Anda di halaman 1dari 4

Nama : Eman Sulaiman

NIM : 176070300111054
Program Studi : Magister Keperawatan
Peminatan : Gawat Darurat
Fakultas : Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
Mata Kuliah : Pendidikan Keperawatan Klinis
Dosen : Dr. Yulian Wiji Utami, S.Kp., M.Kes
Tugas : Tugas Take Home

1. Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum melakukan bed-site teaching


Bed-site teaching merupakan metode mengajar peserta didik yang dilakukan di
samping tempat tidur pasien, meliputi kegiatan mempelajari kondisi pasien dan
asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien.
Persiapan dalam melakukan bed-site teaching adalah :
a. Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menerapkan keterampilan teknik procedural dan
interpersonal
b. Koordinasi dengan staf di klinik agar tidak mengganggu jalannya rutinitas
perawatan pasien.
c. Melengkapi peralatan/fasilitas yang akan digunakan.
2. Manfaat interprofesional education
Interprofessional education (IPE) merupakan suatu proses yang dilakukan
dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang
memiliki perbedaan latar belakang profesi dan melakukan pembelajaran
bersama dalam periode tertentu, adanya interaksi sebagai tujuan utama dalam
IPE untuk berkolaborasi dengan jenis pelayanan meliputi promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif.
Manfaat Interprofessional education adalah :
a. Meningkatkan praktik yang dapat meningkatkan pelayanan dan membut h
asil yang positif dalam melayaniklien.
b. Meningkatkan pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan yang
memerlukan kerjasecara kolaborasi; membuat lebih baik dan nyaman
terhadap pengalaman dalam belajar bagi peserta didik.
c. Secara fleksibel dapat diterapkan dalam berbagai setting.

1
d. Dapat mengubah cara berinteraksi petugas kesehatan dengan profesi lain
dalam memberikan perawatan yang prima dan holistik untuk seluruh pasien
di pelayanan kesehatan.
3. Tujuan pelaksanaan ronde keperawatan
Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang
memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan
teoretis ke dalam praktik keperawatan secara langsung.
Tujuan ronde keperawatan adalah sebagai beikut :
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis (problem-based learning (PBL).
b. Menumbuhkan pemikirna bahwa tindakan keperawatn berasal dari masalah
pasien.
c. Meningkatkan pola pikir sistematis
d. Meningkatkan validitas data pasien
e. Menilai kemampuan membuat justifikasi, menilai hasil kerja, dan
memodifikasi rencana asuhan keperawatan (renpra)
4. Pelaksanaan Preceptorship di Indonesia
Indonesia saat ini sudah mulai mengembangkan model preceptorship baik
untuk mengevaluasi keberhasilan peserta didik/mahasiswa maupun keefektifan
pelayan yang diberikan oleh perawat yang telah bekerja di rumah sakit dan
untuk membantu proses transisi dari pembelajar ke praktisioner. Metode
preceptorship mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kompetensi klinis
mahasiswa dan dapat meningkatkan keterampilan perawat untuk memberikan
pelayanan yang lebih safety kepada pasien. Factor kunci dalam pengembangan
dan implementasi model preceptorship adalah keterlibatan staf yang
berpengalaman disemua tingkat, ketersediaan literature untuk mendapatkan
pemahaman praktik terbaik dan penggunaan pengetahuan yang diperoleh untuk
dijadikan panduan dalam praktik.
Kendala yang dihadapi Indonesia dalam penerapan metode preceptorship
adalah keterbatasan sumberdaya yang dapat menjadi preceptor sehingga
metode ini belum secara luas di implementasikan baik di lingkungan
pendidikan maupun klinik.

2
5. Aplikasi metode mentorship pada pembelajaran klinik keperawatan
Metode mentorship pada pembelajaran klinik keperawatan diaplikasikan
dalam suatu kegiatan membimbing dan mendampingi yang dilaksanakan oleh
seseorang yang lebih berpengalaman (mentor) sebagai
pembimbing/pendamping dan seseorang yang belum berpengalaman (mentee)
baik secara formal maupun informal yang dibimbing/didampingi
Dalam pembelajaran klinik keperawatan seorang mentor menjadi role
model dan dapat memberikan umpan balik yang spesifik kepada mentee
sehingga membantu mentee dalam proses pembelajaran, meningkatkan
motivasi dan kualitas kinerja dalam praktik klinik keperawatan. Metode
mentorship sangat efektif dan efisien dalam mempersiapkan sumber daya
manusia (SDM) yang kompeten, professional dan kompetitif. Didasarkan pada
rasa saling percaya dan hormat, jujur, saling terbuka, dan berusaha bertumbuh
serta membangun kepercayaan diri, mengembangkan kemandirian, otonomi,
kematangan dengan memberdayakan kemitraan antara dua orang (mentor dan
mentee).
Hasil yang diharapkan dari proses mentorship adalah pembelajaran klinis
yang profesional, pedoman bimbingan dan pertumbuhan, transisi ke dunia
kerja, kepuasan kerja, retensi, dan kesuksesan karir.
6. Clinical coacing in nursing
Clinical coacing in nursing merupakan kolaborasi antara perawat senior
(coach) dengan perawat junior (couchee) yang berfokus dalam pencapain
tujuan, dengan menumbuhkan keterampilan psikomotor couchee tanpa
mengesampingkan keterampilan dalam memberikan tindakan kepada pasien
dan memastikan couchee mengerti tentang teori dan penerapannya di area
kerja.
a. Manfaat
Manfaat dari clinical coacing bagi perawat adalah untuk meningkatkan
kemandirian perawat, pengetahuan, keterampilan, dan mengembangkan
proses berpikir kritis dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
dan untuk memberikan pelayanan yang professional kepada pasien.
Dengan bimbingan langsung yang diberikan oleh perawat senior

3
diharapkan coachee dapat meningkatkan kemampuan soft skill dan hard
skills dalam melakukan pelayanan.
b. Tujuan
Proses clinical couching bertujuan untuk menciptakan couchee yang
mandiri dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien dengan
tujuan untuk memberi kepuasan mentee dan keefektifan organisasi dengan
teknik yang dapat diterapkan meliputi observasi, demonstrasi metode
kepemimpinan, managemen konflik, pemecahan masalah serta mereview
cara mendokumentasikan perawat untuk dilakukan perbaikan kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai