Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Imunisasi berasal dari kata imun yaitu kebal atau resisten. Ibu hamil, bayi

dan anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit

tertentu.1 Vaksinasi adalah cara terbaik untuk memberikan kekebalan bagi

manusia. Pemberian vaksin selama kehamilan harus mempertimbangkan risiko

dari vaksinasi dengan keuntungan perlindungan pada situasi tertentu, walaupun

vaksin aktif atau tidak aktif yang digunakan. Ada tiga macam vaksinasi selama

kehamilan yaitu yang direkomendasikan aman, tidak direkomendasikan selama

kehamilan dan rekomendasi khusus. Vaksin yang direkomendasikan aman adalah

vaksin tetanus toksoid, diptheri, hepatitis B, influenza, meningococal, dan rabies.

Vaksin yang tidak direkomendasikan selama kehamilan berasal dari

mikroorganisme hidup yang dilemahkan.2

Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 (KMK RI No.

1059/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi), tertulis bahwa

“Paradigma Sehat” dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain

pemberantasan penyakit. Salah satu upaya pemberantasan penyakit menular

adalah upaya pengebalan (imunisasi). Imunisasi merupakan suatu upaya untuk

menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

penyakit.3
Pada tahun 1972, dilakukan studi pencegahan terhadap Tetanus

Neonatorum dengan memberikan suntikan Tetanus Toxoid (TT) pada wanita

dewasa di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga pada tahun 1975 vaksinasi TT

sudah dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia.1 Berdasarkan Kepmenkes No.

1611/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi dalam, bahwa program

imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian

akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan imunisasi. Vaksinasi tetanus

bertujuan untuk mencegah kerusakan saraf. Tetanus (berasal dari bahasa Yunani: -

teinein = menegang) yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini

tersebar diseluruh dunia, menyerang bayi, anak-anak, dan remaja, terutama yang

tidak memperoleh perlindungan vaksinasi. Tetanus, terutama Tetanus

Neonatorum, saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius. Sebab,

tetanus menjadi penyebab 8%-69% dari kematian bayi baru lahir (menjadi

penyebab kematian utama di negara-negara sedang berkembang, termasuk di

Indonesia). Pada tahun 2002, WHO melaporkan 198.000 kematian pada anak

berusia kurang dari 5 tahun disebabkan oleh penyakit tetanus.4 Berdasarkan profil

data kesehatan Indonesia tahun 2011, jumlah kasus penyakit menular yang dapat

dicegah dengan imunisasi di antara negara-negara ASEAN & SEARO, di

Indonesia tercatat bahwa terdapat 137 kasus tetanus dan 137 kasus Tetanus

neonatorum.4

Imunisasi Tetanus Toksoid yang diberikan kepada ibu hamil bertujuan

untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum (Astuti, 2012). Cakupan imunisasi

TT di Indonesia tahun 2012 sebesar 71,52%. Meskipun tidak hamil wanita usia
subur bila belum mencapai status T5 diharapkan mendapatkan dosis TT hingga

mencapai status T5 diharapkan mendapat dosis TT hingga mencapai status T5

diharapkan mendapat dosis TT hingga mencapai status T5 dengan interval yang

ditentukan, hal ini penting untuk mencegah tetanus neonatorum.5

Masa-masa kehamilan adalah masa yang membahagiakan bagi pasangan

suami istri, apalagi bagi pasangan muda atau baru saja menikah saat-saat

kehamilan adalah saat yang sangat ditunggu tunggu pastinya.. Ibu hamil juga

harus menjaga kesehatannya dan ibu hamil mempunyai kebutuhan pada saat

hamil, salah satunya adalah imunisasi. Imunisasi adalah pemberian vaksin pada

tubuh seseorang untuk memberikan perlindungan kepada kekebalan tubuh. Sangat

penting untuk mencoba menghindari pajanan infeksi yang dapat berbahaya bagi

ibu dan janin selama kehamilan. Vaksinasi juga penting dilakukan bagi pasangan

yang merencanakan kehamilan.2

Vaksin tetanus efektif untuk pencegahan tetanus sebagai penyakit yang

berbahaya. Kebanyakan kematian yang disebabkan oleh tetanus neonatorum

adalah pada negara-negara yang persalinannya di fasilitas kesehatan dan imunisasi

TT-nya rendah, seperti India dan Nigeria. Tetanus Neonatorum adalah penyakit

akut dengan ciri tidak memiliki kemampuan untuk menghisap, diikuti kaku kuduk

dan kejang otot. Penyakit ini disebabkan oleh clostridium tetani yang masuk

melalui tali pusat.6


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/ meningkatakan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak

ia terpapar penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. Imunisasi

berasal dari kata imun yaitu kebal atau resisten. Ibu hamil, bayi dan anak

diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.1

Imunisasi menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) adalah suatu

cara untuk meingkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

antigen, sehingga bila kelak terpapar pada antigen serupa, tidak terjadi

penyakit. Imunisasi dilakukan dengan memberikan vaksin yang merupakan

kuman penyakit yang telah dibuat lemah kepada seseorang agar tubuh dapat

membuat antibody sendiri terhadap kuman penyakit yang sama.7

Imunisasi adalah untuk memicu imunitas dengan cara memasukan

kuman yang sudah dilemahkan kedalam tubuh dengan tujuan untuk

menimbulkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,

imunisasi diberikan kepada balita atau ibu hamil untuk mencegah penyakit

PD3I (Penyakit yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi) sehingga jika terpapar

dengan penyakir tersebut tidak akan sakit berat atau sakit ringan.8

Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah

penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang dilaksanakan secara terus

menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu


memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan.

Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan

sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.8

Imunisasi TT merupakan aturan resmi yang ditetapkan pemerintah

bahkan sejak tahun 1986. Di tahun 1980-an, tetanus menduduki peringkat

teratas sebagai penyebab kematian bayi berusia di bawah satu bulan.

Meskipun kini kasus serupa itu sudah menurun, ancamannya masih ada,

sehingga perlu diwaspadai.8

Vaksin adalah antigen yaitu dapat berupa bibit penyakit yang sudah

dilumpuhkan atau dimatikan (bakteri, virus atau riketsia), dapat berupa tiroid

dan rekayasa genetika (rekombinasi). Vaksin Tetanus Toksoid (TT) adalah

vaksin yang mengandung toksoid kuman tetanus yang telah dilemahkan dan

dimurnikan yang terabsorbsi kedalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Vaksin

Tetanus Toksid dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru

lahir dengan cara mengimunisasi ibu yang sedang hamil, dan juga untuk

mencegah tetanus.8

Berdasarakan dari cara timbulnya, maka terdapat dua jenis kekebalan.

(IDAI, 2002) yaitu :

a. Kekebalan Pasif

Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh,

bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada

janin yang diperoleh dari ibu, atau kekebalan yang diperoleh setelah
pemberian suntikan immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung

lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh.9

b. Kekebalan Aktif

Kekebalan aktif yaitu kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri

akibat terpapar pada antigen seperti pada manusia (antara lain imunisasi

TT), atau terpapar secara ilmiah. Kekebalan aktif biasanya berlangsung

lama karena adanya memori imunologik. Tetanus Toksoid (TT) adalah

antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada

bahaya bagi janin apa bila ibu hamil mendapatkan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT).9

B. TUJUAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID.

Tujuan diberikan imunisasi tetanus toksoid antara lain: untuk

melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonaturum, melindungi ibu terhadap

kemungkinan tetanus apabila terluka, pencegahan penyakit pada ibu hamil dan

bayi kebal terhadap kuman tetanus, serta untuk mengeliminasi penyakit

tetanus pada bayi baru lahir.

A. Tetanus Neonatorum

a. Definisi

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Clostridium Tetani yang menghasil neorotoksin (Depkes, 2006).

Penyakit tetanus bisanya menyerang bayi baru lahir yang berusia

dibawah 28 hari, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum. Penyakit

ini menular dan menyebabkan resiko kematian sangat tinggi. Bisa


dikatakan seratus persen bayi yang lahir terkena tetanus akan

mengalami kematian (Depkes, 2006).

Penyakit tetanus adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi

bakteri anaerob Clostridium Tetani ditempat luka dan menghasilkan

Eksotoksin yang akan menyerang otot sehingga akan terjadi spamus

(kejang) otot (Kalbe Farma, 2012). Neonatus adalah bayi baru lahir

yang berusia di bawah 28 hari. Tetanus menyerang bayi yang baru

lahir karena dilahirkan ditempat yang tidak steril, terutama jika tali

pusat terinfeksi. Gejala awal penyakit adalah kaku otot rahang, disertai

kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan

demam. Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (Sucking) antara 3

sampai dengan 28 hari setelah lahir.

b. Etiologi

Tetanus Toksoid ini disebabkan oleh kontaminasi umbilicus

dengan Clostridium tetani. adalah kuman berbentuk batang, berukuran

2-5 x 0,4-0,5 milimikron yang hidup tanpa oksigen (anaerob), dan

membentuk spora. Spora dewasa mempunyai bagian yang berbentuk

bulat yang letaknya di ujung, dan memberi gambaran penabuh

genderang (drum stick) (WHO, 2008).

Bakteri yang berbentuk batang ini sering terdapat dalam

kotoran hewan dan manusia, dan bisa terkena luka melalui debu atau

tanah yang terkontaminasi. Clostridium tetani merupakan bakteri

Gram positif dan dapat menghasilkan eksotoksin yang bersifat


neurotoksik. Toksin ini (tetanospasmin) dapat menyebabkan

kekejangan pada otot (Djaja S, 2003).

c. Faktor Resiko

Terdapat 5 faktor resiko utama terjadinya tetanus neonatorum, yaitu :

a. Faktor resiko pencemaran lingkungan fisik dan biologik.

Lingkungan yang mempunyai sanitasi yang buruk akan

memyebabkan Clostridium tetani lebih mudah berkembang biak.

Kebanyakan penderita dengan gejala tetanus sering mempunyai

riwayat tinggal di lingkungan yang kotor. Penjagaan kebersihan

diri dan lingkungan adalah amat penting bukan saja dapat

mencegah tetanus, malah berbagai penyakit lain.

b. Faktor alat pemotong tali pusat.

Penggunaan alat yang tidak steril untuk memotong tali

pusat meningkatkan risiko penularan penyakit tetanus neonatorum.

Kejadian ini masih lagi berlaku di negara-negara berkembang

dimana bidan-bidan yang melakukan pertolongan persalinan masih

menggunakan peralatan seperti pisau dapur atau sembilu untuk

memotong tali pusat bayi baru lahir (WHO, 2008).

c. Faktor cara perawatan tali pusat.

Terdapat sebagian masyarakat di negara-negara

berkembang masih menggunakan ramuan untuk menutup luka tali

pusat seperti kunyit dan abu dapur. Seterusnya, tali pusat tersebut

akan dibalut dengan menggunakan kain pembalut yang tidak steril


sebagai salah satu ritual untuk menyambut bayi yang baru lahir.

Cara perawatan tali pusat yang tidak benar ini akan meningkatkan

lagi risiko terjadinya kejadian tetanus neonatorum.

d. Faktor kebersihan tempat pelayanan persalinan

Kebersihan suatu tempat pelayanan persalinan adalah

sangat penting. Tempat pelayanan persalinan yang tidak bersih

bukan saja berisiko untuk menimbulkan penyakit pada bayi yang

akan dilahirkan, malah pada ibu yang melahirkan. Tempat

pelayanan persalinan yang ideal sebaiknya dalam keadaan bersih

dan steril.

e. Faktor kekebalan ibu hamil

Ibu hamil yang mempunyai faktor kekebalan terhadap

tetanus dapat membantu mencegah kejadian tetanus neonatorum

pada bayi baru lahir. Antibodi terhadap tetanus dari ibu hamil dapat

disalurkan pada bayi melalui darah, seterusnya menurunkan risiko

infeksi Clostridium tetani. Sebagian besar bayi yang terkena

tetanus neonatorum biasanya lahir dari ibu yang tidak pernah

mendapatkan imunisasi TT (Idanati R, 2005).

d. Masa Inkubasi Tetanus Neonatorum

Adapaun masa inkubasi Clostridium tetani biasnya 4-21 hari

(umumnya 7 hari), tergantung pada tempat terjadinya luka, bentuk

luka, dosis dan toksisitas kuman.


e. Patogenesis

Pertolongan persalinan dan pemotongan tali pusat yang tidak

steril akan memudahkan spora Clostridium tetani masuk dari luka tali

pusat dan melepaskan tetanospamin. Tetanospamin akan berikatan

dengan reseptor di membran prasinaps pada motor neuron. Kemudian

bergerak melalui sistem transpor aksonal retrograd melalui sel-sel

neuron hingga ke medula spinalis dan batang otak, seterusnya

menyebabkan gangguan sistim saraf pusat (SSP) dan sistim saraf

perifer (WHO, 2008).

Gangguan tersebut berupa gangguan terhadap inhibisi

presinaptik sehingga mencegah keluarnya neurotransmiter inhibisi,

yaitu asam aminobutirat gama (GABA) dan glisin, sehingga terjadi

epilepsi, yaitu lepasan muatan listrik yang berlebihan dan berterusan,

sehingga penerimaan serta pengiriman impuls dari otak ke bagian-

bagian tubuh terganggu. (Ningsih S, Witarti N, 2007). Ketegangan otot

dapat bermula dari tempat masuk kuman atau pada otot rahang dan

leher. Pada saat toksin masuk ke sumsum tulang belakang, kekakuan

otot yang lebih berat dapat terjadi. Dijumpai kekakuan ekstremitas,

otot-otot dada, perut dan mulai timbul kejang. Sampai toksin mencapai

korteks serebri, penderita akan mengalami kejang spontan. Pada sistim

saraf otonom yang diserang tetanospasmin akan menyebabkan

gangguan proses pernafasan, metabolisme, hemodinamika, hormonal,

pencernaan, perkemihan, dan pergerakan otot. Kekakuan laring,


hipertensi, gangguan irama jantung, berkeringat secara berlebihan

(hiperhidrosis) merupakan penyulit akibat gangguan saraf otonom.

Kejadian gejala penyulit ini jarang dilaporkan karena penderita

sudah meninggal sebelum gejala tersebut timbul. (Ismoedijanto, 2006).

f. Gejala Klinis

Tetanus neonatorum disertai dengan spasma otot dan regitas badan

bayi, tanda pertama infeksi biasanya kegagalan menghisap oleh bayi

yang telah menghisap normal selama beberapa hari pertama setelah

melahirkan. Gejala klinis adalah :

a) Terjadinya kekakuan otot rahang sehingga penderita sukar

membuka mulut. Kekakuan otot pada leher lebih kuat akan

menarik mulut kebawah, sehingga mulut sedikit ternganga.

Kadang-kadang dapat dijumpai mulut mecucu seperti mulut ikan

dan kekakuan pada mulut sehingga bayi tak dapat menetek.

b) Terjadi kekakuan otot mimik muka dimana dahi bayi kelihatan

mengerut, mata bayi agak tertutup, dan sudut mulut bayi tertarik ke

samping dan ke bawah.

c) Kekakuan yang sangat berat menyebabkan tubuh melengkung

seperti busur, bertumpu pada tumit dan belakang kepala. Jika

dibiarkan secara berterusan tanpa rawatan, bisa terjadi fraktur

tulang vertebra.

d) Kekakuan pada otot dinding perut menyebabkan dinding perut

teraba seperti papan. Selain otot dinding perut, otot penyangga


rongga dada (toraks) juga menjadi kaku sehingga penderita

merasakan kesulitan untuk bernafas atau batuk. Jika kekakuan otot

toraks berlangsung lebih dari 5 hari, perlu dicurigai risiko

timbulnya perdarahan paru.

e) Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernafasan akibat

kekakuan yang terus-menerus dari otot laring yang bisa

menimbulkan sesak nafas. Efek tetanospamin dapat menyebabkan

gangguan denyut jantung seperti kadar denyut jantung menurun

(bradikardia), atau kadar denyut jantung meningkat (takikardia).

Tetanospasmin juga dapat menyebabkan demam dan hiperhidrosis.

Kekakuan otot polos pula dapat menyebabkan anak tidak bisa

buang air kecil (retensi urin).

f) Bila kekakuan otot semakin berat, akan timbul kejang-kejang

umum yang terjadi setelah penderita menerima rangsangan

misalnya dicubit, digerakkan secara kasar, terpapar sinar yang kuat

dan sebagainya. Lambat laun, “masa istirahat” kejang semakin

pendek sehingga menyebabkan status epileptikus, yaitu bangkitan

epilepsi berlangsung terus menerus selama lebih dari tiga puluh

menit tanpa diselangi oleh masa sedar; seterusnya bisa

menyebabkan kematian. (Ningsih,S, Witarti, N, 2007).

g) Pencegahan

Tindakan pencegahan serta eliminasi tetanus neonatorum

adalah bersandarkan pada tindakan menurunkan atau menghilangkan


faktor-faktor risiko. Pendekatan pengendalian lingkungan dapat

dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan. Pemotongan dan

perawatan tali pusat wajib menggunakan alat yang steril (WHO, 2006).

Pengendalian kebersihan pada tempat pertolongan persalinan

perlu dilakukan dengan semaksimal mungkin agar tidak terjadi

kontaminasi spora pada saat proses persalinan, pemotongan dan

perawatan tali pusat dilakukan.

Praktik 3 Bersih perlu diterapkan, yaitu bersih tangan, bersih

alat pemotong tali pusat, dan bersih alas tempat tidur ibu, di samping

perawatan tali pusat yang benar.

Selain persalinan yang bersih dan perawatan tali pusat yang

tepat, pencegahan tetanus neonatorum dapat dilakukan dengan

pemberian imunisasi TT kepada ibu hamil. Pemberian imunisasi TT

minimal dua kali kepada ibu hamil dikatakan sangat bermanfaat untuk

mencegah tetanus neonatorum (WHO, 2008.).

C. SASARAN PROGRAM IMUNISASI TETANUS TOKSOID (TT)

Untuk pelayanan program imunisasi tetanus toksoid (TT) dilakukan

pada ibu hamil, diberikana 2 kali dengan jarak waktu paling sedikit 1 bulan

antara dosis pertama dan dosis kedua. Sebaiknya dosis kedua diberikan paling

lambat satu bulan sebelum melahirkan agar menimbulkan kekebalan yang

mantap.

D. MANFAAT IMUNISASI TETANUS TOKSOID (TT)

Manfaat imunisasi TT pada ibu hamil adalah :


a. Bagi Bayi : untuk melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus

neonatorum.

b. Bagi Ibu Hamil : melindungi ibu hamil terhadap kemungkinan

terjadinya tetanus apabila terluka pada saat persalinan.

c. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan

bangsa yang kuat dan penting dalam mencapai salah satu tujuan dari

program imunisasi secara nasional yaitu, eliminasi tetanus maternal

tetanus neonatorum (Depkes RI, 2004).

E. JUMLAH DAN DOSIS IMUNISASI TT UNTUK IBU HAMIL

Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk,

2001), dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam

(Depkes RI, 2000).

1) Kemasan

a. 1 bok vaksin terdiridari 10 vial.

b. 1 vial berisi 10 dosis.

c. Vaksin TT berbentuk cairan.


Gambar 1. Vaksin Tetanus Toxoid.

Gambar 2. Vaksin Tetanus Toxoid.

2) Jarak pemberian imunisasi TT1 dan TT2

Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4

minggu (Saifuddindkk, 2001; Depkes RI, 2000).


3) Jadwal pemberian

a. TT 1, diberikan dengan dosis 0,5 cc.

b. TT 2, jarak pemberian 4 minggus setelah TT 1, dapat memberikan

perlindungan selama 3 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.

c. TT 3, jarak pemberian 6 bulan setelah TT 2, masa perlindungan 5

tahun, dosis pemberian 0,5 cc.

d. TT 4, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 3, masa perlindungan 10

tahun, dosis pemberian 0,5 cc.

e. TT 5, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 4, masa perlindungan 25

tahun, dosis pemberian 0,5 cc.

Persentasi (%) Durasi


Imunisasi Interval
Perlindungan Perlindungan
Pada kunjungan antenatal
TT 1 pertama atau sedini mungkin - -
kehamilan.
Minimal 4 minggu setelah TT
TT 2 80 3 tahun
1
Minimal 6 bulan setelah TT 2
TT 3 atau selama kehamilan 95 5 tahun
berikutnya
Minimal setahun setelah TT 3
TT 4 atau selama kehamilan 99 10 tahun
berikutnya
Minimal setahun setelah TT 4 25 tahun/
TT 5 99
atau kehamilan berikutnya seumur hidup
4) Cara pemberian dan dosis imunisasi TT

Menurut BKKBN (2005), imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali,

dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler / subkutan dalam. Cara

pemberian imunisasi TT yaitu :

1. Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar

suspense menjadi homogen.

2. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer

yang disuntikkan secara intramuscular atau subkutan dalam, dengan

dosis pemberian 0,5 ml.

3. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh

digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan :

a. Vaksin belum kadaluarsa.

b. Vaksin disimpan dalam suhu +2˚C-+8˚C.

c. Tidak pernah terendam air.

d. Sterilitasnya terjaga.

e. VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B.

f. Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan

lagi untuk hari berikutnya.

F. EFEK SAMPING IMUNISASI TETANUS TOKSOID

a. Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan

pembengkakan pada tempat suntikan. Efek samping tersebut berlangsung

1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak diperlukan

tindakan/pengobatan (Depkes RI, 2002).


b. Imunisas Tetanus Toksoid adalah antigen yang sangat aman dan juga

aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil

mendapatkan imunisasi TT. Pada ibu hamil yang mendapatkan imunisasi

TT tidak didapatkan perbedaan resiko cacat bawaan ataupun abortus

dengan mereka yang tidak mendapatkan imunisasi.

G. KEBERHASILAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID

Tidak semua ibu hamil dan bayi yang baru lahir terbebas dari serangan

penyakit. Semua tergantung pada tingkatan keberhasilan imunisasi yang

dilakukan. Bigitu pula, waktu perlindungan yang terjadi pun bervariasi.

Keberhasilan imunisasi tetanus toksoid tergantung pada beberapa faktor :

a. Waktu Pemberian.

Vaksin yang diberikan ketika ibu hamil masih memiliki kadar antibodi yang

masih tinggi akan memberikan hasil yang kurang memuaskan. Untuk waktu

pemberian yang efektif pada minusisasi TT harus diberikan sessuai dengan

jadwal pemberian imunisasi TT pada ibu hamil.

b. Kematangan Imunologik

Pada ibu hamil belum memiliki fungsi imun yang matang sehingga akan

memberikan hasil yang kurang efektif. Individu dengan status imun rendah,

seperti pasien yang mendapat mengobatan imunosupresan atau sedang

mengalami infeksi, makan akan mempengaruhi keberhasilan imunitas.

c. Keadaan Gizi

Gizi yang kurang akan menyebabkan kemampuan sistem imun lemah.

Meskipun kadar imunoglobulin normal atau meningkat, namun tidak


mampu meningkatkan antigen dengan baik karena kekurangan asam

amino yang dibutuhkan dalam pembentukan antibodi.

d. Cara Pemberian Vaksin

Cara pemberian mempengaruhi respon yang timbul. Vaksin polio oral

(lewat mulut) akan menimbulkan imunitas lokal dan sistematik.

e. Dosis Vaksin

Dosis yang terlalu sedikit akan menimbulkan respon imun yang kurang

pula. Dosis yang terlalu timggi juga akan menghambat sistem kekebalan

yang diharapkan.

f. Frekuensi Pemberian.

Jarak pemberian yang terlalu dekat, pada saat kadar antibodi masih tinggi,

maka antigen yang masuk segera dinetralkan oleh antibodi tersebut

sehingga tidak sempat merangsang sistem kekebalan. (National Health

and Medical Research Council, 2008).

H. KONTRAINDIKASI

a. Vaksin TT adalah vaksin yang aman dan tidak mepunyai kontra indikasi.

b. Meskipun demikian imunisasi TT jangan diberikan pada :

1. Ibu dengan riwayat reaksi berat terhadap imunisasi TT pada masa

lalunya.

2. Ibu dengan panas tinggi dan sakit berat. Namun demikian ibu tersebut

dapat di imunisasi segera setelah sembuh (Kemeskas RI, 2011).

I. TEMPAT PELAYANAN
Menurut Depkes RI (2004), tempat pelayanan untuk mendapatkan imunisasi

TT antara lain :

a. Puskesmas

b. Puskesmas Pembantu

c. Rumah Sakit

d. Rumah Bersalin

e. Polindes

f. Posyandu

g. Rumah Sakit Swasta

h. Dokter Praktek

Tempat-tempat pelayanan milik pemerintah yang memberikan pelayanan

imunisasi diberikan dengan gratis.


BAB III

PENUTUP

Kehamilan merupakan suatu proses kehidupan seorang wanita, dimana

dengan adanya proses ini terjadi perubahan-perubahan. Perubahan tersebut

meliputi perubahan fisik, mental dan sosial. Selain kebutuhan psikologis,

kebutuhan fisik juga harus diperhatikan agar kehamilan dapat berlangsung

dengan aman dan lancar. Kebutuhan fisik yang diperlukan ibu selama hamil

diantaranya meliputi istirahat/tidur dimana pada ibu hamil dianjurkan untuk

merencanakan periode istirahat terutama saat hamil tua.

Kemudian imunisasi yaitu yang merupakan pemberian kekebalan tubuh

terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar

tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi

seseorang, imunisasi pada ibu hamil yaitu Tetanus Toksoid.

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani

yang masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang kemudian

menyerang system saraf pusat. Bakteri ini secara umum terdapat ditanah, jadi bisa

ditemukan pada debu, pupuk, kotoran hewan, dan sampah. Tetanus ini menyerang

siapa saja, anak – anak juga orang dewasa. Bahkan bayi baru lahir sekalipun, yang

bisa berakibat fatal. Penyakit yang menyerang bayi itu biasa disebut Tetanus

neonatorum.

Anda mungkin juga menyukai