Dosen Pembimbing :
Riza Umami, M.Keb (12013)
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan
patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang
dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya
Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau
dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan
oleh kecelakaan atau cedera (WHO, 2014). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan dalam
RPJMN 2015-2019 dan SDGs (Gustina 2016). Menurut laporan dari WHO (2014)
bahwa kematian ibu umumnya terjadi akibat komplikasi saat, dan pasca kehamilan.
sekitar 75% dari total kasus kematian ibu – adalah pendarahan, infeksi, tekanan darah
tinggi saat kehamilan, komplikasi persalinan, dan aborsi yang tidak aman. Untuk kasus
Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Pusat Kesehatan dan Informasi Kemenkes
(2014) penyebab utama kematian ibu dari tahun 2010-2013 adalah pendarahan (30.3%
pada tahun 2013) dan hipertensi (27.1% pada tahun 2013). Menurut WHO (2015)
sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi dinegara-
negara berkembang 81% angka kematian ibu (AKI) akibat komplikasi selama hamil
dan bersalin. Faktor langsung penyebab tingginya AKI adalah perdarahan 45%,
terutama perdarahan post partum.Selain itu ada keracunan kehamilan 24%, infeksi
11%, dan partus lama atau macet (7%).Komplikasi obstetric umumnya terjadi pada
waktu persalinan, yang waktunya pendek adalah sekitar 8 jam. AKI di Indonesia
selama tahun 2016 adalahsebesar 228 per 100.000 kelahiranhidup (SDKI 2016).AKB
di Indonesia menunjukkan angka 25,5 per 1000 bayilahir (BPS 2016). Sedangkan AKI
di Propinsi Jawa Timur tahun 2016 adalah sebesar 97,39 per 100.000 kelahiranhidup
(SDKI, 2016). AKB di Povinsi JawaTimur pada tahun 2016 menunjukkan angka 13,09
Terpadu dan pelayanan sesuai standart ANC 10 T yaitu timbang berat badan dan ukur
tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas),
pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri), tentukan presentasi janin dan denyut
jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus dan temu wicara
(konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta
KB paska persalinan.
Untuk mengatasi AKI dan AKB antara lain melalui penempatan bidan di desa,
penyediaan PONED di Puskesmas dan PONED di Rumah Sakit serta adanya penerapan
Asuhan Kebidanan secara komprehensif terutama pada ibu hamil. Continuity of Care
merupakan asuhan yang diberikan bidan sebagai seseorang yang professional dan
ibu dan janin dapat terpantau dengan baik. Asuhan kebidanan yang komprehensif
pendampingan pada ibu hamil sebagai upaya promotif dan preventif dimulai sejak
ditemukan ibu hamil sampai ibu dalam masa nifas berakhir melalui konseling,
informasi dan edukasi (KIE) serta kemampuan identifikasi resiko pada ibu hamil
Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis ingin melakukan Asuhan Commented [WU1]: Tambahkan teori ttg auhan kompre
(definisi)
Kebidanan Continuity of Care dan komprehensip ,pada ibu mulai dari kehamilan TM
III (34-36 minggu) , persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB. Dengan pendekatan
1.2.1 Tujuan Umum : Melakukan Asuhan Kebidanan Berbasis Continuity of Care pada
Ibu Hamil TM III (34-36 minggu), Bersalin, Nifas, Neonatus dan Keluarga Berencana
b) Sasaran asuhan kebidanan di tujukan kepada ibu secara continuity of care mulai
Penulisan laporan yang digunakan dalam pembuatan laporan kasus ini dibagi
BAB I PENDAHULUAN
S = Subjektif
tes diagnostik dan dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment.
A = Assesment
P = Planning
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi profil PMB dan pemaparan dari subjektif dan objektif sampai evaluasi
yang dilakukan dengan membandingkan antara konsep teori dan tinjauan kasus,
TINJAUAN TEORI
a. Pengertian
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kelahiran
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
ke-27) dan trimester ke III13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Sarwono
Prawirohardjo, 2014).
persalinan.
muntah terutama pada pagi hari disebut morning sickness. Dalam batas
fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan
berkurang.
minggu.
cepatterasa penuh dan segera miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah
menghilang.
gravidarum), pada dinding perut (striae livide, striae nigra, linea alba makin
sekitar payudara).
h) Epulis, hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil
i) Varices atau penampakan pembuluh darah vena, karena pengaruh dari estrogen
pembuluh darah itu terjadidi sekitar genetalia eksterna, kaki dan betis,
persalinan.
b) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda Chadwicks, tanda piscaseck,
palsu.
c) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop lenek, alat kardiotokografi, alat
doopler. Dilihat dengan ultrasonografi. Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen
c. Proses Kehamilan
dimulai dari terjadinya ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan uterus dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm (cukup bulan). Berikut adalah penjelasan
oleh sistem hormonal yang kompleks. Selama masasubur wanita (25–35 tahun), hanya
terdapat 420 ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan kemudian terjadi
Hormon) yang dihasilkan oleh hipofisis anterior, folikel primer akan mengalami
ovarium dan disertai pembentukan cairan folikel. Desakan folikel de Graaf yang
mengeluarkan hormon estrogen yang mempengaruhi gerak dari tuba yang makin
mendekati ovarium, gerak sel rambut lumen tuba makin tinggi, peristaltik tuba makin
aktif. Karena telah ada folikel yang dianggap matang maka dikirimlah umpan balik
menyebabkan terjadinya pelepasan ovum dari folikel dan ovarium atau disebut dengan
ovulasi. Kemudian dengan gerakan aktif ovum akan ditangkap oleh tuba tepatnya pada
bagianfimbriae, proses penangkapan ini disebut ovum pick up mechanism. Ovum yang
ditangkap akan terus digiring oleh sillia menuju uterus, dalam bentuk pematangan
seksual laki-laki mengeluarkan sekitar 3cc sperma yang mengandung 40-60 juta
spermatozoa setiap cc. Bentuk spermatozoa menyerupai kecebong yang terdiri atas
kepala (lonjong sedikit gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara
kepala dan ekor), ekor (panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energi sehingga
dapat bergerak). Hanya beberapa ratus spermatozoa yang dapat mencapai tuba fallopi
3) Konsepsi
Proses persenyawaan yang terjadi antara inti ovum dan inti spermatozoadisebut
a) Ovum yang dilepaskan pada prosesovulasi, diliputi oleh korona radiata yang
vitelus. Dalam perjalanan, korona radiate makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi
d) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tubayang merupakan tempat terluas pada tuba,
ding dingnya penuh dengan jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum
e) Ovum telah siap dibuahi setelah 12 jam dan bertahan hidup selama 48 jam.
Spermatozoa menyebar dan masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri.
Pada kavum uteri terjadi proses kapasitasi, yaitu pelepasan lipoprotein dari sperma
perjalanan menuju tuba fallopi. Spermatozoa hidup selama tiga hari dalam genitalia
interna. Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta mengikis
korona radiata dan zona pelusida dengan proses enzimatik: hialuronidase. Melalui
“stomata” spermatozoa memasuki ovum, ekornya lepas dan tertinggal di luar. Kedua
inti ovum dan inti spermatozoa bertemu dan membentuk zigot. Secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa setiap bulan wanita melepaskan satu sampai dua sel telur dari indung
telur (ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbria) dan masuk kedalam sel
telur.
Waktu persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam vagina dan berjuta-juta sel mani
(sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke sel telur. Pembuahan sel telur
oleh sperma biasa terjadi di bagian yang mengembang dari tuba fallopi. Pada sekeliling
sel telur banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat yang
melindungi ovum kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu
sel mani dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut dengan
keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu
dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita. Pada manusia terdapat
sisanya sebagai pembawa tanda seks. Wanita selalu resesif dengan kromosom X,
sedangkan laki-laki memiliki dua bentuk kromosom yakni kromosom X dan kromosom
Y. Bila spermatozoa kromosom X bertemu sel ovum, terjadi jenis kelamin wanita
sedangkan apabila kromosom Y bertemu dengan sel ovum, terjadi jenis kelamin laki-
laki. Oleh karena itu pihak wanita tidak dapat disalahkan atas jenis kelamin bayi yang
dilahirkannya karena hal tersebut ditentukan oleh pihak suami. Setelah pertemuan
kedua inti ovum dan spermatozoa, terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah
mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya. Bersamaan dengan pembelahan
inti, hasil konsepsi terus berjalan menuju uterus. Hasil pembuahan memenuhi seluruh
ruangan dalam ovum yang besarnya 100 MU atau 0,1mm dan disebut stadium morula.
Selama pembelahan sel di bagian dalam, terjadi pembentukan sel di bagian luar morula
yang kemungkinan berasal dari korona radiata yang menjadi sel trofoblas. Sel trofoblas
korpus luteum gravidarum. Pembelahan berjalan terus dan didalam morula terbentuk
pertumbuhan berlangsung, blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas
telah siap untuk mengadakan nidasi. Sementara itu, pada fase sekresi, endometrium
telah makin tebal dan makin banyak mengandung glikogen yang disebut desidua. Sel
yang disebut nidasi atau implementasi terjadi pada hari ke-6 sampai ke-7setelah
5) Pembentukan Plasenta
endometrium (Lia Dewi, 2012). Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri
di dinding depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh
tidak rata, sehingga bagian blastula dengan inner cell massaakan tertanam ke dalam
endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili
Plat embrio (embryonal plate) terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang amnion dan
kantung yolk sac. Plat embrio terdiri dari unsur ektoderm, endoderm, dan mesoderm.
Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat
diantara amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat. Awalnya yolk
sac berfungsi sebagai pembentuk darah bersama dengan hati, limpa dan sumsung
tulang. Pada minggu kedua sampai ketiga, terbentuk bakal jantung dengan pembuluh
darahnya yang menuju body stalk (bakal tali pusat). Jantung bayi mulai dapat dideteksi
pada minggu ke-6 sampai 8 dengan menggunakan ultrasonografi atau sistem Doppler.
Pembuluh darah pada body stalk terdiri dari arteri umbilikalis dan vena umbilikalis,
cabang arteri dan vena umbilikalis masuk kedalam vili korealis sehingga dapat
berada akan dijumpai berbagai variasi dari insersio tali pusat, yaitu insersio sentralis,
desidua sampai pembuluh darah, mulai dengan pembuluh darah vena pada hari ke-10
sampai 11 setelah konsepsi, sehingga sejak saat itu embrio mendapatkan tambahan
nutrisi dari darah ibu secara langsung. Selanjutnya vili korealis menghancurkan
dibagi menjadi sekitar 200 kotiledon fetus. Setiap kotiledon fetus terus bercabang dan
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ibu. Darah ibu dan darah janin
tidak berhubungan langsung dan dipisahkan oleh lapisan trofoblas, dinding pembuluh
darah dan janin.Fungsinya dilakukan berdasarkan sistem osmosis dan enzimatik serta
(Manuaba, 2013:75-85)
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi
ibu.Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat
menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat
gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi
protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium. Kebutuhan energi untuk
kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang
lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori
setiap hari selama hamil (Nasution, 1988). Kebutuhan energi pada trimester
Imeningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi
energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Vili korealis
menghancurkan desidua sampai pembuluh darah, mulai dengan pembuluh darah vena
pada hari ke-10 sampai 11 setelah konsepsi, sehingga sejak saat itu embrio
mendapatkan tambahan nutrisi dari darah ibu secara langsung. Selanjutnya vili korealis
retroplasenter pada hari ke-14 sampai 15 setelah konsepsi. Bagian desidua yang tidak
janin plasenta akan dibagi menjadi sekitar 200 kotiledon fetus. Setiap kotiledon fetus
terus bercabang dan mengambang di tengah aliran darah untuk menunaikan fungsinya
memberi nutrisi, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ibu. Darah ibu
dan darah janin tidak berhubungan langsung dan dipisahkan oleh lapisan trofoblas,
dinding pembuluh darah dan janin. Fungsinya dilakukan berdasarkan sistem osmosis
dan enzimatik serta pinositosis. Situasi plasenta demikian disebutkan sistem plasenta-
Berikut adalah beberapa nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu selama kehamilannya:
1) Karbohidrat
pilihan karbohidrat yang dianjurkan adalah seperti roti, sereal, nasi dan pasta.
gizi sepakat sekitar 60% dari seluruh kalori yang dibutuhkan ibu hamil adalah
karbohidrat.
protein untuk ibu hamil adalah 0,75 gram/kg berat badan. Secara keseluruhan
jumlah protein yang diperlukan oleh ibuhamil yaitu kurang lebih 60-76gram
setiap hari atau sekitar 925gram dari total protein yang dibutuhkan selama
tinggi dari kebutuhan wanita yang tidak hamil. Terjadinya peningkatan volume
untuk menghasilkan sel darah yang baru.Sumber protein dapat diperoleh dari
tempe, oncom, selai kacang dan lain-lain. Sedangkan untuk protein hewani
fetus, khususnya untuk mata dan otak. Lemak merupakan sumber tenaga yang
vital dan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Pada kehamilan yang normal,
kadar lemak dalam aliran darah akan meningkat pada akhir trimester III. Lemak
sistem saraf janin. Oleh karena itu ibu hamil jangan sampai kurang
berat badan ibu hamil meningkat tajam yang nantinya dapat menyulitkan ibu
dalam menjalani kehamilan dan pasca persalinan.Oleh karena itu ibu hamil
dari 25% dari seluruh kalori yang dikonsumsi sehari.Asam lemak esensial
adalah asam lemak linoleat,yaitu suatu asam lemak tidak jenuh, omega 3.
Turunan asam lemak omega 3 adalah DHA (asam dokosa heksanoat) yang
mempunyai peranan penting antara lain pada tumbuh kembang jaringan syaraf
dan retina. Sedangkan bahan makanan sumber asam lemak omega 3 antara lain
kacang-kacangan dan hasil olahannya, serta jenis ikan laut lainnya terutama
4) Vitamin
mg/hari, sedangkan vitamin A yang dibutuhkan pada trimester III yaitu berkisar
200 mg/hari. Ibu yang sedang hamil sebaiknya jangan terlalu sering
c) Vitamin E, untuk ibu hamil kebutuhannya sekitar 15mg (22,5 IU) dan ibu
dalam fetus.
d) Vitamin B6, vitamin B6 diperlukan dalam jumlah yang besar untuk melakukan
e) Asam folat, asam folat merupakan kelompok vitamin B paling utama selama
masa kehamilan kerena dapat mencegah cacat tabung saraf (neural tube defects)
seperti Spina Bifida. Ibu hamil harus meningkatkan asupan folat hingga 0,4-
5) Mineral
a) Kalsium, pada usia 20 minggu laju penyaluran kalsium dari ibu ke fetus
yaitu 330 mg/hari. RDA untuk kalsium selama kehamilan adalah 1200 mg.
c) Phospor, RDAnya sama dengan wanita yang tidak hamil yaitu 1250 mg/hari
untuk wanita yang hamil dibawah 19 tahun dan 700 mg/hari untuk wanita diatas
19 tahun.
d) Seng, seng diperlukan untuk mengembangkan jaringan tisu, terutama otak
Menurut Ira Jayanti (2019) bahwa Evidance Based dalam Praktik Kebidanan
meliputi :
Dua kali pada trimester III ( 28-36 minggu dan sesudah 36 minggu)
lain :
1. Ukur TB dan BB
Tinggi badan diukur sekali pada saat ibu datang pertama kali untuk
2. Tekanan darah
Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standart
normal, tinggi, atau rendah. Deteksi tekanan darh yang cenderung naik
4. Pemberian imuniasi TT
1-2 hari
5. Pemberian Tablet Fe
Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk ibu hamil dan nifas, karena
6. Test PMS
7. Temu wicara
8. Test Hb
preeklamsia
Pada panduan ini, WHO merekomendasikan beberapa hal terkait ANC seperti;
pentingnya pengembangan kebijakan dan protokol klinik terkait kesehatan ibu dan
a) Intervensi nutrisi
1. Intervensi diet:
aktivitas fisik/ olahraga rutin selama kehamilan. Hal ini dilakukan untuk
mencegah kenaikan berat badan berlebih selama kehamilan. Selain itu juga
asupan protein tiap harinya pada ibu hamil agar mengurangi kejadian bayi lahir
mg/hari dan 0,4mg asam folat tiap harinya. Hal ini untuk mencegah anemia,
Dosis harian kalsium yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah 1,5-2,0 gr peroral
Suplemen vit A hanya diberikan kepada ibu hamil yang tinggal di daerah
dengan kasus defisiensi vit A yang tinggi untuk mencegah rabun senja
Pemberian suplemen ini tidak direkomendasikan untuk ibu hamil dalam tujuan
Konsumsi kafein pada ibu hamil dianjurkan tidak lebih dari 300 mg/ hari. Hal
a. Penilaian ibu
1) Anemia
Pemeriksaan hitung darah lengkap (blood count test) merupakan metode yang paling
2) Asymptomatic bacteriuria
Kultur pada midstream urine merupakan metode yang dianjurkan untuk mendiagnosis
adanya bacteriuria. Jika kultur tidak bisa dilakukan, pengecatan gram bisa dilakukan
sebagai alternatifnya
Kekerasan oleh pasangan biasanya bisa dideteksi sedini mungkin saat ANC dilakukan
Temuan hiperglikemi pada wanita hamil dapat diklasifikasikan sebagai GDM atau DM
pada kehamilan
5) Penggunaan rokok dan obat-obatan
Pada tiap kunjungan ANC sangat dianjurkan untuk menanyakan ada/ tidaknya
penggunaan rokok baik sebelum atau saat kehamilan. Selain itu ada/ tidaknya paparan
Bagi semua ibu hamil yang rentan atau berisiko terkena HIV atau sifilis, maka perlu
7) Tuberkulosis
Pada populasi dengan prevalensi TB yang tinggi, perlu dilakukan skrining TB pada
wanita hamil
b. Penilaian janin
1) Pergerakan janin
2) Bisa dilakukan dengan CTG atau count-to-ten kick charts jika dilakukan untuk
kepentingan penelitian
7) Ultrasound scan
adanya kelainan pada janin atau adanya kehamilan ganda. Selain itu juga untuk
kondisi ibu maupun janin. Pemeriksaan DJJ dengan doppler hanya dilakukan
c. Tindakan pencegahan
semua ibu hamil dengan asymptomatic bacteriuria. Hal ini dilakukan untuk
Hanya diberikan untuk kepentingan penelitian pada ibu hamil dengan usia
4) Pemberian antihelminthic
Diberikan bagi ibu hamil yang tinggal di area endemic pada trimester 1
6) Pencegahan malaria
Pada ibu hamil yang tinggal di daerah endemik sangat dianjurkan untuk
Pemberian PreP oral dianjurkan bagi ibu hamil dengan risiko tinggi HIV
d. Intervensi untuk gejala psikologis umum
Pemberian jahe, vit B6 atau akupuntur direkomendasikan bagi ibu hamil untuk
2) Heartburn
Perubahan gaya hidup sehat dan pola makan sangat dianjurkan untuk mencegah
terjadinya heartburn pada ibu hamil. Bila diperlukan maka bisa diberikan
antacid
3) Kram kaki
Olahraga/ senam ibu hamil sangat dianjurkan untuk mencegah nyeri punggung
pada ibu hamil. Selain itu bisa juga dengan bantuan fisioterapi atau penggunaan
korset khusus.
5) Konstipasi
Bagi ibu hamil direkomendasikan untuk mengkonsumsi serat ataupun gandum
kaki saat tidur dan kompres dengan air hangat pada kaki untuk mencegah edema
1) Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memiliki buku KIA dan selalu membawa
2) ANC tidak hanya dilakukan oleh dokter, namun juga oleh bidan
4) Pelaksanaan ANC minimal 8 kali bagi setiap ibu hamil sangata dianjurkan
1. Kunjungan K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan
minimal satu kali pada trimester I(0-12 minggu), minimal satu kali pada trimester
ke-2(>12 - 24 minggu), dan minimal 2 kali pada trimester ke-3 (> 24minggu sampai
dengan kelahiran). Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan
menular serta masalah gizi yang terjadi pada waktu hamil, bersalin dan nifas.
Komplikasi kebidanan, penyakit dan masalah gizi yang sering terjadi adalah:
HIV/AIDS, sifilis, TB, hipertensi, diabetes meliitus, anemia gizi besi (AGB) dan
persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas
pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan
janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas. Dalam pelayanan antenatal
normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil,
melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani
mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus
dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang
berkualitas.
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan Penimbangan berat badan pada setiap
pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama
kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi
badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD
tindak lanjutnya Rujukan penanganan gangguan jiwa dan Ibu hamil Sehat Ibu hamil
dengan komplikasi kebidanan ANC Ibu hamil berisiko Ibu hamil dengan penyakit
tidak menular ibu hamil dengan penyakit Rujukan penanganan gizi dan tindak
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan
di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KEK. Kurang energi kronis disini
maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama
(beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi
fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan
kehamilan 24 minggu
letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala
janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada
masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap
kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih
6. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila
diperlukan
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi T-
nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi T
ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan
kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus TT2 1 bulan setelah TT1 3 TahunTT3 6
bulan setelah TT2 5 Tahun TT4 12 bulan setelah TT3 10 TahunTT5 12 bulan setelah
7. Beri Tablet tambah darah (tablet besi) untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu
hamil harus mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal
laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah,
laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan
tersebut meliputi:
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada
trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama
trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
d) Pemeriksaan kadar gula darah. Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes
sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada
trimester ketiga.
Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil
g) Pemeriksaan HIV
pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIVkepada semua ibu hamil secara
tes HIV oleh tenaga kesehatan diprioritaskanpada ibu hamil denganIMS dan
Provider Initiated Testing and Councelling (PITC)atau Tes HIV atas Inisiatif
kesehatan janin.
9. Tatalaksana/penanganan Kasus
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai
dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat
meliputi :
a) Kesehatan ibu Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya
secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat
yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja
berat.
b) Perilaku hidup bersih dan sehat Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga
persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini
d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi
selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda
maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb.
Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari
asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini
penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu.
Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk
f) Gejala penyakit menular dan tidak menular. Setiap ibu hamil harus tahu
g) Penawaran untuk melakukan tes HIV dan Konseling di daerah Epidemi meluas
dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan TB di daerah epidemic
rendah. Setiap ibu hamil ditawarkan untuk dilakukan tes HIV dan segera
Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dilakukan konseling Pencegahan
Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA). Bagi ibu hamil yang negatif diberikan
h) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif Setiap ibu hamil
dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir
karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan
Pengertian Menurut Helen Varney (1997 dalam Hasrianah 2017) bahwa manajemen
asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan
yang meminta asuhan. Memilih informasi data yang tepat diperlukan analisa
suatu situasi yang menyangkut manusia yang rumit karena sifat manusia yang
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya,
yang berupa tanya jawab dengan pasien meliputi: riwayat kesehatan, riwayat
data sosial ekonomi dan psikologi. Dan pemeriksaan fisik dilakukan secara
benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
Kolaborasi)
bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data menunjukkan
dan dilakukan kolaborasi dengan dokter jika terjadi hal yang lebih serius,
5) Langkah V (Perencanaan)
diagnosaatau masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini
6) Langkah VI (Pelaksanaan).
oleh bidan dan sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh
anamnesa.
asuhan.
a) Diagnosis masalah.
c) Tindakan segera.
berdasarkan assessment
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang asuhan kebidanan pada Ny
“S” usia kehamilan 33 minggu 6 hari di PMB Puji Astuti. Asuhan ini dilakukan selama
11 minggu. Dalam hal ini pembahasan akan diuraikan secara narasi berdasarkan
asuhan kebidanan.
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data
dasar awal secara lengkap (Betty mangkuji dkk, 2014). Kegiatan pengumpulan
data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses
yang dapat memberikan informasi paling akurat yang dapat diperoleh secepat
mungkin dan upaya sekecil mungkin. Pasien adalah sumber informasi yang paling
akurat dan ekonomis yang disebut dengan sumber data primer. Sumber data
alternative atau sumber data sekunder adalah data yang sudah ada, praktikan
kesehatan lain dan anggota keluarga. Tehnik pengumpuilan data ada tiga yaitu, 1)
pendengaran (bunyi batuk, bunyi nafas), penciuman (bau nafas, bau luka),
umumnya dilakukan pada pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang penting
diperhatikan adalah data yang ditanyakan data yang relefan. Dan Pemeriksaan,
kuantitas. Misalnya pengukuran tinggi badan dengan meteran, berat badan dengan
timbangan, tekanan darah dengan tensimeter (Dwi Asri, 2012 dalam Hasrianah).
Dalam tahapan pengakajian, Penulis tidak mendapat hambatan. Hal ini dapat
dilihat dari profesi ibu yang dapat menerima kehadiran penulis saat pengumpulan
data sampai tindakan yang diberikan. Ibu menunjukan sikap terbuka dan menerima
anjuran serta saran yang diberikan oleh penulis maupun tenaga medis lainnya
Ny “S” usia 28 tahun, G2P1001 A0, datang ke PMB Puji Astuti pada tanggal 18
November 2019 pukul 18.00 dari hasil pemeriksaan TTV ibu dipuskesmas
didapatkan TD: 130/70 mmHg, N: 80x/menit, S: 36ᵒC, RR: 18x/menit dengan
pergerakan janinnya kuat dan bergerak pada bagian sebelah kanan perut ibu, pasien
Puji Astuti, dan telah mendapatkan suntikan Tetanus Toksoit sebanyak 4x, pasien
mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 28 Maret 2019, pasien mengatakan
merasakan nyeri perut yang hebat. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami
trauma/penyulit selama kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Pasien tidak
mengkonsumsi obat-obatan selam hamil tanpa resep bidan atau dokter, pasien
dari anak pertama sampai 3 tahun lalu ganti pil KB 5 selama 5 tahun dan pasien
berhenti ber KB karena ingin hamil, pasien tidak pernah mengalami penyakit yang
serius dan tidak pernah di rawat di Rumah Sakit atau Puskesmas, selama hamil
pola makan pasien baik, dimana istirahat pasien cukup dikarenakan pasien sebagai
18x/menit, kedua konjungtiva mata tidak pucat dan ikterik, tidak ada pembesaran
pada kelenjar tiroid dan vena jugularis, payudara bersih, colostrum -/-, puting susu
menonjol +/+, pada pemeriksaan abdomen didapatkan yaitu: TFU 3 jari bawah
Prosesus Xipoideus dan pusat (24 cm), teraba bokong pada fundus dan sesuai usia
kehamilan, punggung kiri, presentasi kepala, situs memanjang, kepala masuk atas
panggul (BAP), pada Auskultasi terdengar denyut jantung janin dengan frekuensi
didapatkan hasil laboratorium Hemoglobin: 11,1, gol darah B+, Albumin: (-)
Negatif tidak terdapat protein dalam urine ibu, reduksi(-). Dari hasil pemeriksaan
USG tgl 3 oktober 2019 didapatkan: tunggal, hidup, presentasi kepala, usia
Hasil usia kehamilan dilihat dengan menggunakan rumus neagel, mulai dari hari
pertama haid terakhir tanggal sampai tanggal pengkajian, maka umur kehamilan
nigra dan striae alba yang menandakan kehamilan lebih dari satu dan otot perut
sudah kendor, terdapatnya denyut jantung janin dan terabanya bagian-bagian janin
pada saat dipalpasi merupakan salah satu dari tanda-tanda pasti kehamilan
uteri dilakukan pada uterus tidak sedang berkontraksi, dengan posisi ibu setengah
duduk, lalu mulai melakukan pengukuran dengan menempelkan ujung pita dari
tepi atas simpisis pubis dan puncak fundus uteri, hal tersebut dilakukan untuk
menilai tinggi fundus uteri apakah tinggi fundus uteri sesuai dengan usia
perabaan pada fundus uteri bulat, keras dan melenting maka dapat dilakukan
sebagai presentasi bokong karena kepala janin berada pada bagian fundus, atau
jika pada bagian fundus uteri teraba lunak, kurang melenting, dapat dikatakan
menghitung proporsi bagian terbawah janin yang masih berada diatas shimpisis
dan dapat diukur dnegan lima jari tangan (per limaan), bagian diatas simfisisadalah
proporsi yang belum masuk pintu atas panggul (PAP) dan sisanya telah memasuki
pintu atas panggul (PAP) (Widia, 2015). Didalam kehamilan, janin dikatakan
tunggal jika pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan. Saat palpasi teraba
satu kepala dan satu punggung, sedangkan auskultasi denyut jantung janin
terdengar jelas, kuat dan teratur pada kuadran kiri bawah perut ibu (Baety, 2012
dalam Hasrianah 2017). Adanya gerakan janin dan denyut jantung janin (DJJ)
merupakan tanda bahwa janin hidup. Janin yang dalam keadaan sehat, bunyi
jantungnya teratur dan frekuensinya antara 120-160 kali per menit, selain itu tanda
janin hidup juga dapat dilihat dari pergerakan janin yang dirasakan kuat oleh ibu
satu kali per jam atau lebih dari 10 kali per hari dan pembesaran uterus
November 2019 dalam kehamilan pada Ny “S” didapatkan data subjektif ibu
mengatakan tidak ada keluhan hanya kontrol kehamilan, ibu mengatakan ini
kehamilan yang kedua dan tidak pernah mengalami keguguran sebelumnya, ibu
Berdasarkan uraian diatas terdapat persamaan antara teori dengan gejala yang
timbul pada hipertensi kasus dalam kehamilan ini. Hal ini membuktikan bahwa
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua data
Riwayat kesehatan yang lalu Ny “S” tidak pernah mengalami penyakit yang serius
didapatkan kesan yaitu tinggi fundus uteri (TFU) 3 jari bawah Prosesus Xipoideus
(24 cm), sesuai usia kehamilan 34 minggu, punggung kiri presentasi kepala, situs
memanjang kepala masuk atas panggul (BAP), terdengar denyut jantung janin
dilakukan pada uterus tidak sedang berkontraksi, dengan posisi ibu berbaring dan
dilakukan untuk menilai tinggi fundus uteri apakah tinggi fundus uteri sesuai
dengan usia kehamilan atau tidak dan untuk menentukan presentase janin
tersebut, jika dalam perabaan pada fundus uteri bulat, keras dan melenting maka
dapat dilakukan sebagai presentasi bokong karena kepala janin berada pada bagian
fundus, atau jika pada bagian fundus uteri teraba lunak, kurang melenting, dapat
dikatakan presentasi kepala (Ai Nursiah, dkk, 2014). Untuk menilai penurunan
kepala janin dilakukan dengan menghitung proporsi bagian terbawah janin yang
masih berada diatas shympisis dan dapat diukur dengan lima jari tangan (per
limaan), bagian diatas shimfisisadalah proporsi yang belum masuk pintu atas
panggul (PAP) dan sisanya telah memasuki pintu atas panggul (PAP) (Widia,
2015). Didalam kehamilan, janin dikatakan tunggal jika pembesaran perut sesuai
dengan usia kehamilan. Saat palpasi teraba satu kepaladan satu punggung,
sedangkan auskultasi denyut jantung janin terdengar jelas, kuat dan teratur pada
kuadran kiri bawah perut ibu (Baety, 2012 dalam Hasrianah 2017). Adanya
gerakan janin dan denyut jantung janin (DJJ) merupakan tanda bahwa janin hidup.
Janin yang dalam keadaan sehat, bunyi jantungnya teratur dan frekuensinya antara
120-160 kali per menit, selain itu tanda janin hidup juga dapat dilihat dari
pergerakan janin yang dirasakan kuat oleh ibu satu kali per jam atau lebih dari 10
kali per hari dan pembesaran uterus menandakan janin hidup dan bertumbuh
Demikian penerapan tinjauan pustaka pada kasus Ny “S” secara garis besar tampak
adanya persamaan antara teori dengan diagnosis aktual yang ditegakkan sehingga
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
benar-benar terjadi (Frisca Tresnawati, 2012 dalam Hasrianah 2017). Langkah ini
potensial ini benar-benar terjadi dan dilakukan asuhan yang aman. Pada langkah
potensial ini benar-benar terjadi. Pada kasus Ny “S” penulis tidak menemukan
tanda-tanda infeksi atau kelainan komplikasi pada ibu maupun janin yang mungkin
akan terjadi pada dalam kehamilan ini, telah sesuai dengan teori sehingga tidak
ada diagnose potensial dan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
Pada langkah ini, yang dilakukan oleh bidan adalah mengidentifikasi perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi klien. Ada
kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang harus segera
dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa menunggu beberapa
darurat. Kondisi darurat dapat terjadi pada saat mengelolaan ibu hamil, ibu
bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Kondisi darurat merupakan kondisi yang
masalah darurat yang terjadi apabila tidak segera dilakukan tindakan segera, selain
yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini,
termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri atau bersifat
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, yang ditentukan oleh
terhadap diagnosis atau masalah yang diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah
ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan
yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi-
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
kultural atau masalah psikologis (Th. Endang, dkk, 2014). Adapun sasaran/target
dalam rencana asuhan pada kasus ini berfokus untuk menjaga kehamilan agar
berjalan lancar ibu dan janin sehat. Rencana asuhan pada kasus Ny ”S” disusun
berdasarkan teori dengan melihat kondisi dari kebutuhan pasien. Hasil pengkajian
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pada pasien yaitu Ny “S” datang dengan tidak
ada keluhan kontrol keehamilan pada tanggal 18 November 2019 pada pukul 18.00
konjungtiva mata tidak pucat dan ikterik, tidak ada pembesaran pada kelenjar
tiroid dan vena jugularis, payudara bersih, puting susu menonjol,+/+,colostrum -/-
Xipoideus, 24cm, teraba bokong pada fundus dan sesuai usia kehamilan 34
minggu, punggung kiri, presentasi kepala, situs memanjang, kepala masuk atas
panggul (BAP), pada Auskultasi terdengar denyut jantung janin dengan frekuensi
didapatkan: tunggal, hidup, presentasi kepala, usia kehamilan 32-34 minggu, jk:
perempuan, TBJ: 2.700 gram. Rencana tindakan yang telah disusun yaitu: sapa ibu
dan keluarga untuk meningkatkan rasa percaya sehingga ibu menjadi lebih
untuk memberikan support dan semangat kepada ibu, memberikan KIE tentang
istirahat yang cukup, diet seimbang dan menjaga personal hygine dalam kehamilan
vital pada ibu untuk memastikan pertambahan/penurunan tekanan darah pada ibu,
manis serta menganjurkan ibu untuk cukup istirahat, tidak terlalu banyak pikiran
atau stres, dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi obat-obatan yang telah
diberikan sesuai dengan intruksi. Rencana asuhan kebidanan yang telah disusun
berdasarkan diagnosa/masalah actual dan potensial, hal ini menunjukan tidak ada
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh klien, atau anggota
tersebut benar-benar terlaksana) (Dwi Asri, dkk. 2012 dalam Hasrianah 2017).
Pada studi kasus Ny “S” dalam kehamilan ini, semua tindakan yang direncanakan
pasien dengan baik, memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya apabila ada hal yang tidak dia mengerti, memberikan dukungan moril
kepada ibu dan keluarga untuk mengambil keputusan penting dalam setiap
seperti pada pola istirahat yang cukup, pola makan yang seimbang/diet seimbang
dalam kehamilan dan menghindari makanan yang banyak mengandung bahan
pengawet, serta memberikan terapi obat-obatan pada ibu yang dapat tablet tambah
tanggal 28 November 2019 yaitu ibu tidak ada keluhan hanya kontrol kehamilan,
keadaan umum ibu baik, pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil
tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 18 x/menit, suhu 36Oc,
30cm, teraba bokong pada fundus dan sesuai usia kehamilan 35 minggu 2 hari,
punggung kiri, presentasi kepala, situs memanjang, kepala masuk atas panggul
kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya apabila ada hal yang tidak
dia mengerti, memberikan dukungan moril kepada ibu dan keluarga untuk
mengambil keputusan penting dalam setiap tindakan yang akan dilakukan seperti
ibu tentang pentingnya Health Education selama kehamilan seperti pada pola
istirahat yang cukup, pola makan yang seimbang/diet seimbang dalam kehamilan
terutama dengan menghindari makanan yang manis, tinggi karbohidrat, lemak dan
obat-obatan pada ibu yang dapat tablet tambah darah 1x1, kalsium 1x1, vit C 3x1.
bertambah/berkurang dan pada hasil pemeriksaan hasil tekanan darah yaitu 130/80
mmHg, BB 76 kg, keadaan ibu dalam keadaan baik. Menganjurkan kembali ibu
untuk mengkomsumsi makan yang rendah kalori, rendah lemak, terlalu manis serta
menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, tidak terlalu banyak pikiran yang
mempertahankan pola makan agar tidak terjadi lagi peningkatan berat badan,
menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk senantiasa berdoa kepada Allah swt
agar kehamilan sekarang dan persalinan ibu nantinya akan berlangsung dengan
normal dan lancar tanpa ada komplikasi yang dapat terjadi. Dalam pelaksanaan
karena seluruh tindakan yang dilakukan sudah berorientasi pada kebutuhan klien.
G. Langkah VII. Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan
pada tahap ini ditemukan kemajuan atau keberhasilan dalam mengatasi masalah
yang dihadapi klien. Proses evaluasi merupakan langkah dari proses manejemen
asuhan kebidanan pada tahap ini penulis tidak mendapatkan permasalahan atau
serta pemeriksaan USG, diagnosa yang ditegakkan pada Ny “S” adalah kehamilan
normal. Rencana asuhan yang telah disusun berorientasi sesuai dengan kebutuhan
pasien dan dilaksanakan secara menyeluruh. Adanya kerjasama antara pasien dan
asuhan. Diet yang seimbang dan istirahat yang cukup, dimana pola makan yang
badan bayi yang dilahirkan overweigh dapat menjadi meningkat melebihi batas
obat-obatan yang berupa vitamin sesuai dengan intruksi dokter juga dapat
menganjurkan ibu dan keluarga untuk tetap bersabar dan meyakinkan ibu bahwa
kejadian yang dialami adalah kehendak Allah swt. Serta dilakukan kolaborasi
dengan dokter ahli kandungan dalam melakukan pemeriksaan USG apabila belum
bidan. Keadaan psikososial ibu baik ditandai dengan tanda-tanda vital yang normal
dan meminta ibu utuk tetap berserah diri kepada Allah swt agar kehamilannya tetap
dalam keadaan sehat sampai masa persalinannya tiba. Maka dapat disimpulkan
berlangsung dengan baik, tidak ada komplikasi yang terjadi pada ibu maupun
janin. Hal tersebut terjadi karena manajemen asuhan yang diberikan sesuai dengan
H. Pendokumentasian
Pada hari pertama, ibu datang pada tanggal 18 November 2019 di PMB Puji
Astuti dilakukan pengumpulan data mulai dari riwayat kehamilan sekarang dan
kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat kesehatan, riwayat sosial ekonomi,
protein dalam urine, TFU 3 jari bawah prosesus xipodeus (24 cm), teraba bagian-
bagian janin dan terdengar denyut jantung janin. Pada kasus Ny “S” hasil
Puji Astuti didapatkan hasil pemeriksaan tekanan darah 130/80 mmHg, BB 75 kg,
ibu dianjurkan untuk rutin mengkomsumsi obat yang diberikan dan menganjurkan
ibu untuk mengurangi mengkomsumsi makanan yang tinggi lemak, tinggi kalori,
dan terlalu manis, rencana pemeriksaan Hb ulang, protein urineeeee dan reduksi
urine.
Pada kunjungan ketiga tanggal 5 Desember 2019 yang dilakukan di PMB Puji
Astuti didapatkan hasil pemeriksaan tekanan darah 130/80 mmHg, BB: 75,5 kg,
protein urine negatif, reduksi negatif, Hb ulang ...., ibu tetap dianjurkan utuk tetap
rutin mengkomsumsi obat yang diberikas sesuai intruksi yang diberikan, ibu juga
dianjurkan untuk memperbanyak istirahat dan tidak banyak pikiran. Hasil dari
kasus yang dialami Ny “S” dengan kehamilan normal dapt diatasi dengan
PENUTUP
melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada Ny “S” dengan Asuhan
Kehamilan Normal di PMB Puji Astuti maka bab ini penulis menarik kesimpulan dan
saran.
A. Kesimpulan
1. Asuhan kebidanan pada Ny “S” dengan Kehamilan normal dilakukan dengan teknik
pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari pengkajian dan analisa
data dasar, pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data
yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, mulai dari
keterangan tambahan yang menyangkut atau yang berhubungan dengan kondisi klien.
keluhan dan dari hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal dan pemeriksaan dalam
3. Rencana tindakan yang telah disusun pada Ny “S” bertujuan agar ibu mendapatkan
penanganan yang bersih dan aman, sesuai dengan kondisinya dan mencegah terjadinya
komplikasi serta mencegah terjadinya trauma berat pada ibu dan janinnya.
4.Tindakan yang dilakukan bertujuan agar rencana yang disusun tercapai agar dapat
B. Saran
1. Bagi klien
gizi seimbang.
profesional sehingga dapat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI)
dan angka kematian perinatal (AKP). Oleh karena itu bidan harus meningkatkan
perkembangan IPTEK.
kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat yang mendasari bagi bidan
resiko untuk komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin, oleh karena itu
kehamilan dan menganjurkan ibu dan keluarga segera ke pelayanan kesehatan bila
sebaiknya bidan yang sudah bertugas diberi kesempatan untuk melanjutkan atau
semacam pelatihan-pelatihan.
c. Demi mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan perlu kiranya penyediaan
2014. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta
Pelayanan Kesehatan Seksual. Nomor 97
Rahma, L. 2017. Asuhan Kebidanan Continuity of care pada Ny. A. Masa Hamil
sampai Keluarga Berencana di BPM Lilis Sulistyowati. Fikes Unmuh Ponorogo.
https://prezi.com/9fqb2wwmoz2g/evidenced-based-dalam-asuhan-kebidanan-
kehamilan-antenatal/
https://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/rekomendasi-who-dalam-pelayanan-antenal-
care-anc/
pregnancy experience, UK
WHO, 2016, Standards For Improving Quality Of Maternal And Newborn Care