Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab 1
Pendahuluan
Langkah Deskripsi
Langkah 1 Mengidentifikasi kompetensi yang akan diuji berdasarkan
kurikulum
Langkah 2 Mengembankgan skenario berdasarkan kompetensi yang telah
diidentifikasi
Langkah 3 Mengidentifikasi/memodifikasi/mengembangkan alat penilaian
(check list, skala penilaian dlll)
Langkah 4 Mengidentifikasi tempat ujian dan laboratorium keteralmpilan
1. Desain OSCE,
Disain OSCE meliputi penyusunan blue print, penyusunan soal kasus per
stase dan penyusunan checklist penilaian/rating scale. Gambar 2.2
menggambarkan contoh matriks sebagai blue print yang perlu disusun
dalam perencanaan OSCE.
4. Sarana prasarana,
OSCE memerlukan pengorganisasian yang baik mengingat sumberdaya
serta sarana dan prasarana (meliputi alat dan bahan, simulator, pasien
standar, petugas time keeper, petugas administrasi) yang diperlukan
sangat besar. Kesalahan pada saat pelaksanaan kegiatan OSCE sangat
mungkin terjadi, namun dengan perencanaan yang baik dan sumber daya
yang memadai, hal tersebut dapat diatasi. Hal hal yang bisa menjadi
sumber permasalahan antara lain terkait dengan kehadiran,
standardisasi, manajemen waktu dan manajemen emosi. OSCE dengan
jumlah stase yang banyak akan berdampak pada pembiayaan yang
besar.
5. Standar setting
2.6 Manfaat
Keunggulan metode OSCE diantaranya OSCE dipandang lebih
valid, lebih reliable dan lebih objektif dibanding ujian lisan kasus yang
selama ini dipakai dalam menilai kemampuan klinis, kemampuan
komunikasi dan perilaku. Namun Newbel (2008) mengingatkan reliabilitas
OSCE akan meningkat bila jumlah stase makin bayak. Dalam 6 stase 90
menit koefisien reliabilitasnya hanya 0,5-0,6. Sementara bila 40 stase
sekitar 4 jam koefisien reliabilitas mencapai 0.8. Dan OSCE dapat
digunakan sebagai penguji kompetensi skill siswa keperawatan yang
valid dan reliable jika dilakukan seleksi dan pelatihan terhadap pasien
standar, pemanfaatan alat dengan tepat dan pengolahan data yang baik
(Mcwilliam, 2012). Keunggulan lain dari OSCE adalah bisa melakukan
evaluasi peserta dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang relatif
pendek secara serentak, menguji pengetahuan dan keterampilan yang
lebih luas dan semua peserta dievaluasi dengan Instrumen serta bahan
uji yang sama. Menggunakan metode OSCE sangat efektif digunakan
baik untuk formatif maupun sumatif jika scenario dikembangkan atau
update dan mencerminkan dari isi kurikulum, mengevaluasi pasien
simultan dan memberikan pelatihan, prosedur pengukuran yang akurat
dari performen mahasiswa. Melalui OSCE diharapkan mahasiswa akan
mendapatkan pengalaman evaluasi dengan setting dan suasana seperti
di Rumah Sakit atau klinis (Mcwilliam, 2012)
2.7 Kerugian
Kelemahan dari OSCE diantaranya ialah penilaiannya hanya
meliputi pengetahuan secara kompartemental, bukan suatu penilaian
dengan pendekatan holistic dari penanganan pasien dan dibutuhkan
pengorganisasian serta persiapan penyusunan soal-soal yang sangat
membutuhkan waktu dan tenaga. Guna menghindari evaluasi ang bersifat
kompartemental beberapa stase yang berurutan digunakan untuk
melakukan evaluasi masalah yang sama mulai dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, komunikasi, perilaku serta interpretasi hasil
pemeriksaan sehingga dapat dilakukan secara penuh (Yanti., 2008)
Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya reliabilitas OSCE
antara lain terlalu sedikit stase atau terlalu sedikitnya waktu ujian,
checklist seharusnya tidak ada perbedaan dalam arti tidak terlalu mudah
juga tidak terlalu susah, pasien yang tidak reliable, penguji yang
memberikan skor nilai dengan tidak berpatokan pada standar penilaian,
dan problem administrasi misalnya ruangan terlalu bising, atau staf dan
pelaksana yang tidak terorganisir dengan baik.
Untuk menilai validitas evaluasi klinik terhadap kompetensi
profesional mahasiswa pendidikan kesehatan dengan format OSCE perlu
dipertimbangkan apakah problem pasien relevan dan penting sesuai
dengan kurikulum, akankah tiap stase mampu mengevaluasi
keterampilan yang telah diajarkan pada mahasiswa, dan sudahkah
dilakukan review untuk setiap stase oleh seorang yang dipandang ahli.
Kelemahan lain dari evaluasi klinik dengan format OSCE antara lain
keterbatasan waktu setiap stase, dan penggunaan checklist yang
mengasumsikan bahwa interaksi antara mahasiswa yang diuji dengan
pasien merupakan list of action, checklist cenderung menekankan pada
kecermatan atau ketelitian pada setiap tindakannya dilakukan atau tidak,
dan hal ini menyebabkan kesulitan dalam penilaian jika dilakukan tetapi
tidak sempurna.
2.8 Hasil Penelitian Terkait Dengan OSCE
Herlianita & Pratiwi, (2010), dalam penelitian kuantitatifnya
menyatakan adanya peningkatan yang sangat signifikan dari kompetensi
klinik kegawatdaruratan mahasiswa dengan pelaksanaan peer assessment
pada OSCE. Hal tersebut memudahkan mahasiswa sebagai peserta didik
untuk menerapkan di klinik nantinya. Dengan demikian penerapan metode
OSCE ini sangat sesuai diterapkan di mahasiswa keperawatan meskipun
disadari bahwa metode ini bukan satu-satunya yang menentukan dari
keberhasilan mahasiswa keperawatan dalam pendidikan klinisnya. OSCE
memungkinkan mahasiswa keperawatan untuk mengembangkan
kompetensi klinis yang didasarkan pada pengetahuan teoritis dan praktik
keperawatan berbasis bukti (Bradshaw & Merriman, 2008).
Brighton, (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa OSCE
memberi siswa kepercayaan diri dalam kemampuan mereka dengan
manajemen obat. Lebih lanjut dari penelitian ini adalah perspektif
mahasiswa keperawatan harus dilakukan untuk mengeksplorasi
bagaimana meningkatkan peluang untuk melakukan OSCE dalam
mempengaruhi kemampuan dan keyakinan siswa dalam praktik masa
depan mereka sebagai Register nurse
BAB 3
KASUS
3.1 KASUS
1. Terdapat 12 stase ujian yang terdiri dari 3 stase medikal bedah, 3 stase
anak, 2 stase maternitas , 3 stase manajemen dan 1 stase istirahat.
2. Masing-masing stase harus dapat dilalui dalam waktu 5 menit, sehingga
jumlah waktu yang diperlukan dalam 1 rotasi (sesi) adalah 60 menit.
3. Diperlukan 7 pasien standar : 2 untuk stase KMB, 2 orang untuk stase
anak, 3 orang untuk pasien manajemen, 1 orang time keeper, 2 orang
pasien standar cadangan, 2 staf admin dan 1 petugas konsumsi.
4. OSCE direncanakan berlangsung selama dua hari. Hari pertama untuk
kelas A yang berjumlah 40 orang dan hari kedua untuk mahasiswa kelas
B yang berjumlah 38 orang.
5. Soal ujian dan check list penilaian harus dikumpulkan pada H-3
6. Setting tempat dan alat dan pasien standar sudah siap pada H-1
7. Undangan dan jadwal OSCE harus sudah dibagikan kepada penguji
8. Pada Hari H semua penguji dan panitia pelaksana harus hadir 30 menit
sebelum jam 08.00.
Tiga hari sebelum hari H, semua soal ujian sudah terkumpul. Setting alat
dan tempat sudah siap pada H-1. Tanggal pelaksanaan pun tiba.
Mahasiswa tampak telah bersiap di halaman lokasi ujian. 30 menit
sebelum pelaksanaan koordinator OSCE melakukan briefing dengan
pasien standar, dan petugas time keeper. 5 menit menjelang pukul 08.00
tampak terdapat 1 stase yang belum ada pengujinya yaitu Bapak B.
Setelah dihubungi ternyata Pak B mengkonfirmasi terlambat sekitar 1
jam dan meminta tim instruktur untuk menggantikan sementara waktu.
Satu penguji Ibu C di stase lain tampak marah-marah karena ada
peralatan yang kurang di stasenya. Mahasiswa D Salah satu pasien
standar utama juga belum hadir. Hal ini mengakibatkan waktu OSCE
mundur sekitar 20 menit. Tepat pukul 08.25 12 orang mahasiswa
dipanggil sebagai peserta ujian sesi I. Mahasiswa diorientasikan dengan
ruang ujian dan dipersilahkan berdoa, tepat pukul 08.30 ujian dimulai.
Time keeper bertugas sesuai tugasnya, setiap 5 menit sekali ditekan
tombol bel pertukaran stase, rotasi pertama tepat berlangsung selama
60 menit. Sementara 12 peserta sesi II telah bersiap di depan ruang
ujian.
Ahmad, C. A., N. Bakar, Abu. (2009). Assessing nursing clinical skills performance
using objective structured clinical examination (OSCE) for opendistance
learning students in Open University Malaysia Paper presented at the ICI9.
Paper presented at the International Conference on Information.
distance learning students in Open University Malaysia Paper presented at the ICI9.
Paper presented at the International Conference on Information.
BNP2TKI (Producer). (2017, 21 Oktober 2018). Raih Peluang untuk Menjadi
Perawat di Luar Negeri. Retrieved from
http://www.bnp2tki.go.id/read/12116/Raih-Peluang-untuk-Menjadi-
Perawat-di-Luar-Negeri
Brosnan, M., Evans, W., Brosnan, E., & Brown, G. (2006). Implementing objective
structured clinical skills evaluation (OSCE) in nurse registration
programmes in a centre in Ireland: A utilisation focused evaluation. Nurse
Education Today, 26, 115-122. doi: doi:10.1016/j.nedt.2005.08.003
Fukada, M. (2018). Nursing Competency: Definition, Structure and Development.
Yonaga Acta Medica, 61, 001-007.
Hussainy, S. Y., Crum, M. F., White, P. J., Larson, I., Malone, D. T., Manallack, D. T., . . .
Kirkpatrick, C. M. (2016). Developing a Framework for Objective Structured
Clinical Examinations Using the Nominal Group Technique. American Journal
of Pharmaceutical Education, 80(9), 158.
Katowa-Mukwato, P., Mwape, L., Kabinga-Makukula, M., Mweemba, P., & Maimbolwa,
M. C. (2013). Implementation of Objective Structured Clinical Examination
for Assessing Nursing Students’ Clinical Competencies: Lessons and
Implications. Creative Education, 4(10A), 48-53. doi:
10.4236/ce.2013.410A008
Kemenkes RI. (2011). Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011-2025.
Jakarta: Retrieved from
http://www.who.int/workforcealliance/countries/inidonesia_hrhplan_201
1_2025.pdf.
Kurniasih, I. (2014). Lima Komponen Penting dalam Perencanaan OSCE. IDJ, 3(1).
Mcwilliam, P. b., CA. (2012). Identifying Strenghs And Weaknesess In The Utilization
Of Objective Structured Clinical Examination (OSCE) In A Nursing Program.
Nurs educ,perspect, 33(1).
Mitchell , M. L., Henderson , A., Groves , M., Dalton , M., & Nulty , D. (2009). The
objective structured clinical examination (OSCE): Optimising its value in the
undergraduate nursing curriculum. Nurse Education Today, 29, 398-404.
Niederhauser, V., Schoessler, M., Gubrud-Howe, P. M., Magnussen, L., & Codier, E.
(2012). Creating Innovative Models of Clinical Nursing Education. Journal of
Nursing Education, 51(X).
Nurhidayah, Endah, R., & Nurbaiti. (2015). Inhibiting Factors of Nursing Students’
Skills Competencies Achievement during Nursing Professional Education
Program in Faculty of Nursing, University Of Sumatera Utara, Medan,
Indonesia
Daftar Pustaka
Bowen, J. L. (2006). Educational strategies to promote clinical diagnostic
reasoning. New England Journal of Medicine, 355(21), 2217-2225.
Kassirer, J. P. (2010). Teaching clinical reasoning: case-based and
coached. Academic Medicine, 85(7), 1118-1124.
Dorothy Devine Rentschler, Jeffrey Eaton, Joyce Cappiello, Sunny Fenn
McNally, Paula McWilliam, (2005). R e s e a r c h B r i e f s: Evaluation of
Undergraduate Students Using Objective Structured Clinical Evaluation. March
2007, Vol. 46, No. 3
Berger, A. J., Gillespie, C. C., Tewksbury, L. R., Overstreet, I. M., Tsai, M.
C., Kalet, A. L., & Ogilvie, J. B. (2012). Assessment of medical student clinical
reasoning by “lay” vs physician raters: inter-rater reliability using a scoring guide
in a multidisciplinary objective structured clinical examination. The American
Journal of Surgery, 203(1), 81-86.
BRADSHAW A & MERRIMAN C (2008) BRADSHAW A & MERRIMAN C
(2008). Nursing competence 10 years on: fit for practice and purpose yet?.
Journal of Clinical Nursing 17, 1263– 1269
Risa Herlianita & Indah Dwi Pratiwi. PEER ASSESSMENT DALAM OSCE
UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KETERAMPILAN
KEGAWATDARURATAN. JURNAL KEPERAWATAN. Volume 3, Nomor 2. Juli
2012
Renee Brighton, Maria Mackay, Roy A. Brown, Carley Jans, Carolyn
Antoniou, (2016). Research Briefs: Introduction of Undergraduate Nursing
Students to an Objective Structured Clinical Examination. Journal of Nursing
Education • Vol. 56, No. 4, 2017