Nama Kelompok:
1. Magdevyababa (17010060)
2. Mike Melinda Putri (17010063)
3. Nurrohma As'adia (17010067)
4. Siti Nafiah Faiqotul A. (17010076)
5. Indah Ayuningsih (17010097)
6. Intania Hadi Wismasa (17010101)
7. Riestian Octavianti (17010117)
8. Ayuk Istanti (15010054)
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kinerja mejadi tolak ukur keberhasilan pelayanan kesehatan yang menunjukkan
akuntabilitas lembaga pelayanan dalam rangka tata pemerintahan yang baik (good
goverdance) dalam pelayanan kesehatan, berbagai jejang pelayanan dan asuhan pasien
(patien care) merupakan tujuan utama, serta pelayanan kesehatan merupakan kontinum
asuhan pelayanan kesehatan. Upaya untuk memperbaiki mutu dan kinerja pelayanan
klinis pada umumnya dimulai oleh perawat melalui berbagai bentuk kegiatan, seperti:
gugus kendali mutu, penerapan standart keperawatan, pendekatan-pendekatan
pemecahan masalah, maupun audit keperawatan.
Praktik klinik yang efektif dituntut untuk mampu memberi pelayanan kesehatan yang
profesional, dinamis, menyeluruh dengan sistem pelayanan kesehatan yang terpadu
dalam menyelesaikan masalah yang hampir tidak ada pemecahannya. Seorang tenaga
kesehatan dituntut untuk mampu melakukan perencanaan harian dalam menyelesaikan
masalah tersebut, hasil penelitian dilakukan oleh Iqbal Ahmad menunjukkan refleksi
kasus mampu meningkatkan individu dalam membuat perencanaan harian. Refleksi
kasus membutuhkan pengetahuan baru serta kompetensi dalam keterampilan klinik
termasuk didalamnya adalah perilaku yang positif, pembelajaran berkelanjutan, evidance
base praktice serta kolaborasi interdisiplin sehingga diharapkan mampu untuk
meningkatkan profesionalisme bagi tenaga kesehatan.
Pengembangan profesionalisme masa kini bagi perawat menjadi tantangan, dimana
mutu pelayanan yang tinggi akan mejadi tuntutan dari pelanggan. Peningkatan
profesionalisme dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya degan pemecahan
masalah yang muncul dalam pelayanan kesehatan salah satunya yaitu refleksi kasus di
Indonesia diperkenalkan melalui diskusi resleksi kasus (DRK) sebagai sebuah metode
baru. Apabila dilaksanakan secara rutin dan konsisten oleh kelompok masing-masing
akan dapat medorong perawat lebih memahami hubungan standart dengan kegiatan
pelayanan yang dilakukan sehari-hari.
Dengan refeksi kasus maka seorang perawat akan melakukan introspeksi terhadap
tindakan atau kegiatan kerja yang sudah dilakukan sehingga peningkatan kualitas kerja
yang diharapkan. Untuk menilai kualitas pelayanan kesehatan melalui penyelenggaraan
rumah sakit, perlu dilakukan penilaian baik internal, maupun eksternal. Penilaian internal
dilakukan diseluruh komponen rumah sakit salah satunya yaitu dengan DRK seperti yang
jelaskan dalam Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
836/MENKES/SK/VI/20054. Mempraktekkan DRK juga dapat dikatakan sebagai bagian
“in-service training ” yang sangat efektif dan sangat efisien. Kesadaran akan kebutuhan
untuk berkembang adalah menjadi salah satu tanggung jawab perawat terhadap dirinya
sendiri dan profesinya. Melalui peningkatan profesionalisme setiap anggota profesi akan
dapat pula meningkatkan kinerja perawat sesuai standar dalam memberikan pelayanan
yang bermutu untuk memenuhi harapan masyarakat.
Diskusi refleksi kasus (DRK) merupakan suatu metode pembelajaran dalam
merefleksikan pengalaman tenaga keperawatan yang aktual dan menarik dalam
memberikan dan mengelola asuhan keperawatan di lapangan melalui suatu diskusi
kelompok yang mengacu pada pemahaman standar yang ditetapkan. Diskusi yang
berdasarkan kasus mampu untuk meningkatkan kualitas pembelajaraan dan pemberian
umpan balik hasil penelitian ini diperkuat oleh Chris Dawber menunjukan bahwa diskusi
refleksi kasus yang dilakukan secara berkelompok dapat meningkatkan kerjasama tim,
meningkatkan kemampuan berfikir kritis dalam hubungan interpersonal serta mempunyai
dampak positif terhadap perawatan klinis oleh perawat.
B. Tujuan
1. Mengembangkan profesionalitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Salah satu wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan yang telah ditetapkan.
C. Manfaat
1. Meningkatkan aktualisasi perawat.
2. Membangkitkan motivasi belajar perawat.
3. Belajar untuk menghargai kerjasama tim kesehatan.
4. Memberikan kesempatan individu untuk mengeluarkan pendapat tanpa merasa
tertekan.
5. Memberikan masukan kepada pimpinan untuk:
1) Peningkatan SDM perawat (pelatihan, pendidikan berkelanjutan)
2) Penyempurnaan SOP dan SAK
3) Pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana.
D. Metode
Diskusi
BAB II
TINJAUAN TEORI
Proses keperawatan adalah tindakan aktivitas yang ilmiah dan rasional yang
dilakukan secara sistematis terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian ,diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.
8. Hasil
1) Apakah terapi fisik yang efektif, dan apa ukuran yang Anda gunakan untuk
menilai hasilnya? Apakah ada perbedaan klinis minimum yang penting?
2) Mengapa iya atau mengapa tidak?
3) Kriteria apa yang Anda atau akan Anda gunakan untuk menentukan apakah
pasien telah mencapai tujuan nya?
4) Bagaimana Anda menentukan pasien siap untuk kembali ke rumah, masyarakat,
kerja, sekolah atau olahraga?
5) Hambatan apa (fisik, pribadi, lingkungan), jika ada, apakah dapat dipulangkan?
6) Apakah kebutuhan yang dapat diantisipasi terkait usia, dan apa yang menjadi
dasarnya?
7) Apakah peranan yang memungkinkan dari terapi fisik di masa yang akan datang?
8) Apa pandangan pasien atau pemberi perawatan dari kebutuhan terapi fisik di
masa yang akan datang?
9) Dapatkah Anda dan pasien / pemberi perawatan yang lain secara bersama-sama
merencanakan rencana seumur hidup untuk sehat?
RENCANA STRATEGI
DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK)
1. Pelaksanaan Kegiatan
Hari / tanggal :
Pukul :
Topik : Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
Tempat :
Sasaran :
2. Metode
- Diskusi
- Tanya jawab
3. Media
- Alat tulis
4. Pengorgnisasian
Kepala ruangan :
Supervisor :
Ka Tim 1 :
Ketua Kelompok :
Anggota :
https://www.scribd.com/document/394520673/PROPOSAL-MANAJEMEN-DRK-E-docx
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1202116021-2-BAB%20I.pdf