Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIK NBT III

PIJAT MARMET PADA IBU NIFAS


( Disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Klinik Natural Basic Terapi III )
Dosen Pembimbing : Rizqitha ,M.Tr.Keb

DISUSUN OLEH :
NAMA : RIATNI AZIZAH
NIM : 2004149

PROGRAM STUDI

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

STIKES KARYA HUSADA SEMARANG

2020 / 2021
BAB I
LATAR BELAKANG

A. Pendahuluan
Menyusui merupakan kejadian alamiah, namun untuk dapat berhasil menyusui
dengan optimal, seorang ibu harus mengetahui tentang air susu ibu (ASI) itu sendiri
serta penatalaksanaan menyusui. Kegagalan menyusui sering disebabkan karena
faktor psikologis ibu pada hari-hari awal proses menyusui. Ibu sering merasa takut
kalau ASI yang dihasilkan tidak mencukupi kebutuhan bayinya. Idealnya, proses
menyusui dapat dilakukan segera setelah bayi dilahirkan. Bayi yang lahir cukup bulan
memiliki naluri untuk menyusu 20 - 30 menit setelah dilahirkan. Pada jam-jam
pertama, bayi relatif tenang dan memiliki keinginan untuk menyusu. Namun,
kenyataan di lapangan menunjukkan banyak ibu yang mengalami ketidakefektifan
proses menyusui karena produksi dan ejeksi ASI yang sedikit di hari-hari pertama
sehingga ibu enggan untuk menyusui bayinya (Widiastuti, Arifah, & Rachmawati,
2015).
ASI (Air susu ibu) merupakan asupan yang sangat penting bagi bayi. Para ibu
di seluruh dunia untuk menyusui bayi mereka secara eksklusif selama enam bulan
pertama agar mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan secara optimal
(World Health Organization, 2013). Bayi yang diberikan ASI eksklusif saja, dan tidak
ada makanan lain atau cairan, selama enam bulan memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan ASI eksklusif selama 3-4 bulan diikuti dengan menyusui campuran
(Kramer, & Kakuma, 2004).
Tidak jauh berbeda dengan program sebelumnya, Sustainable Development
Goal’s (SGD’s) juga menindaklanjuti program Millenium Development Goal’s
(MDG’s) yang belum maksimal. Perbaikan gizi merupakan program nomor dua dari
17 program SDG’s yang ditarget dapat berhasil pada tahun 2030 (United Nations
General Assembly, 2015). Gizi sejak usia dini atau saat bayi berpengaruh pada
kehidupan selanjutnya. Gizi yang cukup selama masa bayi sangat penting untuk
kesejahteraan dan kesehatan seumur hidup. Oleh karena itu, bayi harus mendapatkan
nutrisi yang memadai dan aman untuk makanan pendamping sambil terus menyusui
sampai dua tahun atau lebih untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka berkembang
(World Health Organization, 1983; Marriott, White, Hadden, Davies, & Wallingford,
2012).
ASI terlambat diproduksi akibat pengaruh dari hormon prolaktin dan hormon
oksitosin. Hormon prolaktin dan hormon oksitosin mempengaruhi memproduksi dan
mengeluarkan ASI. Proses pengeluaran ASI terjadi ketika hormon oksitosin
dilepaskan dari kalenjar hipofisis posterior sebagai respon terhadap isapan bayi.
Kemudian menstimulasi sel epitel dalam alveoli untuk berkontraksi dan
mengeluarkan air susu melewati saluran sinus laktiferus dan merangsang prolaktin
(Reeder, Martin, & Griffin, 2012).
Pemberian rangsangan pada otot-otot payudara akan membantu merangsang
hormon prolaktin untuk membantu memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang
disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu
frekuensi, intensitas, dan lamanya bayi menghisap. Isapan bayi akan merangsang
susunan saraf disekitarnya dan meneruskan rangsangan ini ke otak, yakni hipofisis
anterior sehingga prolaktin disekresi dan dilanjutkan hingga ke hipofisis posterior
sehingga sekresi oksitosin meningkat yang menyebabkan otot-otot payudara
berkontraksi dan pengeluaran ASI dipercepat (Bobak, Lowdermilk, Jensen, & Perry,
2005).
Teknik marmet merupakan kombinasi cara memerah ASI dan memijat
payudara sehingga refleks ASI dapat optimal. Teknik memerah ASI dengan cara
marmet bertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinus laktiferus yang terletak di
bawah areola sehingga diharapkan dengan mengosongkan ASI pada sinus laktiferus
akan merangsang pengeluaran prolaktin. Pengeluaran hormon prolaktin diharapkan
akan merangsang mammary alveoli untuk memproduksi ASI. Semakin banyak ASI
dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara akan semakin baik produksi ASI di
payudara (Astuti, & Sari, 2017).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah pada makalah ini adalah
“Apakah ada pengaruh teknik pijat marmet terhadap produksi ASI pada ibu
postpartum”.

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh pijat marmet
terhadap produksi ASI pada ibu postpartum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI)


1. Pengertian
Air Susu Ibu (ASI) merupakan suatu carian hidup yang dapat berubah dan
memberi respon terhadap kebutuhan bayi seiring dengan pertumbuhannya. ASI
adalah suatu cairan yang terbentuk dari campuran dua zat yaitu lemak dan air
yang terdapat dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang
dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu dan bermanfaat sebagai makanan bayi
(Maryunani, 2012).
Air Susu Ibu merupakan cairan ciptaan Allah yang tiada tandingnya untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya terhadap infeksi.
Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air
susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang baru lahir. Pada saat
yang sama, ASI juga sangat kaya akan nutrisi yang mempercepat pertumbuhan
sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf. Makanan bayi yang terbuat dengan
teknologi tidak dapat menggantikan keajaiban cairan ciptaanNya ini (Wiji, 2014).
Menurut Prasetyo (2008), sebagaimana yang dikutip oleh Marmi (2014) ASI
adalah cairan kehiduapan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI juga
merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah
dan mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan bayi.

2. Manfaat ASI
Menurut Wiji (2014), berikut merupakan berbagai manfaat ASI selain bagi ibu
dan bayi, ASI juga bermanfaat bagi keluarga, Negara dan Bumi.
a. Bagi Bayi
1) Dapat memulai kehidupannya dengan baik
Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang
baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan
mengurangi kemungkinan obesitas.
2) Mengandung Antibodi
Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan immunoglobulin (zat
kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi
kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun segera setelah kelahirannya.
Badan bayi baru lahir akan memproduksi sendiri immunoglobulin secara
cukup saat mencapai usia sekitar 4 bulan. Pada saat kadar immunoglobulin
bawaan dari ibu menurun dan yang dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum
mencukupi, terjadilah suatu periode kesenjangan immunoglobulin pada
bayi. Kesenjangan tersebut hanya akan dihilangkan atau dikurangi dengan
pemberian ASI. Air susu ibu merupakan cairan yang mengandung
kekebalan atau daya tahan tubuh sehingga dapat menjadi pelindung bayi
dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus dan jamur.
3) ASI mengandung komposisi yang tepat
ASI berasal dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi terdiri
dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang
diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama. Setelah usia 6 bulan, bayi
harus mulai mendapatkan makanan pendamping ASI seperti buah- buahan
ataupun makanan lunak dan lembek karena pada usia ini kebutuhan bayi
akan zat gizi menjadi semakin bertambah dengan pertumbuhan dan
perkembangan bayi sedangkan produksi ASI semakin menurun. Tetapi
walaupun demikian pemberian ASI juga jangan dihentikan, ASI dapat
terus diberikan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.
4) Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu
dan bayi
Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak
kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor
maupun sosial yang lebih baik. Hormon yang terdapat dalam ASI juga
dapat memberikan rasa kantuk dan rasa nyaman. Hal ini dapat membantu
menenangkan bayi dan membuat bayi tertidur dengan pulas. Secara
psikologis menyusui juga baik bagi bayi dan meningkatkan ikatan dengan
ibu.
5) Terhindar dari alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu
formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan
alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberikan protein asing yang
ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi.
6) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi Lemak pada ASI adalah lemak
tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak
sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI Eksklusif akan tumbuh
optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak
lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf.
b. Bagi Ibu
1) Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada putting susu ibu merangsang ujung saraf
sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin
masuk ke indung telur, menekang produksi estrogen akibatnya tidak ada
ovulasi. Pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien
selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja
(eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali.
2) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin
oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah
terjadinya perdarahan pasca-persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya
perdarahan pasca-persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi.
Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah
dibanding yang tidak menyusui.
3) Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat
kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil,
badan bertambah besar, selain karena ada janin, juga karena penimbunan
lemak pada tubuh, cadangan lemak ini sebenarnya memang disiapkan
sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Denagan menyusui
tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak
yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Dan jika timbunan
lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti
sebelum hamil.
4) Ungkapan kasih sayang
Hubungan batin antara ibu dan bayi akan terjalin erat karena saat
menyusui bayi menempel pada tubuh ibu dan bersentuhan antar kulit. Bayi
juga bisa mendengarkan detak jantung ibu, merasakan kehangatan
sentuhan kulit ibu dan dekapan ibu.

3. Komposisi ASI
Kandungan ASI nyaris tak tertanding. ASI mengandung zat gizi yang secara
khusus diperlukan untuk menunjang proses tumbuh kembang otak dan
memperkuat daya tahan alami tubuh bayi (Maryunani, 2012). Adapun beberapa
komposisi ASI adalah sebagai berikut:
a. Laktosa (Karbohidrat)
Laktosa (gula susu) adalah jenis karbohidrat utama dalam ASI yang
berperan penting sebagai sumber energi. Laktosa membantu bayi menyerap
kalsium dan mudah bermetabolisme menjadi dua gula biasa (galaktosa dan
glukosa) yang diperlukan bagi pertumbuhan otak yang cepat terjadi pada masa
bayi. Komposisi laktosa dalam ASI adalah 7gr/100ml (Maryunani, 2012).
b. Lemak
Lemak merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan menjadi sumber
energi utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh bayi. Lemak di
ASI mengandung komponen asam lemak esensial yaitu: asan linolead dan
asam alda linolenat yang akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan DHA.
Arachidonic Acid (AA) dan Decosahexanoic Acid (DHA) adalah asam lemak
tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak yang optimal. Komposisi lemak dalam ASI adalah
3,7-4,8gr/100ml (Maryunani, 2012).
c. Protein
Protein memiliki fungsi untuk pengatur dan pembangunan tubuh bayi.
Komponen dasar dari protein adalah asam amino, berfungsi sebagai
pembentuk struktur otak. Protein dalam susu adalah whey dan kasein. ASI
memiliki perbandingan antara Whey dan Kasein yang sesuai untuk bayi. ASI
mengandung whey lebih banyak dengan perbandingan 63:35. Sehingga
protein ASI lebih mudah diserap, sedangkan pada susu sapi mempunyai
perbandingan Whey : Kasein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.
Whey lebih mudah dicerna dibandingkan dengan kasein (yang merupakan
protein utama susu sapi). Komposisi protein dalam ASI adalah 0,8-
1,0gr/100ml (Maryunani, 2012).
d. Garam dan Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relative
rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat
besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah
diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Zat besi membantu
pembentukan darah untuk menghindari bayi dari penyakit kurang darah atau
anemia (Maryunani, 2012).
e. Vitamin
Menurut Wiji (2014), ASI mengandung berbagai vitamin yang diperlukan
bayi. Adapun vitamin yang terkandung dalam ASI adalah sebagai berikut:
1) Vitamin A, ASI mengandung vitamin A dan betakaroten yang cukup
tinggi. Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi
mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan.
2) Vitamin D, ASI hanya sedikit mengandung vitamin D. Sehingga dengan
pemberian ASI Eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar
sinar matahari pagi, hal ini mencegah bayi dari menderita penyakit tulang
karena kekurangan vitamin D.
3) Vitamin E, Salah satu keuntungan ASI adalah mengandung vitamin E
yang cukup tinggi, terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi
penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah.
4) Vitamin K, Vitamin K dalam ASI jumlahnya sangat sedikit sehingga perlu
tambahan vitamin K yang biasanya dalam bentuk suntikan. Vitamin K ini
berfungsi sebagai faktor pembekuan darah.
5) Vitamin yang larut dalam air, Hampir semua vitamin yang larut dalam air
terdapat dalam ASI. Diantaranya adalah vitamin B, vitamin C dan asam
folat. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI, tetapi B6 dan
B12 serta asam folat rendah, terutama pada ibu yang kurang gizi. Sehingga
ibu yang menyusui perlu tambahan vitamin ini (Maryunani, 2012).
f. Air
Air merupakan bahan pokok terbesar dari ASI (sekitar 87 persen). Air
membantu bayi memelihara suhu tubuh mereka. Bahkan pada iklim yang
sangat panas, ASI mengandung semua air yang dibutuhkan bayi (Maryunani,
2012).
g. Kartinin
Kartinin dalam ASI sangat tinggi. Kartinin berfungsi membantu
proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan
metabolisme tubuh (Maryunani, 2012).

B. Teknik Marmet
1. Pengertian
Dikenal teknik memerah ASI yang disebut teknik Marmet, yaitu cara memeras
ASI secara manual dan mengutamakan let down reflex (LDR). Teknik marmet
yaitu merangsang LDR di awal proses memerah dapat menghasilkan ASI
sebanyak 2-3 kali lipat dibanding tanpa menggunakan teknik LDR ini. Let down
refleks (LDR) sama dengan rangsangan yang terjadi jika puting dihisap oleh bayi
dan setelah beberapa saat tiba-tiba payudara akan mengencang dan ASI akan
keluar deras sehingga bayi harus mempercepat irama menghisap ASI, kurang
lebih seperti itulah jika efek LDR kita dapatkan. ASI akan tiba-tiba mengalir
dengan deras tanpa diperlukan pijatan atau perasan yang sangat kencang (Marmi,
2014).
Memerah ASI dengan teknik Marmet awalnya diciptakan oleh seorang ibu
yang harus mengeluarkan ASInya karena alasan medis. Awalnya ia kesulitan
mengeluarkan ASI dengan refleks yang tidak sesuai dengan refleks keluarnya ASI
saat bayi menyusu. Hingga akhirnya ia menemukan suatu metode memijat dan
menstimulasi agar refleks keluarnya ASI optimal. Kunci sukses dari teknik ini
adalah kombinasi dari cara memerah ASI dan cara memijat (Marmi, 2014).
Menurut UNICEF (2008), dalam Pollard (2016) memerah dengan tangan
merupakan teknik dasar yang harus diajarkan kepada seorang ibu dalam 24 jam
setelah bayi lahir supaya ia percaya diri menghadapi semua masalah yang
mungkin timbul, seperti memberikan susu suplemen untuk ASI bila bayi sakit,
atau tidak dapat menyusu dengan baik, atau bila terpisah dari ibu karena berbagai
alasan. Juga dapat membantu ibu mengatasi persoalan-persoalan yang lain, seperti
puting yang tidak menonjol atau terjadi pembengkakan payudara. Pemerahan susu
dengan tangan lebih direkomendasikan dari pada dengan pompa payudara karena
pada hari-hari pertama, kadar kolostrum masih rendah dan dapat hilang atau
tertinggal dalam pompa payudara.
Jika teknik ini dilakukan dengan efektif dan tepat, maka seharusnya tidak akan
terjadi masalah dalam produksi ASI ataupun cara mengeluarkan ASI. Teknik ini
dapat dengan mudah dipelajari sesuai instruksi. Tentu saja semakin sering ibu
melatih memerah dengan teknik marmet ini, maka ibu makin terbiasa dan tidak
akan menemui kendala (Marmi, 2014).

2. Manfaat Pijat Marmet


Menurut Soraya (2006), dalam Setiawandari (2014) adapun manfaat memerah
ASI dengan menggunakan teknik Marmet yaitu:
a. Penggunaan pompa ASI relative tidak nyaman dan tidak efektif
mengosongkan payudara.
b. Banyak ibu telah membuktikan bahwa memerah ASI dengan tangan jauh lebih
nyaman dan alami (saat mengeluarkan ASI)
c. Refleks keluarnya ASI lebih mudah terstimulasi dengan Skin to skin contact
(dengan cara memerah tangan) daripada penggunaan pompa (terbuat dari
plastik).
d. Nyaman digunakan`
e. Aman dari segi lingkungan.
f. Portable (mudah dibawa kemana-mana) dan ekonomis.

3. Cara Melakukan Pijat Marmet


Menurut UNICEF (2010), dalam Pollard (2016) memerah dengan tangan
menghasilkan stimulus sentuhan yang memacu hormon laktasi dan
memungkinkan ibu untuk memilih daerah-daerah khusus pada payudara bila ada
saluran-saluran yang tersumbat. Bila pemerahan dengan tangan hanya satu-
satunya cara untuk mengosongkan payudara, maka ibu harus didorong untuk
memerah paling sedikit 8 kali sehari, termasuk di malam hari ketika kadar
prolaktin paling tinggi.
Teknik marmet merupakan kombinasi cara memerah ASI dan memijat
payudara sehingga refleks ASI dapat optimal. Teknik memerah ASI dengan cara
marmet bertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinus laktiferus yang terletak di
bawah areola sehingga diharapkan dengan mengosongkan ASI pada sinus
laktiferus akan merangsang pengeluaran prolaktin. Pengeluaran hormon prolaktin
diharapkan akan merangsang mammary alveoli untuk memproduksi ASI. Semakin
banyak ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara akan semakin baik
produksi ASI di payudara (Widiastuti, 2015).
Jones dan Spancer (2008), sebagaimana dikutip oleh Pollard (2016) memijat
payudara yang dilakukan dengan baik dan benar penting untuk menstimulasi
keluarnya susu dan harus dilakukan sebelum memerah dengan tangan atau ketika
menggunakan pompa.
Menurut Chele Marmet (1978), dalam Setiawandari (2014) cara memerah Air
Susu Ibu dengan menggunakan teknik Marmet yaitu:
1) Perah payudara selama 5 – 7 menit,
2) 2. Pijat payudara ± 1 menit
3) Perah payudara selama 3 – 5 menit,
4) Pijat payudara ± 1 menit, dan
5) Perah payudara selama 2-3 menit.

a. Memijat payudara
1) Tekan 2 jari atau 3 jari ke dinding dada. Buat gerakan melingkar pada satu
daerah di payudara. Setelah beberapa detik, pindahkan jari ke daerah
berikutnya. Arah pijatan spiral mengeliling payudara atau radial menuju
puting susu.
2) Kepalkan tangan, tekan ruas ibu jari ke dinding dada Pindahkan tekanan
berturut-turut ruas telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking ke arah
puting ulangi gerakan ini pada daerah Post partum di Rumah Sakit Ibu dan
Anak berikutnya.
Gambar 2.1. memijat payudara

b. Memerah ASI
1. Letakkan ibu jari di tepi atas aerola pada posisi pukul 12
2. Letakkan jari telunjuk di tepi bawah aerola pada posisi pukul 6. Ketiga jari
lain menyangga payudara
3. Dengan kedua jari, tekan jaringan payudara ke dalam ke arah rongga dada
tanpa ibu jari dan jari telunjuk berubah posisi
4. Lanjutkan dengan gerakan ke depan memijat jaringan di bawah aerola
sehingga memerah ASI dalam saluran ASI. Lakukan gerakan ini beberapa
kali sampai pancaran ASI yang keluar berkurang.
5. Ubah posisi ibu jari dan telunjuk misalkan pada posisi pukul 9 dan 3.
Ulangi tahap 3-4.
6. Lakukan hal sama pada posisi yang berbeda. Setiap posisi ibu jari dan
telunjuk selalu berhadap-hadapan.

Gambar 2.2. memerah ASI


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS 3 HARI PADA NY. L UMUR 24 TAHUN

DENGAN PIJAT MARMET

DI PMB ERNI HAYATI - BUMIAYU

Tanggal / jam pasien masuk : 27 Januari 2021/ jam 16.00 WIB


Tempat : PMB Erni Hayati

I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata

Nama : Ny. L Nama : Tn. Y


Umur : 24 Tahun Umur : 29 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kemejing RT 5/1
2. Alasan Datang
Ibu mengatakan habis melahirkan tiga hari yang lalu ingin memeriksakan
kondisinya karena ASI nya tidak lancar / keluarnya sedikit
3. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
a. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Ibu mengatakan ini adalah persalinan pertamanya
b. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Lama/Siklus/Jumlah : 28 hari/7 hari/3x ganti pembalut
Dysmenorhea :-
Flour Albus :-
c. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi
Ibu mengatakan pernah memakai alat kontrasepsi suntik. Ibu
mengatakan rencana yang akan dating, akan menggunakan kontrasepsi
suntik.

4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Ibu
Sakarang : Ibu mengatakan tidak sedang menderita suatu penyakit
menurun seperti asma, jantung, DM, dan penyakit menular seperti TBC
dan hepatitis.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan tidak sedang menderita suatu penyakit menurun seperti
asma, jantung, DM, dan penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.
5. Pola Kebiasaan
a. Pantangan makanan : Tidak ada
b. Mengkonsumsi jamu : Tidak
c. Minum obat – obatan : Hanya dari tenaga kesehatan
d. Merokok : Tidak
e. Minum alcohol : Tidak
f. Pelihara hewan peliharaan :Tidak
6. Pola kebutuhan sehari – hari
a. Nutrisi
Makan
Porsi : 1 piring
Jenis : nasi, tumis kacang, tempe
Keluhan : tidak ada
Minum
Porsi : 4 gelas
Jenis : air putih
Keluhan : tidak ada
b. Eliminasi
BAB
Konsistensi : lembek
Warna : kuning kecoklatan
Keluahan : tidak ada
BAK
Warna : kuning jernih
Keluahan : tidak ada
c. Istirahat
Lama : 7 jam
Keluhan : tidak ada
d. Personal Hygiene
Mandi : 2x sehari
Ganti Celana Dalam : 4x sehari jika kotor dan basah
e. Pola Seksual : Tidak di kaji
Keluhan : tidak ada
7. Status Perkawinan
a. Perkawinan ke :1
b. Lama Perkawinan : 1 tahun
8. Data Sosial Budaya
Ibu mengatakan tidak menganut adat istiadat setempat
9. Data Spiritual
Ibu mengatakan menjalankan sholat 5 waktu

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. BB sekarang : 55 Kg
d. TB : 158 cm
e. TTV : TD : 100/80 mmHg S : 36,7o C
N : 80 x/menit R : 16 x/menit
2. Pemeriksaan Kebidanan
a. Kepala : Bentuk mesochepal
b. Rambut : Hitam, tidak rontok, tidak berketombe
c. Muka : Simetris, tidak oedem
d. Mata : Simetris, Conjungtiva merah muda, sclera putih
e. Hidung : Tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung,
secret dalam batas normal
f. Mulut : Tidak ada sariawan, tidak ada caries dentis
g. Telinga : Simetris, pendengaran baik,
h. Leher : tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid dan vena
jugularis
i. Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
j. Kulit : kemerahan, tidak ikterik
k. Thorak : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
l. Mamae : simetris, tidak ada benjolan abnormal
m. Abdomen : tidak ada bekas operasi, ada striae, TFU 1 jari diatas
sympisis, kontraksi keras
n. Gentalia : tidak oedem, tidak ada luka perineum, lochea
sanguinolenta, perdarahan normal
o. Ekstermitas
Atas : simetris, gerakan aktif, tidak oedem
Bawah : simetris, gerakan aktif, tidak oedem, tidak varises

II. INTERPRESTASI DATA


A. Diagnosa
Ny. L umur 24 tahun P1A0 nifas 3 hari dengan kebutuhan pijat marmet
Dasar :
1. Data Subyektif
a. Ibu mengatakan telah melahirkan 3 hari yanglalu
b. Ibu mengatakan asinya belum keluar lancar
2. Data Obyektif
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran        : Composmentis
c. Tanda-tanda Vital
1) TD                   : 100/80 mmHg                  3) Suhu                : 36,7°C
2)  R                     : 16x/menit                            4) Nadi                 :
80x/menit
d. TFU 1 jari diatasn sympisis, tidak ada luka bekas operasi, tidak ada luka
perineum, tidak ada oedem pada vagina, perdarahan normal, lochea
sanguinolenta.

B. Masalah
ASI belum keluar dengan lancar
C. Kebutuhan
Ibu mengatakan asinya belum keluar dengan lancar,sehingga ibu memerlukan
pijat marmet

III.IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. RENCANA
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Beritahu ibu tentang pijat marmet
3. Ajari ibu memerah ASI dengan teknik pijat marmet
4. Lakukan evaluasi

VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 27 Januari 2021
jam pasien masuk : jam 16.10 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran         : Composmentis
c. Tanda-tanda Vital
1) TD                   : 100/80 mmHg                     3) Suhu                : 36,7°C
2)  R                     : 16x/menit                            4) Nadi                : 80x/menit
2. Memberitahu ibu tentang pijat marmet
Pijat Marmet merupakan kombinasi antara cara memerah ASI dan
memijat payudara sehingga reflek keluarnya ASI dapat optimal. Teknik
memerah ASI dengan cara marmet ini pada prinsipnya bertujuan untuk
mengosongkan ASI dari sinus laktiferus yang terletak di bawah areola
sehingga diharapkan dengan pengosongan ASI pada daerah sinus laktiferus ini
akan merangsang pengeluaran hormon prolaktin.Teknik pijat marmet dapat
meningkatkan kuantitas ASI, dimana teknik marmet merupakan teknik
pemijatan payudara yang merupakan kombinasi antara cara memerah ASI dan
memijat payudara sehingga reflek keluarnya ASI dapat optimal.
3. Ajari ibu cara memerah ASI menggunakan teknik pijat marmet
a. Menguras Saluran ASI
1) Posisikan ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah sekitar 2,5 sampai
3,75 cm di belakang pangkal puting susu.
a) Tempatkan ibu jari di atas puting susu pada posisi pukul 12
dan jari lain di bawah puting pada posisi pukul 6 membentuk
huruf ‘C’.
b) Jari-jari tersebut diposisikan sedemikian rupa sehingga searah
dengan puting susu.
2) Dorong lurus ke arah dada. Untuk payudara besar, angkat dahulu
lalu dorong ke arah
3) Putar-putar ketiga jari ke depan secara bersamaan untuk
mengeluarkan ASI. Hindari gerakan menarik atau memeras agar
tidak melukai jaringan payudara yang sensitif.
4) Ulangi secara teratur untuk mengalirkan ASI. Tempatkan jari
secara tepat: posisikan, dorong, putar-putar, demikian seterusnya.
5) Ganti posisi jari untuk mencapai saluran ASI
a) Satu payudara diperah dengan satu tangan, bukan dengan dua
tangan. Namun, Moms bisa memerah kedua payudara
bersamaan.
b) Pindahkan ibu jari dan jari lainnya pada posisi jam 12 dan 6,
kemudian posisi jam 11 dan 5, jam 2 dan 8, serta jam 3 dan 9.
d. Membantu Pengeluaran ASI dengan Menstimulasi Aliran
1) SusuPijatlah sel dan saluran penghasil ASI.
a) Mulailah dari atas payudara. Gerakkan jari perlahan
membentuk lingkaran kecil sambil menekan kuat ke arah
dada.
b) Setelah beberapa detik, angkat jari-jari dan pindah ke area
berikutnya.
c) Lakukan gerakan spiral di sekitar payudara menuju areola
dengan teknik pijat ini.
2) Usaplah payudara dari arah dada ke puting dengan usapan
ringan. Lanjutkan gerakan membelai dari arah dada ke puting
susu di sekitar seluruh payudara.
3) Kocoklah payudara dengan lembut sambil mencondongkan
tubuh ke depan sehingga gravitasi akan membantu ASI keluar.
4. Lakukan evaluasi tentang pijat marmet yang telah diberikan

VII. Evaluasi
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan keadaan ibu baik
2. Ibu sudah mengetahui tentang pijat marmet dan manfaatnya
3. Ibu sudah mengetahui dan mengerti cara melakukan pijat marmet
4. Evaluasi telah dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan
mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran
ASI dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu pembentukan kelenjar payudara yang
dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron dan prolaktin; pembentukan air susu
dipengaruhi oleh refleks prolaktin (hormon prolaktin) dan refleks let down (isapan bayi serta
dipengaruhi hormon oksitosin); dan pemeliharaan pengeluaran air susu dipengaruhi oleh
prolaktin dan oksitosin (Trisnawati, 2017).
Menurut Mardiyaningsih (2010) sebagaimana yang dikutip oleh widiastuti (2015)
penelitian tentang pemberian intervensi teknik marmet terhadap kelancaran ASI tersebut
dijelaskan ada perbedaan kelancaran ASI pada kelompok intervensi dibandingakna dengan
kelompok kontrol. Hasil yang ditunjukkan dengan nilai OR yang berarti dengan pemberian
intervensi mampu meningkatkan 11,5 kali lebih baik produksi ASI dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
Masalah yang biasa ibu post partum primipara hadapi ketika hari-hari pertama setelah
melahirkan adalah produksi ASI yang sedikit. Seperti yang dialami oleh Ny. L usia 24 tahun
P1A0 postpartum 3 hari yang megeluh ASImya belum keluar dnegan lancar. Sehingga
banyak dari ibu post partum khawatir akan kebutuhan ASI bayinya terpenuhi atau tidak.
Rendahnya produksi ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh
kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam
kelancaran produksi ASI. Oleh karena itu peneliti menganjurkan untuk menangani kasus di
atas dengan melakukan teknik marmet demi kelancaran produksi ASI. Teknik marmet ini
sangat efektif dikarenakan tidak membutuhkan alat yang sulit didapat, hanya dengan
menggunakan kedua tangan dan wadah bersih untuk melakukan pemijatan dan
pemerahan/pengosongan payudara.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengkajian telah dilakuakn dengan melakukan anamnesa dan telah dilakukan
pemeriksaan fisik pada Ny.L
2. Data yang didapat berdasarkan hasil anamnesa didapatkan diagnosa kebidanan Ny. L
24 tahun P1A0 postpartum 3 hari di PMB ERNI HAYATI, dengan kebutuhan pijat
marmet.
3. Tidak didapatkan diagnosa potensial
4. Tidak ada tindakan segera yang perlu dilakukan
5. Melakuakn intervensi pada Ny. L dengan kebutuhan pijat marmet
6. Implementais telah dilakukan pada Ny. L dengan kebutuhan pijat marmet
7. Ny. L telah diberikan pijat marmet dan sudah mengerti mengenai manfaat dari pijat
marmet

B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Dapat digunakan nantinya dalam melaksanakan asuhan sayang bayi saat melakukan
pelayanan di masyarakat
2. Bagi institusi
Sebagai tambahan informasi untuk mahasiswa dalam memberikan pelayanan nantinya
di masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

1. Widiastuti, A., Arifah, S., & Rachmawati, W. R. (2015). Pengaruh Teknik Marmet
terhadap Kelancaran Air Susu Ibu dan Kenaikan Berat Badan Bayi. Kesmas: National
Public Health Journal, 9(4), 315-319.
2. Kramer, M. S., & Kakuma, R. (2004). The optimal duration of exclusive
breastfeeding. In Protecting infants through human milk (pp. 63-77). Springer,
Boston, MA.
3. World Health Organization. (1983). Infant and young child nutrition.
4. Marriott, B. P., White, A., Hadden, L., Davies, J. C., & Wallingford, J. C. (2012).
World Health Organization (WHO) infant and young child feeding indicators:
associations with growth measures in 14 low‐income countries. Maternal child
nutrition, 8(3), 354-370.
5. Reeder, S. J., Martin, L. L., & Griffin, D. K. (2012). Keperawatan maternitas:
Kesehatan wanita, bayi dan keluarga (edisi 18.) EGC: Jakarta.
6. Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., Jensen, M. D., & Perry, S. E. (2005). Buku ajar
keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.
7. Astuti, L. P., & Sari, A. (2017). Pengaruh teknik marmet terhadap pengeluaran asi
pada ibu & post partum di wilayah kerja Puskesmas Kota Semarang. In Seminar
Nasional Kesehatan Reproduksi Menuju Generasi Emas (Vol. 1, No, pp. 95-100).
8. Maryunani, Anik. 2012. Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen
Laktasi. Jakarta: Trans Info Media.
9. Wiji,Rizki Natia. 2014. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
10. Marmi. 2014. ASI Saja Mama Berilah Aku ASI Karena Aku Bukan Anak Sapi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
11. UNICEF. 2013. ASI adalah Penyelamat Hidup paling Murah dan Efektif di Dunia.
https://www.unicef.org/indonesia/id/media_21270.html (diakses tanggal 2 Maret
2017).
12. Setiawandari. 2014. Perbedaan Pengaruh Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin
Terhadap Produksi ASI pada Ibu Post partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak IBI
Surabaya. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Lampiran 1

SURAT PERSETUJUAN/PENOLAKAN TINDAKAN


Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Jenis Kelamin(L/P) :
Umur/Tgl Lahir :
Alamat :
Telp :

Menyatakan dengan sesungguhnya diri saya sendiri sebagai diri sendiri/orang tua/
suami/istri/anak/wali dari :

Nama :
Jenis Kelamin(L/P) :
Umur/Tgl Lahir :
Alamat :
Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan Tindakan
berupa ............................................. Dari penjelasan yang diberikan, telah saya
mengerti
segala hal yang berhubungan dengan penyakit tersebut, serta tindakan yang akan
dilakukan.
Bumiayu, ............................2021

Bidan/Pelaksana Yang membuat pernyataan

(.........................) (..........................................)
STANDAR OPRASIONAL
PIJAT MARMET

Hari/Tanggal : …………………………………………

Waktu : …………………………………………

Penguji : …………………………………………

NOMOR
NO BUTIR YANG DINILAI

A SIKAP
Menyambut klien dengan ramah dan
1
sopan
2 Memperkenalkan diri kepada klien
3 Merespon reaksi klien
4 Percaya diri
5 Menjaga privasi klien
Total score sikap: jumlah score/5 x 10%
B Content
Menjelaskan maksud dan tujuan
1
tindakan yang akan dilakukan
2 Melakukan apersepsi
Mempersiapkan alat
 Minyak
3  Gelas Kaca
 Handuk besar
 Handuk kecil
4 Cuci tangan
Membantu pasien melepaskan baju,
5 BH/bra dan tutup payudara dengan
handuk besar
Mengatur posisi klien senyaman
6
mungkin
Lakukan pijat (massage), usap
7
(stroke), guncangkan (shake)
8 Perah payudara 5-7 menit
Lakukan pijat (massage), usap
9
(stroke), guncangkan (shake)
10 Perah payudara 3-5 menit
11 Lakukan pijat (massage), usap
NOMOR
NO BUTIR YANG DINILAI

(stroke), guncangkan (shake)


12 Perah payudara 2-3 menit
Membersihkan ibu dan membantu
13
mengenakan pakaian
14 Membereskan alat
15 Mencuci tangan
16 Lakukan evaluasi
Total score content: jumlah score/16 x 80
%
C TEKNIK
1 Teruji menjelaskan secara sistematis
Komunikatif, menggunakan bahasa
2
yang mudah dimengerti
3 Penggunaan media
Melakukan pendokumentasian dengan
4
benar
Total score teknik: jumlah score/4 x 10%

Nilai Akhir = (A+B+C) x 100

Anda mungkin juga menyukai