Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

INFEKSI MATERNAL

DIUSUN OLEH
KELOMPOK 2
1. YOKA NOVALIA (2126010021)
2. EKA ALQOMARIA (2126010017)
3. RAHMI HASANAH (2126010028)
4. ATIN ITNAL HAYANI (2126010013)
5. RATIFA CAHAYANI (2126010029)

DOSEN PENGAMPU : Ns. PAWILIYAH, S.Kep.,MAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya
penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ”Keperawatan Maternitas 2” ini dengan
membahas masalah ” Infeksi Maternal “. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
yang diberikan oleh dosen sebagai bahan pertimbangan nilai.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik, walaupun ada beberapa hambatan yang dialami dalam
penyusunan makalah ini.
Namun, berkat motivasi yang disertai kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak
akhirnya berhasil teratasi. Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber
pengetahuan bagi pembaca. Dan apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat
kekurangan, kiranya pembaca dapat memakluminya. Akhir kata dengan kerendahan hati,
kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Sekian dan
terima kasih.

Bengkulu, 08 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
A. Infeksi Maternal...........................................................................................................3
B. Penyakit Menular Seksual............................................................................................4
C. INFEKSI TORCH......................................................................................................12
D. HUMAN PAPILOMAVIRUS...................................................................................19
E. INFEKSI TRAKTUS GENETALIA.........................................................................22
F. INFEKSI PASCAPARTUM......................................................................................24
WOC.....................................................................................................................................29
INFEKSI MATERNAL......................................................................................................29
ASKEP INFEKSI MATERNAL........................................................................................30
BAB III PENUTUP.............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................43

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan umumnya dianggap sebagai kondisi imunosupresi. Perubahan respons
imun dalam kehamilan dapat menurunkan kemampuan ibu melawan infeksi. Selain itu,
perubahan pada traktus genetalia juga mempengaruhi kerentanan. Perubahan
intravaginal ini, yang disertai peningkatan pH vagina, dapat menyebabkan peningkatan
kerentanan (Brunham,dkk.,1990).
Kondisi immunosupresi itulah yang menyebabkan wanita hamil lebih beresiko
terkena infeksi. Diera Globalisasi saat ini sudah menjadi tren bahwa berhubungan seks
sudah biasa dilakukan sehingga mereka tidak memperhatikan efek dari tindakannya
tersebut. Tingginya angka kejadian infeksi menular seksual di kalangan remaja dan
dewasa muda, terutama wanita, merupakan bukti bahwa masih rendahnya pengetahuan
remaja akan infeksi menular seksual. Wanita dalam hal ini sering menjadi korban dari
infeksi menular seksual. Hal ini mungkin disebabkan masih kurangnya penyuluhan-
penyuluhan yang diakukan oleh pemerintah dan badan-badan kesehatan lainnya.
Tidak adanya mata pelajaran yang secara khusus mengajarkan dan memberikan
informasi bagi murid sekolah menengah atas, terutama siswi, juga menjadi salah satu
penyebab tingginya angka kejadian infeksi menular seksual di kalangan remaja.Tidak
hanya mengenai infeksi menular seksual saja infeksi-infeksi yang terjadi pada wanita
juga jarang sekali diajarkan sehingga alasan inilah yang membuat kami menyusun
makalah ini yang berjudul ‘’INFEKSI MATERNAL’’.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Maternal?
2. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Menular Seksual?
3. Apa yang dimaksud dengan Infeksi TORCH?
4. Apa yang dimaksud dengan Human Papilomavirus?
5. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Traktus Genetalia?
6. Apa yang dimaksun dengan Infeksi Pascapartum?

C. Tujuan
1. Menjelaskan yang dimaksud Infeksi Maternal.
2. Menjelaskan yang dimaksud dengan Penyakit Infeksi Menular Seksual.
3. Menjelaskan yang dimaksud dengan Infksi TORCH.

1
4. Menjelaskan yang dimaksud dengan Human Papilomavirus.
5. Menjelaskan yang dimaksud dengan Infeksi Traktus Genetalia.
6. Menjelaskan yang dimaksud dengan Infksi Pascapartum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Infeksi Maternal
Infeksi dalam kehamilan bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas
signifikan. Beberapa akibat infeksi maternal berlangsung seumur hidup, seperti
infertilitas dan sterilitas akibat psikososial dapat meliputi perubahan interpersonal dan
penurunan harga diri. Kondisi-kondisi lain,seperti infeksi yang didapat secara
kongenital, seringkali mempengaruhi lamadan kualitas hidup.
Kehamilan umumnya dianggap sebagai kondisi imunosupresi.Perubahan respons
imun dalam kehamilan dapat menurunkan kemampuan ibu melawan infeksi.Selain itu,
perubahan pada traktus genetalia juga mempengaruhi kerentanan. Perubahan
intravaginal ini, yang disertai peningkatan pH vagina, dapat menyebabkan peningkatan
kerentanan (Brunham,dkk.,1990)
Pendidikan dan konseling merupakan aspek-aspek penting perawatan untuk
mencegah infeksi maternal. Ibu-ibu remaja memiliki resiko tinggi akibat awitan
senggama yang lebih dini dan kemungkinan mereka berhubungan dengan banyak
pasangan. Tren yang berkembang belakangan ini, yakni melakukan hubungan seks
untuk memperoleh obat, juga menyebabkan peningkatan frekuensi infeksi diantara
penduduk desa, wanita miskin, danwanita minoritas (Aral,Holmes,1990).

 Etiologi
- Imunosupresi : pada wanita hamil imunitas menurun sehingga mudahterjadi
infeksi maternal.
- Virus : virus
- Bakteri : Bakteri
- Jamur :
- Perubahan anatomi traktus genatalia : serviks mengalami hipertrofi, dan
semakin luas daerah epitel kolumnar pada ektoserviks yang terpajan
mikroorganisme. Perluasan ektopi serviks selama kehamilan mengakibatkan
mudahnya terkena infeksi.
- Seks bebas : seks bebas juga akan beresiko terkena infeksi. Berhubungan seks
dengan orang yang terinfeksi akan mengakibatkan timbulnya infeksi.
- Perubahan hormon : hormon estrogen

3
- Transfusi darah
- Gaya Hidup : gaya hidup yang beresiko terinfeksi seperti memakai pakaian
teman, memakai handuk bersama, dan lain-lain.
- Jarum suntik : menggunakan jarum suntik yang tidak steril dan bergantian
juga akan beresiko terkena infeksi

B. Penyakit Menular Seksual


Istilah Penyakit Menular Seksual (PMS) mencerminkan definisi setiap mikroba
yang ditularkan seseorang kepada orang lain melalui kontak yang dekat dan intim
(Spense, 1989). Seksual relatif sering terjadi pada kehamilan,terutama pada penduduk
perkotaan, prostitusi mewabah. Penapisan, identifikasi, edukasi dan terapi merupakan
komponen penting pada perawatan prenatal wanita yang beresiko tinggi mengidap
penyakit ini. Penyakit menular seksual yang sering diperiksa adalah siflis,
gonorea,klamidia, herpes, HIV, dan HPV (Cunningham,2005).

1. Infeksi Klamidia
Infeksi Klamidia merupakan epidemic di Amerika Serikat. Chlamydia
Trachomatis, pathogen bakteri yang paling umum ditularkan melalui hubungan
seksual, bertanggung jawab untuk morbiditas substansial, penderitaan pribadi, dan
beban ekonomi yang berat (Schachter, 1989).
C. Trachomatis dapat hidup hanya di dalam sel hidup dan transmisi
terjadi melalui kontak seksual secara langsung atau pemaparan saat lahir. Lima
belas tipe imun C. Trachomatis menyebabkan infeksi pada orang dewasa dan
neonates (Marvin,Slevin,1987).

 Etiologi
Infeksi klamidia disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis,suatu organisme
yang sebagian parasit dan mampu menjadi bagiansel inang selain sebagai
pertahanan diri inang. Organisme tersebut menginvasi sel-sel inang lainya dan
dalam waktu 40 jam melangsungkan infeksi menyeluruh.

 Manifestasi Klinis
Perempuan yang hamil yang terinfeksi dengan chlamidia trachomatis
menunjukkan gejala keluarnya secret vagina, perdarahan, disuria dan nyeri panggul.
Namun sebagian besar wanita hamil tidak menunjukkan gejala.

 Dampak Pada Kehamilan

4
Dampak CT Pada kehamilan dapat mengakibatkan abortus spontan, kelahiran
prematur, dan kematian perinatal. Oleh karenaitu untuk perempuan hamil dengan
resiko tinggi juga dianjurkan untuk dilakukan skrining terhadap infeksi CT pada
saat datang pertama kali dan juga pada trimester ketiga kehamilan. Efeknya pada
janin atau neonatus sering timbul. Lahir mati atau kematian neonates terjadi 10 kali
lebih sering dibanding pada wanita yang tidak terinfeksi (Schachter,1989)

 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis laboratorium definitive dapat dilakukan melalui kultur jaringan
(McGregor,1989). Namun, prosedur ini mahal, memerlukan keahlian dalam
pelaksanaanya, dan memakan waktu empat sampai tujuh hari untuk mengetahui
hasilnya. Ada duametode pendeteksi antigen:
1. Tes Direct immunofluorecent (mis., Mikro Trak), yang memerlukan mikroskop
fluoresen dan memakan waktu 30 menit.
2. Tes Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) (mis.,Clamydiazime), yang
memunculkan tanda berwarna dalam empat jam.Tes-30 menit lebih sesuai
untuk skrining populasi risiko rendah, sementara tes ELISA digunakan untuk
populasi risiko tinggi. Pemeriksaan Kultur dan jaringan dan pemeriksaan
serologi juga dianjurkan untuk menegakkan diagnosa.

 Komplikasi
Efek infeksi yang terjadi kemudian mencakup Salpingitis, Kehamilan Ektopik,
Penyakit radang panggul (PRP), infertilitas(tidak dapat hamil) dan sterilitas (tidak
dapat hamil secara permanen).

 Terapi farmakologi
Terapi antimikroba yang dipilih untuk menangani infeksi klamidia antara lain
Azithromycin atau Doxyciline selama 7 hari, semua pasangan seks harus diobati,
tidak melakukan hubungan seksual hingga pengobatan diselesaikan. Eritromisin
menjadi obat pilihan jika wanita sedang mengandung dan seluruh pasangan seksual
harus diperiksa dan diterapi (CDC,1993).
Dosis : untuk ibu : Doksisilin 100 mg/oral 2 x sehari selama 7 hari dan
Eritromisin 500 mg/oral 4 x sehari selama 7 hari. Sedangkan untuk pengobatan
konjungtivitis neonatus / pneumonia infantil dianjurkan pemberian sirop eritromisin
50 mg/kg BB/oral per hari diberikan dalam 4 dosis selama 14 hari.

 Terapi non farmakologi

5
a) Mengkaji nyeri.
b) Monitor perdarahan.
c) Menginstruksikan klien tentang pentingnya menyelesaikan seluruh perangkat
terapi selama 7 hari.
d) Menekankan kegagalan menyembuhkan pasangan akan mengakibatkan infeksi
berulang.
e) Menjelaskan pentingnya menahan diri dari melakukan hubungan seksual hingga
pengobatan diselesaikan.

2. Gonore
a. Etiologi
Gonore disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoeae, suatu bakteri jenis
diplokokus. Meskipun gonore merupakan suatu PMS , penyakit ini juga
ditularkan melalui kontak langsung dengan lesi terinfeksi dan secara tidak
langsung melalui benda mati atau fomites. Penularan sendiri (self-inoculation)
sering terjadi melalui tangan yang terkontaminasi.

b. Manifestasi klinis
Gonore seringkali hanya menimbulkan gejala ringan pada wanita atau muncul
secara tak terduga di traktus genetalia bagian bawah. Periode inkubasi ialah dua
sampai lima hari.
Gejala infeksi pada traktus urogenetalia bagian bawah mencakup dysuria
disertai poliuria dan sering berkemih (frequency), rabas purulent hijau kuning
dalam jumlah banyak di os servikalis, nyeri tekan di servikal, vulvovaginitis,
bartolinitis, menoragia, dispareunia dan perdarahan antara masa haid dan pasca
partum.
Nyeri pada abdomen bawah, nyeri tekan pada serviks, mual dan muntah
menyertai gejala. Daerah yang paling sering terinfeksi adalah serviks. Pada
pemeriksaan, serviks tampak hipereremis dan erosi dan secret muInfeksi anorektal
didiagnosis melalui adanya peradangan local, rasa terbakar saat berkemih, dan
pruritus.Infeksi orofaring dapat terjadi tanpa gejala atau mengakibatkan
peradangan dan sakit tenggorokan.koporulen.
Infeksi anorektal didiagnosis melalui adanya peradangan local, rasa terbakar saat
berkemih, dan pruritus.Infeksi orofaring dapat terjadi tanpa gejala atau
mengakibatkan peradangan dan sakit tenggorokan.

c. Dampak Pada Kehamilan

6
Infeksi gonorrhea pada kehamilan tidak menimbulkan kelainan kongenital,
tetapi menyebabkan infeksi terutama pada mata dan menimbulkan konjungtivitis
dan dapat menyebabkan kebutaan jika pengobatannya terlambat. Infeksi ini sering
ditemukan pada trimester pertama sebelum korion berfusi dengan desidua dan
mengisi kavum uteri.
Pada tahap lanjut, Neisserioniria gonorrhea diasisiasikan dengan rupture
membrane frematur, kelahiran premature, korioamnionitis, dan infeksi pasca
persalinan. Oleh karena itu, untuk perempuan hamil dengan resiko tinggi
dianjurkan untuk dilakukan skrining terhadap infeksi gonore pada saat datang
untuk pertama kali antenatal dan juga trimester ketiga kehamilan.
Dosis dan obat- obat yang diberikan tidak berbeda dengan keadaan tidak
hamil.( Prawirohardjo dkk,2008)

d. Pemeriksaan Penunjang
Kultur uretra,urin dan kultun specimen vagina dan VDRL.

e. Komplikasi
Pada ibu gonore yang tidak diobati meliputi endometritis gonokokus,
salpingitis akut atau penyakit radang komplikasi panggul (PRP), dermatitis, dan
arthritis. PRP yang simptomatik ataupun asimptomatik dapat mengakibatkan
jaringan parut pada tuba sehingga menyebabkan infertilitas atau kehamilan
ektopik. Infeksi gonore selama kehamilan telah diasosiasikan dengan pelvic
inflammatory disease (PID). Infeksi ini sering ditemukan pada trimester pertama
sebelum korion berfusi dengan desidua dan mengisi kavum uteri.
Pada tahap lanjut, nneisseria gonorrhoeae diasosiasikan dengan ruptur
membran yang prematur , kelahiran prematur, korioamnionitis, dan infeksi pasca
persalinan. Konjungtivitis gonokokal (ophthalmia neonatorum), manifestasi
tersering infeksi perinatal, umumnya ditransmisikan melalui plasenta. Jika tidak
diterapi, kondisi ini dapat mengarah pada perforasi kornea dan panoftalmitis.
Infeksi neonatal lainya yang lebih jarang termasuk meningitis sepsis diseminata
dengan artritis serta infeksi genital dan rektal.

f. Terapi Farmakologi
Semua pasangan seksual harus diobati dengan antibiotik, perempuan
hamil diobati dengan cefixime secara oral atau ceftriaxone melalui injeksi

7
dikombinasikan dengan amoxicillin dan pihak yang terinfeksi harus berpantang
dari hubungan seksual hingga kultur menunjukkan bahwa infe ksi telah sembuh
dan penggunaan kondom dianjurkan saat melakukan hubungan seksual.

g. Terapi Non Farmakologi


1) Monitor Input dan output.
2) Kolaborasi pemberian Diit nutrisi.
3) Instruksikan klien tentang pentingnya menyelesaikan seluruh aturan terapi
antibiotic.
4) Tekankan bahwa kegagalan untuk menangani pasangan akan mengakibatkan
infeksi berulang.
5) Tekankan pentingnya mengobati pasangan seksual dan pantang melakukan
hubungan seksual hingga pengobatan diselesaikan.

3. Sifilis
a. Etiologi
Sifilis disebabkan oleh spirokaeta Treponema Pallidum setelah suatu periode
inkubasi beberapa minggu.Sifilis umumnya ditularkan lewat kontak namun juga
dapat secara vertical pada masa kehamilan.Pada kehamilan gejala klinik tidak
banyak berbeda dengan keadaan tidak hamil.Tranmisi treponema dari ibu kejanin
umumnya terjadi setelah plasenta terbentuk utuh, kira kira sekitar umur kehamilan
16 minggu,oleh karena itu bila sifils primer atau sekunder ditemukan pada 16
minggu, kemungkinan untuk timbulnya sifilis congenital lebih memungkinkan.

b. Manifestasi Klinis
Lesi awal berupa papul berindurasi yang tidak nyeri, kemudian permukaanya
mengalami nekrosis dan ulserasi dengan tepi yang meninggi, teraba keras, dan
berbatas tegas. Jumlah ulserasi biasanya satu namun dapat juga multiple.
Lesi sekunder ditandai dengan malaise, demam, nyeri kepala, limfadenopati
generalisata, ruam generalisata dengan lesi di palmar, plantar, mukosa oral atau
genital, kondiloma nata didaerah intertrigenosa dan alopesia. Lesi kulit biasanya
simetris, dapat berupa makula, papula, papuloskuamosa dan pustul yang jarang
disertai keluhan gatal.

c. Dampak Kehamilan
Jika sifilis ditularkan melalui plasenta, pertumbuhan dalam uterus akan
terhambat, kelahiran premature atau lahir mati dapat terjadi.

8
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan serologi tidak spesifik yang digunakan untuk tujuan skrining,
terdiri dari dua tipe yakni : fiksasi komplemen (Kolmer,Wasserman) dan flokulasi
(Kahn,reagen plasma cepat (RPR :Rapid Plasma Reagin),Laboratoium Riset
Penyakit Hubungan seksual (Venereal Disease Research Laboratories). Hasil
pemeriksaan VDRL positif baru dapat dilihat pada hari ke 10 sampai ke 90 setelah
infeksi.Dengan demikian, infeksi sudah terjadi walaupun hasil VDRL negative.
Pemeriksaan spesifik adanya antigen treponema lebih mahal dan digunakan untuk
diagnosis banding.Pemeriksaan ini mencakup imobilisasi T. Palidum (TPI),
absorpsi antibody treponema fluoresen (FTA-ABS), immunoglobulin M (FTA-
ABS IgM).

e. Komplikasi
Sifilis tersier terjadi pada 1/3 pasien yang tidak diobati. Fase ini dapat terjadi
sejak beberapa bulan hingga beberapa tahun setelah fase laten dimulai. T.
Pallidum menginvasi dan menimbulkan kerusakan pada sistem kardiovaskular,
mata, kulit, serta orang lain. Pada sistem kardiovaskular dapat terjadi aneurisme
aorta dan endokarditis.

f. Terapi Farmakologi
Penisilin dipilih untuk pengobatan sifilis. Pada individu yang alergi terhadap
penisilin, pilihan lain mencakup tetraksiklin atau doksisilin, eritromisin, dan
ceftriaxone.
Tetraksiklin dikontraindikasikan pada kehamian karena efek obat-obatan itu
pada fungsi hati ibu dan pada perubahan warna gigi, serta penurunan
pertumbuhan tulang pada janin. Alternatif pengobatan bagi yang alergi terhadap
penisilin dan tidak hamil dapat diberi doksisiklin per oral, 2x100 mg/hari selama
30 hari atau tetrasiklin per oral 4 x 500 mg/hari selama 30 hari. Alternatif
pengobatan bagi yang alergi terhadap penisilin dan dalam keadaan hamil,
sebaiknya tetap diberi penisilin dengan cara desensitisassi, bila tidak
memungkinkan pemberian eritromisin peroral 4x500mg/hari selami 30 hari dapat
dipertimbangkan. Untuk semua bayi yang baru lahir dari ibu yang sepositif agar
diberi pengobatan benzatinpenisilin 50.000 IU/kg dosis tunggal intramuskular.
Untuk memonitor hasil pengobatan dilakukna pemeriksaaan serologi non
treponemal 1 bulan, 3 bulan, 6 bualan, 1 tahun, dan 2 tahun setelah pengobatan
selesai.

9
g. Terapi Non Farmakologi
1) Ajarkan pentingnya menggunakan alat pencegahan seperti kondom untuk
mencegah menyebarnya PMS.
2) Peroleh specimen untuk kultur dan pengobatan.
3) Tekankan pentingnya menobati pasangan seksual dan pantang melakukan
hubungan seksual hingga pengobatan diselesaikan.

4. Human immunodeficiency Virus /acquared immunodeficiency syndrome


(HIV/AIDS)
Transmisi Human Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus terjadi
terutama melalui pertukaran cairan tubuh (mis., darah, semen, peristiwa perinatal)
(Friedland, Klein, 1987).

a. Manifestasi Klinis
Begitu HIV memasuki tubuh, serum HIV menjadi positif dalam 10 minggu
pertama pemaparan.Gejala meliputi demam, malaise, myalgia, mual, diare, nyeri
tenggorok dan ruam dan dapat menetap selama dua sampai tiga minggu. Beberapa
ketidaknyamanan prenatal (mis., keletihan, anoreksia dan penurunan berat badan)
menyerupai tanda dan gejala infeksi HIV. Diagnosis banding semua keluhan
akibat kehamilan dan gejala infeksi dibenarkan.
Tanda-tanda utama perburukan infeksi HIV meliputi penurunan berat badan
lebih dari 10% berat badan sebelum hamil, diare kronis selama lebih dari satu
bulan, dan demam (intermiten atau konstan) selama lebih dari satu bulan.
Kehamilan tidak dianjurkan jika status HIV positif, dibutuhkan konseling
prakonsepsi. Pemaparan pada virus memiliki dampak yang signifikan pada
kehamilan wanita dan pemberian makan bayi baru lahir.
Diduga bahwa HIV ditransmisikan ke janin dan bayi baru lahir melalui tiga
cara:
a) Ke janin pada awal trimester pertama melalui sirkulasi maternal .
b) Ke bayi selama persalinan dan kelahiran melalui inokulasi atau darah ibu dan
cairan terinfeksi lain yang ditelan janin.
c) Ke bayi melalui air susu ibu (ASI) (ACOG,1992).

b. Periode Parental
Apabila infeksi HIV didiagnosis, wanita diberi penjelasan tentang
konsekuensi yang mungkin terjadi pada bayinya. Apabila ia memilih untuk

10
melanjutkan kehamilanya, ia diberikan konseling tentang teknik berubungan
seksual yang lebih aman. Penggunaan kondom dan spermisida 9 mon-oksinol
dianjurkan untuk meminimalkan pemaparan HIV lebih jauh jika pasangan wanita
tersebut merupakan sumber infeksi. Hal yang sama penting ialah merujuk wanita
tersebut menjalani rehabilitasi untuk menghentikan penyalahgunaan substansi.
Penyalahgunaan alcohol atau obat-obatan lain mengganggu system imun tubuh
dan meningkatkan risiko AIDS dan kondisi terkait:
1) Sistem imun tubuh harus rusak dulu sebelum HIV dapat menimbulkan
penyakit.
2) Alcohol dan obat-obatan mengganggu banyak terapi medis dan terapi
alternative untuk AIDS.

c. Periode Intrapartum
Perawatan wanita bersalin tidak secara substansial berubah karena infeksi
asimptomatik HIV. Model kelahiran yang akan dilakukan didasarkan hanya pada
pertimbangan obstetric karena virus menembus plasenta pada awal kehamilan.
Fokus utama adalah mencegah persebaran nosocomial HIV dan melindungi tenaga
perawatan kesehatan. Pemantauan janin secara elektronik dan eksternal lebih
dipilih jika pemantauan diperlukan.Ada kemungkinan inokulasi virus ke neonatus
jika pengambilan sampel darah dilakukan pada kulit kepala janin atau elektroda
dipasang pada kulit kepala janin.

d. Periode Pascapartum
Hanya sedikit diketahui tentang kondisi klinis wanita yang terinfeksi HIV
selama periode pascapartum. Walaupun periode pasca partum awal tidak
signifikan, follow-up yang lebih lama menunjukkan frekuensi penyakit yang lebih
tinggi pada ibu yang anaknya menderita penyakit (Minkoff,dkk., 1987).
Bayi baru lahir dapat bersama ibunya, tetapi tidak boleh disusui. Tindakan
kewaspadaan universal harus diterapkan baik ibu dan juga bayinya. Wanita dan
bayinya dirujuk ke tenaga keperawatan kesehatan yang berkompeten dalam terapi
AIDS dan kondisi terkait.

e. Pemeriksaan Penujang
Pengukuran kadar plasma dan CD4 limfosit T. Ultrasonografi (USG)
mendetail tentang adanya anomaly janin sangat penting dilakukan terutama wanita
hamil yang terpapar pengobatan HIV. Monitoring janin intensif termasuk adanya
gangguan anatomi, gangguan pertumbuhan, dan fetal dilakukan untuk melihat efek

11
obat terhadap janin. Pada Pemeriksaan Laboratorium dapat menunjukkan
leukopenia, trombositopenia, anemia, dan peningkatan laju endap darah.

f. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi untuk infeksi HIV berkembang dengan pesat.Obat primer
yang disetujui untuk terapi infeksi HIV ialah Azido deoksitimidin, walaupun obat
ini menjanjikan hasil yang baik bagi terapiinfeksi HIV, penggunaannya dalam
kehamilan dibatasi karena adanya potensi efek mutagenic atau toksik potensial
pada janin. Azidotimidin saat ini dipelajari pada beberapa penelitian terkendali
pada wanita hamil, yang memiliki hitung sel T-helper kurang dari 400 sel/mm3
dan terbukti secara signifikan mengurangi resiko transmisi HIV dari wanita
terinfeksi ke janinnya (Boyer.dkk,1994).
g. Terapi Non Farmakologi
Untuk menyokong system imun wanita hamil, konseling diberikan, mencakup:
1) Nutrisi optimum: Makan secara teratur dengan gizi yang baik.
2) Tidur dan Istirahat Cukup.
3) Latihan fisik : Beraktivitas seperti biasa 4. Reduksi stress: perawat
memberikan dukungan dan motivasi untuk mengurangi stress klien.

C. INFEKSI TORCH
Toksoplasmosis, other infection (mis, hepatitis), rubella virus, cytomegalovirus,
and herpes simplex viruses, yang secara korelatif dikenal sebagai infeksi TORCH
adalah suatu kelompok organisme yang mampu menembus plasenta dan
mempengaruhi perkembangan janin Ibu hamil yang terinfeksi TORCH berisiko tinggi
menularkan kepada janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan.
Cara Penularan TORCH
 Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi
(mengandung sista), misalnya daging sapi, kambing, domba,kerbau, babi, ayam,
kelinci dan lainnya.
 Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan menularnya
TORCH. Misalnya seorang pria terkena salah satu penyakit TORCH kemudian
melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita (padahal sang wanita
sebelumnya belum terjangkit) maka ada kemungkinan wanita tersebut nantinya
akan terkena penyakit TORCH sebagaimana yang pernah diderita oleh lawan
jenisnya.

12
 Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika mengandung
maka ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena penyakit TORCH
melalui plasenta.
 Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal
ini bisa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit salah satu
penyakit TORCH maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa menular kepada
sang bayi yang sedang disusuinya.
 Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia, antara
lain adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah-buahan segar yang dicuci
kurang bersih, makan tanpa dicuci tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi
makanan dan minuman yang disajikan tanpa ditutup, sehingga kemungkinan
terkontaminasi oosista lebih besar.
1. Toksoplasmosis
Toksoplasmosis adalah suatu infeksi protozoa yang timbul akibat
mengkonsumsi daging mentah atau tidak mencuci tangan sewaktu menyiapkan
daging mentah atau terinfeksi kotoran kucing Penularan toxoplasma adalah sebagai
berikut, hewan yang terinfeksi toxoplasma hanya menyebarkan ookista dalam
jangka waktu tertentu, yaitu sekitar 10 hari sejak terinfeksi. Setelah 10 hari jumlah
ookista yang disebarkan biasanya sangat sedikit dan mempunyai resiko penularan
yang sangat kecil Manusia atau hewan dapat tertular bila menelan kista atau ookista
toxoplasma.Kista atau ookista ini bersifat seperti telur. Telur yang tertelan tersebut
akan menetas dan berkembang di dalam tubuh hewan atau manusia. Kista tersebut
dapat hidup dalam otot (daging) manusia dan berbagai hewan lainnya.
Penularan juga dapat terjadi bila hewan atau manusia tersebut memakan daging
mentah atau daging setengah matang yang mengandung kista toxoplasma Kista
toxoplasma juga dapat hidup di tanah dalam jangka waktu tertentu (bisa sampai 18
bulan) Dari tanah ini toxoplasma dapat menyebar melalui hewan, tumbuh-tumbuhan
atau sayuran yang kontak dengan kista tersebut.
a. Manifestasi Klinik
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang
spesifik Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala
ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan
umumnya tidak menimbulkan masalah infeksi Toxoplasma berbahaya bila
terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh
terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang
mendapatkan obat penekan respon imun).

13
b. Dampak Pada Kehamilan
 Pada wanita hamil, toksoplasma berdampak signifikan yaitu bisa
mengakibatkan keguguran dan cacat.
 Bayi yang terinfeksi toksoplasma akan mengalami gangguan fungsi saraf
yang mengakibatkan keterlambatan perkembangan psikomotor dalam
bentuk gangguan kecerdasan maupun keterlambatan perkembangan bicara,
serta kejang kejang dan kekakuan yang akhirnya menimbulkan
keterlambatan motorik. Toksoplasma juga berpotensi menyebabkan cacat
bawaan, terutama bila terjadi pada usia kehamilan awal sampai 3 bulan dan
bahkan kematian.

c. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-
gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik).
Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium darah dan titer toksoplasmosis
mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat Pemeriksaan yang
lazim dilakukan adalah Anti- Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas
Anti- Toxoplasma IgG. Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang
diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila
hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertama,
selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi
Toxoplasma. Pemeriksaan yang dianjurkan yaitu Ultrasonografi (USG).

d. Terapi Farmakologi
Pengobatan alternative untuk toksoplasmosis adalah spiramisin, sulfa
(dan klindamisin untuk wanita yang alergi terhadap sulfa) juga dipakai
(ACOG,1993).
Terapi Diberikan Terhadap 3 Kelompok Penderita :
1) Kehamilan dengan infeksi akut, obat spiramisin obat antibiotik diberikan 2-
4 gram/hari per/oral untuk 3 minggu, diulangi setelah 2 minggu dsetelah
kehamilan aterm obat piremitamin adalah obat antimalaria terbukti juga
sebagai pengobatan radikal pada toksoplasmosis mg/kg/hari secara oral
untuk 3-4 hari.
2) Toksoplasma Kongenital, sulfadiazin dengan dosis 50-100 mg/kg/hari dan
piremitamin 0.5 1 mg/kg diberikan setiap 2-4 hari selama 20 hari.
Disertakan juga infeksi intramuscular asam folinik 5 mg setiap 2-4 hari
untuk mengatasi efek toksik piremitamin terhadap multiplikasi sel.

14
Pengobatan dihentikan ketika anak berumur 1 tahun karena diharapkan
imunnitas selulernya telah memadai untuk melawan penyakit pada masa
tersebut.
3) Penderita imunodifisiensi, pengobatan disini sama halnya dengan
toksoplasmosis kongenital yaitu menggunakan piremitamin, sulfadiazin,
dan asam folinik dalam jangka panjang.

2. Infeksi Lainnya
Infeksi primer yang termasuk dalam kategori ini adalah hepatitis. Hepatitis B,
atau hepatitis infeksiosa adalah virus yang disebarkan oleh droplet akibat tidak
mencuci tangan setelah buang air besar.

a. Pengaruh Pada Kehamilan


Pengaruhnya pada kehamilan adalah abortus spontan dan gejala-gejala
seperti influenza Hepatitis B. atau hepatitis serum adalah penyakit vrus yang
ditularkan seperti penularan HIV.Cara transmisinya meliputi jarum yang
terkontaminasi produk darah atau jarum bekas, hubungan seksual, dan
pertukaran cairan tubuh. Apabila terjadi infesi maternal pada trimester pertama,
jumlah neonates yang menjadi seropositive untuk antigen permukaan hepatitis
B (HBsAg) bisa mencapai 10%. Jika ibu terinfeksi secara akut pada trimester
ketiga, 80% sampai 90% neonates akan terinfeksi (ACOG,1992).
CDC dan ACOG merekomendasikan skrining virus hepatitis B untuk
semua ibu hamil pada kunjungan pertama. Ibu yang beresiko harus diberi
vaksinasi hepatitis B. jika ia terpapar virus hepatitis B sebelum divaksinasi,
pertama tama ia harus mendapat imunisasi pasif dengan globulin imun hepatitis
B (HBIG) dan kemudian menjalan serangkaian vaksinasi. Kehamilan bukan
kontraindikasi untuk vaksinasi (ACOG,1992).

b. Komplikasi
Jika janin terinfeksi pada trimester pertama dan tidak diobati, pengaruh
yang timbul adalah anomaly janin, kelahiran prematus, hepatitis pada janin atau
neonatus, dan kematian janin di dalam Rahim.

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan serologik, ultrasonografi (USG),

d. Terapi Farmakologi

15
Obat-obatan anti virus digunakan untuk mencegah kondisi akut
menjadi kondisi kronis, dan dapat menghambat proses reflikasi dari vurus
tersebut. Obat-obatan tersebut antara lain interveron, alfa-2A, piginterperon
alfa-2B, lamivudin, adefovir. entecavir, telbipudin.

3. Rubela
Rubela yang juga dikenal dengan sebutan campak jerman, adalah suatu infeksi
virus yang ditransmisi melalui droplet.Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada
wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya Jika infeksi
terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%,
sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25%.
a. Manifestasi Klinik
Demam, ruam, dan limfadema ringan biasanya terlihat pada ibu terinfeksi.
Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu,
bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak
tampak.Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan
dengan bantuan pemeriksaan laboratorium.

b. Dampak Pada Kehamilan


 Infeksi Rubella pada kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir
mati atau gangguan terhadap janin. Sebanyak 50% lebih ibu yang
mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami
demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan agak nyeri.
Setelah 1- 2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang
dengan sendirinya setelah beberapa hari.
 Sindrom Rubella Kongenital biasanya terjadi hanya bila ibu terinfeksi pada
saat umur kehamilan masih kurang dari 4 bulan. Bila sudah lewat 5 bulan,
jarang sekali terjadi infeksi.

c. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-
Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan
untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil.Jika ternyata
belum memiliki kekebalan,dianjurkan untuk divaksinasi.Pemeriksaan Anti-
rubella IgG danIgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut
padakehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.

16
d. Komplikasi
Pada wanita hamil campak jerman bisa menyebabkankeguguran, kematian bayi
dalam kandungan, kadang terjadi infeksitelinga (OMD).

e. Terapi Farmakologi
Terapi yang diberikan untuk penyakit rubela hanya untukmengatasi gejala
seperti demam, ruam pada kulit sepertiantinyeri(paracetamol), antigen
rubella(hiperimunglobulin).

4. Sitomegalovirus
Sitomegalovirus (CMV) ialah penyebab utama infeksi viruskongenital pada janin
dan neonates dan merupakan infeksi yang paling sering menyebabkan retardasi
mental. Sumber-sumberinfeksi virus meliputi saliva, urine, semen, ASI, darah dan
sekresiserviks/vagina (Holmes, 1990).Infeksi CMV disebabkan oleh virus
Cytomegalo, dan virusini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti
halnyakeluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara latendalam tubuh
dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksiyang berbahaya bagi janin bila
infeksi terjadi saat ibu sedanghamil. Transmisi vertikal dari ibu ke bayi melalui
transplacental.
a. Manifestasi Klinik
Pada ibu ; Demam yang lama, sedikit gangguan pada hati, pyrexia, malaise,
letargi, seperti gejala influenza, anoreksia,leukorea, keputihan seperti susu.Pada
bayi ; limfa atau hati membesar, gejala kuning padakulit atau mata, peteki sampai
purpura.

b. Dampak Pada Kehamilan


1) ibu hamil terinfeksi, maka janin yang dikandungmempunyai risiko tertular
sehingga mengalami gangguanmisalnya pembesaran hati, kuning, pekapuran
otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain. Bayi akan kehilangan
pendengaran (tuli).
2) Pada bayi baru lahir, 10% diantaranya akan menunjukkangejala klinik
berupa: Ikterus (kuning), Hepatosplenomegali(pembesaran liver dan limpa),
Ptekie sampai purpura(perdarahan bawah kulit), Pneumonia. Biasanya juga
dijumpai kelainan kongenital lain seperti: penyakit jantung bawaan(defek
septal), dan abnormalitas musculoskeletal.

c. Pemeriksaan Penunjang

17
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untukmengetahui infeksi
akut atau infeski berulang, dimana infeksi akutmempunyai risiko yang lebih
tinggi.Pemeriksaan laboratoriumyang
dilakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta AviditasAnti-CMV IgG.Virus
ini ditularkan melalui kontak seksual atauselama kehamilan.Akibat infeksi ini
bisa fatal karenamenyebabkan cacat bawaan pada janin.Belum ada
pengobatanyang bisa mencegah infeksi virus ini.

d. Terapi Farmakologi
Tidak ada terapi farmakologi yang efektif untukCMV. Terapi hanya
berfokus pada upaya mengobati gejala.

e. Komplikasi
Radang otak (ensefalitis), mikrosefali, reterdasi mental,gangguan
psikomotor,ikterus, petechiae.

5. Herpes Simpleks Virus


Efek infeksi herpes genetalia primer pada kehamilanmeliputi abortus spontan,
persalinan premature. Frekuensi dankeparahan infeksi rekuren juga meningkat, jika
ibu hamil (Brown,Beker,1989). Rute transmisi HSV dari ibu ke bayi baru lahir
ialahmelalui jalan lahir yang terinfeksi sewaktu hamil.Bayi yangdilahirkan dari ibu
yang terinfeksi HSV II biasanyamemperlihatkan lepuh pada kulit, tetapi hal ini tidak
selalu munculsehingga mungkin tidak diketahui.Infeksi HSV II pada bayi yang baru
lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus).
a. Manifestasi Klinik
Infeksi HSV bisa melibatkan genetalia eksterna, vagina
danservik.Gejala lebih nyata pada infeksi HSV pertama.Luka lepuhdan
nyeri muncul kemudian mengeluarkan cairan, meninggalkanulkus dangkal
yang menjadi krusta dan meninggalkan setelah duasampai enam
minggu.Secret vagina terlihat bila serviks ataumukosa vagina terkena.Ibu
dapat menderita demam, malaise,anoreksia, limfadenopati inguinalis yang
nyeri, disuria, dandispareunia. Kekambuhan biasanya diawali oleh rasa
gatal, rasaterbakar di daerah genetalia, kesemutan pada tungkai, atau
secretvagina sedikit bertambah.

b. Dampak Pada Kehamilan

18
1) Herpes neonatus dapat menyebabkan infeksi yang berat,mengakibatkan
kerusakan yang menahun pada susunan saraf pusat, perlambatan mental,
atau kematian.
2) Pengobatan, bila diberi secara dini, dapat membantu mencegahatau
mengurangi kerusakan menahun, tetapi bahkan dengan pengobatan
antiviral, infeksi ini berdampak buruk padakebanyakan bayi.

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igmsangat
penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya
infeksi oleh HSV II dan mencegah bahayalebih lanjut pada bayi bila infeksi
terjadi pada saat kehamilan.

d. Terapi Farmakologi
Asiklovir digunakan sejak tahun 1977 untuk mengobatiinfeksi
HSV .jika dipakai untuk infeksi primer, obat ini dapatmengurangi penyakit,
rasa nyeri, pembentukan lesi baru dan waktu pemulihan. Obat ini efektif
untuk menekan kekambuhan pada pemakaian jangka panjang. Data tentang
keamanan obat ini padakehamilan tidak jelas (Brown, Baker,1989).

Penatalaksanaan TORCH
Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamildengan menggunakan obat
spiramisin (spiromicine), azithromisindan klindamisin misalnya bertujuan untuk
menurunkan dampak(resiko) infeksi yang timbul pada janin.Namun sayangnya obat-
obatan tersebut seringkali menimbulkan efek mual, muntah dannyeri perut.Sehingga
perlu disiasati dengan meminum obat-obatantersebut sesudah atau pada waktu makan.

D. HUMAN PAPILOMAVIRUS
Kutil Anogenital / Kutil Kelamin / Kandiloma Akuminata (KA)merupakan lesi
proliferasi Jinak yang disebabkan oleh Human Papilomavirus(HPV).Transmisi paling
sering adalah kontak seksual namun dapat dengan transmisi perinatal.Selama
kehamilan Kandiloma Akuminata dapat menyebardengan cepat, terutama pada serviks
dan dapat mengakibatkan komplikasi persalinan yaitu perdarahan atau dapat menutup
jalan lahir.Penularan HPV terjadi melalui kontak kulit ke kulit, hubungan seksual dan
berganti-ganti pasangan.
a. Manifestasi Klinis

19
1) Nyeri : timbulnya rasa nyeri pada daerah sekitar alat kelamin dapat
menjadisalah satu gejala kutil kelamin yang sedang di alami. Biasnya rasa
nyeri pada alat kelamin diiringi dengan rasa gatal di daerah sekitar alat
kelamin.Rasa nyeri pada awalnya memang begitu ringan namun lama
kelamaan dapat berubah menjadi rasa sakit yang sangat hebat ketika anda
melakukan hubungan seksual.
2) Keputihan abnormal :secara garis besar keputihan merupakan sebuah
halyang normal karena memang keputihan biasanya akan keluar ketika
menjelang masa menstruasi dan sesudah masa menstruasi namun apabila
keputihan yang keluar lebih banyak dan berwarna aneh serta mengeluarkan
bau dapat di pastikan bahwa itu adalah keputihan abnormal. Keputihan
abnormal yang di alami bisa jadi merupakan gejala kutil kelamin.
3) Rasa terbakar : selain timbulnya rasa gatal pada alat kelamin yang menjadi
salah satu gejala kutil kelamin. Tetapi timbulnya rasa terbakar pada alat
kelamin juga menjadi salah satu gejala kutil kelamin. Awal mulai virus
humanpapiloma menyembabkan infeksi pertamanya maka akan timbul rasa
panas sedikit demi sedikit akan naik secara bertahap akibatnya akan terasa
semakin panas hingga alat kelamin akan terasa seperti terbakar.
4) Terdapat kutil :terjadi di bagian vagina, vulva atau perineum, anus dan leher
rahim. Gejala yang terlihat pada penderita bukan hanya dari penampilan
kutilnya saja yang seperti kembang kol, tapi pertumbuhan kulit yang terjadi
di sekitar anus dan daerah vagina ini juga akan dirasakan gatal atau sensasi
terbakar oleh penderita.
5) Timbulnya Rabas vagina kronis, pruritus dan dispareunia.
6) Perdarahan :Gejala yang paling parah penderita akan mengalami perdarahan
selama atau setelah hubungan seksual. Perlu juga diketahui bahwa virus
HPV ini tidak akan menimbulkan masalah kesuburan tetapi jika penderita
mengidap penyakit kutil ini selama kehamilan, maka akan sangat tidak
nyaman dan berisiko. Penderita yang sedang hamil juga tidakdianjurkan
untuk mengkonsumsi obat atau menjalani prosedur medis kutil kelamin
seperti penderita umumnya.

b. Pemeriksaan Penunjang
Biopsi : dengan cara mengambil sedikit jaringan dan pemeriksaanlaboratorium

c. Patofisiolog

20
Dari 20 tipe HPV, tipe 6, 11 diduga sebagai penyebab papillomalaring.Cara
penyebaran yang pasti dari HPV sampai saat ini belum jelas.Padatipe juvenil
diduga transmisi pada saat peripartum dari seorang ibu yang terinfeksi “genital
warts”. Pada orang dewasa, cara transmisi virus dengan carakontak seksual,
10% dari lelaki dan perempuan yang berada masa “sexualactive” dengan dan
tanpa gejala klinik, dijumpai adanya infeksi laten HPV pada penis dan serviks.

d. Dampak Pada Kehamilan


Beberapa wanita hamil mengalami HPV pada salurangenetalia.Pengaruh
kehamilan terhadap infeksi HPV meliputi proliferasi dan peningkatan friabilitas
lesi.Banyak ahli menganjurkan untuk mengagkat lesi besar yang tumbuh keluar
selama masa hamil.Pengobatan biasanya diikutikelahiran pervagina tanpa
komplikasi.Kelahiran sesaria merupakan indikasi ketika saluran panggul
terobstruksi atau bila kelahiran pervagina dapatmenimbulkan banyak
perdarahan.

e. Terapi Farmakologi
Pada banyak orang keadaan ini sulit diobati.Terapi yang tersedia terutama
bersifat sitotoksik atau destruktif.Agen sitotoksik ialah pedofilin dan5-
fluorourasil (5-FU). Pedofilin 20% sampai 30% dalam tingtur benzoin,dipakai
untuk lesi yang diameternya 2cm atau kurang, tetapi tidak digunakan dalam
vagina atau pada serviks. Petrolatum digunakan untuk melindungi sekitarnya
karena pedofilin bersifat membakar kulit dan sitotoksik. Wanita tersebut harus
membersihkan obat ini setelah 4 jam atau lebih cepat jikatimbul rasa terbakar.
Klien diobati selama 6 minggu.Pedofilin tidak boleh digunakan selama masa
kamil karena dapat menimbulkan kematian janin dan persalinan premature.
Asam trikloroasetik, larutan 50% adalah terapi destruktif yang lebihaman
daripada pedofilin. Obat ini dapat digunakan sendiri denganmenggunakan swab
kapas dan tidak perlu dibersihkan. Kryoterapi dengannitrogen cair juga dipakai
dan berhasil mengobati kandiloma eksterna.

f. Terapi Non Farmakolog


Memberikan KIE kepada pasien untuk merubah gaya hidup,menggunakan
kondom ketika berhubungan seks.

21
E. INFEKSI TRAKTUS GENETALIA
Tiga Infeksi Vagina yang paling sering ialah bacterial vaginosis,kandidiasis,
dan trikomoniasis.Perubahan fisiologis vagina selama masa hamil bisa
memudahkan timbulnya vaginitis (inflamasi vagina). Rabas vagina bertambah dan
vagina menjadi kurang asam selama masa hamil. Keadaan inimenciptakan
lingkungan yang mempermudah pertumbuhan mikroba. Penyebab paling sering
keluhan vagina selama masa hamil ialah bakteial vaginosis yang disebut juga
vaginosis tidak spesifik.
1. Bakterial Vaginosis
Bakteri mempengaruhi Ph vagina sehingga mengubah flora vagina.
Mikroorganisme yang utama adalah GardnerellaVaginalis. Efek infeksi
bacterial pada ibu biasanya ialah timbulnya penyakit ringan. Tanda dan gejala
bisa meliputi pengeluaran rabas sepertisusu dan timbulnya rasa gatal, terbakar,
dan nyeri di vagina.Komplikasi obstetric meliputi infeksi cairan ketuban,
ketuban pecah dini, kelahiran dan persalinan premature dan
endometritis.Pengobatan bacterial vaginosis paling efektif dilakukan dengan
metronidazole oral. Metronidazole hanya diberikan pada trimester kedua dan
ketiga.

2. Kandidiasis Vulvovaginalis
Kebanyakan organisme seperti jamur yang diisolasi dari vagina ialah
Candida Albicans, suatu jamur yang biasanya ditemukan diusus.Dysuriadan
dyspareunia adalah keluhan yang sering muncul.Pada pemeriksaandengan
speculum biasanya ditemukan bercak tebal dan putih, seperti keju,yang melekat
pada mukosa vagina yang pucat, kering dan kadang sianosis.Efek vaginal
kandidiasis biasanya tidak mengancam kesehatan , tetapi ibuyang terkena bisa
merasa tidak nyaman akibat nyeri, rasa gatal, dan rabasvagina.Tujuan
pengobatan adalah menghilangkan gejala dan obatantijamur topical, misalnya
klotrimazol.

3. Trikomoniasis
Trikomonas vaginalia adalah protozoa yang tumbuh subur di
lingkunganyang bersifat basa.Kontak seksual berperan dalam
transmisiT.vaginalis. Pada individu yang tidak memiliki gejala, infeksi
bisadiidentifikasi saat pemeriksaan rutin dilakukan atau dengan Pap
SmearT.vaginalis.

22
Gejala yang timbul adalah adanya rabas vagina yang banyak, berbusa, dan
berbau, biasanya berwarna abu-abu dan kuning kehijauan danmengalir dari
vagina ketika speculum dipasang.Infeksi perinatal olehT.vaginalis merupakan
bentuk transmisi penyakit tanpa hubungan seksual(non-veneral) yang paling
sering muncul. Efek pada janin ialah demam dan iritabillitas.Pengobatan
terpilih, pemberian metronidazole harus diberikankepada wanita hamil pada
trimester kedua dan ketiga.Pasangan juga harus diobati.

4. Infeksi Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita
hamil,kebanyakan terjadi pada masa prenatal.Mereka yang sebelumnya
mengalamiISK memiliki kecenderungan untuk mengidap ISK lagi
sewaktuhamil.Vaginitis dan trauma lahir mempredisposisi wanita hamil
untukmenderita ISK , biasanya dari Escherichia Coli. Infeksi saluran
perkemihan dapat terjadi setelah kelahiran darihipotonia kandung kemih, stasis
kencing, luka kelahiran, kateterisasi pemeriksaan vagina yang sering.Selama
kelahiran, kandung kemih dan uretra terluka dengan tekanan dari janin yang
turun.Setelah kelahiran kandung kemihdan uretra dapat meningkatkan stasis
perkemihan dan retensi urin.

a. Manifestasi Klinis
1) Inflamasi kandung kemih
2) Sering buang air kecil
3) Nyeri diatas pubis
4) Dysuria
5) Hematuria (tidak selalu muncul)
6) Demam

b. Pemeriksaan Penunjang
Sensitivitas urine harus dilakukan di awal kehamilan,
specimendiambil dari urin yang diperoleh dengan cara bersih. Jika
didiagnosis adainfeksi, pengobatan dengan antibiotic yang sesuai selama dua
sampai tigaminggu, disertai peningkatan asupan air.

c. Terapi Farmakologi
Jika didiagnosis adanya infeksi, pengobatan dengan antibiotic
yangsesuai selama dua sampai tiga minggu, disertai peningkatan asupan air

23
danobat antispasmodic traktus urinarius (mis, turunan
beladona),direkomendasikan.Infeksi yang disebabkan oleh organisme
aerogenik kolon biasanya berespon baik terhadap sulfisoksasol (Gantrisin)
ataunitrofurantoin.Pengobatan harus dilanjutkan selama dua sampai tiga
minggusampai diperoleh dua kali biakan negative dan bayi harus diawasi
terhadapkemungkinan terjadinya hiperbilirubinemia.Pengobatan ulang untuk
ibumungkin diperlukan jika ada kekambuhan.

d. Terapi Non Farmakologi


1) Monitor TTV setiap 4 jam
2) Doronglah peningkatan asupan cairan untuk memperkecil jumlah
bakteridan membilas infeksi dari kandung kemih
3) Mengajarkan kebersihan genetalia
4) Mengajarkan cara membersihkan genetalia dengan cara yang benar.

F. INFEKSI PASCAPARTUM
Infeksi Pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah
melahirkan)adalah suatu infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28
harisetelah abortus atau persalinan.Infeksi bisa timbul akibat bakteria
yangseringkali ditemukan didalam vagina (endogenus) atau akibat pemaparan
padaagen pathogen dari luar vagina (eksogenus).Episiotomi atau laserasi
padavagina atau serviks bisa membuka jalan timbulnya sepsis.
Infeksi pasca melahirkan menjadi salah satu factor tingkat kematian ibu
paska melahirkan. Infeksi paska melahirkan dibagi menjadi dua kategori :
1. Infeksi system reproduksi : yaitu infeksi bakteri yang muncul di salurangenital
setelah melahirkan
2. Infeksi system Nonreproduksi : infeksi yang muncul bukan pada salurangenital.

Wanita dianggap menderita infeksi puerperal jika dia demam pada suhu 38oC atau
lebih. Demam terjadi setelah 24 jam pertama postpartum dan demam bertahan 2
hari pasca melahirkan.

a. Etiologi
Organisme yang paling sering menginfeksi ialah organismestreptokokus
dan bakteri anaerobic.Infeksi Staphylococcus aureus, gonokokus,kaliformis dan
klostridia lebih jarang terjadi, tetapi merupakan organisme pathogen serius yang
menyebabkan infeksi pasca partum.

24
b. Manifestasi Klinik
Gejala infeksi puerperal bisa ringan atau berat. Suhu tubuh 38o Cselama
dua hari berturut-turut tidak terjadi 24 jam pertama setelah kelahiran,harus
dianggap disebabkan oleh infeksi pascapartum jika tidak ada penyebab lain
yang ditemukan. Ibu juga bisa menunjukkan gejala keletihan, dan alergi, kurang
nafsu makan, dan menggigil. Nyeri perineum mual dan muntah bisa segera
terjadi. Lochea dalam jumlah besar dan bau biasanya ditemukan.
Komplikasi
Biasanya infeksi disertai penyakit medis lain seperti anemia, malnutrisi,
dan diabetes mellitus. Penyakit obstetric, trmasuk PROM persalinan yang lama
dan melelahkan, kelahiran dengan bantuan alat, perdarahan, dan retensi produk
konsepsi menibgkatkan kemungkinan dan berat sepsis puerperal.
Kariomnionitis bisa penyebab atau terjadi akibat ketuban pecah dini.
Kariomnionitis bisa diikuti dengan plasentitis dan pneumonia kongenial janin,
omfalitisatau sptikima. Plasentitis korioamnonitis bisa diikuti dengan
endometritis. Suatu endometritis biasnaya di lokasi plasenta, memungkinkan
dimulainya infeksi. Infeksi local bisa disertai palingitis, periontitis, dan
pembekuan abses pelvis.
Pencegahan
Penanganan infeksi pasca post partum yang paling efektif dan paling
murah adalah upaya pencegahan. Tindakan pencegahan adalah dengan
mengajarkan pasien prenatal yang baik untuk mengendalikan anemia dan
perdarahan intranatal. Hygiene periniak ibu yang benar juga perlu ditekankan.
Semua tenaga kesehatan harus menaati teknik teknik aseptic saat bersalin dan
pada masa pascapartum.
Macam – macam infeksi pasca melahirkan

1. Endometritis
Endometritis disebut juga dengan metritis merupakan infeksi pasca
melahirkan yang paling umum. Ini merupakan infeksi lapisan endometrial
dan myometrium uterus yang berdekatan. Gejala dimulai dari hari kedua
sampai kelima pasca melahirkan. Jika tidak diobati dapat dengan cepat
menjadi parametritis dan dapat menyebar,menyebabkan radang selaput dan
abses di pelvis.
Selama proses melahirkan, air ketuban, darah, dan lochea yang
merupakan alkali menurunkan keasaman vagina. Sehingga lingkungan

25
vagina menjadi tempat tumbuh pathogen. Banyak luka gores terjadi dalam
endometrium, leher Rahim, dan vagina sehingga menjadi jalan masuknya
bakteri.
a. Manifestasi klinis
 Demam pada 24 jam pertama postpartum
 Pelebaran uterin
 Terdapat lochea bernanah
 Malaise
 Takikardi

b. Komplikasi
Gangguan pada kesembuhan atau infertilitass, adehesi, kista ovarium,
dan kanker ovarium

c. Pemeriksaan penunjang
Kultur darah, urin dan vagina, USG dan laporoskopi

d. Terapi farmakologi
Kolaborasi dengan antibiotic dan terapi hormone penanganan ini
digunakan untuk mengurangi gejala endometriosis, dengan
menghambat produksi hormone estrogen dalam tubuh.
Penanganan dengan operasi akan menjadi pilihan jika terapi
hormone tidak efektif bagi pengidap endometrioti. Prosedur ini
umumnya dilakukan untuk mengangkat jaringan endometriosis serta
jaringan parut.

e. Terapi non- farmakologi


 Memeriksa suhu setiap 4 jam
 Memonitor jumlah dan warna lochea
 Tempatkan ibu pada posisi fowler untuk mendorong pengeluaran
lochea

2. infeksi pada luka

26
Infeksi pada luka merupakan bentuk umum infeksi puerperal karena
banyak daerah yang mengalami kerusakan kulit dan membrane mukosa.
Daerah paling umum adalah perineum, dimana spisiotony dan laserasi
dilakukan, dan insisi operasi sesar. Pemeriksaan vagina berulang juga
meningkatkan resiko infeksi.
a. Manifestasi klinis
 Kemerahan pada area luka
 Bengkak pada area luka
 Nyeri pada daerah luka
 Demam dan malaise

b. Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium darah
 CBC

c. Terapi farmakologi
Kolaborasi pemberian antibiotic

d. Terapi non- farmakologi


 Monitor kemerahan pada bagian luka
 Merawat luka pasien
 Montor nyeri

3. Mastitis
Mastitis adalah suatu peradangan yang disertai atau tidak infeksi
yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus. Mastitis ( infeksi
payudara ) biasanya terjadi sekitar 2-3 minggu setelah melahirkan dan
mungkin terjadi paling cepat pada hari ketujuh pasca mealhirkan. Faktor
pengaruh meliputi statis susu, luka putting susu, dan teknik menyusui yang
buruk. Penyebab lain adalah tidak mencuci tangan sebelum dan sesdudah
menyusui.
a. Manifestasi klinis
 Payudara teraba keras
 Nyeri
 Payudara tampak kemerahan
 Demam dan menggigil

27
b. Komplikasi
Abses payudara : pada mastitis yang tidak diobati akan menjadi
abses, terdapat pengeluaran nanah pada payudara.
Mastitis berulang : mastitis sebelumnya yang sudah di sembuhkan
namun klien tidak memperbaiki cara menuyusui bayinya maka akan
terjadi mastitis berulang.

c. Pemeriksaan penunjang
Cek laboratorium darah

d. Terapi farmakologi
Klokasilin 900mg peroral 4 kali sehari

e. Terapi non farmakologi


 Monitor TTV
 Mengkaji nyeri secara komperensif
 Anjurkan mengosongkan payudara dengan cara memompa
 Kompres hangat
 Ajarkan cara menyusui yang baik

28
WOC
INFEKSI MATERNAL
PENGERTIAN MANIFESTASI KLINIK
Infeksi Maternal adalah infeksi yang
 Nyeri akut di perut bagian
dialami oleh perempuan akibat invasi dari
bawah
virus dan bakteri secara endogen maupun
 Meningkatnya cairan
eksogen Infeksi maternal juga bisa
vagina dengan bau busuk
diartikan sebagai proses peradangan atau
inflamasi yang terjadi dalam kehamilan. • Perdarahan vagina

ETIOLOGI PENYAKIT MENULAR SEXUAL


 Imunosupresi  Saat ini Infeksi Menular Seksual Penyakit infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual tidak aman.
 Virus Bakteri
 Penyebaran dapat melalui darah, sperma, cairan
 Jamur
vagina atau cairan tubuh lainnya.
 Perubahan
anatomi traktus
 genetalia Seks
bebas MACAM-MACAM IMS
 Perubahan  Sifilis
hormon Gaya  Gonore
hidup  Chlamydia Herpes Genetalia
 HIV kondiloma akuminata
MACAM-MACAM  Imunosupresi Virus Bakteri
INFEKSI MATERNAL  Jamur

 Penyakit menular
seksual
 Torch TORCH
 Human Popiloma  (Toksoplasma, Rubella, Cytomegaloviru CMV, Herpes)
Virus/HPV  Toksoplasma pada kehamilan dapat menyebabkan infeksi
 Infeksi Traktus janin kongenital
Genetalia  Janin yang terinfeksi kongenital dapat mengalami
 Infeksi Pasca kerusakan organ/struktur hidrosefalus, korioretinitis dan
Partum kalsifikasi serebralis
 Toksoplasmosis pada kehamilan terjadi <20 minggu, janin
akan mengalami infeksi kongenital dan kerusakan organ

29
KASUS
ASKEP INFEKSI MATERNAL

Seorang perempuan 24 tahun datang ke poli kandungan karena mengeluh nyeri di


kemaluannya sejak 2 hari yang lalu, skala nyeri 6. Nyeri sudah dirasakan pasien sejak 2
bulan yang lalu, karena ada kutil kecil di kemaluannya. Nyeri bertambah saat dipakai
hubungan seksual dengan suami. Dari pemeriksaan didapatkan TD 120/80 mmHg. Nadi
98x/menit RR 22x/menit suhu 37,8 C wajah tegang, pemeriksaan vagina terdapat benjolan
seperti jengger ayam di labia minora kanan, warna benjolan merah, laboratorium leukosit
14000 uL. Hasil anamnesa didapatkan pasien menikah 2 kali, suami pertama pasien bekerja
di kafe di bali dan cerai karena ditinggal pergi suaminya. Suami kedua bekerja di pabrik
rokok, pasien mengaku tahu kalau sakit kelamin karena tertular suami pertamanya tapi dia
tidak pernah bilang ke suami kedua karena malu dan takut diceraikan. Selama 4 bulan
menikah dengan suami yang kedua pasien selalu takut jika diajak berhubungan seksual
karena takut menularkan penyakitnya. Pasien menahan rasa sakit di kemaluannya setiap
berhubungan seksual karena takut suaminya tahu tentang penyakitnya. Pasien akhirnya
memeriksakan diri karena sudah tidak tahan dengan rasa sakit di kemaluannya yang
sekarang dipakai berjalanpun sudah terasa sakit dan mengganggu aktivitasnya sebagai
buruh pabrik roti.

ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Ny. X
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 24 tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Buruh pabrik Roti

B. Riwayat kesehatan saat ini


Keluhan utama : Klien mengatakan mengeluh nyeri di kemaluan

30
Lama keluhan : Klien mengatakan nyeri sejak 2 hari yang lalu
Kualitas keluhan : Skala nyeri 6
Faktor pencetus : Tertular penyakit kelamin suami pertama
Faktor pemberat : Klien menahan rasa sakit di kemaluannya setiap berhubungan
seksual karena takut suaminya tahu tentang penyakitnya
Diagnosa Medis : Human Papilloma Virus (HPV)

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Seorang perempuan 24 tahun datang ke poli kandungan karena mengeluh nyeri
di kemaluannya sejak 2 hari yang lalu, skala nyeri 6. Nyeri sudah dirasakan pasien
sejak 2 bulan yang lalu, karena ada kutil kecil di kemaluannya. Nyeri bertambah saat
dipakai hubungan seksual dengan suami.

D. Riwayat penyakit terdahulu :


Nyeri sudah dirasakan pasien sejak 2 bulan yang lalu, karena ada kutil kecil di
kemaluannya.

E. Riwayat penyakit keluarga :


Tidak terkaji

F. Pemeriksaan fisik & penunjang


 TTV : TD 120/80 mmHg, Nadi 98x/menit, RR 22x/menit, suhu 37,8 C
 Wajah tegang
 Pemeriksaan vagina : Terdapat benjolan seperti jengger ayam di labia minora
kanan, warna benjolan merah
 Laboratorium leukosit 14000 Ul
 Hasil anamnesa didapatkan :
- Pasien menikah 2 kali, suami pertama pasien bekerja di kafe di Bali dan cerai
karena ditinggal pergi suaminya.
- Suami kedua bekerja di pabrik rokok, pasien mengaku tahu kalau sakit
kelamin karena tertular suami pertamanya tapi dia tidak pernah bilang ke
suami kedua karena malu dan takut diceraikan.
- Selama 4 bulan menikah dengan suami yang kedua pasien selalu takut jika
diajak berhubungan seksual karena takut menularkan penyakitnya.
- Pasien menahan rasa sakit di kemaluannya setiap berhubungan seksual karena
takut suaminya tahu tentang penyakitnya.

31
- Pasien memeriksakan diri karena sudah tidak tahan dengan rasa sakit di
kemaluannya yang sekarang dipakai berjalanpun sudah terasa sakit dan
mengganggu aktivitasnya sebagai buruh pabrik roti.

ANALISA DATA
N DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
O KEPERAWATAN
1. DS: Faktor resiko (Suami Nyeri akut
- Klien mengeluh penderita
nyeri di PMS)
kemaluan sejak ↓
dua hari lalu Transmisi melalui
- Nyeri sudah hubungan
dirasakan pasien seksual
sejak 2 bulan ↓
yang lalu, Invasi Human
karena ada kutil Papiloma Virus
kecil di (HPV 6 dan 11)
kemaluannya.N melalui
yeri bertambah mikrolesi kulit
saat genitalia
berhubungan Seks ↓
Infeksi pada wanita
DO: ↓
- Skala nyeri 6 Infeksi pada labia
- TD: 120/80 mayora
mm/Hg ↓
- RR: 22x/’ Penetrasi pada kulit
- N: 98x/’ ↓
- Wajah tegang Abrasi permukaan
epitel kulit

Menembus sel-sel
basalis
epidermis

Mengaktifkan
pembentukan
protein, sel-sel

32
berproliferasi

Penebalan lapisan
yang keras

Nodul kemerahan
disekitar
genitalia

KONDILOMA
AKUMINATA
(KUTIL
KELAMIN)

Respon inflamasi

Merangsang
pengeluaran
sitokin

Peningkatan
pengeluaran
prostaglandin

Aktivasi nosireseptor

Sensitisasi neuron
primer
aferen

Nyeri akut

2. DS: Faktor resiko (Suami infeksi


- mengeluh nyeri penderita
di kemaluannya PMS)
- pasien mengaku ↓
Faktor resiko Transmisi melalui
(Suami penderita
hubungan
PMS)
↓ Infeksi
Transmisi melalui
tahu kalau sakit
hubungan

33
Infeksi kelamin karena
tahu kalau sakit
tertular suami
kelamin karena
tertular suami pertamanya
pertamanya DO:
- suhu 37,8 C
DO:
- suhu 37,8 C - terdapat
- terdapat benjolan seperti
benjolan seperti
jengger ayam di jengger ayam di
labia minora labia minora
kanan, warna
benjolan merah, kanan, warna
- laboratorium benjolan merah,
leukosit 14000
uL - laboratorium
leukosit 14000
uL seksual

Invasi Human
Papiloma Virus
(HPV 6 dan 11)
melalui
mikrolesi kulit
genitalia

Infeksi pada wanita

Infeksi pada labia
mayora

Penetrasi pada kulit

Abrasi permukaan
epitel kulit

Menembus sel-sel
basalis
epidermis

34
Mengaktifkan
pembentukan
protein, sel-sel
berproliferasi

Penebalan lapisan
yang keras

Nodul kemerahan
disekitar
genitalia

KONDILOMA
AKUMINATA
(KUTIL
KELAMIN)

infeksi

3. DO: Faktor resiko (Suami Ketidakefektifan


- klien mengatakan penderita pola seksual
Selama 4 bulan PMS)
menikah dengan ↓
Faktor resiko Transmisi melalui
(Suami penderita hubungan
PMS) seksual
↓ ↓
Transmisi melalui Invasi Human
hubungan Papiloma Virus
Ketidakefektifan (HPV 6 dan 11)
pola melalui
seksual mikrolesi kulit
suami yang kedua genitalia
pasien selalu takut ↓
jika diajak Transmisi melalui
berhubungan hubungan
seksual karena seksual
takut ↓
menularkan Infeksi pada wanita
penyakitnya. ↓
-Pasien Infeksi pada labia
mengatakan mayora

35
menahan rasa sakit ↓
di kemaluannya Penetrasi pada kulit
setiap berhubungan ↓
seksual karena Abrasi permukaan
takut epitel kulit
suaminya tahu ↓
tentang Menembus sel-sel
penyakitnya. basalis
DS : epidermis

Mengaktifkan
pembentukan
protein, sel-sel
berproliferasi

Penebalan lapisan
yang keras

Nodul kemerahan
disekitar
genitalia

KONDILOMA
AKUMINATA
(KUTIL
KELAMIN)

Penumpukan nodul
merah
seperti bunga kol

Sakit saat
berhubungan
seksual

Menahan rasa sakit di
kemaluannya setiap
berhubungan seksual
karena takut suaminya
tahu
tentang penyakitnya.

36
Ketidakefktifan pola seksual

PRIORITAS DIAGNOSA
1. Resiko Infeksi
2. Nyeri Akut
3. Ketidakefektifan pola seksual

Rencana Keperawatan
Diagnosa 1
Resiko Infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap pathogen lingkungan
meningkat
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh dan peningkatan leukosit,adanya kemerahan
dan
benjolan pada labia minora kanan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tanda-
tanda infeksi pasien berkurang.
Kriteria hasil : Mendapat skor 4 pada indikator NOC
NOC : Infection Severity

N Indikator 1 2 3 4 5
O
1. vesikel v
2. Demam v
3. Ketidak seimbangan suhu v
4. Elevasi jumlah leukosit v
5. Ruam

Keterangan :
1 = never
2= rarery
3=somestimes
4=often
5=consistently

37
NIC : Infection Protection
1. Monitor tanda gejala sistemik & local dari infeksi
2. Monitor jumlah granula absolute, WBC, dan hasil diferensial
3. Inspeksi kulit dan membrane mucus terhadap kemerahan, panas, atau drainase
4. Instruksikan pasien untuk mendapatkan antiviral
5. Ajarkan keluarga dan anggota keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan
melaporkannya kepada tenaga kesehatan
6. Melaporkan kultur positif tentang personalia kontrol infeksi

Diagnosa 2
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (karena infeksi virus) ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri di kemaluan sejak 2 hari yang lalu.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri pasien dapat
berkurang.
Kriteria hasil : Mendapat skor 4 pada indikator NOC
NOC : Pain Control

NO Indikator 1 2 3 4 5
1. Mengenali onset nyeri v
2. Mendeskripsikan faktor penyebab v
nyeri
3. Penggunaan analgesik sesuai yang v
direkomendasikan
4. Mengenali gejala nyeri v
5. Melaporkan perubahan tanda gejala v
nyeri pada tenaga kesehatan
6. Melaporkan nyeri terkontrol v

Keterangan :
1 = never
2= rarery
3=somestimes
4=often
5=consistently

38
NOC : Tissue Integrity : Skin & Mukous Membran
NO Indikator 1 2 3 4 5
1. Skin temperatur v
2. texture v
3. Skin integrity v
4. erytema v

Keterangan :
1 = never
2= rarery
3=somestimes
4=often
5=consistently

NIC : Pain Management


1. Kaji nyeri yang meluas meliputi lokasi, karakteristik ,durasi, frekwensi, kualitas ,
intensitas atau keparahan dan faktor yang menyebabkan
2. Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui respon klien
3. Kaji pengetahuan pasien tentang nyeri dan pengungkapanya tentang nyeri
4. Ajarkan pasien mengenai teknik menejemen nyeri (relaksasi)

NIC : Analgesic Administration


1. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik dan keparahan sebelum memberikan obat ke
Pasien
2. Cek order dari obat yang meliputi dosis dan frekwensi
3. Cek riwayat alergi obat
4. Tentukan pilihan analgesic (non narkotik, NSID) sesuai dengan keparahan dan tipe
Nyeri
5. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic
6. Evaluasi keefektifan penggunaan analgesic khususnya setelah pemberian dosis dan
observasi beberapa tanda dan gejala yang tidak baik (nausea vomiting,Respirasi
depression)

NIC : Skin Surveillence


1. Infeksi kulit dari kemerahan, edema, atau drainase
2. Lakukan pengkajian dan identifikasi pasien terhadap resiko kerusakan kulit
3. Monitor suhu dan temperature kulit

39
4. Monitor infeksi
5. Dokumentasi perubahan membrane kulit

Diagnosa 3
Ketidak efektifan pola seksual b/d takut infeksi menular seksual yang ditandai dengan
pasien takut diajak berhubungan seksual dengan suaminya karena takut menularkan
penyakit ke suaminya.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mendapatkan
pola hubungan seksual yang baik.
Kriteria hasil: sesuai indikator NOC
NOC: Risk Control: Sexually Transmitted Disease

NO INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Mendapat informasi V
mengenai penyakit menuar
seksual
2 Identifikasi faktor resiko V
penyakit menular seksual
3 Menggunakan strategi V
untuk mencegah penyakit
menular seksual
4 Mengenali tanda dan gejala V
penyakit menular seksual

Keterangan :
1 = never
2= rarery
3=somestimes
4=often
5=consistently

NIC: Teaching: Safe Sex


1. Cari tahu sejarah seks termasuk jumlah pasangan sex, frekuensi berhubungan
intim, dan sejarah penanganan untuk penyakit menular sex.
2. Instruksikan pasien mengenai gambaran penyakit menular seksual.

40
3. Kenalkan pasien dengan faktor yang dapat memperburuk penyakit menular
seksual misal hubungan intim yang tidak terproteksi, peningkatan frekuensi
hubungan seksual.
4. Diskusikan pengetahuan teman-teman, motivasi dan komitmen untuk
melaksanakan metode perlindungan saat berhubungan seksual.
5. Instruksikan pasien mengenai kepentingan kebersihan reproduksi yang baik
(seperti menggunakan water soluble lubricant).

6. Pastikan pasien melakukan pemeriksaan rutin mengenai tanda gejala PMS pada
pelayanan kesehatan
7. Dukung pasien untuk diskusikan sejarah sex dan sex yang aman dengan
Pasangan
8. Diskusikan dengan pasien mengenai pentingnya peringatan dari pasangan sex
ketika didiagnosa PMS.

41
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi maternal adalah suatu peradangan yang terjadi pada saat periode
kehamilan. Penyakit menular seksual adlah setiap mikroba yang ditularkan seseorang
kepada orang lain. Infeksi torch adalah suatu kelompok organisme yang mampu
menembus plasenta dan mempengaruhi perkembangan janin. Human papillomavirus
adalah virus yang menyebabkan peyakit kulit anongetial/ kutil kelamin. Infeksi
pascapartum adalah suatu infeksi yang terjadi setelah melahirkan.

B. Saran
Demi menyempurnakan makalah ini kami mohon untuk pembaca memberikan kritik
dan saran yang membantu dalam penyempurnaan makalah yang kami buat.

42
DAFTAR PUSTAKA

Sue G, BoyerMN, RN, Kenneth M. Boyer, MD. 2004. Update on TORCH Infectionsin
the Newborn Infant.
http://www.medscape.com/viewarticle/472409_print (diakses tanggal 26 Oktober 2013)
Thapa, Narmaya. 2010. Diagnosis and Treatment of Sionasal Inverted Papilloma.Nepalese
Journal of ENT Head and Neck Surgery; Volume 1, No.1 (Jan-June 2010).
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

43

Anda mungkin juga menyukai