Anda di halaman 1dari 34

TUGAS

UJIAN AKHIR SEMSTER

Mata Kuliah : Kepemimpinan Dalam Keperawatan

“Peran Fungsi dan Tugas Kepala Ruangan dalam Perawatan di Kritical Care”
(Peran Fungsi Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Ruang Intensif Care dalam
Pengembangan Kompetensi Perawat di Ruang Intensic Care)

Dosen Mata Kuliah: Dr. Ahsan, S. Kp., M. Kes

Oleh :

EMAN SULAIMAN
176070300111054

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 1


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul: “Peran Fungsi dan
Tugas Kepala Ruangan dalam Perawatan di Kritical Care (Peran Fungsi
Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Ruang Intensif Care dalam Pengembangan
Kompetensi Perawat di Ruang Intensic Care)” tepat pada waktunya dan semoga
segala aktivitas keseharian kita bernilai ibadah di sisi-Nya. Amin.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan
rintangan. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa untuk mendapatkan kebaikan bukan
hal yang mudah, semudah membalikan telapak tangan. Namun penulis juga menyadari
bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu dibenahi. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ahsan, S.
Kp., M. Kes beserta Dosen Tim Pengajar matakuliah Kepemimpinan Dalam
Keperawatan yang telah memberikan banyak ilmu, waktu dan kesabaran dalam
memberikan ilmu yang bermanfaat dan pengalaman yang berkesan.Tiada yang dapat
penulis berikan kecuali memohon kepada Allah SWT, semoga segala bantuan dan andil
yang telah diberikan oleh semua pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Malang, Desember 2018

Penulis

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 0


Daftar Isi

Halaman Sampul........................................................................................................
Kata Pengantar ........................................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan .....................................................................................................
1.1.Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
1.3.Tujuan ............................................................................................................ 3
1.4.Manfaat .......................................................................................................... 4
Bab II Tinjauan Pustaka ............................................................................................
2.1. Konsep Dasar Intensif Care .......................................................................... 5
2.2.Standar Ketenagaan Intensif Care ................................................................. 8
2.3.Konsep Dasar Manajemen Keperawatan ....................................................... 11
2.4.Konsep DasarKepemimpinan ........................................................................ 20
Bab III Tinjauan Kasus ..............................................................................................
3.1.Kasus ............................................................................................................. 25
Bab IV Pembahasan...................................................................................................
4.1.Pembahasan ................................................................................................... 26
Bab V Penutup ...........................................................................................................
5.1.Simpulan ........................................................................................................ 29
5.2.Saran .............................................................................................................. 29
Daftar Pustaka
Lampiran

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 1


BAB I
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
Ruang Perawatan Intensif (Intensive Care Unit=ICU) adalah bagian dari
bangunan rumah sakit dengan kategori pelayanan kritis, selain instalasi bedah dan
instalasi gawat darurat (Kemenkes, 2012). Perawatan critical care atau perawatan
intensif merupakan pelayanan keperawatan yang masih sangat membutuhkan
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik lagi. Berbagai pemberian pelayanan
keperawatan intensif bertujuan untuk memberikan asuhan bagi pasien dengan
penyakit berat yang potensial reversible, memberikan asuhan bagi pasien yang perlu
observasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang tidak dapat diberikan di ruang
perawatan umum, memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan potensial
atau adanya kerusakan organ umumnya paru, mengurangi kesakitan dan kematian
yang dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit kritis (Adam &
Osborne,1997 dalam (Depkes, 2006)
Keperawatan intensif berbeda dengan pelayanan keperawatan di ruang rawat
biasa, karena tingkat ketergantungan pasien terhadap perawat di ruang intensif sangat
tinggi. Untuk itu perawat intensif dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan, daya
analisa dan tanggung jawab yang tinggi, mampu bekerja mandiri, membuat keputusan
yang cepat dan tepat, serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. (Depkes,
2006)
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia sudah mempunyai pelayanan intensif.
Namun pelayanan yang diberikan dari sisi sumber daya manusia, sarana, prasarana,
dan asuhan keperawatan masih sangat bervariasi. Pengalaman di lapangan
menunjukan antara lain, kualifikasi tenaga perawat di ruang ICU masih sama dengan
di ruang perawatan umum, ruangan yang tidak memenuhi syarat, pelayanan
keperawatan di ruang perawatan intensif belum maksimal, yang ditunjukan dengan
banyaknya keluhan masyarakat tentang kinerja perawat, serta adanya asumsi
masyarakat tentang tidak adanya harapan untuk hidup (Depkes, 2006)
Ketersediaan tenaga keperawatan yang memiliki kompetensi di bidang
keperawatan ICU masih terbatas. Berdasarkan hasil evaluasi Direktorat Bina
Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik, Kemenkes RI tahun 2007 pada 18

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 1


rumah sakit di 9 propinsi pusat regional, didapatkan gambaran berdasarkan
pendidikan D3 keperawatan 79,7%, SPK 14,2%, S1 Keperawatan 4,5%, diluar S1
Keperawatan 1,6%. Dalam evaluasi tersebut juga diketahui ada 77% RS yang rasio
perawat dengan pasien tidak sesuai, 22% perawat melakukan tindakan tidak sesuai
prosedur, 58% perawat ICU belum mendapatkan pelatihan dan 65% perawat bekerja
tidak sesuai dengan kemampuannya (Kemenkes, 2011)
Kompetensi menjadi suatu bagian yang penting dalam pengembangan diri seorang
perawat dalam melaksanakan tugasnya sehingga akan tercapai tujuan dari pelayanan
kesehatan yang diberikan rumah sakit. Ruang lingkup kompetensi adalah
pengetahuan, sikap dan komunikasi serta keterampilan yang dimiliki perawat
(Nursalam, 2002). Pelayanan keperawatan merupakan kewenangan dan tanggung
jawab perawat yang memiliki kompetensi yang baik agar tercapai pelayanan yang
bermutu. Tantangan utama saat ini dan masa mendatang adalah peningkatan daya
saing dan keunggulan kompetitif di bidang keperawatan. Sehingga kompetensi
menjadi suatu yang penting bagi pelayanan keperawatan untuk meningkatkan mutu
layanan keperawatan (PPNI, AIPNI, & AIPDiKI, 2012)
Keperawatan merupakan salah satu dari sekian banyak sumber daya manusia yang
bekerja di rumah sakit memegang peranan yang penting oleh karena melakukan
kontak dengan pasien hampir 24 jam, sehingga keperawatan menjadi sumber daya
manusia di rumah sakit yang harus dikelola dengan baik (Nursalam, 2002). Proses
dimana organisasi memilih (rekrutmen) dan menilai (seleksi), menugaskan
(penempatan) dan orientasi serta mengembangkan karyawannya guna menyiapkan
karyawan yang berbobot untuk mencapai tujuan organisasi di masa yang akan datang
(Simamora, 2001 dalam (Sunyoto, 2012)
Kepala ruangan keperawatan intensif care adalah orang yang melaksanakan fungsi
manajemen dan kepemiminan. Fungsi manajemen biasanya diidentikkan dengan cara
untuk mengatur beberapa hal secara baik dan sesuai dengan tujuan. Pengaturan
dilakukan agar hal hal yang diatur berjalan seimbang, lancar, dan mencapai tujuan
yang diharapkan. Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan
seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrolan dari benda dan
manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Mugianti, 2016)

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 2


Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi anggota
kelompok bergerak menuju pencapaian tujuan yang ditentukan (Baily, Lancoster &
Lancoster, 1989 dalam (Mugianti, 2016). Kepemimpinan merupakan penggunaan
keterampilan mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan kemampuannya (Sullivan & Decleur, 1989 dalam (Mugianti,
2016). Kepemimpinan sebagai salah satu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan
kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui human relations dan motivasi yang
tepat, sehingga tanpa adanya rasa takut mereka mau bekerja sama dan membanting
tulang memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi.
Fungsi kepala keperawatan di ruang intensif adalah sebagai managerial, dimana
kepala perawat intensif care memiliki tugas untuk meningktatkan pengetahuan dan
keterampilan tenaga keperawatan yang bertugas di ruang intensif care dengan
mengikutkan staf keperawatan dalam pertemuan ilmiah, pelatihan dan mengusulkan
untuk melanjutkan pendidikan tenaga keperawat ke jenjang yang lebih tinggi. Peran
kepemimpinan kepala ruangan sebagai manajer di lini depan sangat penting dalam
mempengaruhi berbagai faktor dalam lingkungan kerja, serta dapat memengaruhi
kepuasan staf perawat (Sellgren, Kajermo, Ekvall, & Tomson, 2008). Kepemimpinan
menekankan pada peningkatan produktifitas dengan memaksimalkan efektifitas kerja
(Marquis & Huston). Oleh karena itu makalah ini bertujuan untuk membahas tentang
tugas dan fungsi managerial kepala keperawatan di ruang intensif care dalam
pengembangan kompetensi perawat di ruang intensif care.

1.2.Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumumusan masalah dalam penelitian
ini adalah peran fungsi dan tugas managerial kepala ruang intensif care dalam
pengembangan kompetensi perawat di ruang intensic care.

1.3.Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk memaparkan peran fungsi dan tugas managerial kepala ruang intensif care
dalam pengembangan kompetensi perawat di ruang intensic care.

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 3


b. Tujuan khusus
1. peran kepala ruangan dalam fungsi perencanaan perawat dalam
pengembangan kompetensi perawat di ruang intensic care..
2. Peran kepala ruangan dalam fungsi pengorganisasian perawat dalam
pengembangan kompetensi perawat di ruang intensic care.
3. Peran kepala ruangan dalam Fungsi pengarahan perawat dalam
pengembangan kompetensi perawat di ruang intensic care..
4. Peran kepala ruangan dalam Funsi pengontrolan (pengawasan dan evaluasi)
perawat dalam pengembangan kompetensi perawat di ruang intensic care..

1.4.Manfaat
1. Perkembangan Praktek keperawatan
Makalah ini dapat memberikan gambaran peran fungsi dan tugas kepala ruangan
dalam perawatan di kritical care (peran fungsi manajemen dan kepemimpinan
kepala ruang intensif care dalam pengembangan kompetensi perawat di ruang
intensic care. Sehingga dapat digunakan sebagai masukan mengenai
permasalahan yang ditemui mengenai pengembangan kompetensi perawat di
ruang intensic care
2. Perkembangan Ilmu Keperawatan
Makalahini diharapkan mampu memberi sumbangsih ilmu dalam menambah
pengetahuan tentang peran fungsi dan tugas kepala ruangan dalam perawatan di
kritical care (peran fungsi manajemen dan kepemimpinan kepala ruang intensif
care dalam pengembangan kompetensi perawat di ruang intensic care) dan
menjadi referensi baru bagi pengembangan ilmu keperawatan sebagai salah satu
konsep dasar yang dapat dikembangkan lebih jauh bagi perawat khususnya kepala
ruangan intensif care
3. Pemerintah (RSUD)
Makalah ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pemerintah (RSUD) dalam
mengambil kebijakan terkait upaya peningkatan pelayanan kepada pasien yang di
rawat di ruang intensif care.

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 4


BAB II
Tinjauan pustaka
2.1. Konsep Dasar Intensif Care
1. Pengertian
Ruang perawatan intensif (ICU) adalah unit perawatan khusus yang
dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cedera dengan penyulit yang
mengancam nyawa dengan melibatkan tenaga kesehatan terlatih, serta didukung
dengan kelengkapan peralatan khusus (Kemenkes, 2010)
2. Kemampuan Minimal Intensif Care Unit ( ICU )
Intensif Care Unit (ICU) memiliki kemampuan minimal, yaitu:
 Resusitasi jantung paru
 Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaaan
ventilator
 Terapi oksigen
 Pemantauan EKG terus menerus
 Pemasangan alat pacu jantung dalam keadaan gawat
 Pemberian nutrisi enteral dan parenteral
 Pemeriksaaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh
 Pemakaian pompa infus atau semprit untuk terapi secara titrasi
 Kemampuan melakukan tekhnik khusus sesuai dengan keadaan pasien
 Memberikan bantuan fungsi vital dengan alat-alat portabel selama
transportasi pasien gawat (Kemenkes, 2010)
3. Klasifikasi Pelayanan ICU
Dalam menyelenggarakan pelayanan, pelayanan ICU di rumah sakit dibagi
dalam 3 (tiga) klasifikasi pelayanan, yaitu:
1. Pelayanan ICU Primer (Standar Minimal) Rumah sakit tipe C
Pelayanan ICU primer mampu memberikan pengelolaan resusitatif segera
untuk pasien sakit gawat, tunjangan kardio-respirasi jangka pendek, dan
mempunyai peran penting dalam pemantauan dan pencegahan penyulit pada
pasien medik dan bedah yang berisiko. Dalam ICU dilakukan ventilasi
mekanik dan pemantauan kardiovaskuler sederhana selama beberapa jam.

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 5


2. Pelayanan ICU Sekunder (menengah) Rumah sakit tipe B
Pelayanan ICU sekunder memberikan standar ICU umum yang tinggi, yang
mendukung peran rumah sakit yang lain yang telah digariskan, misalnya
kedokteran umum, bedah, pengelolaan trauma, bedah saraf, bedah vaskular
dan lain-lainnya. ICU hendaknya mampu memberikan tunjangan ventilasi
mekanis lebih lama dan melakukan dukungan/bantuan hidup lain tetapi tidak
terlalu kompleks.
3. Pelayanan ICU tersier (tertinggi) Rumah sakit tipe A
Pelayanan ICU tersier merupakan rujukan tertinggi untuk ICU, memberikan
pelayanan yang tertinggi termasuk dukungan/ bantuan hidup multi-sistem
yang kompleks dalam jangka waktu yang tak terbatas. ICU ini melakukan
ventilasi mekanis, pelayanan dukungan/ bantuan renal ekstrakorporal dan
pemantauan kardiovaskular invasif dalam jangka waktu yang terbatas dan
mempunyai dukungan pelayanan penunjang medik (Kemenkes, 2010)
4. Ruang Lingkup Pelayanan ICU
Ruang lingkup pelayanan yang diberikan di ICU adalah sebagai berikut:
1. Diagnosis dan penantalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang
mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit
sampai beberapa hari
2. Memberikan bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus
melakukan penatalaksanaaan spesifik problema dasar
3. Pemantauan fungsi vital tubuh terhadap komplikasi yang ditimbulkan oleh
penyakit atau iatrogenik
4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat
bergantung pada alat/ mesin dan orang lain (Kemenkes, 2010)
5. Indikasi Masuk dan Keluar Intensif Care Unit (ICU)
Penentuan indikasi pasien masuk ke ICU dan keluar dari ICU serta pasien
yang tidak dianjurkan untuk dirawat di ICU ditentukan berdasarkan kriteria
sebagai berikut:

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 6


1. Kriteria Masuk
a. Pasien Prioritas 1 (Satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan
terapi intensif seperti dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu suportif
organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat aritmia
kontinyu dan lain-lainnya. Contoh pasien kelompok ini antara lain pasca
bedah kardiotoraksik, pasien sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit yang mengancam nyawa. Terapi pada pasien prioritas 1 (satu)
umumnya tidak mempunyai batas.
b. Pasien Prioritas 2 (Dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat
berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantuan
intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien seperti ini
antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung, paru, gagal ginjal
akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major. Terapi pada
pasien prioritas 2 tidak terbatas karena kondisi mediknya senantiasa berubah.
c. Pasien Prioritas 3 (Tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akut
secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan
atau manfaat terapi di ICU sangat kecil. Contoh pasien
ini antara lain pasien dengan keganasan metastase disertai penyulit infeksi,
pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, atau pasien penyakit jantung,
penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat.
Pengelolaan hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja (Kemenkes,
2010)
2. Kriteria Keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis
oleh kepala ICU dan tim yang merawat pasien.
a. Pasien Prioritas 1 (Satu)
Pasien prioritas 1 (satu) dikeluarkan dari Intensive Care Unit (ICU) bila
kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi, atau bila terapi telah gagal

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 7


dan prognosis jangka pendek jelek dengan kemungkinan kesembuhan atau
manfaat dari terapi intensif kontinu kecil. Contoh hal terakhir adalah pasien
dengan tiga atau lebih gagal sistem organ yang tidak berespons terhadap
pengelolaan agresif dan meninggal dunia.
b. Pasien Prioritas 2 (Dua)
Pasien prioritas 2 (dua) dikeluarkan bila kemungkinan untuk mendadak
memerlukan terapi intensif telah berkurang.
c. Pasien Prioritas 3 (Tiga)
Pasien prioritas 3 (tiga) dikeluarkan dari Intensive Care Unit (ICU) bila
kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi, tetapi mereka mungkin
dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan kesembuhannya atau manfaat dari
terapi intensif kontinu kecil. Contohnya adalah pasien dengan penyakit lanjut
(penyakit paru kronis, penyakit jantung atau liver terminal, karsinoma yang
telah menyebar luas dan lain-lainnya) yang telah tidak berespons terhadap
terapi Intensive Care Unit (ICU)) untuk penyakit akutnya, yang tidak ada
terapi yang potensial untuk memperbaiki prognosisnya (Kemenkes, 2010)

2.2. Standar Ketenagaan Intensive Care Unit


1. Kualifikasi Sumber Daya manusia.
Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di ICU harus mempunyai pengetahuan
yang memadai, mempunyai ketrampilan yang sesuai dan mempunyai komitmen
terhadap waktu.
2. Tenaga Medis.
Seorang dokter intensivis adalah seorang dokter yang memenuhi standar
kompetensi berikut :
a. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis anastesiologi melalui
program pelatihan dan pendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi
yang terkait.
b. Menunjang kualitas pelayanan IRI / ICU dan menggunakan sumber daya IRI
/ ICU secara efesien
c. Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan IRI /
ICU

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 8


d. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24
jam/hari, 7 hari/minggu
e. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain :
1) Sampel darah arteri
2) Memasang dan mempertahankan jalan napas termasuk intubasi trakeal,
trakeostomi perkutan dan ventilasi mekanis
3) Mengambil kateter intravaskuler untk monitoring invasive maupun terapi
invasif misalnya; peralatan monitoring, termasuk : a. Kateter vena central
(CVP)
4) Resusitasi jantung paru
5) Pipa torakostomi
f. Melaksanakan dua peran utama :
1) Pengelolaan pasien
Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan
pelayanan di IRI / ICU , menggabungkan dan melakukan titrasi pelayanan
pada pasien penyakit kompleks atau cedera termasuk gagal organ multi-
sistem. Dalam mengelola pasien, dokter intensivis dapat mengelola send
IRI / ICU atau berkolaborasi dengan dokter lain. Seorang dokter intensivis
mampu mengelola pasien sakit kritis dalam kondisi seperti :
a) Hemodinamik tidak stabil
b) Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan
ventilasi mekanis
c) Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi intracranial
d) Gangguan atau gagal ginjal akut
e) Gangguan endokrin dan/ atau metabolic akut yang mengancam nyawa
f) Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
2) Manajemen Unit.
Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas
manajemen unit yang diperlukan untuk memberi pelayanan-pelayanan IRI
/ ICU yang efisien, tepat waktu dan konsisten. Aktivitas-aktivitas tersebut
meliputi antara lain :
a. Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 9


b. Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit
c. Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas yang
berkelanjutan termasuk supervisi koleksi data
d. Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk menjamin
kelancaran pelayanan di IRI / ICU
g. Mempertahankan pendidikan berkelanjutan tentang critical care medicine.
h. Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca literature
kedokteran.
i. Berpartisipasi dalam program-program pendidikan dokter berkelanjutan
j. Menguasai standar-standar untuk unit critical care. Ada dan bersedia untuk
berpartisipasi pada perbaikan kualitas interdisipliner (Kemenkes, 2011)
3. Tenaga Keperawatan
ICU harus memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagaian besar terlatih.
(diganti) menjadi : jumlah perawat di IRI / ICU ditentukan berdasarkan jumlah
tempat tidur dan ketersediaan ventilasi mekanik. Perbandingan perawat : pasien
1:1, sedangkan perbandingan perawat : pasien yang tidak menggunakan ventilasi
mekanik adalah 1:2. (Kemenkes, 2011)
4. Distribusi Ketenagaan
Nama Jabatan Kualifikasi Formal & Fungsi Jumlah
Informal SDM
Ka. Instalasi ICU Spesialis anastesiologi Managerial 1
Pelatihan ACLS dan BLS
Ka. Perawat ICU D3 keperawatan Managerial 1
Pelatihan ICU Pelatihan
manajemen bangsal
Penanggung D3 keperawatan ( masa Melakukan Administrasi 4
jawab shift kerja 5 – 10 tahun ) keperawatan
Bantuan hidup dasar dan &bertanggung
bantuan hidup lanjut jawab terhadap
kelancaran tugas
dalam shift
Perawat D3 keperawatan Bantuan Melakukan tindakan- 4
Pelaksana hidup dasar dan bantuan tindakan keperawatan
hidup lanjut sesuai SPO
(Kemenkes, 2011)

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 10


5. Pengaturan Jaga / Jam dinas:
Dinas Pagi : 07.00-14.00
Dinas Siang : 14.00-21.00
Dinas Malam : 21.00-07.00
 Dokter spesialis Anestesiologi siap 24 jam menangani kasus
kegawatan IRI / ICU
 Dokter spesialis konsulen siap 24 jam menangani kasus kegawatan IRI / ICU
 Tenaga perawat siap 24 jam melayani kasus IRI / ICU (terjadwal)
(Kemenkes, 2011)

2.3. Konsep Dasar Manajemen Keperawatan


1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang
berubah. Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi
sumber-sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang lain ) yang
mencerminkan dinamika suatu organisasi. Manajemen keperawatan secara
singkap diartikan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui
upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan
rasa aman kepada pasien/keluarga serta masyarakat (Gillies, 1985 dalam
(Kuntoro, 2010). Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang
dilaksanakan sesuai dengan pendekatan system terbuka. Oleh karena itu,
manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang tiap-tiap
komponen saling berinteraksi. (Kuntoro, 2010)
2. Fungsi – Fungsi Manajemen
Menurut (Kuntoro, 2010), fungsi-fungsi manajemen terdiri dari:
2.1 Perencanaan
Fungsi perencanaan adalah fungsi manajemen terpenting dalam
manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi
manajemen lainnya. Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari
fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak
mungkin manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 11


Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh
terhadap semua pekerjaan yang akan dijelaskan, siapa yang akan melakukan
dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses
pencapaian tujuan secara efisien dan efektif.
2.1.1 Langkah – Langkah Perencanaan
Perencanaan dimulai sebagai sebuah idea atau cita-cita yang
muncul karena perhatian khusus pada situasi situasi tertentu.
Perencanaan kesehatan dapat dibuat dalam skala besar seperti
perencanaan untuk upaya penurunan kematian bayi secara rasional
atau hanya dalam skala kecil misalnya perencanaan untuk
pelaksanaan posyandu di suatu dusun.
Sebagai suatu proses, perencanaan mempunyai beberapa
langkah penting. Ada lima langkah penting yang perlu dilakukan pada
setiap menjalankan fungsi perencanaan.
2.1.1.1 Analisis situasi. Langkah ini bertujuan untuk
mengumpulkan data atau fakta. Pada langkah ini, para
anggota kelompok perencana perlu memanfaatkan seefektif
mungkin ilmu epidemiologi, antropologi, demografi, ilmu
ekonomi dan statistic sederhana. Ilmu demiologi akan
bermanfaat untuk menjelaskan distribusi penyakit dan
factor determinannya.
2.1.1.2 Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah.
Terbatasnya sumber daya dan kemampuan organisasi, serta
kompleksnya permasalahan yang dihadapi, mengharuskan
para manajer untuk menetapkan prioritas masalah yang
perlu dipecahkan.
2.1.1.3 Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin
dicapai. Perumusan tujuan ini akan dapat dilakukan apabila
rumusan masalah pada langkah 2 sudah dilakukan dengan
baik.
2.1.1.4 Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala
dalam pelaksanaan program. Kajian terhadap hambatan

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 12


ditujukan yang bersumber di dalam organisasi dan yang
bersumber dari lingkungan masyarakat dan sector lain.
2.1.1.5 Menyusun rencana kerja operasional (LKO).
2.1.2 Manfaat Sebuah Perencanaan
Melalui perencanaan program akan dapat diketahui :
2.1.2.1 Tujuan dan cara mencapainya,
2.1.2.2 Jenis / struktur organisasi yang dibutuhkan,
2.1.2.3 Jenis dan jumlah staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya,
2.1.2.4 Sejauh mana efektifitas kepemimpinan dan pengarahan
yang diperlukan,
2.1.2.5 Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.
2.1.3 Keuntungan dengan tersusunnya perencanaan yang baik
2.1.3.1 Perencanaan menyebabkan berbagai macam aktivitas
organisasi untuk mencapai tujuan tertentu dapat dilakukan
secara teratur;
2.1.3.2 Perencanaan akan mengurangi atau menghilangkan jenis
pekerjaan yang tidak produktif;
2.1.3.3 Perencanaan dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil
kegiatan yang dicapai;
2.1.3.4 Perencanaan memberikam suatu landasan pokok fungsi
manajemen lainnya, terutama fungsi pengawasan.
2.1.4 Kerugiannya adalah:
2.1.4.1 Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan
informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang,
2.1.4.2 Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak,
2.1.4.3 Perencanaan mempunyai hambatan psikologis,
2.1.4.4 Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif,
2.1.4.5 Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang
perlu diambil.
Perencanaan manajerial terdiri dari dua bagian utama yaitu
perumusan strategi dan penerapan strategi. Pada fase perumusan
strateginditetapkan tujuan dan kebijaksanaan umum organisasi. Di sini

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 13


dibutuhkan keterampilan manajerial yang besifat konseptual. Untuk fase
penerapan strategiditentukan upaya pencapaian tujuan. Dalam hal ini
dibutuhkan keterampilan manajerial yang bersifat teknis. Perumusan
strategi biasanya dikerjakan oleh pimpinan puncak suatu organisasi
sedangkan implementasinya dikerjakan sepenuhnya oleh para manejer
pelaksana dikoordinir oleh manejer tingkat menengah (Kuntoro, 2010).
2.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen yang juga
mempunyai peranan cukup penting seperti halnya fungsi perencanaan.
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolong-
golongkan dan mengaturr berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas
dan wewenang seseorang dan pendelegasian wewenang dalam rangka
mencapai tujuan.
Berdasarkan definisi di atas, fungsi pengorganisasian merupakan alat
untuk memadukan (sinkronisasi) semua kegiatan yang beraspek personil,
financial, material dan tatacara dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, organosasi dapat dipandang sebagai
wadah kerjasama sekelompok orang (organisasi sifatnya statis) dan sebagai
suatu proses kerjasama dan bagaimana tatacara staf mencapai tujuan
(organisasi sifatnya dinamis). Organisasi juga dapat sebagai alat pimpinan
untuk mencapai tujuan organisasi.
2.2.1 Manfaat Pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui
2.2.1.1 Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
2.2.1.2 Hubungan organisator antar orang-orang di dalam
organisassi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya
2.2.1.3 Pendelegasian wewenang
2.2.1.4 Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik
2.2.2 Langkah-Langkah Pengorganisasian
Ada enam langkah atau aspek penting dalam fungsi
pengorganisasian:

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 14


2.2.2.1 Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini
sudah tertuang dalam fungsi perencanaan.
2.2.2.2 Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan
pokok untuk mencapai tujuan. Dan di sini akan ada
pembagian tugas.
2.2.2.3 Menggolongkan kegiatan-kegiatan pokok ke dalam
satuan-satuan kegiatan yang praktis (elemen kegiatan).
Pembagian tugas staf harus mencerminkan apa yang harus
dikerjakan oleh staf.
2.2.2.4 Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
Pengaturan tuang kerja adalah salah satu contohnya.
2.2.2.5 Penugasan personil yang cakap (memilih staf yang
dipandang mampu melaksanakan tugas).
2.2.2.6 Mendelegasikan wewenang.
2.2.3 Wewenang Dalam Organisasi
Wewenang adalah kekuasaan atau hak untuk memerintah atau
meminta orang lain berbuat sesuatu. Wewenang seseorang dalam
sebuah organisasi dibatasi melalui uraian tugasnya sesuain dengan
fungsi dan kedudukan staf did lama sebuah organisasi.
Wewenang dapat di delegasikan kepada staf bawahan, tetapi
manajer tetap bertanggung jawab penuh terhadap wewenang yang
telah didelegasikan kepada staf bawahannya. Untuk meningkatkan
produktifitas kerja staf, manajer sebaiknya mengatur agar
wewenang yang diberikan kepada staf dan tanggung jawab yang
melekat pada tugas-tugasnya berimbang. Berdasarkan
wewenang,akan dapat dibedakan tipe-tipe organisasi ( lini,staf,dan
staf atau panitia ).
2.2.3.1 Wewenang lini ( Linie authority )
2.2.3.2 Wewenang yang mengalir secara vertical yaitu pelimpahan
wewenang dari atas ke bawah dan organisasi yang
mengunakan wewenang lini disebut organisasi lini.

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 15


2.2.3.3 Wewnang staf ( staf authority )
2.2.3.4 Wewenang yang mengalir ke samping yaitu wewenang
yang diberikan kepada staf untuk membantu melancarkan
tugas staf yang memiliki wewenang lini.wewenang setaf
diberikan karna spesialisasi tugas-tugas managerial
berdasarkan fungsi staf pengawasan,staf pelayanan,staf
penasehat.Organisasi staff adalah organisasi yang
menggunakan wewenang staf.
2.2.3.5 Wewenang staf dan lini
Perpaduan antara wewenang lini dan staf merupakan
bentuk struktur organisasi yang paling umum di anut saat
ini. Bentuk pelimpahan wewenang dijajaran organisasi
kesehatan dan kerjasamanya dengan departemen dalam
negri akan dikenal empat jenis pola kerja kerjasamanya
yaitu :
a. Sentralisasi
b. Desentralisasi
c. Dekonsentrasi
d. Perbantuan
2.2.4 Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi adalah upaya pihak manajer untuk
mengembangkan stafnya dengan harapan untuk lebih
meningkatkan kapasitas organisasi dapat dilakukan melalui
pengefektifan gaya kepemimpinan manajer,hubungan yang
harmonis antara pimpinan dengan stafnya,meningkatkan kepuasan
kerja staff dan semangat kelompok kejelasan penyusunan tujuan
dan perbaikan system perencanaan dan pelaporan
Pengembangan suatu organisasi adalah suatu kegiatan yang
perlu dilakukan secara terus-menerus sehingga akan mampu
mendinamisir proses manajemen karena kegiatan pengembangan
ini akan mempunyai dampak untuk lebih memacu fungsi
manajemen lainnya secara berkelanjutan (Kuntoro, 2010)

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 16


2.3 Penggerakan dan Pelaksanaan (Aktuasi)
Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan yang
telah dituangkan dalam fungsi perencanaan. Dalam menggerakkan dan
mengarahkan sumber daya manusia dalam suatu organisasi, peranan
pimpinan, motivasi staf, kerjasama dan komunikasi antar staf merupakan hal-
hal yang perlu diperhatikan oleh seorang manajer.
2.3.1 Tujuan Fungsi, Aktuasi
2.3.1.1 Menciptakan kerjasama yang lebih efisien.
2.3.1.2 Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf.
2.3.1.3 Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan.
2.3.1.4 Mengusahakan suasana lingkungan kerjayang dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf.
2.3.1.5 Membuat organisassi berkembang lebih dinamis.
2.3.2 Faktor-Faktor Penghambat Fungsi Aktuasi
Kegagalan manajer menumbuhkan motivasi stafnya merupakan
hambatan utama fungsi aktuasi.hal ini dapat terjadi karena manajer
kurang memahami hakekat perilaku dan hubungan antara
manusia.seorang manajer yang berhasil akan menggunakan
pengetahuannya tentang perilaku manusia untuk menggerakkan
stafnya agar meraka bekerja secara optimal dan lebih produktif.
Salah seorang pelopor yang memperkenalkan teori tentang
perilaku manusia ialah Abraham H. Maslow, teorinya membahas
tentang jenjang (tingkatan) kebutuhan manusia (Hierarchy of needs)
sbb:
2.3.2.1 Kebutuhan untuk keseimbanganfoali (physical needs)
2.3.2.2 Kebutuhan untuk merasa aman dan tentram(security needs)
2.3.2.3 Kebutuhan untuk diterima oleh lingkungan sosialnya (social
needs)
2.3.2.4 Kebutuhan untuk diakui (self esteem needs)
2.3.2.5 Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan diri
(actualization needs) (Kuntoro, 2010).

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 17


2.4 Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal)
2.4.1 Prinsip Pengawasan
Fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling) merupakan
fungsi yang terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini mempunyai
kaitan yang erat dengan ketiga fungsi manajemen lainnya, terutama
dengan fungsi perencanaan.
Tugas seorang manajer dalam usahanya menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu
memperhatikan beberapa prunsip sebagai berikut:
2.4.1.1 Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan
hasilnya mudah diukur.
2.4.1.2 Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting
dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
2.4.1.3 Standar unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan
kepada semua staf.
2.4.2 Manfaat Pengawasan
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat
dilaksanakan secara tepat, organisasi akan memperoleh manfaat
sebagai berikut:
2.4.2.1 Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana
kerjadengan menggunakan sumber daya yang telah
ditetapkan.
2.4.2.2 Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan
dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
2.4.2.3 Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi dan telah digunakan secara benar
2.4.2.4 Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
2.4.2.5 Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau
bentuk promosi dan latihan lanjutan.

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 18


2.4.3 Proses Pengawasan
Ada tiga langkah penting untuk melakukan pengawasan
manajerial:
2.4.3.1 Mengukur hasil / prestasi yang telah dicapai
2.4.3.2 membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau
standar yang telah ditetapkan sebelumnya
2.4.3.3 memperbaiki penyimpangan yang dijumpai berdasarkan
factor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan
2.4.4 Objek Pengawasan
Ada lima jenis objek pengawsan :
2.4.4.1 Objek tentang kuantitas dan kualitas barang atau jasa ini
merupakan objek pengawasan yang berrsifat fisik.
2.4.4.2 Keuangan.
2.4.4.3 Pelaksanaan program di lapangan sesuai dengan RKO
(Rencana Kerja Operasional) yang dibuat oleh masing-
masing staf.
2.4.4.4 Hal-hal yang sifatnya strategis.
2.4.4.5 Pelaksanaan kerja sama dengan pihak kecamatan; peraturan
daerah (perda) tentang penggunaan anggaran, dsb.
2.4.5 Cara Mendapatkan Data Untuk Melakukan Pengawasan
2.4.5.1 Pengamatan langsung
Supervisi oleh pimpinan ke lapangan untuk mengamati
kegiatan staf dan membandingkannya dengan standar adalah
cara pengawasan langsung.
2.4.5.2 Laporan lisan
Pimpinan juga dapat memperoleh data langsung tentang
pelaksanaan suatu program dengan mendengarkan laporan
lisan staf.
2.4.5.3 Laporan tertulis
Staf penanggung jawab program diminta membuat laporan
singkat tentang hasil kegiatannya. Informasinya hanya

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 19


terbatas pada hal-hal yang dianggap penting oleh staf
(Kuntoro, 2010)

2.4. Konsep Dasar Kepemimpinan


1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang mengerjakan apa
yang tidak ingin mereka lakukan dan menyukainya (Gillies, 1994) dalam
(Mugianti, 2016). Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan
mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan kemampuannya (Sullivan & Decleur, 1989 dalam (Mugianti,
2016)). Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi
anggota kelompok bergerak menuju pencapaian tujuan yang ditentukan (Baily,
Lancoster & Lancoster, 1989 dalam (Mugianti, 2016). Kepemimpinan adalah
sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki kemampuan yang lebih besar
untuk mempengaruhi perilaku pihak lain yang didasarkan pada perbedaan
kekuasaan antara pihak-pihak tersebut (Gillies, 1994) dalam (Mugianti, 2016).
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1993: 26 dalam (Mugianti, 2016)).
"Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok
orangorang tertentu, biasanya melalui 'human relations' dan motivasi yang tepat,
sehingga tanpa adanya rasa takut mereka mau bekerja sama dan membanting
tulang memahami danmencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan
organisasi” (Mugianti, 2016)
Dari beberapa pengertian kepemimpinan tersebut dapat kita ambil
kesimpulan bahwa ada kata kunci yang bisa kita ambil dari pengertian di atas
yaitu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sebagai
pengikutnya kepemimpinan ada empat aspek, yaitu: 1) leader, 2) Pengikut, 3)
tujuan, dan 4) situasi dan komunikasi (Mugianti, 2016).
2. Syarat Pemimpin
Pemimpin yang handal harus mempunyai syarat-syarat (karakteristik) tertentu
yang menunjukkan kecakapannya. Ada 3 syarat pemimpin yaitu: kekuasaan,
kewibawaan dan kemampuan (Mugianti, 2016).

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 20


3. Peran Pemimpin
Pemimpin memiliki peran sebagai berikut

Sebagai seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan , kewibawaan dan


kemampuan di atas anggota kelompok lainnya maka dalam kepemimpinan harus
memperhatikan azas-azas kepemimpinan (Mugianti, 2016)
4. Azaz-azaz Kepemimpinan
4.1.Azas Kemanusian
Memperhatikan bawahan dan memandang bawahan sebagai manusia
4.2.Azas Efisiensi
Dengan sumber daya yang terbatas, pemimpin dapat mengefisienkan untuk
kepentingan kelompoknya
4.3.Azas kesejahteraan yang lebih merata
Pemimpin berusaha mengurangi kesenjangan dan konflik yang dapat
mengganggu jalannya organisasi (Mugianti, 2016).

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 21


5. Fungsi Kepemimpinan
Mari kita lihat fungsi kepemimpinan
5.1. Memandu, menuntun, membimbing, memotivasi
5.2. Menjalin komunikasi yang baik
5.3. Mengorganisasi, mengawasi dan membawa organisasinya pada tujuan
yang telah ditetapkan
Lebih tepatnya seorang pemimpin harus mampu menjadi contoh peran bagi yang
lainnya dan mampu menempatkan dirinya seperti sosok Ki Hajar Dewantoro.
Fungsi kepemimpinan yang bisa kita contoh dari Ki Hajar Dewantoro
a. Ing Ngarso sung Tulodho ketika di depan memberikan contoh
b. Ing Madyo Mbangun Karso ketika berada di tengah bersama sama
menyelesaikan tugas
c. Tut Wuri Handayani ketika berada dibelakang mampu memberikan
dorongan dan motivasi (Mugianti, 2016).
6. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan cara seseorang memanfaatkan kekuatan
yang tersedia untuk memimpin orang lain. Setiap pemimpin memiliki gaya
kepemimpinan yang berbeda. Ada 3 faktor yang menjadi kunci gaya
kepemimpinan seseorang yang merupakan faktor yang saling melengkapi dan
mempengaruhi satu sama lainnya, yaitu: pemimpin itu sendiri, orang yang
dipimpin dan situasi, seperti pada gambar dibawah ini

Bisa disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan seseorang merupakan fungsi


dari ke tiga variabel di atas. Marilah kita pelajari bersama penjelasan dari masing-
masing variable tersebut melalui pemahaman teori –teori gaya kepemimpinan.

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 22


Bila dilihat dari Pemimpin itu sendiri, Anda bisa pelajari teori bakat, bila dilihat
Pemimpin itu sendiri dan orang yang dipimpin, maka bisa Anda cocokkan
dengan Teori perilaku dan bila dilihat Situasinya, maka bisa kita gunakan Teori
Situasional (Mugianti, 2016).
Beikut ini adalah uraian dari masing-masing teori tersebut
1. Teori bakat
Teori bakat dikenal dengan “Great Man Theory”. Teori bakat muncul karena
adanya keyakinan bahwa kemampuan memimpin hanya dimiliki oleh orang
yang dilahirkan dengan bakat tersebut. Teori ini tidak sepenuhnya benar sebab
setiap orang bisa menjadi pemimpin, dan mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan kepemimpinannya (Mugianti, 2016).
2. Teori Perilaku, yang biasa digunakan Kurt Lewin (1960)
a. Otokratik : Pada gaya otokratik pemimpin melakukan kontrol maksimal
terhadap staf, membuat keputusan sendiri dalam menentukan tujuan
kelompok. Lebih menekankan pada penyelesaian tugas dari pada
hubungan interpersonal. Gaya ini cenderung menyebabkan permusuhan
dan agresif atau apatis sampai menurunnya inisiatif. Contoh Kepala Ruang
menetapkan jadwal dinas, sanksi sesuai aturan, tanpa mempertimbangkan
alasan staf perawat yang mengajukan ijin
b. Demokratik : Pemimpin mengikutsertakan bawahan dalam proses
pengambilan keputusan. Lebih menekankan pada hubungan interpersonal
dan kerja kelompok. Pemimpin menggunakan posisinya untuk
mendapatkan pandangan dan pemikiran bawahan serta memotivasi
mereka untuk menentukan tujuan dan mengembangkan rencana. Hal ini
cenderung meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja. Ontoh Kepala
Bidang Keperawatan selalu meminta Kepala Ruang memberikan masukan
untuk sebuah perubahan kebijakan
c. Laissez Fair : Pemimpin memberikan kebebasan bertindak, menyerahkan
perannya sebagai pemimpin kepada bawahan tanpa diberi petunjuk atau
imbingan serta pengawasan. Pemimpin sangat sedikit merencanakan dan
membuat keputusan. Gaya kepemimpinan ini efektif bila bawahan
mempunyai kemampuan dan tanggung jawab yang tinggi. Bila

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 23


kemampuan dan tanggung jawab bawahan kurang cenderung
menimbulkan keresahan dan frustasi. Contoh Kepala Ruang tidak pernah
mau tahu apa yang sedang terjadi di ruangan, staf perawat yang tidak
disiplin tidak mendapat teguran yang penting aman (Mugianti, 2016).
3. Teori Situasional
Pemimpin berubah dari satu gaya ke gaya lainnya sesuai dengan perubahan
situasi yang terjadi. Jadi seseorang pemimpin yang efektif pada situasi tertentu
belum tentu mampu bersikap dan bertindak efektif pada situasi lain (Mugianti,
2016)
7. Ciri-ciri Pemimpin yang Efektif
Pemimpin perlu memahami karakteristik dirinya dan bawahannya agar
dalam menyelesaikan masalah pemimpin dapat mengambil keputusan yang tepat.
Baiklah pada akhir pembahasan Topik 1 ini kita rangkumkan karakteistik
pemimpin yang efektif seperti dalam kotak berikut ini:
1. Menyusun tujuan dan mempunyai pandangan jauh ke depan
2. Mengembangkan diri
3. Berfikir kritis
4. Menyelesaikan masalah
5. Menghormati individu
6. Mendengarkan orang lain danmempunyai ketrampilan berkomunikasi
(Mugianti, 2016)

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 24


BAB III
Kasus
Unit perawatan intensif adalah unit perawatan yang dikelola dengan tujuan untuk
merawat pasien sakit berat dan kritis, yang mengancam jiwa dengan melibatkan tenaga
terlatih serta dukungan dengan kelengkapan perlatan khusus. (Darmayanti & Oktamianti,
2013) menejelaskan dalam hasil penelitian yang dilaksanakan di ICU RSU T, dari 19
perawat yang bertugas di ruang ICU hanya 2 orang perawat yang memiliki dasar pelatihan
ICU. Untuk memberikan pelayanan yang berkompeten dan berkinerja tinggi dibutuhkan
tenaga yang memiliki kompetensi, namun saat ini tenaga perawat terlatih yang ditugaska
di ruang ICU masih sangat terbatas. Hasil penelitian diatas didukung oleh hasil evaluasi
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik, Kemenkes RI tahun
2007 pada 18 rumah sakit di 9 propinsi pusat regional, didapatkan gambaran berdasarkan
pendidikan D3 keperawatan 79,7%, SPK 14,2%, S1 Keperawatan 4,5%, diluar S1
Keperawatan 1,6%. Dalam evaluasi tersebut juga diketahui ada 77% RS yang rasio
perawat dengan pasien tidak sesuai, 22% perawat melakukan tindakan tidak sesuai
prosedur, 58% perawat ICU belum mendapatkan pelatihan dan 65% perawat bekerja tidak
sesuai dengan kemampuannya (Kemenkes, 2011). Monitoring sasaran mutu ISO 9001 :
2008 di ruang ICU tahun 2013 ditemukan hasil untuk perawat ICU yang telah
mendapatkan pelatihan intensive care hanya sebesar 14,7% dari target yang ditetapkan
sebesar 50% dan hal ini dapat mempengaruhi terhadap kinerja perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Dalam kasus diatas dijelaskan bahwa saat ini ketersediaan perawat ICU yang
berkompeten masih sangat terbatas, hal ini dapat disebakan oleh beberapa factor baik dari
pihak manajemen maupun indivu perawat itu sendiri. Olehnya itu dibutuhkan peran
kepala ruangan dalam proses perencanaan, pengembangan dan evaluasi terhadap
kebutuhan tenaga perawat di ruang ICU yang berkompeten sehingga pelayan diruang
perawatan ICU lebih komprehensif denagan pelayanan yang profesional dan lebih
berorientasi kepada tingkat keselamatan pasien.

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 25


BAB IV
Pembahasan
Manajemen merupakan suatu proses penyelesaian pekerjaan melalui orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen keperawatan merupakan proses
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien maupun keluarga.
Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen secara umum,
dengan menggunakan pendekatan fungsi manajemen meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan (pengawasan dan evaluasi). Lima fokus
komponen pada pelayanan keperawatan yaitu man, money, material, method, dan
machine. Setiap individu pasti melaksanakan fungsi manajemen dalam kehidupan sehari-
hari baik untuk diri sendiri, keluarga, kelompok kecil atau komunitas maupun kelompok
besar. Dalam satu organisasi apabila ingin mencapai tujuan yang ditetapkan secara
maksimal maka fungsi manajemen harus dilaksanakan oleh semua individu yang terlibat
dan yang terpenting pemimpin sebagai komando dalam pencapaiaan tujuan tersebut lebih
memiliki peran dalam menjalankan fungsi manajemen.
Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan mempengaruhi orang lain
untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.
Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi anggota kelompok
bergerak menuju pencapaian tujuan yang ditentukan. Kepemimpinan adalah sebuah
hubungan dimana satu pihak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mempengaruhi
perilaku pihak lain yang didasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak-pihak
tersebut.
Rumah sakit sebagai salah satu instansi yang dipimpin oleh direktur sebagai
pengambil kebijakan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap proses pelayanan yang
diberikan kepada masyarat dan dalam pelaksanakan tanggungjawabnya direktur dibantu
oleh wakit direktur, kepala seksi, kepala bagia, kepala instalasi, kepala ruangan sampai
pada tingkat bawah adalah ketua tim. Salah satu instalasi pelayanan yang ada di rumah
sakit adalah pelayanan intensif yang memiliki tujuan untuk memberikan perawatan
kepada pasien yang kritis dan mengancam jiwa dengan didukung oleh tenaga
keperawatan yang berkopeten dan fasilitas yang memadai.

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 26


Dari kasus diatas ditemukan bahwa masih banyak rumah sakit baik tipe A sampai
C yang memiliki pelayanan intensif care belum didukung oleh tenaga yang kompeten
yang sesuai dengan tanggungjawabnya. Sehingga hal ini menyebabkan pelayanan yang
diberikan memiliki mutu yang rendah dan tidak maksimal. Untuk mendapatkan tenaga
yang kompeten dan professional dibutuhkan pelaksanaan fungsi manajemen dengan baik
dan hal ini hanya dapat dilaksanakan oleh unsur pimpinan yaitu kepala ruangan intensif
care.
Kepala ruangan intensif care memiliki fungsi managerial sehingga sejak dari proses
perencanaan khususnya untuk kebutuhan tenaga, pengembangan kompetensi sampai
proses pengontrolan (pengawasan dan evaluasi) kepala ruangan memiliki peran yang
begitu besar untuk menghasilkan staf keperawata yang berkompeten. Melalui fungsi
managerial yang dilaksanakan oleh kepala ruangan intensif care, kepala ruangan akan
mendapatkan data dan hasil dari kinerja anggotanya yang membutuhkan pengembangan
kompetensi kejenjang yang lebih tinggi, penempatan sesuai dengan keahliannya bahkan
jika perlu pemindahan ketempat lain jika dianggap tidak berkompeten untuk menjalankan
tugas di unit intensif care.
Fungsi manajemen yang dapat dilaksanakan oleh kepala ruangan intensif care
dalam mendukung ketersediaan tenaga keperawatan yang kompeten adalaa :
1. Fungsi perencanaan
Dalam tahapan ini, kepala ruangan menyusun dan mengusulkan kebutuhan tenaga
yang dibutuhkan di ruang intensif care baik dari segi jumlah, tingkat pendidikan serta
dengan kriteria dan syarat kompetensi yang harus dimilik.
2. Fungsi pengorganisasian
Pada tahapan ini kepala ruangan merumuskan suatu struktur organisasi untuk
pencapaian rencana yang telah disusun. Kepala ruangan menetapkan tugas dan
prosedur yang akan dilaksanakan, melakukan proses rekrutmen, seleksi, pelatihan,
pengembangan tenaga keperawatan dan penempatan
3. Fungsi pengarahan
Kepala ruangan memberikan bimbingan, motivasi kepada staf keperawatan yang
bertugas di intensiif care, mengatur dan mengarahkan sesuai denga tugas dan
tanggungjawab masing-masing.

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 27


4. Funsi pengontrolan (pengawasan dan evaluasi)
Upaya yang dilakukan oleh kepala ruangan untuk menilai kinerja dari staf
keperawatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan melalui proses
pengontrolan. Kepala ruangan mengevaluasi keberhasilan yang telah dicapai sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan, melakukan klarifikasi jika ada hal yang tidak
sesuai dan bersama-sama merumuskan solusi dari masalah yang di hadapi.
Pelaksanaan fungsi majemen yang baik oleh kepala ruangan akan sangat
mendukung dalam peningkatan kompetensi dan kemampuan dari staf keperawatan
yang bertugas di ruang intensif. (Darmayanti & Oktamianti, 2013) menyimpulkan
bahawa terdapat hubungan yang signifikan antara system rekrutmen, penempatan,
orientasi dan pengembangan SDM dengan pengembanagn kompetensi perawat ICU
RSU T.
(Storesunda & McMurrayb, 2009) Pengetahuan, komunikasi, kerjasama tim dan
retensi sangat mempengaruhi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh
perawat yang bertugas di ruang ICU. Perlu diperhatikan proses rekrutmen dan retensi
perawat yang kompeten yang dibutuhkan di ruang intensif, sehingga dapat dijadikan
dasar dalam proses perencanaan selanjutnya.

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 28


BAB V
Penutup
1. Simpulan
a. Pelayanan intensif memiliki tujuan untuk memberikan perawatan kepada pasien
yang kritis dan mengancam jiwa dengan didukung oleh tenaga keperawatan yang
berkopeten dan fasilitas yang memadai sehingga pelayanan yang diberikan lebih
komprehensif dan memiliki nilai yang tinggi dalam menjamin tingkat keselamatan
pasien.
b. Manajemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien maupun keluarga. Kegiatan manajemen
keperawatan mengacu pada konsep manajemen secara umum, dengan
menggunakan pendekatan fungsi manajemen meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan (pengawasan dan evaluasi).
c. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki kemampuan
yang lebih besar untuk mempengaruhi perilaku pihak lain yang didasarkan pada
perbedaan kekuasaan antara pihak-pihak tersebut.
d. Peran kepala ruangan intensif care dalam fungsi managerial dan kepemimpinan
sangat berpengaruh terhadap ketersediaan dan pengembangan tenaga perawat
yang profesinal dan kompeten. Perawat yang kompeten akan memberikan
pelayanan yang bermutu tinggi dan komprehesif . pelayana keperawatan yang
komprehensif dan memiliki mutu yang tinggi diharapkan dapat meningkatkat
derajat kesehatan pasien yang dirawat di ruang intensif sehingga menciptakan
perasaan aman dan nyaman tidak hanya pada pasien, keluargapun dapat
merasakan.
2. Saran
a. Bagi perawat ruangan intensif care
Jangan pernah puas dengan ilmu dan pengetahuan yang anda miliki saat ini, terus
belajar memperbaharuai ilmu, pengetahuan, dan keterampilan dalam memberikan
pelayanan yang professional.

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 29


b. Bagi kepala ruangan intensif care
peran dalam melaksanakan fungsi manajemen dan kepemimpinan sangan
mendukung dalam menyiapkan dan mengembangkan kebutuhan tenaga
keperawatan yang berkompeten.
c. Bagi profesi keperawatan
Dukungan penuh diharapkan dalam pengembangan kompetensi keperawatan
melalau kegiatan-kegiatan seminar maupun workshop dan peningkatan
pendidikan keperawatan kelevel spesialis.
d. Bagi pihak rumah sakit
Memberi dukungan materil dan moril yang penuh dalam mengembangan profesi
keperawatan sehingga dapat menghasilkan kinerja yang bermutu dikarenakan
perawatan merupakan tenaga yang 24 bersama pasien dan paling banyak
melakukan kontak dengan pasien.

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 30


Daftar Pustaka

Darmayanti, NT., & Oktamianti, P. (2013). Analisis Kompetensi Perawat Ruang Intensif
(Intensive Care Unit) Rumah Sakit Umum Tabanan Tahun 2013. Jurnal Sumber
Daya Manusia Kesehatan, 1 No. 1, 2014.

Depkes, RI. (2006). Standar Pelayanan Keperawatan di Ruangan Intensif (ICU). Jakarta:
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

Gillies, D.A. (1994). Nursing management a system approach. Philadelphia W.B


Sounders Company.

Kemenkes, RI. (2010). Pedoman Peyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di
Rumah Sakit. Jakarta.

Kemenkes, RI. (2011). Standar Pelayanan Keperawatan ICU DI Rumah Sakit. Jakarta:
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan.

Kemenkes, RI. (2012). Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Perawatan
Intensif. Jakarta: Direktorat Bina Upaya Kesehatan.

Kuntoro, A. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: Medikal Book.

Marquis, B.L., & Huston, C.J. Kepemimpinan dan manajemen keperawatan: Teori dan
aplikasi (edisi 4). (Widyawati, Wilda Eka Handayani, & Fruriolina Ariani,
Penerjemah). Jakarta: EGC.

Mugianti, S. (2016). Manajemen Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan. Jakarta:


Pusdik SDM Kesehatan.

Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesiona. Jakarta: Salemba Medika.

PPNI, AIPNI, & AIPDiKI. (2012). Standar Kompetensi Perawat Indonesia. Jakarta:
www.hpeq.dikti.go.id.

Sellgren, S.F., Kajermo, K.N., Ekvall, G., & Tomson, G. (2008). Nursing staff turnover
at a Swedish university hospital: an exploratory study. Journal of Clinical
Nursing, 18, 3181–3189. doi: 10.1111/j.1365-2702.2008.02770.x.

Storesunda, A., & McMurrayb, A. (2009). Quality of practice in an intensive care unit
(ICU): A mini-ethnographic case study. Intensive and Critical Care Nursing, 25,
120—127.

Sunyoto, D. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: CAPS.

Kepemimpinan Dalam Keperawatan | 31

Anda mungkin juga menyukai