Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Usaha/Bisnis

2.1.1 Klinik Laktasi

Klinik Laktasi atau Konsultan Laktasi merupakan suatu tempat yang


terdiri dari tenaga profesional keperawatan yang membantu para ibu baru dalam
usahanya menyusui sang buah hati. Tujuan konsultan laktasi adalah untuk
membantu menyelesaikan dan memberikan solusi bagi para ibu yang memiliki
masalah dalam menyusui anaknya serta melakukan edukasi dalam pemberian ASI
secara tepat agar ibu dan bayi merasa nyaman.

Air Susu Ibu kebutuhan sempurna bagi bayi. Memberikan air susu ibu
berarti memberi zat gizi tertinggi untuk saraf otak, sebagai zat kekebalan dari
penyakit, serta membangun ikatan emosional ibu dan bayi. ASI penting untuk
kebutuhan yang optimal baik fisik maupun kecerdasan bagi bayi [3].

ASI eksklusif cakupannya rendah disebabkan oleh faktor di antaranya


faktor pendidikan, pengetahuan dan pengalaman ibu, dukungan keluarga, sarana,
serta kondisi medis ibu karena penyakit atau pengobatan tertentu. Kondisi
psikologis ibu seperti sikap terhadap proses menyusui, keyakinan, dan
kepercayaan diri serta motivasi adalah faktor predisposisi atau faktor pemicu
positif [4].

Teori Mercer “Becoming a mother” menjelaskan tentang bagaimana


seorang wanita akan menjadi seorang ibu. Seorang ibu yang mempunyai
kepercayaan diri yang baik akan dapat melakukan perannya dalam pengasuhan
dan perawatan serta kemampuan dalam memberian ASI, ibu dapat lebih percaya
diri dan dapat meyakinkan dirinya untuk dapat menyusui bayinya dengan benar,
sehingga ibu dapat melakukan pengasuhan pada anaknya secara maksimal [5].

Masalah yang banyak dialami oleh ibu adalah ketidakmampuan ibu


tentang cara perlekatan yang benar. Masalah yang banyak dialami oleh ibu-ibu
seperti puting lecet, ASI yang keluar hanya sedikit dan bayi rewel. Seorang ibu
harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara
ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi
menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat [6] .

Hasil penelitian (Ambarwati, 2017), menunjukkan hasil bahwa ibu yang


mendapatkan konseling laktasi secara intensif menunjukkan peningkatan
pengetahuan untuk menyusui bayinya dan menunjukkan peningkatan sikap untu
mulai menginisiasi pemberian ASI pada bayinya. Hasil penelitian (Ambarwati,
2017) sejalan dengan hasil penelitian ini yakni ibu yang mendapatkan konseling
laktasi berpeluang mempunyai kemampuan menyusui yang lebih baik terhadap
bayinya sebesar 3,85 kali bila dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan
konseling laktasi [7].

2.1.2 Proses Pendekatan Dalam Klinik Laktasi

Pada saat kontak pertama dengan sang ibu, konselor melakukan


pendekatan pada ibu melalui keterampilan mendengarkan dan mempelajari
permasalahan yang dialami responden, mengajukan pertanyaan terbuka, bersikap
empati, menggunakan respon dan gerakan tubuh yang menunjukkan perhatian,
mendiskusikan dan mendemonstrasikan posisi menyusui yang benar. Hasil
konseling harus menambah pengetahuan ibu serta sang ibu dapat menerima
konseling dan akhirnya keterampilan ibu dalam memposisikan bayi saat menyusui
dapat dilakukan dengan tepat dan nyaman.

Kerjasama dan komunikasi yang baik antara konselor dan ibu akan
meningkatkan kemampuan ibu dalam menyusui bayinya. Keterampilan konselor
menjadi pendengar yang baik mampu menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu
sehingga dapat menggali sejauh mana kemampuan ibu dalam menyusui bayinya.
Posisi yang nyaman untuk menyusui menjadi salah satu faktor penting dalam
keberhasilan pemberian ASI pada bayinya. Permasalahan putting yang lecet atau
inversi puting merupakan kondisi yang mempengaruhi ibu dalam menyusui
bayinya (Roesli, 2019). Penyebab lecet yang paling umum adalah posisi
perlekatan yang tidak tepat pada payudara ibu. Posisi ibu harus adekuat di atas
tempat tidur. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti kepada ibu pasca bedah
sesar menunjukkan bahwa permasalahan yang banyak dialami ibu saat menyusui
bayi pada kontak awal adalah posisi dan perlekatan yang kurang tepat.

Pada kontak awal sesi konseling, peneliti melakukan pendekatan untuk


mendiskusikan posisi yang paling nyaman bagi ibu untuk menyusui bayinya dan
mendemonstrasikan perlekatan yang tepat. Perlekatan menyusu yang tepat dapat
diidentifikasi dari tanda- tanda sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi,
mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah bayi tampak terputar keluar, dagu bayi
menempel pada payudara ibu dan pipi bayi tampak menggembung (Perinansia,
2018). Pada sesi konseling kontak kedua, peneliti melakukan konseling untuk
pemantapan ibu dalam menyusui bayinya. Setelah dilakukan konseling pada
kontak kedua, sebagian besar ibu menunjukkan keterampilan dan kemampuan
menyusui yang baik dengan hasil sebanyak 73,2% ibu yang mendapatkan
konseling mempunyai kemampuan menyusui yang baik. Hasil konseling ini dapat
menjadi alternatif intervensi keperawatan maternitas yang efektif untuk
meningkatkan kemampuan menyusui ibu untuk bayinya [8].

2.1.3 Proses Konseling dan Edukasi Klinik Laktasi

A. Konsep ASI (Air Susu Ibu)

ASI adalah makanan utama bagi bayi yang mengandung tinggi kalori dan
nutrisi, makanan ini sangat dibutuhkan terutama oleh bayi baru lahir pada masa
awal kehidupan untuk tumbuh dan berkembang hingga usia 6 bulan sampai 2
tahun (WHO, 2011). Jadi ASI adalah makanan utama yang mengandung nutrisi
dan kalori yang sangat dibutuhkan oleh bayi khsusunya bayi baru lahir dan tidak
dimiliki oleh makanan lain yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta pertahanan dari berbagai penyakit. ASI eksklusif adalah ASI
yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan tanpa menambahkan
dan atau mengganti degan makanan atau minuman lain [9].

ASI eksklusif merupakan pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin
setelah melahirkan, diberikan tanpa jadwal dan tidak memberikan air putih
ataupun makanan lainnya, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi
mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi
berumur dua tahun [10]).

B. Keuntungan dan Manfaat Pemberian ASI [10]

1. Manfaat ASI bagi bayi (WHO, 2011) :

a. Mencegah terjadinya penyakit infeksi (diare, infeksi pernafasan, otitis


media, infeksi saluran kemih).
b. Meningkatkan imunitas. ASI yang diberikan oleh ibu didalamnya
terkandung sistem imun yang sudah matang yaitu imunnoglobulin A
(IgA) yang merupakakn sistem imun utama untuk mencegah suatu
penyakit, walaupun bayi sebenarnya sudah mempunyai sistem imun,
tetapi pada bayi sampai usia 2 tahun sistem imun pada bayi masih
belum matur (matang).
c. Untuk tunbuh kembang bayi. Sistem imun yang ada pada ASI akan
memberikan stimulasi sistem imun bayi untuk lebih berkembang
d. Mencegah terjadinya penyakit kronik
e. Melindungi terhadap alergi
f. Meningkatkan kesehatan dan pertahanan hidup bayi dan Menunjang
kecerdasan.

2. Manfaat bagi ibu

Manfaat pemberian ASI bagi ibu ( The Northem Ireland Breastfeeding


Strategy Group, 2012) :

a. Menurunkan berat badan


b. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
c. Mencegah terjadinya kanker ovarium dan payudara
d. Meningkatkan hubungan kasih sayang (psikologis) antara ibu dan bayi

3. Manfaat bagi keluarga Manfaat ASI bagi keluarga (Blincoe, 2017) :

a. Manfaat secara ekonomi, keluarga tidak perlu memberli susu untuk


biaya bayinya karena ASI yang diberikan pada bayi langsung tersedia
dari ibu
4. Manfaat bagi negara Manfaat ASI bagi negara (WHO, 2011) :

a. Menghemat anggaran negara dalam menyiapkan susu formula,


membeli susu dan perlengkapannya
b. Menghemat baiaya rumah sakit, pembelian obat-obatan
c. Bayi yang mendapatkan ASI akan tumbuh dan berkembang secara
optimal, sehingga diharapkan bayi yang mendapatkan ASI akan
tumbuh menjadi anak sebagai generasi penerus bangsa

C. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI [11]

Menurut (Rini & D, 2017) hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI


sebagai berikut :

a) Makanan Produksi ASI dipengaruhi oleh makanan yang


dikonsumsi ibu menyusui. Apabila makanan yang ibu makan
cukup akan gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI
akan berjalan dengan lancar.
b) Ketenangan jiwa dan pikiran Untuk menghasilkan ASI yang baik,
maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang. Keadaan
psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan
volume ASI.
c) Penggunaan alat kontrasepsi Agar tidak mengurangi produksi ASI
penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu
diperhatikan. Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan adalah
IUD, kondom, pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3
bulanan.
d) Perawatan payudara Hormon prolaktin dan oksitosin dihasilkan
oleh hipofise dengan cara merangsang payudara melalui
perawatan payudara.
e) Anatomi payudara Jumlah lobus pada payudara juga
mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga
bentuk anatomi papilla mammae atau puting susu ibu.
f) Faktor fisiologi ASI terbentuk oleh karena pengaruh hormon
prolaktin yang menentukan produksi dan mempertahankan
sekresi air susu.
g) Pola istirahat Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan
pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu kurang istirahat, terlalu
lelah maka ASI juga berkurang.
h) Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan Semakin sering bayi
disusui oleh ibu melalui payudara, maka produksi dan
pengeluaran ASI akan semakin banyak. Frekuensi pemeberian
ASI pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Dari hasil studi
mengatakan bahwa produksi ASI bayi prematur akan maksimal
dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan
pertama setelah melahirkan. Pemompaan ASI dilakukan karena
bayi prematur belum bisa menyusu langsung pada ibu. Sedangkan
pada bayi yang cukup bulan frekuensi pemberian ASI 10 ± 3 kali
perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berkaitan
dengan produksi ASI yang cukup. Sehingga direkomendasikan
penyusuan paling sedikit 8 kali pe hari pada periode awal setelah
melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan
kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
i) Berat bayi lahir Bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr)
mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih baik
dibanding Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Kekuatan
menghisap ASI meliputi frekuensi dan lama pemberian ASI yang
lebih rendah pada bayi premature dibanding pada bayi berat lahir
normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan
oksitosin dalam menghasilkan ASI.
j) Umur kehamilan saat melahirkan Umur kehamilan dan berat lahir
mempengaruhi produksi ASI. Bayi yang lahir premature (umur
kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak
mampu menghisap putting ibu secara efektif sehingga produksi
ASI lebih sedikit daripada bayi yang lahir cukup bulan.
Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi premature dapat
disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya
fungsi organ.
k) Konsumsi rokok dan alkohol Merokok menyebabkan
tergganggunya hormon prolaktin dan oksitosin sehingga dapat
mengurangi volume ASI yang akan diproduksi. Merokok akan
menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan
menghambat pelepasam oksitosin. Minuman beralkohol dosis
rendah dapat menjadikan ibu merasa lebih rileks sehingga
membantu proses pengeluaran ASI, namun etanol yang terdapat
dalam alkohol dapat menghambat produksi oksitosin.

D. Cara Memperbanyak Produksi ASI

Terdapat beberapa cara untuk memperbanyak produksi ASI, diantaranya


(https://vitasi.net/tips-asi-banyak-dan-lancar/) [12] :

1. Sering menyusui

2. Bergantian payudara ketika menyusui

3. Hindari menggunakan dot susu

4. Memompa ASI setelah menyusui

5. Membersihkan puting dan melakukan pemijatan

6. Menyusui setiap 2-3 jam sekali

7. Memompa ASI 8. Skin to skin contact

9. Kompres payudara

10.Makan banyak sayur (daun katuk, bayam, wortel, dll)

11.Memilih KB yang tepat untuk ibu menyusui

12.Minum air putih minimal 1000ml

E. Teknik Menyusui Yang Benar


1. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun
2. Mengoleskan ASI pada areola sebelum menyusui
3. Memposisikan posisi yang nyaman saat menyusui (duduk tegak, santai,
nyaman, tidur)
4. Posisikan bayi:
a. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung
siku ibu dan bokong bayi terletak pada telapak tangan
b. Satu tangan bayi berada di belakang badan ibu, satu tangan didepan
c. Perut bayi menempel pada perut ibu
d. Kepala bayi menghadap payudara
e. Telinga bayi dan lengan terletak dalam satu garis lurus
5. Sangga payudara dengan 4 jari, ibu jari berada di atas untuk
mengarahkan putting, membentuk huruf C, jangan menekan puting.
6. Sentuh sudut mulut/pipi bayi dengan puting atau jari kelingking
7. Dekatkan kepala bayi ke payudara ibu, puting dan sebagian besar areola
masuk ke mulut bayi
8. Menatap bayi dan menyusui bayi dengan penuh kasih sayang
9. Jika ingin melepas, cara melepas isapan bayi (jari kelilngking
dimasukkan ke sudut mulut atau menekan dagu)
10. Sendawakan bayi dengan cara bayi digendong tegak dengan bersandar
pada bahu ibu, punggung ditepuk perlahan atau bayi ditengkurapkan
di pangkuan ibu kemudian punggung ditepuk
11. Ibu menyusui dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian
(pindah ketika payudara sebelah sudah kosong dan menyusui kembali
dengan payudara yang terakhir diberikan).
F. Pentingnya Dukungan Pada Ibu Menyusui

Keberhasilan menyusui seorang ibu bergantung pada dukungan dari


semua pihak. Selain pemerintah, pemuka agama, penegak hukum dan tenaga
kesehatan, orang-orang terdekat dis ekitar ibu dan bayi seperti suami, kakek,
nenek juga sangat berperan besar dalam mendukung keberhasilan menyusui.
Bentuk dukungan suami pada ibu menyusui adalah dengan pembagian tugas
atau pekerjaan rumah. Suami yang membantu mengerjakan pekerjaan rumah
istri, akan mengurangi beban istri, sehingga istri dapat beristirahat dengan
maksimal dan tidak kelelahan. Hal ini dapat membantu memperlancar
produksi ASI ibu. Selain itu, suami juga dapat bertugas membangunkan istri
pada malam hari untuk menyusui bayinya. Tidak hanya sekedar
membangunkan tetapi menemani dan memberikan support merupakan bentuk
dukungan yang dapat dilakukan seorang suami untuk mendukung ibu dalam
memberikan ASI untuk bayinya [13].

2.1.4 Hambatan dan Solusi dalam Klinik Laktasi

Efikasi diri ibu dapat dipengaruhi oleh 4 faktor sesuai dengan teori
yang diadaptasi dari Bandura [14], sebagai berikut :

 Faktor pertama yakni pencapaian prestasi (performance


accomplishment), sebagai contoh yakni pengalaman keberhasilan
menyusui sendiri. Pengalaman keberhasilan menyusui dapat
meningkatkan rasa percaya diri, keyakinan, serta keinginan yang kuat
pada ibu untuk menyusui bayinya (Badura, 1977 dalam Dennis, 2018).
Ibu yang mendapatkan konseling laktasi akan bekerjasama dengan
konselor untuk mendiskusikan pengalamannya tentang praktik
menyusui bayinya, menggali perasaan ibu dan mendampingi ibu
dalam menyusui bayinya pada kontak awal dan kontak kedua. ibu
yang mendapatkan konseling akan bersikap lebih terbuka dan
mempunyai kepercayaan diri yang lebih tinggi. Penelitian yang telah
dilakukan oleh (Ertem, 2017) menunjukkan hasil bahwa wanita
dengan skor efikasi diri yang rendah akan menunjukkan kemampuan
yang kurang dalam memberikan ASI pada 2 minggu postpartum. Hasil
penelitian (Buxton, 2017) juga menjelaskan bahwa 27% wanita
dengan tingkat efikasi diri yang rendah pada masa prenatal akan
menghentikan pemberian ASI dalam 1 minggu postpartum. Kegagalan
pemberian ASI terjadi 4-5 kali pada wanita yang kurang percaya diri
dalam pemberian ASI pada bayi baru lahir. Hasil penelitian tersebut
sejalan dengan hasil penelitian ini dimana prosentase ibu dalam
kelompok kontrol yang tidak mendapatkan konseling laktasi
mayoritas memiliki rerata skor efikasi diri yang lebih rendah.
 Faktor kedua yang mempengaruhi efikasi diri ibu menyusui adalah
pengalaman orang lain (vicarious experiences), misalnya mengamati
orang lain menyusui. Keyakinan ibu untuk menyusui bayinya akan
meningkat terutama apabila ibu yakin bahwa ibu dapat menyusui
bayinya seperti orang lain, teman, dan saudara yang berhasil menyusui
(Badura dalam Spaulding, 2018). Melalui konseling laktasi, ibu dapat
saling berbagi pengalaman dengan konselor dan pasien yang lain
sehingga mampu menerima informasi secara efektif.
 Faktor ketiga yang mempengaruhi efikasi diri ibu yaitu persuasi
verbal (verbal persuasion), sebagai contoh yaitu dukungan dari orang
lain yang berpengaruh seperti teman, keluarga, konsultan laktasi,
praktisi kesehatan. Penguatan atau saran yang diberikan akan menjadi
sumber kekuatan bagi ibu untuk menyusui bayinya (Badura dalam
Spaulding, 2018). Konseling laktasi merupakan bentuk tindakan
verbal persuasion yang efektif untuk mempengaruhi efikasi diri ibu
menyusui. Melalui konseling laktasi, konselor mengamati dan
menggali permasalahan ibu serta menggali potensi yang ada dalam
diri ibu sehingga mampu memberikan penguatan bagi ibu dalam
menyusui bayinya.
 Respon fisiologis (physyological responses) merupakan faktor
keempat yang mempengaruhi efikasi diri ibu menyusui, sebagai
contoh yaitu kecemasan, stres, dan kelelahan ibu pasca melahirkan
(Spaulding, 2018). Seorang ibu menyusui tidak akan lepas dari respon
fisiologis maupun psikologis terhadap hambatan yang dialami ibu. Ibu
akan merasa nyaman, aman, dan yakin dapat menyusui jika selama
menyusui ibu bebas dari tekanan fisik maupun emosional [15].

2.2 Visi Misi

1. Visi
Mendukung pemenuhan ASI pada bayi dengan meningkatkan
pemahaman pemberian ASI yang tepat dan benar kepada sang ibu
melalui teknik konseling laktasi.
2. Misi
1. Meningkatkan pemahaman ibu tentang pemberian ASI yang
tepat dan benar
2. Memahami masalah sang ibu dalam proses menyusui dan
membantu memberikan solusi yang tepat
3. Mewujudkan harapan ibu dan keluarga dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayi
4. Membantu mengatasi permasalah tentang ASI dengan diskusi
konseling tentang pemenuhan gizi pada bayi
5. Mengatasi ketidaknyamanan ibu selama proses menyusui
6. Menciptakan kenyamanan pada ibu dan bayi selama proses
menyusui
2.3 Struktur Organisasi

Viera Santriani
Konselor

Levi Riani Vina Fadhlia Delfathia


Pengedukasi Pengedukasi

Rizka Utari Gina Khairaatun Hisaan

Penjawab Pertanyaan/Peraga Dokumentasi/Antisipasi


Klien Masalah
Data Kepegawaian :

Penanggung Jawab Klinik : Viera Santriani, Amd. Kep

Ketua : Rizka Utari, Amd. Kep

Wakil Ketua : Levi Riani, Amd. Kep

Sekretaris : Vina Fadhlia Delfathia, Amd. Kep

Bendahara : Gina Khairaatun Hisaan, Amd.Kep

Informasi dan Persinal Contact Klinik Laktasi

Nama Klinik : Klinik Laktasi

Alamat : Jalan suka cita no.123, Demang, Sumatera Selatan

No Tlpn : 081385768009

Sosial Media : www.kliniklaktasipalembang.com

Email : kliniklaktasi@palembang.com
DAFTAR PUSTAKA

[3] V. Vidayanti and M. Wahyuningsih, “Efektifitas Konseling laktasi


Terhadap Efikasi Diri dan Kemampuan Menyusui Ibu pasca Bedah Sesar,”
J. Keperawatan …, vol. 4, no. April, pp. 154–162, 2017, [Online].
Available:
http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/article/view/115%0Ahtt
p://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/article/download/115/45

[4] A. Septianingtyas, M.C.A., Anggorowati and Nurrima, “Modul Paket


Sukses Menyusui ‘Manajemen Laktasi dan Positive Self Talk ,’” Magister
Keperawatan Univ. Diponegoro, pp. 1–44, 2018.

[5] Peraturan Pemerintah RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 33


Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Jakarta; 2012.

[6] Purnawati S. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pola pemberian ASI


pada bayi usia empat bulan. Jakarta: J Kes. 2012;13(3)1-6.

[7] Kusumawati P. Perbedaan pengaruh penyuluhan kesehatan metode


simulasi dengan metode simulasi dan poster tentang teknik menyusui
terhadap pengetahuan dan perilaku ibu menyusui. J Ilmu Kesehat.
2012;4:2

[8] Abdulahi, M., Fretheim, A., Argaw, A., & Magnus, J. H. (2021).
Breastfeeding Education and Support to Improve Early Initiation and
Exclusive Breastfeeding Practices and Infant Growth: A Cluster
Randomized Controlled Trial from a Rural Ethiopian Setting. Nutrients,
13(1204), 1–15. https://doi.org/10.3390/nu13041204

[9] Villasana, M. V., Pires, I. M., Sá, J., Garcia, N. M., Teixeira, M. C.,
Zdravevski, E., Chorbev, I., & Lemeski, P. (2020). Promotion of Healthy
Lifestyles to Teenagers with Mobile Devices: A Case Study in Portugal.
Healthcare, 8(315). https://doi.org/10.3390/healthcare8030315.

[10] Badura, A. 1997, Self efficacy: toward a unifying theory of behavioral


change., Psychological review. American Psychological Association,
84(2), p. 191.

Anda mungkin juga menyukai