Disusun oleh :
Nama : TRI SAPUTRA
Nim : PO.62.20.1.19.436
A. LATAR BELAKANG
Pemeriksaan fisik lebih dari satu rangkaian latihan tehnikal. Hal itu merupakan tuntutan
yang sama sensitifnya dengan kebutuhan fisik dan psikologis anak yang sulit dikenal dan tidak
sama dengan yang lainnya.
Pendekatan dalam pemeriksaan fisik bergantun pada umur dan perbedaan anak. Pada bayi
dan anak kecil akan merasa lebih aman dan berkurang rasa takutnya dengan kehadiran orang
tua, misalnya ibu.
Cara pemeriksaan bayi dan anak pada umumnya sama dengan pemeriksaan pada orang
dewasa, yaitu inspeksi, palpasi (periksa raba ).perkusi ( periksa ketuk ), dan auskultasi (periksa
dengar dengan menggunakan stetoskop), observasi (pengamatan secara seksama)
Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki,namun tidak
harus dengan urutan tertentu. Pemeriksaan yang menggunakan alat seperti pemeriksaan
tengkorak, mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan darah, dan lain-lainnya sebaiknya dilakukan
paling akhir,karena dengan melihat atau memakai alat-alat, umumnya anak menjaadi takut
atau merasa tidak nyaman,sehingga menolak dipetiksa lebih lanjut.
B. TUJUAN PEMERIKSAAN FISIK
Tujuan pemeriksaan fisik adalah memperoleh informasi yang akurat tentang keadaan fisik
pasien. Karena sifat alamiah bayi dan anak, ururan pemeriksaan tidak harus menuruti
sistematika yang lazim pada orang dewasa. Dalam pemeriksan anak harus memperhatikan
kebutuhan perkembangan mental anak. Penggunaan perkembanagn mental dan kronologi
umur sebagai kriteria utama dalam pengkajian tiap sistem tubuh memudahkan/menyelesaikan
dari beberapa tujuan, diantaranya :
a) Untuk menentukan kelainan yang segera memerlukan pertolongan dan sebagai dasar
untuk pemeriksaan selanjutnya.
b) Mampu memperagakan pemeriksaan kepala sampai kaki pada bayi.
c) Menyebutkan nilai pemeriksaan bayi normal pada masing_masing daerah pemeriksaan
fisik.
d) Mengidentifikasi minimal 6 Variasi bayi yang lazim di temukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIAN
Pemeriksaan fisik adalah proses berkelanjutan yang dimulai secara wawancara, terutama
dengan menggunakan inspeksi atau observasi. Selama pemeriksaan yang lebih formal,alat-alat
untuk perkusi,palpasi dan auskultasi ditambahkan untuk memantapkan dan menyaring
pengkajian sistem tubuh.Seperti pada riwayat kesehatan, obyekyif dari pengkajian fisik adalah
untuk merumuskan diagnsa keperawatan dan mengevaluasi keefektivan intervensiterapeutik.
( Wong,2003).
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan,dimana tiap tahap
perawatan melakukan pengkajian data yang diperoleh dari hasil wawancara, laporan teman
sejawat, catatan keperawatan, atau catatan kesehatan lain dan pengkajian fisik.( Robert
Priharjo, 1993 ).Physical examination merupakan tehnik maneuver yang terdiri dari beberapa
rangkaian, yang masing-masing anak memlik sensifitas dan verbal baik fisik maupun spikologik.(
Wong, 1993 ) Pemeriksaan fisik lebih dari suatu rangkaian latihan tehnikal. Hal itu merupakan
tuntutan yang sama sensivitasnya dengan kebutuhan fisik dan psikologik anak yang sulit di
kenal dan tidak sama dengan yang lainnya.( Wong, 1993 ).
1. PEMERIKSAAN ANAK
Walaupun pemeriksaan fisik dilakukun dengan prosedur yang tidak menyebabkan rasa
sakit, tetapi kepada seorang anak dengan menggunakan jari, telapak tangan, lengan,
pemeriksaan dalam telinga dan mulut,menekn abdomen dan mendengarkan dasa dengan
permukaan metal yang dingin dapat menimbulkan stresful. Pemeriksaan fisik ini harus menjadi
hal yang menyenangkan dan sama baik hasilnya. Misalnya dengan anak pre school dan yang
lebih tua perawat dapat menggunakan gambar atau boneka untuk membantu anak belajar
tentang tubuh mereka.Tehnik “Paper Doll” merupakan pendekatan yang digunakan untuk
mengajarkan anak tentang bagian tubuh mereka yang diperiksa. Kesimpulannya adalah saat
kunjungan anak dapat membawa paper doll sebagai pengingat pengalaman. Banyak
permintaan anak yang sangat kooperatif ketika orang tua bersama mereka. Hal ini ada yang
menyebabkan, bagaimanapun saat anak yang lebih tua terutama adolence lebih memilih di
periksa sendiri pada pemeriksaan genetalia, sering anak yang sedang diperiksa juga disertai
saudara kandungnya yang dapat menyebabkan ke tidak teraturan kerena ada boredom.
Sebuah taktik untuk membantu mereka adalah untuk memberikan mereka kesempatan
untuk mencoba alat pemeriksaan seperti stetoskop atau spatel lidah dan memuji anak atas
“Bantuannya”selama pemeriksaan.
2. PEMERIKSAAN FISIK.
Keterampilan pengkajian fisik meliputi:
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi.
a. PERSIAPAN ALAT
1. Pengukur/meteran/penggaris/Stadiometer
2. Penimbang BB
3. Termometer dan spekulum
4. Optalmoskop
5. Arloji berdetik
6. Manset:
- Bayi baru lahir ukurannya : lebar kantong 2,5-4,0 cm dan panjang Kantongnya 5,0-9,0
cm
- Bayi ukurannya:lebar kantong 4,0-6,0 cm dan panjang kantongnya 5,0-9,0
- Anak-anak lebar kantong 7,5-9,0 Cm dan panjang kantongnya 17,0-19,0 cm.
7. Stesoskop
8. Oksilometri
9. Peniti,kapas, objek dingin/kapas
10.Spatel lidah
11. Garpu tala
12. Snellen
13. Senter
14. Gambar warna
Usia Bermain
Duduk atau berdiri diatas atau disamping orang tua.
Telungkup atau terlentang dipangkuan orang tua.
Inspeksi area tubuh,melalui permainan “Hitung Jari” gelitik jari kaki.
Gunakan kontak fisik minimal diawal pemeriksaan.
Kenalkan alay dengan perlahan. Auskultasi,perkusi,palpasi bila tenang
Lakukan prosedur traumatic terakhir (sama dengan bayi)
Minta orang tua untuk melepaskan pakaian bagian luar
Lepaskan pakaian dalam pada saat tubuh tersubut di periksa
Izinkan untuk melihat-lihat alay,menunjukkan penggunaan alat biasanya tidak efektif
Jika tidak kooperatif lakukan prosedur dengan cepat
Gunakan restrain bila tepat,minta bantuan orang tua.
Bicarakan pemeriksaan bila dapat bekerja sama :gunakan kalimat pendek.
Berikan pujian untuk perilaku kooperatif.
Anak Pra Sekolah
Lebih suka berdiri atau duduk.
Biasanya kooperatif dengan posisi telungkup/atau terlentang menyukai kedekatan
dengan orang tua.
Jika kooperatif ,lakukan dari kepala ke jari kaki.
Bila tidak kooperatif,lakukan seperti pada anak usia bermain.
Minta anak melepaskan pakaiannya.
Izinkan untuk menggunakan celana dalam bila malu.
Berikan kesempata untuk melihat alat:tunjukkan dengan singkat penggunaannya.
Buat cerita tentang prosedur :”saya mau melihat seberapa kuat otot-ototmu”
Gunakan tehnik boneka kertas
Beri pilihan jika mungkin
Hargai kerja sama : gunakan pernyataan positif ”Buka Mulutmu”
Anak Usia Sekolah
Menyukai duduk
Kooperatif hampir semua posisi anak kecil menyukai kehadiran orangtua.
Anak yang lebih besar menyukai privasi.
Lakukan dari kepala dan kaki
Bila tidak kooperatif ,lakukan seperti pada anak usia bermain.
Minta untuk melepaskan pakain sendiri.
Biarkan untuk memakai celana dalam
Beri skor untuk dipakai
Jelaskan tujuan peralatan dan kepentingan prosedur seperti otoskop untuk melihat
gendang telinga,yang diperlukan untuk mendengar.
Ajarkan tentang fungsi tubuh dan perawatannya.
A. PEMERIKSAAN ANTHOPOMETRI
5. Mulut
- Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir
menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia
- Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari
dasar mulut)
- Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan
lunak
- Perhatika adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi
akibatvEpistein’s pearl atau gigi
- Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau
tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote)
- Bibir sumbing (Bennet & Brown, 1999).
6. Telinga
- Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
- Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang
- Dauntelinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas
- Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat
pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin)
- Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan
abnormalitas ginjal.
7. Leher
- Leher bayibiasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus
baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher
- Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis
- Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya
pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
- Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya
kemungkinan trisomi 21.
8. Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang
lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur.
9. Tangan
- Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke
bawah
- Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya
kerusakan neurologis atau fraktur
- Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
- Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan
dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
- Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga
menimbulkan luka dan perdarahan.
10. Dada
- Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan
bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.
Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan
- Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris
- Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal
11. Abdomen
- Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada
saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan
- Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
- Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor
lainnya
- Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus
omfaloentriskus persisten.(Lodermik, Jensen 2005)
12. Genetalia
- Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra.
Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
- Periksa adanya hipospadia dan epispadia
- Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
- Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
- Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
- Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding).(Lodermik, Jensen 2005) (Lodermik, Jensen
2005)
13. Anus dan rectum
- Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
- Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar
kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran
pencernaan
14. Tungkai
- Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan
keduanya dan bandingkan
- Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya
trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
- Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki
15. Spinal
Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut
yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra.
(Lodermik, Jensen 2005)
16. Kulit
- Perhatikan kondisi kuli bayi.
- Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
- Periksa adanya pembekakan
- Perhatinan adanya vernik kaseosa
- Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan
4. TEHNIK PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK
1. Menentukan tinggi badan
Suruh ana dengan kaos kaki atau tanpa kaos kaki berdiri tegak pada timbangan standar
dan ukur tinggi badan di mana anak berdiri diatas tanda sampai yang terdekat
0,1cm(0,03 inci)
2. Menentukan berat badan
Anak kecil(20 bln – 5 thn) pakaian anak di buka kecuali celana dalam dan di timbang
dengan timbangan berdiri sedangkan anak 5 tahun ke atas di timbang dengan
berpakaian.Peningkatan atau penurunan berat badan yang tiba-tiba harus di perhatikan.
3. Pengukuran tanda-tanda vital
a. Pengukuran suhu tubuh
- Pilih tempat pengukuran suhu berdasarkan umur dan kondisi anak( aksila,oral,rektal
dan timpani)
- Atur posisi anak yang sesuai
- Usahakan mencatat tempat pengukuran suhu karena perbedaan tempat-tempat
tertentu tidak dapat di anggap tetap
b .Pengukuran nadi
- Ukur denyut nadi bila bayi atau anak diam
- Pilih tempat yang tepat. Denyut apikal di ukur pada anak yang berumur kurang dari 2
tahin karena denyut rasialis sulit untuk penempatan.
- Auskultasi denyut rasialis dan apikal selama 1 menit penuh.
c. Pengukuran tekanan pernapasan
- Kaji pernapasan bayi atau anak sebelum memulai prosedur yang intrusif.jika bayi atau
anak menangis tunggu sampai diam.
- mati siklus pernapasan dengan lengkap,hitung pernapasan selama 1 menit penuh.
- Ketika menghitung perhatikan kedalaman dan irama pernapasan anak
d. Pengukuran tekanan darah
- Pilih metode yang tepat.palpasi dapat dilakukan daripada auskultasi jika anak
mempunyai arteri brakialis yang kecil dan dalam.tehnik flush bisa di pilih jika mungkin
untuk memperoleh hasil pengukuran tekanan darah pada anak kecil atau bayi dengan
cara lain.
- Pilih tempat dan ukuran manset yang tepat
- Pengukuran tekanan darah harus dilakukan sebelum prosedur yang menimbulkan
kecemasan
4. Pengkajian sistem tubuh
a. Kepala dan Leher
Pengkajian leher meliputi evaluasi trakea dan kelenjar tiroid.kepala di kaji
terhadap ukuran,bentuk dan kesimetrisan.Fontanel dan sutura diperiksa dan kontrol
kepala di perhatikan.Mulai pemeriksaan dari kepala ke leher memberikan kemajuan
pengkajian sistematik.
b. Mata
Pengkajian mata meliputi pemeriksaan mata eksternal dan internal,ketajaman
penglihatan,gerakan ekstraokular,posisi,penjajaran( alignment)dan penglihatan warna.
c. Telinga
Pengkajian telinga meliputi inspeksi telinga luar dan telinga dalam,menguji
ketajaman pendengaran,dan pemeriksaan otoskopik.bidan juga berfokus pada riwayat
kesehatan anak dalam upaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menempatkan
anak berisiko terhadap masalah-masalah pendengaran.
d. Muka,Hidung dan rongga mulut
Muka memberikan gambaran tentang statusemosional anak danpetujuk-
petunjuk terhadap keadaan neurogis dan alergi.Hidung memberikan jalan masuk ke
seluruh pernafasan dan mulut memberikan jalan masuk ke saluran
pencernaan.Pemeriksaan Hidung mulutdan sinus memberikan informasi tentang fungsi
saluran pernafasan,saluran pencernaan dan tentang kesehatan anak secara
keseluruhan.
e. Integumen
Pengkajian integuman meliputi inspeksi dan palpasi kulit,kuku,rambut dan kulit
kepala dan dapat di satukan dengan pengkajian bagian tubuh lainnya.
f. Toraks dan paru-paru
Pengkajian sistim pernafasan meliputi observasi yang cermat terhadap tingkah
laku anak dan pengkajian toraks dan dada anterior dan posterior
g. Sistem kardiovaskular
Jantung merupakan fokus utama pengkajian kardiovaskular pada bayi dan
anak.pengkajian sirkulasi perifer halus dilakukan pada keadaan-keadaan serta
penggunaan gips.Auskultasi memberikan data yang paling signifikan tentang status
jantung .Metode auskultasi lebih di tekankan namun metode pengkajian lain tidak dapat
di abaikan.
h. Abdomen
Didalam vakum abdomen terdapat organ-organ dari struktur-struktur dari sistim
genitourinaria,sistim gastrointestinal,dan sistem hamapotik.Pengkajian abdomen benar-
benar merupakan pengkajian banyak sistem dan umumnya mengikuti pengkajian toraks
dan paru-paru.Bising usus yang lemah dapat di pengaruhi oleh manipulasi manual jadi
urutan pengkajian adalah inspeksi,auskultasi dan palpasi.
i. Sistem limfatik
Sistim limfatik meliputi limfe, limpa dan sumsum tulang.Nodus limfe superfisial
dan limfa dapat di capai. untuk pengkajian sistim limfatik sering kali terintegrasi dengan
pengkajian leher,payudara,dan abdomen.
j. Sistem reproduksi
Pengkajian sistim reproduksi pada bayi dan anak meliputi inspeksi organ
genetalia eksterna.Penilaian ganataliaa interna di lakukan oleh bidan yang secara khusus
disiapkan dangan keahlian tersebut.
k. Sistem muskuloskeletal
Pengkajian dapat di peroleh dangan sejumlah besar data tentang sistem
muskuloskeletal dengan melihat anak berjalan,duduk,dan melakukan berbagai aktivitas
selama pengkajian kesehatan.Pengkajian yang spesifik membantu dalam melakukan
skristing terhadap kelainan pada masa anak-anak seperti clubfoot,dislokasi
pinggulkonginital dan skoliosiss.
l. Sistem persarafan
Pengkajian sistem persyaafan meliputi observasi dan pengkajian status
mental,fungsi motorik,fungsi sensorik,fungsi saraf kranial,refleks-refleks dan
otomatisme bayi.ketelitian pengkajian tergantung pada keluhan,data penunjang dari
pengkajian kesehatan,alasan pengkajian,kondisi dan umur anak.
BAB IV
KESIMPULAN