Anda di halaman 1dari 11

MODUL

ADVOKASI PROGRAM RUANG LAKTASI


SEBAGAI PENDUKUNG PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF
DI KABUPATEN MALANG

Disusun Oleh :
1. Meilany Erlindawati
2. Rizaldy Abdurrahman
3. Citra Arifka Prihendini
4. Trusty Wulandari

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MALANG JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
MALANG
2016
A. Latar Belakang
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan
bayi baik fisik, psikologisosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi,
hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi
dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2003).
ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan
gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.
Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air
susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat
yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat
pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan system saraf (Yahya, 2007).
Manfaat ASI bagi bayi antara lain ASI merupakan sumber gizi sempurna,
ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi, ASI eklusif meningkatkan
kecerdasan dan kemandirian anak, dan ASI meningkatkan jalinan kasih saying.
Adapun manfaat menyusui bagi ibu antara lain mengurangi resiko kanker payudara
menyusui setidaknya sampai 6 bulan mengurangi kemungkinan ibu menderita
kanker payudara, kanker rahim, kanker indung telur. Perlindungan terhadap kanker
payudara sesuai dengan lama pemberian ASI. Ibu yang menyusui akan terhindar
dari kanker payudara sebanyak 20%-30%. Berdasarkan penelitian dari 30 negara
pada 50.000 ibu menyusui dan 97.000 tidak menyusui kemungkinan kejadian
kanker payudara lebih rendah pada ibu menyusui. Jika menyusui lebih dari 2 tahun
ibu akan lebih jarang menderita kanker payudara sebanyak 50% (Roesli, 2007).
Berdasarkan data dari Profil kesehatan Jawa Timur tahun 2015, cakupan
ASI Eksklusif tahun 2014 di Jawa Timur sebesar 72,6% meningkat menjadi 73,8%
pada tahun 2015, tetapi angka ini masih dibawah target yaitu 80%
Sedangkan di Kabupaten Malang berdasarkan data dari Profil Kesehatan
Kabupaten Malang tahun 2015 diketahui bahwa cakupan bayi yang mendapat ASI
Eksklusif tahun 2014 sebesar 66,61% dan pada tahun 2015 prevalensi cakupan bayi
yang mendapat ASI Eksklusif turun menjadi 64,90%. Cakupan pada tahun tersebut
masih dibawah target yaitu sebesar 80%.
Maka dari itu, tim advokasi berusaha untuk terus memaksimalkan target
awal yaitu 80%. Perlu adanya usaha atau kegiatan yang tidak hanya melibatkan
Dinas Kesehatan beserta Puskesmas untuk sosialisasi ASI eksklusif, namun juga
melibatkan dinas/sektor lain yang terkait baik dari pemerintah maupun swasta.
Salah satu bentuk dukungan dapat diwujudkan dengan membangun ruang laktasi di
tempat-tempat umum sebagai fasilitas khusus ibu menyusui maupun sebagai ruang
untuk perawatan bayi. Dari segi masyarakat juga harus menunjukkan dukungan
dengan menggunakan dan ikut menjaga fasilitas yang ada dengan baik, bijak, dan
bertanggung jawab.
BAB II

GAMBARAN UMUM PROGRAM

A. Definisi Ruang Laktasi

Ruang Laktasi adalah ruangan yang dilengkapi dengan prasarana


menyusui dan memerah ASI yang digunakan untuk menyusui bayi, memerah
ASI, menyimpan ASI perah, dan / atau konseling menyusui ASI. Pengaturan
tata cara penyediaan Ruang Laktasi bertujuan untuk memberikan perlindungan
kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif dan memenuhi hak anak untuk
mendapatkan ASI Eksklusif, serta meningkatkan peran dan dukungan
keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2012 berkenaan dengan Jaminan
Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif mewajibkan setiap manajer di tempat
kerja dan administrator fasilitas publik untuk memberlakukan peraturan
internal yang mendukung dan membantu keberhasilan program pemberian
ASI. Peraturan internal yang sedemikian menunjukkan dukungan perusahaan
terhadap pemberian ASI dan memungkinkan perusahaan untuk
mengimplementasikan kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi melalui sarana-
sarana berikut:
a. Membangun fasilitas yang layak di tempat kerja untuk kaum ibu yang
bekerja agar dapat menyusui/memompa air susunya (ruang menyusui).
b. Memberi kesempatan pada kaum ibu yang bekerja untuk memberikan
ASI/memerah susu ibu selama jam kerja.
c. Memastikan bahwa cuti melahirkan selama 3 bulan lebih bersifat fleksibel.
Tidak selamanya harus diambil 1½ bulan masa cuti sebelum melahirkan
dan 1½ bulan masa cuti setelah melahirkan, tetapi disarankan bahwa cuti
melahirkan disesuaikan dengan masa-masa yang mendekati waktu
melahirkan, berdasarkan surat rujukan yang dikeluarkan oleh dokter.
Dengan demikian hal ini akan memungkinkan sang ibu untuk memiliki
lebih banyak waktu untuk menyusui setelah melahirkan dan untuk
mempersiapkan sang ibu untuk kembali bekerja.
Ruang Laktasi diselenggarakan pada bangunan yang permanen, dapat
merupakan ruang tersendiri atau merupakan bagian dari tempat pelayanan
kesehatan yang ada tempat kerja dan tempat sarana umum. Persyaratan
kesehatan Ruang Laktasi meliputi :
a. Tersedianya ruangan khusus dengan ukuran minimal 3x4m2 dan atau
disesuaikan dengan jumlah pekerja perempuan yang sedang menyusui;
b. Ada pintu yang dapat dikunci, yang mudah dibuka/ditutup;
c. Lantai keramik/semen/karpet
d. Memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup
e. Bebas potensi bahaya di tempat kerja termasuk bebas polusi;
f. Lingkungan cukup tenang jauh dari kebisingan;
g. Penerangan dalam ruangan cukup dan tidak menyilaukan;
h. Kelembapan berkisar antara 30-50%, maksimum 60%; dan
i. Tersedia wastafel dengan air mengalir untuk cuci tangan dan mencuci
peralatan.
Peralatan Ruang Laktasi sekurang-kurangna terdiri dari peralatan
menyimpan ASI dan peralatan pendukung lainnya sesuai standar. Peralatan
menyimpan ASI meliputi lemari pendingin, gel pendingin, tas untuk membawa
ASI perahan dan strilizer botol ASI. Peralatan pendukung lainnya meliputi
meja tulis, kursi dengan sandaran untuk ibu memerah ASI, konseling menyusui
kit yang terdiri dari model payudara, boneka, cangkir minum ASI, spuit 5cc,
spuit 10cc, dan spuit 20cc, media KIE tentang ASI dan inisiasi menyusui dini
yang terdiri dari poster, leaflet, dan buku konseling menyusui, lemari
penyimpan alat, dispenser dingin dan panas, alat cuci botol, tempat sampah
dan penutup, penyejuk ruangan, waslap untuk kompres payudara, tisu/lap
tangan dan bantal untuk menopang saat menyusui.
B. Manfaat Program
1. Manfaat bagi Karyawan/Pengguna
 Mendapatkan fasilitas yang layk, pantas, dan bersih untuk memerah air
susu ibu.
 Melindungi hak-hak anak-anak karyawan atau pengguna (sasaran) untuk
mendapatkan nutrisi terbaik dan paling lengkap, sebagaimana yang dapat
disediakan oleh ASI.
 Dengan memenuhi hak-hak anak untuk mendapatkan ASI, kesehatan
anak akan lebih terlindungi dan akan ada pengurangan jumlah klaim
biaya kesehatan dari anggota keluarga karyawan.
 Kaum ibu yang menyusui akan menikmati manfaat fisik maupun
psikologis, yang pada akhirnya juga akan memberikan dampak positif
terhadap kinerja dan produktivitasnya di tempat kerja.
 Anak-anak yang mendapat ASI lebih sehat dan tidak terlalu rentan
terhadap penyakit, yang membuat kaum ibu yang menyusui memiliki
tingkat kekhawatiran yang lebih rendah tentang anak-anaknya dan dapat
lebih menitikberatkan fokusnya pada pekerjaan mereka. Hal ini dapat
meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
2. Manfaat bagi Perusahaan
 Kebijakan Ruang Laktasi atau Tempat Kerja Ramah Laktasi membantu
menekan biaya-biaya yang berkaitan dengan perawatan kesehatan,
menekan tingkat absensi, dan produktivitas yang rendah dengan
menekan beberapa isu-isu kesehatan jabgka pendek dan jangka panjang
baik untuk kaum wanita maupun anak-anak.
 Pemberian ASI dapat menekan biaya-biaya medis baik untuk sang ibu
maupun anak-anaknya.
 Mempertahankan karyawan yang berprestasi
 Terciptanya citra positif di tengah masyarakat.
3. Manfaat bagi Masyarakat
 Terciptanya kesehatan ibu dan anak yang paripurna, terhindar dari
penyakit-penyakit infeksi.
 Menurunkan biaya-biaya perawatan kesehatan yang disebabkan oleh
kesehatan bayi dan ibu yang semakin lebih baik daripada ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif untuk bayinya.
 Dampak positif ekonomi, menghemat pengeluaran rumah tangga yang
dianggarkan untuk pembelian produk susu formula.
C. Sasaran
Ibu-ibu menyusui (terutama yang sedang terikat pekerjaan) di wilayah
Kabupaten Malang.
D. SWOT
1. Strength
 Kampanye sosial ini membantu ibu bekerja mengerti akan pentingnya
memberikan ASI Eksklusif.
 Tata cara mencapai kesuksesan memberikan ASI Eksklusif perlu
diketahui bagi setiap ibu bekerja yang menyusui.
 Ikut mengurangi pemberian susu formula bagi anak Indonesia.
 Visual yang menarik dengan menggabungkan ilustrasi, foto dan layout
akan memudahkan pembaca mengerti dan memahami informasi yang
disampaikan.
2. Weakness
 Media kampanye tidak banyak ditemukan di dalam perkantoran.
 Kelas edukasi lebih banyak diadakan di luar perkantoran
3. Opportunities
 Belum banyak media yang menyajikan berbagai hal mengenai ASI
 Dukungan berupa motivasi dan penghormatan dari berbagai media
sangat dibutuhkan bagi ibu bekerja yang menyusui
 Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya ASI Ekslusif
4. Threat
 Banyak ibu bekerja yang menghentikan pemberian ASI karena merasa
terlalu sibuk.
 Penambalan ASI dengan susu formula sangat sering dilakukan oleh ibu
pekerja.
 Fasilitas umum yang tidak mendukung seolah menjatuhkan niat para
ibu bekerja untuk tetap memberikan ASI.
 Lebih banyak media yang menyajikan iklan susu formula dari pada ASI
BAB III

DESKRIPSI KEGIATAN

Pengadaan Ruang Laktasi di dalam Puskesmas dapat dangat bermanfaat untuk ibu
dan bayi. Dengan adanya Ruang Laktasi, cakupan ASI Eksklusif akan meningkat tidak
hanya karena ada tempat untuk ibu menyusui, tapi karena para ibu dapat lihat bahwa
pemerintah maupun masyarakat mendukung upaya mereka untuk menyusui bayinya.
Bukan hanya ibu yang datang ke Puskesmas untuk diperiksa yang akan menggunakan
Ruang Laktasi – dari penelitian KINERJA, sering ada staf Puskesmas yang juga menyusui
bayinya di pojok tersebut. Ibu yang bekerja di luar rumah juga suka menggunakan Ruang
Laktasi di Puskesmas karena dianggap lebih nyaman, sehat dan enak dari pada tempat
kerja mereka, di mana masih belum ada ruang ASI. Ruang Laktasi dan alat tersedia dapat
berfungsi sebagai media praktek untuk sosialisasi, konseling atau penyuluhan kepada ibu
hamil dan ibu pasca bersalin, apalagi kepada ibu yang bermasalah menyusui bayinya.
Ruang Laktasi dan alatnya juga dapat dipakai untuk demonstrasi pada ibu yang mengikuti
kelas ibu hamil.

Penyediaan Ruang Laktasi

1. Belajar dan membahas Peraturan Bupati/ Walikota dan/atau Peraturan Daerah


terhadap ASI Eksklusif, kalau ada. Jika tidak ada, bahas PP ASI dan Peraturan
Menteri kesehatan.
2. Memutuskan apakah Puskesmas, Dinas kesehatan dan tempat lain mempunyai
ruangan kosong untuk mengadakan Ruang Laktasi. Kalau ada, ruangan tersebut dapat
digunakan sebagai ruang ASI; kalau tidak ada, tempat lain harus ditemukan di dalam
ruangan lain, seperti ruangan gizi di puskesmas.
3. Memutuskan barang apa yang dibutuhkan. Misalnya, tempat duduk, tempat tidur,
wastafel, kulkas, botol penyimpan ASI, dispenser air panas, kipas angin, alat memerah
ASI seperti pompa, alat sterilisasi botol ASI, tisu, dan air minum.
4. Memutuskan dana untuk mengadakan barang Ruang Laktasi akan diambil dari sumber
mana – dana APBD, DAK, BOK, atau sumber lain?
5. Mengadakan barang yang dibutuhkan dan meyiapkan ruang atau Ruang Laktasi
dengan baik.
6. Memutuskan siapa yang bertanggung jawab untuk Ruang Laktasi dan apa tugasnya.
Misalnya, untuk tambah stok tisu dan air minum secara rutin, dan untuk pastikan tidak
ada barang yang rusak.
7. Melatih semua staf Puskesmas (apalagi petugas loket) untuk selalu memberitahu ibu
yang membawa bayinya ke Puskesmas bahwa sudah ada Ruang Laktasi yang dapat
ibu gunakan kalau dia ingin menyusui.
8. Mengadakan poster atau spanduk di ruang umum (seperti ruang tunggu atau di dekat
loket) yang menginformasikan ibu menyusui bahwa ada Ruang Laktasi yang dapat
digunakan kalau ada ibu yang ingin menyusui bayinya.
9. Memberi petunjuk yang jelas letak Ruang Laktasi.
10. Mengisi berbagai informasi dalam Ruang Laktasi sebagai informasi bagi ibu yang
sedang menyusui.

Sosialisasi Ruang Laktasi kepada Staf Puskesmas dan Masyarakat


1. Sosialisasi kepada staf Puskesmas bertujuan untuk menyamakan persepsi terkait
pengadaan dan penggunaan Ruang Laktasi di Puskesmas. Semuastaf harus menjadi
sadar terhadap Ruang Laktasi, dan harus siap untuk mengajak ibu menyusui untuk
menggunakan tempat tersebut.
2. Sosialisasi ke masyarakat, apalagi para ibu hamil dan ibu pasca bersalin. Ini dapat
dilakukan melalui kegiatan sosialisi dan promosi seperti kelas ibu hamil, dan juga
melalui poster atau spanduk di ruang umum (seperti ruang tunggu atau di dekat loket)
yang menginformasikan ibu menyusui bahwa ada Ruang Laktasi yang dapat
digunakan kalau ada ibu yang ingin menyusui bayinya.

Penggunaan dan Pengawasan Ruang Laktasi


1. Ada petugas yang bertanggung jawab untuk Ruang Laktasi. Petugas ini harus
memastikan barang, alat, dan stok yang dibutuhkan oleh ibu menyusui selalu ada di
dalam Ruang Laktasi dan tidak rusak.
2. Petugas loket selalu menginformasikan ibu menyusui terhadap keberadaan Ruang
Laktasi.
3. Petugas bertanggung jawab untuk Ruang Laktasi mencatat jumlah ibu yang
menggunakan Ruang Laktasi tiap minggu, dan merespon kepada saran dan pengaduan
dari pengguna.
BAB IV
RENCANA EVALUASI

Tujuan evaluasi dan monitoring kegiatan untuk mengetahui tingkat keberhasilan


dari Ruang Laktasi dan menilai apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang dibuat, yang hasilnya merupakan input untuk langkah perbaikan dan perencanaan
periode berikutnya. Proses pemantauan dilaksanakan dan dilaporkan secara periodik
(triwulanan) kepada Dinas Kesehatan dan masyarakat. Dalam proses monitoring dengan
melibatkan masyarakat. Dalam evaluasi, perlu diperhatikan:
 Apakah Ruang Laktasi sudah digunakan sesuai rencana?
 Bagaimana keterlibatan masyarakat?
 Apakah ada kendala dan tantangan dalam pelaksanaan Ruang Laktasi?
 Bagaimana mencari jalan keluar dari kendala yang dihadapi?
 Apakah ada kegiatan diluar rencana?
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Ulli. 2011. Pentingnya Ruang Ibu dan Anak sebagai Fasilitas Pendukung Kegiatan
Menyusui di Area Publik. Jurusan Desain Interior, Fakultas Komunikasi
Multimedia, Bina Nusantara University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta
Barat 11480.

Better Work Indonesia. Lingkungan Kerja Ramah Laktasi Pedoman untuk Perusahaan.
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia.

Dinas Kesehatan Kabupaten Malang. 2016. Laporan Tahunan Seksi Gizi Masyarakat
Tahunan Anggaran 2015.

Dinas Kesehatan Kabupaten Malang. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun
2015.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu

Presiden Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33


Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Kementerian Kesehatan
RI, Jakarta.

Swasono, M.H., Suparno, E., dan Supari, S.F. 2008. Peraturan Bersama Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri
Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Gizi Masyarakat, Jakarta.

Tito, F. 2016. Dinkes Jatim Dirikan 394 Ruang Laktasi. (Online)


http://m.beritajatim.com/pendidikan_kesehatan/274988/dinkes_jatim_dirikan_394_
ruang_laktasi.html. Diakses tanggal 8 September 2016.

USAID. Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif : Seri Pembelajaran dari
USAID-KINERJA.

Anda mungkin juga menyukai