkan oleh perubahan perubahan pandangan perorangan, terutama yang bersifat
menyimpang dari hakikat keperawatan yang sesungguhnya. Kperawatan berkeyakinan dan
berpandangan bahwa manusia dan kemanusian merupakan focus utama dari setiap upaya
pelayanan keperawatan dengan menjunjung tinggi nilai dan martabatnya sebagai makhluk
ciptaan Tuhan. Bertolak dari pandangan ini disusun paradigm keperawatan yang terdiri dari 4
konsep yaitu manusia, lingkungan, sehat, dan Keperawatan.
Kelly (1981) dalam Marifin (2003) mengembangkan criteria profesi meliputi :
1. Layanan yang diberikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
kemanusiaan.
2. Adanya body of knowledge yang khusus dipelajari dan dikembangkan melalui
proses penelitian.

3. Layanan yang diberikan termasuk aktivitas intelektual, tanggung jawab dan


tanggung gugat secara individu merupakan suatu tangtangan yang besar
dan harus dijawab.
4. Perawat praktisi relative bebas dan dapat mengontrol kebijakan dan aktivitas
yang mereka perbuat (otonomi).
5. Perawat praktisi harus memiliki dasar pendidikan di institusi pendidikan
tinggi.
6. Pearwat praktisi`memberikan pelayanan dengan motivasi altruistikdan
menganggap bahwa pekerjaan yang mereka lakukan merupakan kegiatan
terpenting di hidupnya
7. Terdapat kode etik yang memberikan panduan dalam mengambil keputusan
dan meneruskan praktik yang mereka lakukan
8. Terdapat organisasi profesi yang dapat memberikan bantuan dan dorongan
dalam menerapkan standar praktek keperawatan.

Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi mengarahkan hasil pendidikan menjadi


tenaga professional. Melalui sistim pendidikan ini, dihasilkan perawat yang dapat menjalankan
peran dan fungsinya sesuai dengan tuntutan profesi untuk memberikan pelayanan professional
kepada masyarakat. Peran perawat sebagai :
1. Mitra kerja

Hubungan perawat-klien merupakan hubungan yang memerlukan kerja sama yang harmonis atas
dasar kemitraan sehingga perlu dibina rasa saling percaya, mengasihi dan menghargai.
1. Sumber informasi

Perawat harus mampu memberikan informasi yang akurat, jelas, dan rasional kepada klien dalam
suasana yang bersahabat dan akrab.
1. Pendidik

Perawat harus berupaya memberikan pendidikan, pelatihan dan bimbingan pada klien atau
keluarganya terutama dalam mengatasi masalah kesehatan.
1. Pemimpin

Perawat harus mampu memimpin klien atau keluarga untuk memecahkan masalah kesehatan
melalui proses kerja sama dan partisipasi klien.
1. Wali atau pengganti

Perawat merupakan individu yang dipercaya klien untuk berperan sebagai orang tua, tokoh
masyarakat atau rohaniawan guna membantu memenuhi kebutuhan.
1. Konselor

Perawat harus dapat memberi bimbingan terhadap masalah klien sehingga pemecahan masalah
akan mudah dilakukan.
Akan tetapi pendidikan profesi keperawatan yang bertujuan mewujudkan pelayanan professional
harus dilandasi oleh kemampuan meneliti dari peserta didiknya. Kemampuan ini ditimbulkan
melalui keingintahuan yang tinggi selama proses pendidikan yang dipelihara sedemikan rupa
sehingga setelah lulus perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan yang berbasis fakta
(Evidence based practice).

DAFTAR PUSTAKA
Simamora Roymond H.,M.Kep, Ns.2009.Pendidikan Dalam Keperawatan.Jakarta:EGC.
Salam dan Salmon,Ferry.2009. Pendidikan Dalam Keperawatan.Jakarta:Salemba.
http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/pendidikan-keperawatan.html
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-pendidikanmenurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/
About these ads
Memuat...
NURSINGKepeRawatan, MAKALAH & ASKEP

Post navigation
2 HAL YANG PERLU KITA INGAT & 2 HAL YANG PERLU KITA LUPAKAN
SANITASI PERUMAHAN

4 thoughts on PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN

1.

lpkmedan
November 7, 2012 pada 5:28 am

makalah makalahnya aku lagi pusing nyari makalah pendidikankeperawatan sampai


malam gak bisa tidur karena pagi ini jam 8 harus dikumpul. thanks.. succes for you
always. Iam lazy but dont be lazy to hbe succes.
Balas

istem pendidikan keperawatan Document Transcript

1. DAFTAR ISI

2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan hubungannya sangat


banyak keterlibatan dengan segmen manusia dan kemanusiaan, oleh karena
berbagai masalah kesehatan actual dan potensial. Keperawatan memandang
manusia secara utuh dan unik sehingga praktek keperawatan membutuhkan
penerapan ilmu Pengetahuan dan keterampilan yang kompleks sebagai
upaya untuk memenuhi kebutuhan objektif pasien/klien. Keunikan hubungan
ners dan klien harus dipelihara interaksi dinamikanya dan kontinuitasnya.
Penerimaan dan pengakuan keperawatan sebagai pelayanan professional
diberikan dengan perawat professional sejak tahun 1983, maka upaya
perwujudannya bukanlah hal mudah di Indonesia. Disisi lain keperawatan di
Indonesia menghadapi tuntutan dan kebutuhan eksternal dan internal yang
kesemuanya membutuhkan upaya yang sungguh sungguh dan nyata
keterlibatan berbagai pihak yang terkait dan berkepentingan. B. Tujuan
Tujuan dan manfaat standar keperawatan pada dasarnya mengukur kuaitas
asuhan kinerja perawat dan efektifitas menejemen organisasi. Dalam
pengembangan standar menggunakan pendekatan dan kerangka kerja yang
lazim sehingga dapat ditata siapa yang bertanggung jawab mengembangkan
standar bagaimana proses pengembangan tersebut. Berbagai jenis
keperawatan dapat dikembangkan dengan fokus, orientasi dan pendekatan
yang saling mendukung. Standar asuhan berfokus pada hasil pasien, standar

praktik berorientasi pada kinerja perawat professional untuk memberdayakan


proses keperawatan. Standar finansial juga harus dikembangkan dalam
pengelolaan keperawatan sehingga dapat bermanfaat bagi pasien, profesi
perawat dan organisasi pelayanan.

3. BAB II PEMBAHASAN SISTEM PENDIDIKAN KEPERAWATAN System


pendidikan keperawatan adalah bagian dari system pendidikan tinggi ilmu
kesehatan yang dilaksananakan berdasar kurikulum sehingga diharapkan
terjadi perubahan perilaku (behavioral change) dari mahasiswa yang pada
akhirnyaakan menghasilkan perawat professional dengan berbagai jenjang
kemampuan (ilmuwan, professional/tenaga profesi keperawatan). System
pendidikan tinggi keperawatan yang dikembangkan pada saat ini ditujukan
untuk menjwab tuntutan dan k e b u t u h a n m a s ya r a k a t d a n p e m b
angunankesehatanmasadepankhususnyaterwujudn
yakeperwatansebagaiprofesidalamkesehatandima
s a d e p a n d a n terwujudnya keperawatan sebagai profesi dalam segala
aspeknya. P e r a w a t a d a l a h s e o r a n g p r o f e s s i o n a l y a n g m e
m p u n y a i k e m a m p u a n , tanggung jawab dan kewenangan
melaksanakan pelayanan /asuhan keperawatan pada berbagai jenjang
pelayanan keperawatan (HC, puskesmas, rumah sakit). Fungsi pokok
pendidikan tinggi keperawatan : a. Fungsi pendidikan, b. F u n g s i r i s e t i l
miah(pengembnganprofesiyangterarahpadatuntut
a n kebutuhan dan penerimaan di masyaarakat), c. F u n g s i p e n g a b d i a
nkepadamasyarakatdalambidangkeperawatan
( pelayanan dan konsultasi bidang keperawatan,upaya m e n c a r i d a n
menetapkan model system pemberian pelayanan asuhan keperawatan pada
masyarakat). Landasan pengembangan system pendidikan tinggi
keperawatan; a. Tekanan dan tuntutan kebutuhan masyarakat (prediksi
community need and demand, yaitu bila kebutuhan dan tuntutan masyarkat
meningkat maka dibutuhkan berbagai jenis lulusan dengan berbagai jenjang
kemampuan yang d i p e r l u k a n u n t u k p e l a k s a n a a n s ys t e m p e
m b e r i a n p e l a ya n a n kesehatan panjang maka sedini mungkin peserta
didik harus dikenalkan dengan lingkungan rumah sakit dll) b. M e n y e l e s a
ikanmasalahsecarailmiah,(penalaran
ilmiah/scientificreasoning, penguasaan proses k e p e r a w a t a n / n u r s i n
g p r o c e s s d a n pengambilan keputusan klinis/clinical decision), c. Belajar
sendiri dan mandiri (harus ditumbuhkan sejak awal proses pendidikanm e n u
j u terbinanya sikap dan kemampuan sepanjang hayat, d a n dilaksanakan
dengan beroientasi pada peserta didik/ student oriented), d. B e l a j a r d i m
a s y a r a k a t dengan community based learning : 1) PBK pengalaman
belajar klinik, 2) BL pengalaman belajar lapangan ditumbuhkan dan dibina
kemampuan p e n g a m b i l a n k e p u t u s a n k l i n i k y a n g m e r u p a
k a n p e n e r a p a n s e c a r a terintegrasi kemampuan p e n a l a r a n i l m
i a h d a n p e n a l a r a n e t i k d e n g a n bertolak dari masalah-masalah

4. nyata dalam bidang keparawatan/nursing problem, juga sebagai sarana


adaptasi/sosialisasi professional peserta didik s e h i n g g a l e b i h p e k a t
e r h a d a p k e a d a a n d a n t u n t u t a n masyarakat, lebih m a m p u m e
ngidentifikasimasalahkesehatandimasyarakatdan
l e b i h terampil memanfaatkan berbagai sumber yang potensial untuk

melakukan asuhan keperawatan) Dalam melaksanakan system pendidikan


keperawatan maka diperlukan berbagai sumber pendidikan yang diperlukan
untuk menunjang agar pelaksaan system berjalan dengan maksimal, sumber
pendidikan tersebut adalah : a) .Staff akademik ( dari berbagai kelompok
atau disiplin ilmu menunjang ilmu keperawatan), b) Laboratorium( lab
biomedik dan lab keperawatan dasar) c) Lahan praktik ( puskesmas, rumah
sakit) K o k o h . J e n j a n g a k a d e m i k h a r u s m e n y e l e s a i k a n 1
2 1 s k s r e g u l e r , 5 0 s k s transfer sedangkan jenjang profesi 25 sks. 3) P
r o g r a m m a g i s t e r k e p e r a w a t a n Lulusan jenjang ini diharapkan
berkompeten di bidang kepemimpinan dan manajemen keperawatan, 4) P r o
gramSpesialisbidangkeperawatan.jenjangpendidi
k a n i n i l e b i h merupakan pendidikan yang memperdalam pengetahuan
dan keterampilan keprofesian. Jenjang ini di dasarkan pada .tuntutan
kebutuhan pelayanan k e p e r a w a t a n , d a n p e r k e m b a n g a n i l m u
k h u s u s n y a i l m u keperawatan klinis, mencegah p r a g m e n t a s i y a
n g b e r l e b i h ya n g d a p a t merugikan masyarakat dan perkembangan
profesi keperawatan. 5) Program doctora l 3.KURIKULUM PENDIDIKAN
KEPERAWATAN Menurut SK Mendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Peserta
Didik, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi
maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan
penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar dan mengajar di perguruan tinggi. Kurikulum berfungsi sebagai
instrumen untuk membentuk pola pikir ilmiah,keahlian, dan kepribadian
mahasiswa. Ruang Lingkup kurikulum m e n c a k u p kompetensi lulusan,
materi/isi pembelajaran, sumber belajar, strategi dan metoda pembelajaran,
beban dan masa studi, serta sistem evaluasi hasil belajar Mahasiswa.
Kurikulum dapat berbasis kompetensi dan berbasis riset. Kurikulum berbasis k
ompetensiadalahkurikulumyangdisusunberdasark
a n e l e m e n - e l e m e n kompetensi yang dapat menghantarkan
mahasiswa untuk mencapai kompetensi i u t a m a , p e n d u k u n g d a n l a
i n n ya ya n g t e r k a i t . K u r i k u l u m B e r b a s i s R i s e t a d a l a h k
urikulumyangmendorongmahasiswamemecahkanm
a s a l a h d e n g a n c a r a penelitian/ilmiah (evidence
basedcurriculum/problem solving).

5. Ciri kurikulum berbasis kompetensi : No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti


Pendidikan Tinggi menggantikan S K Mendiknas No. 056/U/1994. Semula
disebut sebagai kurikulum berbasis isi (KBI), kemudian beralih ke kurikulum
berbasis kompetensi (KBK). Hal yang mendasari dan mendorong dilakukan
perubahan orientasi kurikulum dan luaran perguruan tinggi adalah sebagai
berikut: a. A d a n y a k u r i k u l u m y a n g d i s a r a n k a n o l e h U N E S
C O agar lulusan m e m p u n y a i k e m a m p u a n b e l a j a r s e p a n j a n
g h a y a t (life longlearning). K e m a m p u a n i n i d a p a t d i c a p a i a p a
b i l a d i d u k u n g d e n g a n e m p a t p i l a r kemampuan yaitu learning
to know, learning to do, learning to be and learningto live together. b. A d a n
yapersyaratanyangdituntutdariduniakerjayaitupe
n g u a s a a n pengetahuan dan keterampilan (melakukan analisis & sintesis,
penguasaan teknologi informasi, kemampuan berkomunikasi dan
keterampilan minimal d a l a m d u a b a h a s a ) , s i k a p ( k e p e m i m p i

n a n d a n b e k e r j a d a l a m g r u p ) d a n pengenalan s i k a p t e r h a d
appekerjaanterkait(terlatihdalametikakerja,
memaknai globalisasi, fleksibel terhadap pilihan pekerjaan), c. A d a n y a
usaha penyepadanan terhadap b e l a j a r sepanjang hayat, kurikulum inti
dan institusional. persyaratan kerja,

6. BAB III PENUTUP SIMPULAN Keperawatan hubungannya sangat banyak


keterlibatan dengan segmen manusia dan kemanusiaan, oleh karena
berbagai masalah kesehatan actual dan potensial. Keperawatan memandang
manusia secara utuh dan unik sehingga praktek keperawatan membutuhkan
penerapan ilmu Pengetahuan dan keterampilan yang kompleks sebagai
upaya untuk memenuhi kebutuhan objektif pasien/klien. Keunikan hubungan
ners dan klien harus dipelihara interaksi dinamikanya dan kontinuitasnya.

7. DAFTAR PUSTAKA Kusnanto (2004). Pengantar dan praktik keperawatan


professional , EGC. Jakarta http://www.scribd.com/doc/64968812/PendidikanTinggi-Keperawatan-Dan-Proses-Profesionalisasi-Repaired-1

AB II
TINJAUN PUSTAKA
1. PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Menurut (Notoatmodjo. S, 2003: 20) pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam
keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri

untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai
perawat pendidik.

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan


Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosialnya sehingga
produktif secara ekonomi maupun sosial (Notoatmodjo S, 2003:21).

3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan


Menurut ( Notoatmodjo. S, 2003: 27 ) ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari
berbagai dimensi, antara lain: dimensi aspek kesehatan, dimensi tatanan atau tempat pelaksanaan
pendidikan kesehatan,dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.
a. Aspek Kesehatan
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup empat aspek
pokok yaitu:
1. Promosi ( promotif )
2. Pencegahan ( preventif )
3. Penyembuhan ( kuratif )
4. Pemulihan ( rehabilitatif )
b. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi lima
yaitu:
1. Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
2. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid.
3. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan yang
bersangkutan.

4. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum, yang mencakup terminal bus, stasiun,


bandar udara, tempat-tempat olahraga, dan sebagainya.
5. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti: rumah sakit,
Puskesmas, Poliklinik rumah bersalin, dan sebagainya.
c. Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5
tingkat pencegahan dari leavel and clark, sebagai berikut;
1. Promosi kesehatan seperti peningkatan gizi, kebiasaan hidup dan perbaikan sanitasi
lingkungan.
2. Perlindungan khusus seperti adanya program imunisasi.
3. Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera.
d. Pembatasan Cacat yaitu seperti kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit seringkali mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya
sampai tuntas, sedang pengobatan yang tidak sempurna dapat mengakibatkan orang yang ber
sangkutan menjadi cacat.
e. Rehabilitasi (pemulihan).

4. Metode dalam Pendidikan Kesehatan


Menurut ( Notoatmodjo S, 2003:56 ) metode pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu
kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau
individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Dengan kata lain,
dengan adanya pendidikan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan sikap
sasaran. Didalam suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan
yakni perubahan sikap dipengaruhi oleh banyak faktor seperti, faktor yang mempengaruhi suatu
proses pendidikan disamping masukannya sendiri juga metode materi atau pesannya, pendidik
atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu atau alat peraga pendidikan. Agar dicapai
suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara harmonis.
Metode pembelajaran dalam pendidikan kesehatan dapat berupa:

a. Metode Pendidikan Individual


1. Bimbingan dan penyuluhan

2. Wawancara (interview)
b.Metode Pendidikan Kelompok
1. Ceramah
2. Seminar
c. Metode Pendidikan Massa
1. Ceramah umum
2. Pidato melalui media elektronik.

Metode ini dipilih berdasarkan tujuan pendidikan, kemampuan perawat sebagai tenaga pengajar,
kemampuan individu/ keluarga/ kelompok/ masyarakat, besarnya kelompok, waktu pelaksanaan
pendidikan kesehatan, serta ketersediaan fasilitas pendukung.

5. Alat Bantu Pendidikan Kesehatan


Menurut ( Notoatmodjo. S, 2003: 62 ) alat bantu pendidikan kesehatan adalah alat-alat yang
digunakan oleh pendidik dalam penyampaian bahan pendidikan yang biasa dikenal sebagai alat
peraga pengajaran yang berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses
pendidikan, yang kemudian dapat memperoleh pengalaman atau pengetahuan melalui berbagai
macam alat bantu tersebut.
Menurut ( Notoatmodjo. S, 2003: 65 ) pada garis besarnya hanya ada tiga macam alat bantu
pendidikan (alat peraga), yaitu:
a. Alat bantu lihat (visual aids)
b. Alat bantu dengar (audio aids)
c. Alat bantu lihat dengar yang lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA).
Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan
penggunaannya, yaitu:

menurut pembuatan dan

a. Alat peraga yang complicated (rumit)


b. Alat peraga yang sederhana, mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh.

1. Teknik dan strategi pengajaran dikelas dan klinik


teknik pembelajaran dikelas
dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode
secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang
relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan
penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya
tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat
berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama
menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki
sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang
sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan
dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru
yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga
seni (kiat)
Ada beberapa pendapat menyatakan tentang teknik,yaitu:

Menurut Kamus Dewan (edisi ketiga), teknik adalah kaedah mencipta sesuatu hasil seni
seperti muzik, karang-mengarang dan sebagainya.
Menurut Edward M. Anthony mendefinisikan teknik adalah satu muslihat atau strategi
atau taktik yang digunakan oleh guru yang mencapai hasil segera yang maksimum pada
waktu mengajar sesuatu bahagian bahasa tertentu.

Mengikut Kamaruddin Hj. Husin & Siti Hajar Hj. Abdul Aziz dalam bukunya Pengajian
Melayu III : Komunikasi Bahasa, teknik boleh didefinisikan sebagai pengendalian suatu
organisasi yang benar-benar berlaku di dalam bilik darjah di mana ia digunakan untuk
mencapai sesuatu objektif.

Teknik merupakan suatu alat yang digunakan oleh guru bahasa bagi menyampaikan
bahan-bahan pengajaran yang telah dipilih untuk pelajar-pelajarnya. Teknik yang dipilih
haruslah sejajar dengan kaedah yang digunakan dan seirama dengan pendekatan yang
dianuti.

Sedangkan teknik pengajaran itu sendiri adalah cara cara melaksanakan pengajaran atau
mengajar di kelas pada waktu tatap muka dalam rangka menyajikan dan memantapkan
bahan pelajaran agar tujuan pengajaran yang telah ditentukan dapat tercapai.

Tujuan Teknik
1. Menarik Minat murid
2. Mengekalkan perhatian
3. Membangkitkan rasa ingin tahu
Teknik Mengajar Keterampilan Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan
oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Dengan menyimak seseorang dapat menyerap informasi atau pengetahuan yang
disimaknya. Menyimak juga memperlancar keterampilan berbicara dan menulis. Semakin
baik daya simak seseorang maka akan semakin baik pula daya serap informasi atau
pengetahuan yang disimaknya.
Guru dapat menggunakan beberapa teknik dalam keberadaan siswa untuk menjadi
penyimak yang lebih baik. Seorang guru harus dapat mempromosikan suatu sikap dengan
menciptakan lingkungan yang dapat membuat siswa meminati latihan menyimak dengan
menyenangkan. Pertanyaan pertanyaan harus dikembangkan untuk membuat siswa
lebih berminat untuk menyimak sebuah pesan dari pembicara dan keramaian dalam kelas
harus dikurangi. Pendekatan yang tepat dapat diciptakan oleh guru untuk pembelajaran
mendengarkan sambutan/khotbah yang membutuhkan suatu interaksi antara siswa
sebagai penyimak dengan pembicara. Interaksi tersebut membantu siswa untuk menjadi
penyimak yang efektif. Berikut ini dapat membantu siswa untuk menjadi penyimak yang
efektif.
a. Berbicara dengan jelas secara langsung, dan menghindari berbicara pada saat menulis
di papan tulis,
b. Melihat wajah siswa untuk meyakinkan apakah dia mengrti atau tidak apa yang
dijelaskan,
c. Memulai dengan bahan yang berhubungan dengan pengetahuan yang umum,
menggambarkan materi tersebut, merangkai secara logis, dan menutup dengan ringkasan,
d. Memberi perintah yang jelas akan menghindari dua kemungkinan,
e. Mendorong siswa untuk memberi pertanyaan,
f. Menekankan materi penting melalui pengulangan, dan menggunakan gambaran
bantuan visual : seperti chart, model, catatan di papan tulis, dan OHP.
Funk dan Funk (1989) memberi empat saran untuk mengembangkan kemampuan
menyimak di kelas,
a. Guru harus menyampaikan tujuan menyimak.
b. Menciptakan suasana kelas yang kondusif.
c. Guru harus memberikan tindak lanjut dengan segera setelah kegiatan menyimak,
d. Guru harus menggunakan teknik yang dapat mengembangkan menyimak
Beberapa contoh teknik menyimak yang dapat dilakukan seorang guru terhadap anak
didiknya seperti:
1. Teknik simak lanjutkan
2. Teknik bisik berantai
3. Teknik simak jawab

B. Teknik Mengajar Keterampilan Berbicara


Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan
(Tarigan, 1993 : 15). Pendapat yang sama disampaikan oleh Tarigan, dkk (1997 : 13).
Mereka berpendapat bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui
bahasa lisan kepada orang lain. Dua macam pendapat di atas pada dasarnya sama saja,
yakni berbicara merupakan keterampilan atau kemampuan untuk menyampaikan pesan
berupa pikiran, gagasan dan perasaan melalui bahasa lisan kepada orang lain.
Berikut yang merupakan teknik teknik dalam keterampilan berbicara.
Teknik Main Peranan
Main peranan bermaksud melakonkan sesuatu situasi atau masalah atau peristiwa yang
dianggap penting.
Pelajar diberi peranan dan bertindak sebagai watak-watak yang ditentukan dalam satu
situasi yang disediakan.
Main peranan ialah dramatisasi yang tiada kaitan atau penghafalan skrip, dimana
pelakon-pelakon cuba menyelesaikan atau menjelaskan situasi kepada kepada pelajarpelajar lain supaya mempraktikan kepada diri mereka berdasarkan peranan yang
dimainkan secara spontan.
Proses ini biasanya dimulakan dengan pemikiran masalah yang sesuai. Masalah ini
dikemukakan kepada pelajar dengan cara membacakannya atau memperlihatkannya
melalui filem, televisyen, mendengar rakaman dan sebagainya.
Teknik Bercerita
Merupakan salah satu pendekatan yang sesuai digunakan untuk membina kecekapan
berbahasa kerana cerita merupakan sesuatu yang dapat menarik minat dan perhatian
pelajar.
Latihan pemahaman, perluasan perbendaharaan kata dan tatabahasa dapat disampaikan.
Dapat meningkatkan penguasaan kemahiran mendengar, bertutur, membaca dan
menulis dikalangan pelajar.
Perkembangan cerita hendaklah diberi perhatian agar ada peringkat permulaan,
kemuncak dan kesudahan cerita. Perhatian perlu diberi kepada teknik persembahan,
suara, gerak laku dan kawalan mata.
Suara memainkan peranan yang penting dimana ia harus dikawal supaya jangan
mendatar dan tidak menimbulkan kebosanan.
Langkah-langkah dalam persediaan teknik bercerita ialah :
Pilih cerita yang sesuai dengan umur, kecerdasan dan minat murid-murid. Kemudian,
sesuaikan pula dengan isi pelajaran yang hendak disampaikan.
Kaji cerita itu dan cuba masukkan aspek-aspek bahasa.
Hafazkan frasa atau ayat-ayat penting.
Latih bercerita seolah-olah guru berada dihadapan murid-murid sekurang-kurangnya
sekali sebelum menggunakan teknik ini.
Guru bercerita dalam keadaan yang selesa.
Guru boleh menggunakan gambar, objek-objek sebenar atau lain-lain BBM.
Sediakan kad-kad perkataan, frasa-frasa atau ayat-ayat yang berkaitan dengan aspekaspek bahasa yang hendak disampaikan.

Teknik Drama
Sering digunakan dalam kaedah komunikatif dan kaedah yang berasaskan pendekatan induktif
iaitu kaedah terus, elektif dan audiolingual.
Tujuan utama adalah untuk melatih pelajar menggunakan unsur bahasa, unsur paralinguistik
(jeda, nada dan intonasi) dan bukan linguistik (mimik muka, gerak tangan, kepala dan dll)
dengan berkesan dalam sesuatu interaksi bahasa atau perbuatan.
Penggunaannya dapat mendorong dan merangsang pelajar untuk menghubungkan perasaannya
dengan matapelajaran yang dipelajarinya.
Pelajar bebas meluahkan sesuatu, membuat penemuan, memberi dan berkongsi sesuatu.
Drama berperanan sebagai ragam pembelajaran iaitu sebagai salah satu alat bantu pengajaran
dan pembelajaran.
Dapat menimbulkan keseronokan dan keberkesanan pembelajaran kepada pelajar, disamping
dapat menyuburkan sahsiah pelajar.
Teknik Soal Jawab
Merupakan teknik yang paling lama dan paling popular digunakan dalam bidang pendidikan
Pemilihan teknik ini bukan kerana ia mudah dilaksanakan, tetapi ia adalah bentuk yang
berupaya mewujudkan interaksi guru dengan murid secara berkesan.
Teknik ini dilaksanakan dengan cara guru mengemukakan soalan-soalan yang berkaitan dengan
isi pelajaran dan pelajar dikehendaki memberi tindakbalas yang sewajarnya.
Soalan-soalan yang dikemukan memerlukan pelajar berfikir disamping dapat menguji dan
menilai apa yang diajar.
Tujuan utama teknik soal jawab ialah :
1. Untuk mengesan pengetahuan berbahasa murid
2. Untuk menggalakkan pelajar berfikir secara kreatif, inovatif, logik dan kritis.
3. Untuk mendorong pelajar menyusun dan menghuraikan bahan yang diajar.
Soalan yang terancang dan bermutu dapat membantu menajamkan pemikiran pelajar di
samping dapat mewujudkan suasana pembelajaran yang lebih dinamik dan berkesan.
C. Teknik Mengajar Keterampilan Membaca
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas
awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan
menangkap isi bacaan dengan baik. oLeh karena itu guru perlu merancang pembelajaran
membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang
menyenangkan.
Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran
membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain. Permainan
memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak.
Kata kunci: membaca permulaan, permainan, sekolah dasar.
Membaca merupakan salah satu ketrampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran
bahasa Indonesia di sekolah dasar. Keempat aspek tersebut dibagi menjadi dua kelompok besar,
yaitu (1) ketrampilan yang bersifat menerima (reseptif) yang meliputi ketrampilan membaca dan
menyimak, (2) ketrampilan yang bersifat mengungkap (produktif) yang meliputi ketrampilan
menulis dan berbicara (Muchlisoh, 1992: 119).
Teknik pembelajaran membaca melalui permainan bahasa.
Permainan bahasa adalah salah satu cara dalam mempelajari bahasa melalui teknik permainan.

Penglibatan dalam permainan telah memberi peluang kepada pelajar memperolehi latihan
intensif, pembelajaran bermakna dan sebagai alat dianogstik.
Kebanyakan aktiviti yang dijalankan akan menggunakan pelbagai kemahiran berbahasa pelajar
antaranya kemahiran mendengar, bertutur, membaca dan menulis.
Permainan bahasa mempunyai hal tuju yang bertepatan dengan kemauan dalam sistem
pendidikan negaranya dan Falsafah Pendidikan Negara khususnya. Hal tuju ini diinterapetasikan
melalui objektif tersirat dalam permainan bahasa tersebut iaitu :
merangsang interaksi verbal pelajar
menambah kefasihan dan keyakinan
menyediakan konteks pembelajaran
bertindak sebagai alat yang dapat mengikis rasa bosan
bertindak sebagai alat pemulihan, pengukuhan dan penggayaan
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru dapat melakukan simulasi pembelajaran dengan
menggunakan kartu berseri (flash card). Kartu-kartu berseri tersebut dapat berupa kartu
bergambar. Kartu huruf, kartu kata, kartu kalimat. Dalam pembelajaran membaca permulaan
guru dapat menggunakan strategibermain dengan memanfaatkan kartu-kartu huruf. Kartu-kartu
huruf tersebut digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata. Siswa diajak
bermain dengan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau
soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyusun huruf ini adalah ketrampilan
mengeja suatu kata (Rose and Roe, 1990).
Contoh lain teknik mengajar keterampilan membaca antara lain:
a. Teknik baca jawab
b. Teknik baca kritik
c. Teknik baca cerita
D. Teknik Mengajar Keterampilan Menulis
Pengajaran keterampilan menulis secara intensif baru diberikan di kelas 3 dan 4 dalam bentuk
materi paragraf dan karangan. Di kelas 3, pembelajar memperoleh matari paragraf, karangan
bebas dengan tata tulisnya (ejaan). Secara garis besar materi paragraf terdiri atas
1) pengenalan paragraf secara umum;
(2) pengenalan paragraf deduktif;
(3) pengenalan paragraf induktif;
(4) pengenalan paragraf deduktif-induktif;
(5) pengenalan karangan bebas dengan jumlah paragraf terbatas.
Materi paragraf secara bertahap disajikan melalui pengenalan dan pemahaman unsur yang
membangun paragraf sampai pembuatan paragraf. Rinciannya sebagai berikut:
(a) gagasan utama (topik) dan kalimat utama;
(b) gagasan penjelas dan kalimat penjelas;
(c) alat kohesi paragraf, yang meliputi kata ganti, kata kunci, kata hubung (transisi);
(d) koherensi paragraf (keterkaitan dan kesinambungan gagasan);
(e) paragraf utuh.
Pembelajar berlatih menyusun paragraf secara bertahap dengan urutan sebagai berikut:
(a) berlatih mengembangkan gagasan utama menjadi kalimat topik;
(b) berlatih mengembangkan gagasan penjelas menjadi kalimat penjelas;

(c) berlatih melengkapi paragraf dengan kalimat topik;


(d) berlatih menyusun paragraf dari kalimat yang tersedia;
(e) berlatih mengembangkan kalimat topik menjadi paragraf;
(f) berlatih menulis paragraf secara utuh;
(g) berlatih menyusun karangan dari paragaraf yang ada;
(h) berlatih menyusun karangan secara utuh;
Paragraf atau karangan yang telah disusun pembelajar, kemudian diperiksa oleh pengajar satu per
satu. Setelah itu, tulisan mereka dibacakan di dalam kelas, disimak pembelajar lain, dan
didiskusikan di antara mereka. Prosedur ini dilakukan untuk menumbuhkan kompetisi positif di
antara mereka. Sesekali mereka ditugasi menulis karangan di rumah.
Dalam pengajaran materi menulis ini masih sering ditemukan kendala. Kendala yang dimaksud
adalah masih sering ditemukannya kesalahan menulis kata, kesalahan membentuk kata berafiks,
kesalahan menyusun kalimat, kesalahan dalam kohesi dan koherensi paragraf, dan kesalahan
penggunaan ejaan. Dengan cara memeriksa hasil tulisan mereka dan menunjukkan kesalahan
tersebut, kesalahan ini sedikit-sedikit bisa dikurangi. Pengajar sering harus menjelaskan kembali
materi yang sudah diajarkan sebelumnya akibat terjadinya kesalahan dalam proses kreatif ini.
Contoh teknik pembelajaran keterampilan menulis:
a. Teknik mengarang gambar
b. Teknik melanjutkan karangan
c. Teknik mendeskripsikan objek
1. Metode Pembelajaran Klinik
Pengertian
Merupakan salah satu metode mendidik peserta didik di klinik yang memungkinkan pendidikan
memilih dan menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan objektif (tujuan), dan karakteristik
individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep pembelajaran (Nursalam, 2002).
Exsperensial
Pengertian Experensial
suatu metode yang dipergunakan pembimbing akademik dalam membatu peserta didik dalam
menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan terhadap kasus yang terjadi dengan pasien
atau keluarga pasien.
Peran Pembimbing Akademik
1.

Membantu menganalisa situasi klinik melalui pengidentifikasian masalah.

2.

Menentukan tindakan yang akan diambil.

3.

Mengimplementasikan pengetahuan dalam masalah klinik.

4. Menekankan hubungan antara pengalaman belajar lalu dan pengalaman terhadap masalalu
lalu.
5. Berasal dari teori kognitif yang dipadukan dengan teori proses informasi dan teori
pengambilan keputusan.
6. Metode eksperensial meliputi situasi penyelesaian masalah (membantu peserta didik
meningkatkan sikap profesional, mampu menerapkan masalah konseptual keperawatan dalam
kurikulum berdasarkan masalah aktual, menggambarkan secara tertulis kejadian atau peristiwa
klinik) dan situasi pengambilan keputusan (pengujian data yang ada, pengidentifikasian alternatif
tindakan, penentuan prioritas tindakan, pembuatan keputusan) (Nursalam, 2002).
Proses Insiden
1. Membantu peserta didik mengembangkan keterampilan reflektif berdasarkan kejadian
klinik/insiden.
2.

Insiden berasal dari pengalaman praktik aktual atau dikembangkan secara hipotetikan.

3.

Bisa dalam bentuk insiden terkait klien, staf atau tatanan praktik. (Nursalam, 2002)
1. Pengertian Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang dilaksanakan oleh
perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas & melaksanakan asuhan keperawatan, yang
dilakukan oleh Perawat Primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana, serta
melibatkan seluruh anggota tim.
Karakteristik Ronde Keperawatan

Klien dilibatkan secara langsung

Klien merupakan fokus kegiatan

Perawat pelaksana, Perawat primer & konsuler diskusi bersama

Konsuler memfasilitasi kreativitas

Konsuler membantu mengembangkan kemampuan Perawat pelaksana & Perawat primer


untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah

Tujuan Ronde Keperawatan

Menumbuhkan cara berpikir secara kritis


o Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien
o Meningkatkan validitas data klien
o Menilai kemampuan justifikasi
o Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
o Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan

Peran Perawat Dalam Ronde Keperawatan


1. Peran Perawat Primer dan Perawat Pelaksana

Menjelaskan keadaan dan data demografi klien

Menjelaskan masalah keperawatan utama

Menjelaskan intervensi yang belum & yang akan dilakukan

Menjelaskan tindakan selanjutnya

Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil

2. Peran Perawat Primer Lain dan atau Konsuler

Memberikan justifikasi

Memberikan penguatan (reinforcement)

Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang
rasional

Mengarahkan dan koreksi

Mengintegrasikan teori & konsep yang telah dipelajari

Tahap Ronde Keperawatan


1. Tahap Pra Ronde Keperawatan (persiapan)

Penetapan kasus minimal 1 (satu) hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.

Pemberian informed consent kepada klien / keluarga.

2. Tahap Pelaksanaan Ronde

Penjelasan tentang klien oleh Perawat primer/Ketua tim yang difokuskan pada masalah
keperawatan & rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan & memilih prioritas
yang perlu didiskusikan.

Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.

Pemberian justifikasi oleh Perawat primer / perawat konselor/ Kepala ruang tentang
masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.

Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah & yang akan ditetapkan.

3. Tahap Pasca ronde


Mendiskusikan hasil temuan & tindakan pada klien tersebut serta menetapkan tindakan yang
perlu dilakukan

Observasi (Bed Side Teaching)


1. Pengertian
Bed Side Teaching merupakan metode mengajar pada peserta didik, dilakukan disamping tempat
tidur klien meliputi kegiatan mempelajari kondisi klien dan asuhan keperawatan yang
dibutuhkan oleh klien (Nursalam, 2002).
2. Manfaat
Agar pembimbing klinik dapat mengajarkan dan mendidik peserta didik untuk menguasai
keterampilan prosedural, menumbuhkan sikap profesional, mempelajari perkembangan
biologis/fisik, melakukan komunikasi melalui pengamatan langsung (Nursalam, 2002).
3. Prinsip
a.

Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik peserta didik dan klien.

b.

Jumlah peserta didik dibatasi (ideal 5-6 orang)

c.

Diskusi pada awal dan paska demonstrasi didepan klien dilakukan seminimal mungkin.

d. Lanjutkan dengan redemonstrasi


e.

Kaji pemahaman peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang didapatnya saat itu.

f. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah diperoleh peserta didik
sebelumnya, atau apabila peserta didik menghadapi kesulitan menerapkan (Nursalam, 2002).
4. Persiapan
a. Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk menerapkan keterampilan teknik prosedural dan interpersonal.
b.

Koordinasi dengan staff diklinik agar tidak mengganggu jalannya rutinitas perawatan klien.

c.

Melengkapi peralatan atau fasilitas yang akan digunakan (Nursalam, 2002)

Konferensi
1. Dirancang melalui diskusi kelompok
2. Meningkatkan pembelajaran penyelesaian masalah dalam kelompok, melalui analisis
kritikal, pemilihan alternatif pemecahan masalah, dan pendekatan kreaktif.
3. Memberikan kesempatan mengemukakan pendapat dalam menyelesaikan masalah.
4. Menerima umpan balik dari kelompok atau pengajar.
5. Memberi kesempatan terjadi peer review, diskusi kepedulian, issue, dan penyelesaian
masalah oleh disiplin lain.
6. Berinteraksi dan menggunakan orang lain sebagai narasumber.
7. Meningkatkan kemampuaan memformulasikan idea.
8. Adanya kemampuan konstribusi peserta didik.
9. Meningkatkan percaya diri dalam berinteraksi dengan kelompok.
10. Kemampuan menggali perasaan, sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi praktik.
11. Mengembangkan keterampilan beragumentasi.
12. Mengembangkan keterampilan kepemimpinan.
13. Jenis konferensi adalah pre dan post konferensi, peer review, issue dan multidisiplin.
(Nursalam, 2002)

14. Konferen hari pertama


Konferen pra praktik klinik dimana Pembimbing menjelaskan tentang karakteristik ruang rawat,
staf dan tim pelayanan kesahatan lain dimana para peserta didik akan ditempatkan. Pembimbing
mengkaji kembali persiapan peserta didik untuk menghadapi dan memberikan asuhan
keperawatan dengan klien secara baik. mengingatkan peserta didik untuk membawa
perlengkapan dasar. Sedangakan konferensi paska praktik klinik dimana Pembimbing melakukan
diskusi dengan peserta didik untuk membahas tentang klien, pembimbing memberikan
kesempatan untuk peserta didik dalam mengutarakan pendapat, diskusi dilakukan ditempat
khusus atau terpisah.
1. Konferen hari ke dua dan selanjutnya
Konferen pra praktik klinik dimana pembimbing membahas tentang perkembangan klien dan
rencana tinakan dihari kedua dan selanjutnya, menyiapkan kasus lain apabila kondisi klien tidak
mungkin untuk diintervensi. Sedangkan konfenren pasca praktik klinik dilakukan segera setelah
praktik, konferen ini berguna untuk memperoleh kejelasan tentang asuhan yang telah diberikan,
membagi pengalaman antar peseta didik, dan mengenali kualitas keterlibatan peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai