Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Profesi Bidan

Dosen Pembimbing :
Riza Umami, M.Keb (12013)

Disusun Oleh :

Fitriana Aisyah P17312195103

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN MALANG
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang

terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan

patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang

meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan

dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya

(Walyani, 2015 dalam Eka Y, 2019)

Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan

oleh kecelakaan atau cedera (WHO, 2014). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan dalam

RPJMN 2015-2019 dan SDGs (Gustina 2016). Menurut laporan dari WHO (2014)

bahwa kematian ibu umumnya terjadi akibat komplikasi saat, dan pasca kehamilan.

Adapun jenis-jenis komplikasi yang menyebabkan mayoritas kasus kematian ibu –

sekitar 75% dari total kasus kematian ibu – adalah pendarahan, infeksi, tekanan darah

tinggi saat kehamilan, komplikasi persalinan, dan aborsi yang tidak aman. Untuk kasus

Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Pusat Kesehatan dan Informasi Kemenkes
(2014) penyebab utama kematian ibu dari tahun 2010-2013 adalah pendarahan (30.3%

pada tahun 2013) dan hipertensi (27.1% pada tahun 2013). Menurut WHO (2015)

sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi dinegara-

negara berkembang 81% angka kematian ibu (AKI) akibat komplikasi selama hamil

dan bersalin. Faktor langsung penyebab tingginya AKI adalah perdarahan 45%,

terutama perdarahan post partum.Selain itu ada keracunan kehamilan 24%, infeksi

11%, dan partus lama atau macet (7%).Komplikasi obstetric umumnya terjadi pada

waktu persalinan, yang waktunya pendek adalah sekitar 8 jam. AKI di Indonesia

selama tahun 2016 adalahsebesar 228 per 100.000 kelahiranhidup (SDKI 2016).AKB

di Indonesia menunjukkan angka 25,5 per 1000 bayilahir (BPS 2016). Sedangkan AKI

di Propinsi Jawa Timur tahun 2016 adalah sebesar 97,39 per 100.000 kelahiranhidup

(SDKI, 2016). AKB di Povinsi JawaTimur pada tahun 2016 menunjukkan angka 13,09

per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2016).

Menurut Permenkes RI 97 tahun 2017 bahwa Pelayanan ANC secara ANC

Terpadu dan pelayanan sesuai standart ANC 10 T yaitu timbang berat badan dan ukur

tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas),

pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri), tentukan presentasi janin dan denyut

jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama

kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus dan temu wicara
(konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta

KB paska persalinan.

Untuk mengatasi AKI dan AKB antara lain melalui penempatan bidan di desa,

pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu

dan Anak, Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K),

penyediaan PONED di Puskesmas dan PONED di Rumah Sakit serta adanya penerapan

Asuhan Kebidanan secara komprehensif terutama pada ibu hamil. Continuity of Care

merupakan asuhan yang diberikan bidan sebagai seseorang yang professional dan

bertanggungjawab mengutamakan pelayanan berkesinambungan sehingga kesehatan

ibu dan janin dapat terpantau dengan baik. Asuhan kebidanan yang komprehensif

(Continuity of Care/CoC) dapat mengoptimalkan deteksi resiko tinggi maternal dan

neonatal. Upaya ini dapat melibatkan berbagai sektor untuk melaksanakan

pendampingan pada ibu hamil sebagai upaya promotif dan preventif dimulai sejak

ditemukan ibu hamil sampai ibu dalam masa nifas berakhir melalui konseling,

informasi dan edukasi (KIE) serta kemampuan identifikasi resiko pada ibu hamil

sehingga mampu melakukan rujukan (Yanti, 2015).

Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis ingin melakukan Asuhan Commented [WU1]: Tambahkan teori ttg auhan kompre
(definisi)
Kebidanan Continuity of Care dan komprehensip ,pada ibu mulai dari kehamilan TM

III (34-36 minggu) , persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB. Dengan pendekatan

manajemen kebidanan dan didokumentasikan dengan metode SOAP Pembatasan


Masalah Asuhan Kebidanan Berbasis Continuity of Care pada Ibu Hamil TM III (34-

36 minggu), Bersalin, Nifas, Neonatus dan Keluarga Berencana.

1.2 Tujuan Penyusunan

1.2.1 Tujuan Umum : Melakukan Asuhan Kebidanan Berbasis Continuity of Care pada

Ibu Hamil TM III (34-36 minggu), Bersalin, Nifas, Neonatus dan Keluarga Berencana

dengan management kebidanan dan didokumentasikan dengan metode SOAP.

1.2.2 Tujuan Khusus

Melakukan Asuhan Kebidanan Berbasis Continuity of Care Ibu Hamil TM III

(34-36 minggu) meliputi: pengkajian, merumuskan diagnosa kebidanan,

merencanakan asuhan kebidanan, penatalaksanaan asuhan kebidanan, evaluasi, dan

didokumentasikan dengan metode SOAP.

1.3 Metode Pengumpulan Data meliputi :

a) pengkajian, merumuskan diagnosa kebidanan, merencanakan asuhan

kebidanan, penatalaksanaan asuhan kebidanan, evaluasi, dan

didokumentasikan dengan metode SOAP.

b) Sasaran asuhan kebidanan di tujukan kepada ibu secara continuity of care mulai

hamil Trimester III (34-36 minggu)


c) Tempat Asuhan kebidanan secara continuity of care dilaksanakan di Praktik

Mandiri Bidan (BPM).

d) Waktu yang diperlukan dalam menyusun proposal, membuat proposal dan

menyusun laporan komprehensif ibu hamil dimulai bulan November 2019

sampai Desember 2019.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan yang digunakan dalam pembuatan laporan kasus ini dibagi

menjadi 5 BAB sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode

penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Menjelaskan tentang konsep kehamilan dan management asuhan kebidanan.

BAB III TINJAUAN KASUS

Sistem penulisan menggunakan Varney dan diikuti catatan perkembangan

SOAP pada klien CoC. Metode pendokumentasian dalam asuhan kebidanan

adalah SOAP singkatan dari :

S = Subjektif

Menggambarkan hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.


O = Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik, laboratorium,

tes diagnostik dan dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment.

A = Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data

subjektif (langkah II, III dan VI)

P = Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari rencana dan evaluasi assesment

(langkah IV, V dan VII).

BAB IV PEMBAHASAN

Berisi profil PMB dan pemaparan dari subjektif dan objektif sampai evaluasi

yang dilakukan dengan membandingkan antara konsep teori dan tinjauan kasus,

pemaparan mengenai kesenjangan antara teori dan praktek

BAB V PENUTUP Penutup berisi kesimpulan dan saran.


BAB 11

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori

2.1.1 Teori Kehamilan

a. Pengertian

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, Kehamilan didefenisikan

sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan

nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kelahiran

normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan

menurut kelender internasional. Kehamilan terbagi dalam tiga trimester, di mana

trimester I berlangsung dalam 12 minggu, trimester II 15 minggu (minggu ke-13 hingga

ke-27) dan trimester ke III13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Sarwono

Prawirohardjo, 2014).

b. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala kehamilan dapat dibagi dalam 3 bagian yakni:

1) Tanda dugaan Kehamilan (Diduga Hamil)

Berikut ini adalah tanda-tanda adanya dugaan kehamilan:


a) Amenorea (terlambat datang bulan).

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de

graafdan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir

menggunakan perhitungan rumus Naegle, maka dapat ditentukan perkiraan

persalinan.

b) Mual dan muntah (emesis), Pengaruh estrogen dan progesteron

menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan

muntah terutama pada pagi hari disebut morning sickness. Dalam batas

fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan

berkurang.

c) Sinkope atau pingsan, terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala

(sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan

sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16

minggu.

d) Payudara tegang, Pengaruh estrogen, progesteron dan somatomamotrofin

menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara

membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit

terutama pada kehamilan pertama.


e) Sering miksi, desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih

cepatterasa penuh dan segera miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah

menghilang.

f) Konstipasi atau obstipasi, pengaruh progesteron dapat menghambat

peristaltikusus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

g) Pigmentasi kulit, keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis

anterior menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi (cloasma

gravidarum), pada dinding perut (striae livide, striae nigra, linea alba makin

hitam) dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mammae, putting susu

makin menonjol, kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh darah menifes

sekitar payudara).

h) Epulis, hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil

i) Varices atau penampakan pembuluh darah vena, karena pengaruh dari estrogen

dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena. Penampakan

pembuluh darah itu terjadidi sekitar genetalia eksterna, kaki dan betis,

payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah

persalinan.

2) Tanda Tidak Pasti Hamil

Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan oleh:


a) Rahim membesar sesuai dengan tuanya hamil

b) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda Chadwicks, tanda piscaseck,

kontraksi Braxton Hicks, dan teraba ballottement.

c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif, Tetapi sebagian kemungkinan positif

palsu.

3) Tanda Pasti Kehamilan

Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan melalui:

a) Gerakan janin teraba dalam janin.

b) Terlihat atau teraba gerakan janin dan bagian-bagian janin.

c) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop lenek, alat kardiotokografi, alat

doopler. Dilihat dengan ultrasonografi. Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen

untuk melihat kerangka janin ultrasonoggrafi (Manuaba, 2013).

c. Proses Kehamilan

Proses kehamilan merupakan proses yang terjadi dalam beberapa tahap,

dimulai dari terjadinya ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan uterus dan tumbuh

kembang hasil konsepsi sampai aterm (cukup bulan). Berikut adalah penjelasan

mengenai tahapan dalam proses terjadinya kehamilan:


1) Ovulasi

Ovulasi merupakan proses terlepasnya ovum dari ovarium karena dipengaruhi

oleh sistem hormonal yang kompleks. Selama masasubur wanita (25–35 tahun), hanya

terdapat 420 ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan kemudian terjadi

ovulasi. Pada proses pembentukan ovum (oogenesis) diawalidengan epitel germinal

oogoniumfolikel primer proses pematangan pertama. Adanya FSH (Folicle Stimulating

Hormon) yang dihasilkan oleh hipofisis anterior, folikel primer akan mengalami

perubahan menuju folikel de Graaf yang kemudian bergerak menuju ke permukaaan

ovarium dan disertai pembentukan cairan folikel. Desakan folikel de Graaf yang

semakin membesar ke permukaan ovarium menyebabkan terjadinya penipisan dan

devaskularisasi. Selama pertumbuhannya menjadi folikelde graaf, ovarium terus

mengeluarkan hormon estrogen yang mempengaruhi gerak dari tuba yang makin

mendekati ovarium, gerak sel rambut lumen tuba makin tinggi, peristaltik tuba makin

aktif. Karena telah ada folikel yang dianggap matang maka dikirimlah umpan balik

positif kehypothalamus sehingga terjadi lonjakan LH (Liutenezing Hormon) yang

menyebabkan terjadinya pelepasan ovum dari folikel dan ovarium atau disebut dengan

ovulasi. Kemudian dengan gerakan aktif ovum akan ditangkap oleh tuba tepatnya pada

bagianfimbriae, proses penangkapan ini disebut ovum pick up mechanism. Ovum yang

ditangkap akan terus digiring oleh sillia menuju uterus, dalam bentuk pematangan

pertama, artinya telah siap untuk dibuahi.


2) Spermatozoa

Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.

Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus, menjadi spermatosit pertama,

menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid dan akhirnya menjadi spermatozoa.

Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi oleh matarantai hormonal yang kompleks dari

pancaindera, hipotalamus, hipofisis, dan sel interstitial leydigsehingga

spermatogoniumdapat mengalami proses mitosis. Biasanya pada setiap hubungan

seksual laki-laki mengeluarkan sekitar 3cc sperma yang mengandung 40-60 juta

spermatozoa setiap cc. Bentuk spermatozoa menyerupai kecebong yang terdiri atas

kepala (lonjong sedikit gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara

kepala dan ekor), ekor (panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energi sehingga

dapat bergerak). Hanya beberapa ratus spermatozoa yang dapat mencapai tuba fallopi

dan sebagian lainnya mengalami kematian.

3) Konsepsi

Proses persenyawaan yang terjadi antara inti ovum dan inti spermatozoadisebut

dengan konsepsi atau fertilisasiyang kemudian membentuk zigot. Adapun proses

terjadinya konsepsi dapatdijabarkan seperti berikut ini:

a) Ovum yang dilepaskan pada prosesovulasi, diliputi oleh korona radiata yang

mengandung persediaan nutrisi.


b) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafasedi tengah sitoplasma yang disebut

vitelus. Dalam perjalanan, korona radiate makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi

dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran pada zona pelusida.

d) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tubayang merupakan tempat terluas pada tuba,

ding dingnya penuh dengan jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum

mempunyai waktu hidup terlama dalam ampulla tuba.

e) Ovum telah siap dibuahi setelah 12 jam dan bertahan hidup selama 48 jam.

Spermatozoa menyebar dan masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri.

Pada kavum uteri terjadi proses kapasitasi, yaitu pelepasan lipoprotein dari sperma

sehingga mampu mengadakan fertilisasi. Kemudian spermatozoa melanjutkan

perjalanan menuju tuba fallopi. Spermatozoa hidup selama tiga hari dalam genitalia

interna. Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta mengikis

korona radiata dan zona pelusida dengan proses enzimatik: hialuronidase. Melalui

“stomata” spermatozoa memasuki ovum, ekornya lepas dan tertinggal di luar. Kedua

inti ovum dan inti spermatozoa bertemu dan membentuk zigot. Secara sederhana dapat

dijelaskan bahwa setiap bulan wanita melepaskan satu sampai dua sel telur dari indung

telur (ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbria) dan masuk kedalam sel

telur.

Waktu persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam vagina dan berjuta-juta sel mani

(sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke sel telur. Pembuahan sel telur

oleh sperma biasa terjadi di bagian yang mengembang dari tuba fallopi. Pada sekeliling
sel telur banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat yang

melindungi ovum kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu

sel mani dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut dengan

pembuahan/konsepsi/fertilisasi. (Dewi, 2012:59).

4) Proses Nidasi atau Implantasi

Dengan masuknya spermatozoa ke dalam sitoplasma. “Vitelus”

membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan

“metafase”. Proses pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anaphasedan

“telofase”sehingga pronukleusnya menjadi “haploid”. Pronukleus spermatozoa dalam

keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu

dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita. Pada manusia terdapat

46 kromosom dengan rincian 44 dalam bentuk “autosom” sedangkan 2 kromosom

sisanya sebagai pembawa tanda seks. Wanita selalu resesif dengan kromosom X,

sedangkan laki-laki memiliki dua bentuk kromosom yakni kromosom X dan kromosom

Y. Bila spermatozoa kromosom X bertemu sel ovum, terjadi jenis kelamin wanita

sedangkan apabila kromosom Y bertemu dengan sel ovum, terjadi jenis kelamin laki-

laki. Oleh karena itu pihak wanita tidak dapat disalahkan atas jenis kelamin bayi yang

dilahirkannya karena hal tersebut ditentukan oleh pihak suami. Setelah pertemuan

kedua inti ovum dan spermatozoa, terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah

mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya. Bersamaan dengan pembelahan

inti, hasil konsepsi terus berjalan menuju uterus. Hasil pembuahan memenuhi seluruh

ruangan dalam ovum yang besarnya 100 MU atau 0,1mm dan disebut stadium morula.
Selama pembelahan sel di bagian dalam, terjadi pembentukan sel di bagian luar morula

yang kemungkinan berasal dari korona radiata yang menjadi sel trofoblas. Sel trofoblas

dalam pertumbuhannya, mampu mengeluarkan hormon HCG, yang mempertahankan

korpus luteum gravidarum. Pembelahan berjalan terus dan didalam morula terbentuk

ruangan yang mengandung cairan yang disebut blastula. Perkembangan dan

pertumbuhan berlangsung, blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas

telah siap untuk mengadakan nidasi. Sementara itu, pada fase sekresi, endometrium

telah makin tebal dan makin banyak mengandung glikogen yang disebut desidua. Sel

trofoblas meliputi “primer vili korealis” melakukan destruksi enzimatik-proteolitik,

sehingga dapat menanamkan diri di dalam endometrium. Proses penanaman blastula

yang disebut nidasi atau implementasi terjadi pada hari ke-6 sampai ke-7setelah

konsepsi. Pada saat tertanamnya blastula ke dalam endometrium, mungkin terjadi

perdarahan yang disebut tanda Hartman.

5) Pembentukan Plasenta

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi kedalam

endometrium (Lia Dewi, 2012). Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri

di dinding depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh

tidak rata, sehingga bagian blastula dengan inner cell massaakan tertanam ke dalam

endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili

korealis. Terjadinya nidasi mendorong sel blastula mengadakan difrensiasi. Sel

yangdekat dengan ruangan eksoselom membentuk “entoderm” dan ruangan amnion.

Plat embrio (embryonal plate) terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang amnion dan
kantung yolk sac. Plat embrio terdiri dari unsur ektoderm, endoderm, dan mesoderm.

Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat

diantara amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat. Awalnya yolk

sac berfungsi sebagai pembentuk darah bersama dengan hati, limpa dan sumsung

tulang. Pada minggu kedua sampai ketiga, terbentuk bakal jantung dengan pembuluh

darahnya yang menuju body stalk (bakal tali pusat). Jantung bayi mulai dapat dideteksi

pada minggu ke-6 sampai 8 dengan menggunakan ultrasonografi atau sistem Doppler.

Pembuluh darah pada body stalk terdiri dari arteri umbilikalis dan vena umbilikalis,

cabang arteri dan vena umbilikalis masuk kedalam vili korealis sehingga dapat

melakukan pertukaran nutrisi dan sekaligus membuang hasil metabolismeyang tidak

diperlukan.Dengan berbagai bentuk implantasi (nidasi) dimana posisi plat embrio

berada akan dijumpai berbagai variasi dari insersio tali pusat, yaitu insersio sentralis,

para sentralis, marginalis atau insersio vilamentosa.Vili korealismenghancurkan

desidua sampai pembuluh darah, mulai dengan pembuluh darah vena pada hari ke-10

sampai 11 setelah konsepsi, sehingga sejak saat itu embrio mendapatkan tambahan

nutrisi dari darah ibu secara langsung. Selanjutnya vili korealis menghancurkan

pembuluh darah arteri sehingga terjadilah aliran darah pertama retroplasenterpadahari

ke-14 sampai 15 setelah konsepsi.Bagian desidua yang tidak dihancurkan membagi

plasenta menjadi sekitar 15 sampai 20 kotiledon maternal.Pada janin plasenta akan

dibagi menjadi sekitar 200 kotiledon fetus. Setiap kotiledon fetus terus bercabang dan

mengambang di tengah aliran darah untuk menunaikan fungsinya memberi nutrisi,

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ibu. Darah ibu dan darah janin
tidak berhubungan langsung dan dipisahkan oleh lapisan trofoblas, dinding pembuluh

darah dan janin.Fungsinya dilakukan berdasarkan sistem osmosis dan enzimatik serta

pinositosis.Situasi plasenta demikian disebutkan sistem plasenta-hemokorial

(Manuaba, 2013:75-85)

d. Nutrisi dalam Kehamilan.

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu

kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi

dan zatgizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,

pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh

ibu.Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat

menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat

gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi

protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium. Kebutuhan energi untuk

kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang

lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori

setiap hari selama hamil (Nasution, 1988). Kebutuhan energi pada trimester

Imeningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi

terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester II

diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah,

pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak.Selama trimester III

energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Vili korealis

menghancurkan desidua sampai pembuluh darah, mulai dengan pembuluh darah vena
pada hari ke-10 sampai 11 setelah konsepsi, sehingga sejak saat itu embrio

mendapatkan tambahan nutrisi dari darah ibu secara langsung. Selanjutnya vili korealis

menghancurkan pembuluh darah arteri sehingga terjadilah aliran darah pertama

retroplasenter pada hari ke-14 sampai 15 setelah konsepsi. Bagian desidua yang tidak

dihancurkan membagi plasenta menjadi sekitar 15 sampai 20 kotiledon maternal. Pada

janin plasenta akan dibagi menjadi sekitar 200 kotiledon fetus. Setiap kotiledon fetus

terus bercabang dan mengambang di tengah aliran darah untuk menunaikan fungsinya

memberi nutrisi, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ibu. Darah ibu

dan darah janin tidak berhubungan langsung dan dipisahkan oleh lapisan trofoblas,

dinding pembuluh darah dan janin. Fungsinya dilakukan berdasarkan sistem osmosis

dan enzimatik serta pinositosis. Situasi plasenta demikian disebutkan sistem plasenta-

hemokorial (Manuaba, 2013 dalam Hasrianah 2017).

Berikut adalah beberapa nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu selama kehamilannya:

1) Karbohidrat

Janin memerlukan 40 gram glukosa setiap harinyayang nantinya akan

digunakan sebagai sumber energi. Glukosa sangat dibutuhkan karena akan

membantu dalam sintesis lemak, glikogen dan pembentukan struktur

polisakarida.Karbohidrat merupakan sumber kalori utama yang berfungsi

dalam pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan. Beberapa

pilihan karbohidrat yang dianjurkan adalah seperti roti, sereal, nasi dan pasta.

Karbohidrat mengandung vitamin dan mineral, selain itu juga dapat

meningkatkan asupan serat yang dianjurkan selama hamil karena dapat


mencegah terjadinya konstipasi (sulit buang air besar) dan hemoroid(wasir).

Glade B. Curtismengatakan bahwa tidak ada satu rekomendasi yang mengatur

berapa sebenarnya kebutuhan karbohidrat bagi ibu hamil.Namun beberapa ahli

gizi sepakat sekitar 60% dari seluruh kalori yang dibutuhkan ibu hamil adalah

karbohidrat.

2) Protein dan Asam amino

Selain untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, protein dan asam

amino juga berperan dalam pembentukan plasenta dan cairan amnion,

pertumbuhan jaringan maternal seperti pertumbuhan payudara ibu dan jaringan

uterus dan penambahan volume darah. Kebutuhan akan protein selama

kehamilan bergantung pada usia kehamilan, total protein feltyang diperlukan

selama masa gestasi berkisar antara 350-450gram. Menurut WHO tambahan

protein untuk ibu hamil adalah 0,75 gram/kg berat badan. Secara keseluruhan

jumlah protein yang diperlukan oleh ibuhamil yaitu kurang lebih 60-76gram

setiap hari atau sekitar 925gram dari total protein yang dibutuhkan selama

kehamilan. Dapat diartikan bahwawanita hamil membutuhkan 10-15gram lebih

tinggi dari kebutuhan wanita yang tidak hamil. Terjadinya peningkatan volume

darah hingga 50% selama kehamilan menyebabkan protein sangat diperlukan

untuk menghasilkan sel darah yang baru.Sumber protein dapat diperoleh dari

protein hewani dannabati. Protein nabati seperti: kacang-kacangan, tahu,

tempe, oncom, selai kacang dan lain-lain. Sedangkan untuk protein hewani

seperti: daging, ikan, unggas, telur ataupun kerang.


3) Lemak

Asam Lemak Eicosapentanoic Acid (EPA) dan Docosa hexanoic Acid

(DHA) memainkan peranan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

fetus, khususnya untuk mata dan otak. Lemak merupakan sumber tenaga yang

vital dan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Pada kehamilan yang normal,

kadar lemak dalam aliran darah akan meningkat pada akhir trimester III. Lemak

dibutuhkan tubuh terutama untuk membentuk energi dan serta perkembangan

sistem saraf janin. Oleh karena itu ibu hamil jangan sampai kurang

mengkonsumsi lemak tubuh.Namun ibu hamil juga tidak dianjurkan untuk

mengkonsumsi lemak dalam jumlah yang berlebih karena dapat mengakibatkan

berat badan ibu hamil meningkat tajam yang nantinya dapat menyulitkan ibu

dalam menjalani kehamilan dan pasca persalinan.Oleh karena itu ibu hamil

dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tidak lebih

dari 25% dari seluruh kalori yang dikonsumsi sehari.Asam lemak esensial

adalah asam lemak linoleat,yaitu suatu asam lemak tidak jenuh, omega 3.

Turunan asam lemak omega 3 adalah DHA (asam dokosa heksanoat) yang

mempunyai peranan penting antara lain pada tumbuh kembang jaringan syaraf

dan retina. Sedangkan bahan makanan sumber asam lemak omega 3 antara lain

kacang-kacangan dan hasil olahannya, serta jenis ikan laut lainnya terutama

ikan laut dalam.

4) Vitamin

Vitamin yang larut dalam lemak:


a) Vitamin A, vitamin A dari ibu dibutuhkan oleh janin yaitu kurang dari 25

mg/hari, sedangkan vitamin A yang dibutuhkan pada trimester III yaitu berkisar

200 mg/hari. Ibu yang sedang hamil sebaiknya jangan terlalu sering

mengkonsumsi vitamin A dalam jumlah yang besar karena akan menjadi

stimulator yang mengakibatkan feratogen.

b) Vitamin D, kebutuhan vitamin D selama kehamilan belum diketahui pasti

tetapi diperkirakan 10mg/hari, sedangkan RDA (Recommended Dayli

Allowance atau Asupan harian yang disarankan) menganjurkan 5mg/hari untuk

wanita hamil pada usia 25 tahun atau lebih.

c) Vitamin E, untuk ibu hamil kebutuhannya sekitar 15mg (22,5 IU) dan ibu

menyusui sekitar 19 mg (28,5 IU).

d) Vitamin K, fungsi vitamin K belum begitu optimal pada masa kehamilan

dalam fetus.

Vitamin larut dalam air:

a) Vitamin C, kebutuhan vitamin C untuk ibu hamil yakni sebanyak 70mg

perhari. Untuk mencegah kekurangan vitamin C selama proses kehamilan

diperlukantambahan vitamin C sebanyak 10mg perhari dengan peningkatan

sebanyak 33%. Dibutuhkan untuk memperkuat pembuluh darah dan

mencegah perdarahan, mengurangi resiko infeksi setelah melahirkan dan

membantu untuk pertumbuhan gigi dan tulang bayi.

b) Thiamin meningkat selama kehamilan sebanyak 25% namun tetap diperlukan

tambahan thiamin sebanyak 0,4 mg/hari.


c) Niasin dan Riboflavin, niasin diperlukan selama kehamilan yaitu 2mg/hari dan

0,3 mg/hari dari riboflavin.

d) Vitamin B6, vitamin B6 diperlukan dalam jumlah yang besar untuk melakukan

metabolisme dengan peningkatan 100%. Vitamin B6 dibutuhkan

oleh tubuh untuk membantu mengatasi mual.

e) Asam folat, asam folat merupakan kelompok vitamin B paling utama selama

masa kehamilan kerena dapat mencegah cacat tabung saraf (neural tube defects)

seperti Spina Bifida. Ibu hamil harus meningkatkan asupan folat hingga 0,4-

0,5mg per hari.

5) Mineral

a) Kalsium, pada usia 20 minggu laju penyaluran kalsium dari ibu ke fetus

mencapai 50 mg/hari dan mencapa puncaknya apabila mendekati kelahiran

yaitu 330 mg/hari. RDA untuk kalsium selama kehamilan adalah 1200 mg.

Kalsium mengandung mineral yang penting untuk pertumbuhan janin dan

membantu kekuatan kaki serta punggung.

b) Magnesium, magnesium dibutuhkan untuk perkembangan jaringan lunak.

Konsentrasi magnesium meningkat selama kehamilan dengan RDA 320 mg dan

50% dari magnesium diserap oleh ibu.

c) Phospor, RDAnya sama dengan wanita yang tidak hamil yaitu 1250 mg/hari

untuk wanita yang hamil dibawah 19 tahun dan 700 mg/hari untuk wanita diatas

19 tahun.
d) Seng, seng diperlukan untuk mengembangkan jaringan tisu, terutama otak

dan jenis kelamin. RDA wanita hamil mencapai 15mg/hari.

e) Sodium, selama kehamilan naik 5000-10000 Meq/hari sehubungan dengan

peningkatan volume darah maternal (Sukarni K, 2013 dalam Hasrianah 2017).

2.1.2 Evidance Based dalam Kehamilan

Menurut Ira Jayanti (2019) bahwa Evidance Based dalam Praktik Kebidanan

meliputi :

a) Kunjungan ANC setidaknya 4 kali selama periode antenatal :

Satu kali pada trimester 1 (sebelum 14 minggu)

Satu kali pada trimester 1I (antara 14 minggu -28 minggu)

Dua kali pada trimester III ( 28-36 minggu dan sesudah 36 minggu)

a) Kebijakan Program Pemerintah tentang Pemeriksaan Kehamilan 14 T antara

lain :

1. Ukur TB dan BB

Tinggi badan diukur sekali pada saat ibu datang pertama kali untuk

mendeteksi resiko bila hasil pengukuran <145 cm. Kenaikan berat

badan normal ibu hamil rata-rata 6,5-16 kg.

2. Tekanan darah
Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standart

normal, tinggi, atau rendah. Deteksi tekanan darh yang cenderung naik

diwaspadai gejala hipertensi. Apabila turun, dipikirkan ke arah anemia.

3. Ukur Tinggi Fundus Uteri

Pengukuran TFU dengan menggunakan pita sentimeter diukur dari tepi

atas simpfisis hingga fundus uteri

4. Pemberian imuniasi TT

Tujuan pemberian imunisasi TT adalah untuk melindungi janin dari

tetanus neonatorum. Efek sampingnya adalah kemerahan dan bengkak

1-2 hari

5. Pemberian Tablet Fe

Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk ibu hamil dan nifas, karena

pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring peretumbuhan

janin. Pemeberian tablet sesegera mungkin setelah mual hilang, satu

tablet perhari selama 90 hari

6. Test PMS

Pemeriksaan kepada ibu hamil, diambil spesimen darahvena, apabila

test dinyatakan positif, ibu hamil dilakukan pengobatan/rujukan.

7. Temu wicara

Tujuan konseling adalah untuk membantu ibu hamil memahami

kehamilannya dan upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak

diinginkan. Selain itu untuk membantu ibu hamil menemukan


kebutuhan asuhan kebidanan, penolong persalinan yang bersih dan

aman atau tindakan klinik yang mungkin diperlukan.

8. Test Hb

Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu pertama kali , lalu

diperiksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalh salah satu

upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil.

9. Test Protein urine

Pemeriksaan proteinurine ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah

preeklamsia

10. Test Reduksi urne

Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan indikasi

penyakit DM atau penyakit DM pada keluarga ibu/suami

11. Tekan pijat payudara (perawatan paayudara)

Manfaat perawatan payudara adalah menjaga kebersihan payudara,

memperbaiki bentuk puting susu, merangsang kelenjar agar produksi

ASI lancar, dan memperesiapkan laktasi

12. Pemeliharaan Tingkat Kebugaran (Senam hamil)

Senam hamil dpat bermanfaat untuk membantu ibu mempersiapkan

persalinan serta mempercepat laktasi.


13. Terapi yodium

Kibat kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok dan kratin yang

ditandai dengan gangguan fungsi mental, pendengaran, pertumbuhan

dan kadar hormon yang rendah.

14. Terapi malaria

Pemberian obat malriaaaa diberikan khusus pada ibu hamil d daerah

endemik malaria ataupun pendatang baru berasal dari daerah

malariaaaaa. Dampak dari malaria terhadap ibu hamil adalah dapat

terjadi abortus, partus prematur dan anemia.

2.2.3. Metode Pengembangan Panduan WHO

Pada panduan ini, WHO merekomendasikan beberapa hal terkait ANC seperti;

pentingnya pengembangan kebijakan dan protokol klinik terkait kesehatan ibu dan

anak khususnya. Panduan ini dikembangakan sesuai dengan standard operating

procedures (SOP) yang meliputi:

(i) identifikasi masalah yang diprioritaskan dan outcome yang diharapkan;

(ii) pengumpulan bukti dari masalah yang dilaporkan;

(iii) penilaian terhadap bukti yang ada;

(iv) perumusan rekomendasi;


(v) perencanaan untuk implementasi, diseminasi, dan dampak serta evaluasi

dari panduan yang telah dibuat.

2.2.2 Rekomendasi ANC menurut WHO

a) Intervensi nutrisi

1. Intervensi diet:

Direkomendasikan untuk makan makanan bergizi dan tetap melakukan

aktivitas fisik/ olahraga rutin selama kehamilan. Hal ini dilakukan untuk

mencegah kenaikan berat badan berlebih selama kehamilan. Selain itu juga

dianjurkan untuk dilakukan edukasi terkait upaya peningkatan energi dan

asupan protein tiap harinya pada ibu hamil agar mengurangi kejadian bayi lahir

dengan berat badan rendah (BBLR).

a. Pemberian suplemen besi dan asam folat

Direkomendasikan untuk mengkonsumsi suplemen besi sebanyak 30-60

mg/hari dan 0,4mg asam folat tiap harinya. Hal ini untuk mencegah anemia,

peurperal sepsis, BBLR, dan kelahiran preterm.


b. Pemberian suplemen kalsium

Dosis harian kalsium yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah 1,5-2,0 gr peroral

untuk mengurangi risiko pre-eklampsia

c. Pemberian suplemen vit. A

Suplemen vit A hanya diberikan kepada ibu hamil yang tinggal di daerah

dengan kasus defisiensi vit A yang tinggi untuk mencegah rabun senja

d. Pemberian suplemen zinc

Hanya diberikan pada ibu hamil untuk kepentingan penelitian saja

e. Pemberian suplemen mikronutrien, vitamin B6, vit E, vit C, vit D

Pemberian suplemen ini tidak direkomendasikan untuk ibu hamil dalam tujuan

meningkatkan outcome dari ibu maupun janin

f. Pembatasan asupan kafein

Konsumsi kafein pada ibu hamil dianjurkan tidak lebih dari 300 mg/ hari. Hal

ini dilakukan untuk mencegah risiko abortus dan BBLR.


2.3.2 Penilaian kondisi ibu dan janin

a. Penilaian ibu

1) Anemia

Pemeriksaan hitung darah lengkap (blood count test) merupakan metode yang paling

direkomendasikan untuk mendiagnosis adanya anemia selama kehamilan

2) Asymptomatic bacteriuria

Kultur pada midstream urine merupakan metode yang dianjurkan untuk mendiagnosis

adanya bacteriuria. Jika kultur tidak bisa dilakukan, pengecatan gram bisa dilakukan

sebagai alternatifnya

3) Intimate partner violence

Kekerasan oleh pasangan biasanya bisa dideteksi sedini mungkin saat ANC dilakukan

4) Gestational diabetes mellitus

Temuan hiperglikemi pada wanita hamil dapat diklasifikasikan sebagai GDM atau DM

pada kehamilan
5) Penggunaan rokok dan obat-obatan

Pada tiap kunjungan ANC sangat dianjurkan untuk menanyakan ada/ tidaknya

penggunaan rokok baik sebelum atau saat kehamilan. Selain itu ada/ tidaknya paparan

rokok di lingkungan sekitar.

6) HIV dan sifilis

Bagi semua ibu hamil yang rentan atau berisiko terkena HIV atau sifilis, maka perlu

dilakukan uji anti HIV maupun sifilis

7) Tuberkulosis

Pada populasi dengan prevalensi TB yang tinggi, perlu dilakukan skrining TB pada

wanita hamil

b. Penilaian janin

1) Pergerakan janin

2) Bisa dilakukan dengan CTG atau count-to-ten kick charts jika dilakukan untuk

kepentingan penelitian

3) Pengukuran tinggi fundus

4) Dianjurkan untuk selalu diukur setiap kali ANC

5) Antenatal CTG (cardiotocography)


6) CTG rutin tidak dianjurkan untuk ibu hamil, hanya dilakukan secara periodik

saja dan lebih sering pada kehamilan trimester 3

7) Ultrasound scan

8) Dilakukan sebelum usia kehamilan 24 minggu untuk meningkatkan deteksi

adanya kelainan pada janin atau adanya kehamilan ganda. Selain itu juga untuk

mengurangi kemungkinan induksi persalinan pada kehamilan post-term.

Penggunaan USG juga dapat meningkatkan pengalaman kehamilan ibu

9) Doppler ultrasound pembuluh darah janin

Tidak dianjurkan untuk dilakukan secara rutin dalam upanya meningkatkan

kondisi ibu maupun janin. Pemeriksaan DJJ dengan doppler hanya dilakukan

secara periodik saat ANC.

c. Tindakan pencegahan

1) Antibiotik untuk asymptomatic bacteriuria

Pemberian antibiotik selama 7 hari sangat direkomendasikan untuk

semua ibu hamil dengan asymptomatic bacteriuria. Hal ini dilakukan untuk

mencegah bakteriuria yang persisten dan kelahiran preterm serta BBLR

2) Antibiotik profilaksis untuk mencegah ISK berulang


Antibiotik profilaksis hanya diberikan untuk mencegah ISK berulang pada ibu

hamil dalam kepentingan penelitian saja.

3) Pemberian anti-D immunoglobulin

Hanya diberikan untuk kepentingan penelitian pada ibu hamil dengan usia

kehamilan 28-34 minggu

4) Pemberian antihelminthic

Diberikan bagi ibu hamil yang tinggal di area endemic pada trimester 1

5) Vaksin tetanus toxoid

Direkomendasikan untuk diberikan kepada semua ibu hamil. Pemberian

tergantung dengan riwayat vaksinasi ibu sebelumnya. Vaksinasi ini untuk

mencegah kematian bayi akibat tetanus

6) Pencegahan malaria

Pada ibu hamil yang tinggal di daerah endemik sangat dianjurkan untuk

mendapatkan profilaksis malaria pada trimester 2. Profilaksis ini diberikan tiap

bulan atau minimal 3 kali pemberian.

7) Pencegahan HIV dengan pemberian pre-exposure profilaksis (PreP)

Pemberian PreP oral dianjurkan bagi ibu hamil dengan risiko tinggi HIV
d. Intervensi untuk gejala psikologis umum

1) Mual dan muntah

Pemberian jahe, vit B6 atau akupuntur direkomendasikan bagi ibu hamil untuk

mengurangi mual pada awal kehamilan

2) Heartburn

Perubahan gaya hidup sehat dan pola makan sangat dianjurkan untuk mencegah

terjadinya heartburn pada ibu hamil. Bila diperlukan maka bisa diberikan

antacid

3) Kram kaki

Pemberian magnesium, kalsium, atau tatalaksana non-farmakologis lainnya

bisa diberikan untuk mencegah kram kaki pada ibu hamil

4) Low back and pelvic pain

Olahraga/ senam ibu hamil sangat dianjurkan untuk mencegah nyeri punggung

pada ibu hamil. Selain itu bisa juga dengan bantuan fisioterapi atau penggunaan

korset khusus.

5) Konstipasi
Bagi ibu hamil direkomendasikan untuk mengkonsumsi serat ataupun gandum

yang cukup untuk mencegah konstipasi

6) Varicose veins dan edema

Direkomendasikan untuk menggunakan compression stockings, meninggikan

kaki saat tidur dan kompres dengan air hangat pada kaki untuk mencegah edema

e. Intervensi sistem kesehatan untuk meningkatkan fungsi dan kualitas ANC

1) Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memiliki buku KIA dan selalu membawa

setiap kali kontrol/ ANC

2) ANC tidak hanya dilakukan oleh dokter, namun juga oleh bidan

3) Tenaga kesehatan dianjurkan untuk melakukan promosi kesehatan rutin terkait

gaya hidup sehat dan anjuran nutrisi untuk ibu hamil

4) Pelaksanaan ANC minimal 8 kali bagi setiap ibu hamil sangata dianjurkan

untuk mengurangi kematian selama kehamilan maupun saat persalinan.

Menurut Permenkes 2017 bahwa Indikator yang digunakan untuk menggambarkan

akses ibu hamil terhadap pelayanan antenatal adalah

1. Kunjungan K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang

mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif


sesuai standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester

pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8.

2. Kunjungan ke-4 (K4)

K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan

yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan

komprehensif sesuai standar (1-1-2). Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut:

minimal satu kali pada trimester I(0-12 minggu), minimal satu kali pada trimester

ke-2(>12 - 24 minggu), dan minimal 2 kali pada trimester ke-3 (> 24minggu sampai

dengan kelahiran). Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan

jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan.

3. Penanganan Komplikasi (PK)

PK adalah penanganan komplikasi kebidanan, penyakit menular maupun tidak

menular serta masalah gizi yang terjadi pada waktu hamil, bersalin dan nifas.

Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi.

Komplikasi kebidanan, penyakit dan masalah gizi yang sering terjadi adalah:

perdarahan, preeklampsia/eklampsia, persalinanmacet, infeksi, abortus, malaria,

HIV/AIDS, sifilis, TB, hipertensi, diabetes meliitus, anemia gizi besi (AGB) dan

kurang energi kronis (KEK).


Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan

persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas

pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan

janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas. Dalam pelayanan antenatal

terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung

normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil,

melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani

persalinan normal. Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko

mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus

dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang

berkualitas.

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan

pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan Penimbangan berat badan pada setiap

kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan

pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama

kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya

gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali

kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi

badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD

(Cephalo Pelvic Disproportion) Ibu hamil dengan Rujukan penanganan penyakit


tidak menular dan tindak lanjutnya Rujukan penanganan penyakit menular dan

tindak lanjutnya Rujukan penanganan gangguan jiwa dan Ibu hamil Sehat Ibu hamil

dengan komplikasi kebidanan ANC Ibu hamil berisiko Ibu hamil dengan penyakit

tidak menular ibu hamil dengan penyakit Rujukan penanganan gizi dan tindak

lanjutnya Perencanaan persalinan aman di fasilitas kesehatan Penanganan

komplikasi dan rujukan Persalinan Aman dan Bersih Perawatan BBL

2. Ukur Tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada

kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai

bawah; dan atau proteinuria)

3. Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas /LiLA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan

di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KEK. Kurang energi kronis disini

maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama

(beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK

akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

4. Ukur Tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk

mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi
fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan

pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukursetelah

kehamilan 24 minggu

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya

setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui

letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala

janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada

masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap

kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih

dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.

6. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila

diperlukan

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat

imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi T-

nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi T

ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan

perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5

(TTLong Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.


Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval maksimal, hanya terdapat

interval minimal. Interval minimal pemberian imunisasi TT dan lama

perlindungannya dapat dilihat pada table berikut : Imunisasi TT Selang waktu

minimal pemberian imunisasi Lama Perlindungan TT1 Langkah awal pembentukan

kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus TT2 1 bulan setelah TT1 3 TahunTT3 6

bulan setelah TT2 5 Tahun TT4 12 bulan setelah TT3 10 TahunTT5 12 bulan setelah

TT4 ≥25 Tahun

7. Beri Tablet tambah darah (tablet besi) untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu

hamil harus mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal

90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.

8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan

laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan

laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah,

hemoglobin darah, dan pemeriksaan spesifik daerah endemis/epidemi (malaria,

HIV, dll). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan

laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan

kunjungan antenatal. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal

tersebut meliputi:

a) Pemeriksaan golongan darah


Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui

jenis golongan darah ibu melainkan jugauntuk mempersiapkan calon pendonor

darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

b) Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada

trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan

untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama

kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh

kembang janin dalam kandungan. Pemeriksaan kadarhemoglobin darah ibu

hamil pada trimester kedua dilakukan atas indikasi.

c) Pemeriksaan protein dalam urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada

trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk

mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah

satu indikator terjadinya pre-eklampsia pada ibu hamil.

d) Pemeriksaan kadar gula darah. Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes

melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal

sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada

trimester ketiga.

e) Pemeriksaan darah Malaria


Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah

Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non

endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.

f) Pemeriksaan tes Sifilis

Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil

yang diduga menderita sifilis. Pemeriksaaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini

mungkin pada kehamilan.

g) Pemeriksaan HIV

Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di fasilitas

pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIVkepada semua ibu hamil secara

inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan

antenatal atau menjelang persalinan. Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran

tes HIV oleh tenaga kesehatan diprioritaskanpada ibu hamil denganIMS dan

TB secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat

pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan Teknik penawaran ini disebut

Provider Initiated Testing and Councelling (PITC)atau Tes HIV atas Inisiatif

Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Konseling (TIPK).


h) Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita

tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak mempengaruhi

kesehatan janin.

Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan

pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan. Mengingat kasus

perdarahan dan preeklamsi/eklamsi merupakan penyebab utama kematian ibu,

maka diperlukan pemeriksaan dengan menggunakan alat deteksi risiko ibu

hamil oleh bidantermasuk bidan desa meliputi alat pemeriksaan laboratorium

rutin (golongan darah, Hb), alat pemeriksaan laboratorium khusus (gluko-

protein urin), dan tes hamil.

9. Tatalaksana/penanganan Kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan

laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai

dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat

ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

10. Temu wicara (konseling)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang

meliputi :
a) Kesehatan ibu Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya

secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat

yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja

berat.

b) Perilaku hidup bersih dan sehat Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga

kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan,

mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah

sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.

c) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan Setiap ibu

hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami dalam

kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya

persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini

penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dannifas agar segera

dibawa ke fasilitas kesehatan.

d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi

komplikasi Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda-tanda bahaya baik

selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda

maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb.

Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari

pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.

e) Asupan gizi seimbang Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan

asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini
penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu.

Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk

mencegah anemia pada kehamilannya.

f) Gejala penyakit menular dan tidak menular. Setiap ibu hamil harus tahu

mengenai gejala-gejala penyakit menular dan penyakit tidak menular karena

dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.

g) Penawaran untuk melakukan tes HIV dan Konseling di daerah Epidemi meluas

dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan TB di daerah epidemic

rendah. Setiap ibu hamil ditawarkan untuk dilakukan tes HIV dan segera

diberikan informasi mengenai resiko penularan HIV dari ibu ke janinnya.

Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dilakukan konseling Pencegahan

Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA). Bagi ibu hamil yang negatif diberikan

penjelasan untuk menjaga tetap HIV negatif diberikan penjelasan untuk

menjaga HIV negative selama hamil, menyusui dan seterusnya.

h) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif Setiap ibu hamil

dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir

karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan

bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.

i) KB paska persalinan Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut

KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya

waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.


j) Imunisasi Setiap ibu hamil harus mempunyai status imunisasi (T) yang masih

memberikan perlindungan untuk mencegah ibu dan bayi mengalami tetanus

neonatorum. Setiap ibu hamil minimal mempunyai status imunisasi T2 agar

terlindungi terhadap infeksi tetanus.

k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster) Untuk

dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil

dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi

pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.

2.2 Konsep Manajemen Kebidanan

2.2.1 Tinjauan Manajemen Asuhan Kebidanan.

Pengertian Menurut Helen Varney (1997 dalam Hasrianah 2017) bahwa manajemen

asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan

bidan pada awal 1970-an.

Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

Tujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney yaitu:

1) Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)

Langkah I merupakan awal yang akan menentukan langkah berikutnya.

Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien atau orang

yang meminta asuhan. Memilih informasi data yang tepat diperlukan analisa

suatu situasi yang menyangkut manusia yang rumit karena sifat manusia yang

kompleks. Tahapan ini merupakan langkah yang menentukan langkah


berikutnya. Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang dihadapi akan

menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya,

sehingga pada pendekatan iniharus komprehensif meliputi data subjektif,

objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi atau

masukan klien yang sebenarnya.

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara: melakukan anamneses

yang berupa tanya jawab dengan pasien meliputi: riwayat kesehatan, riwayat

reproduksi: riwayat haid, riwayatobstetrik, riwayat kehamilan, persalinan dan

nifas, riwayat ginekologi, riwayat KB, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar,

data sosial ekonomi dan psikologi. Dan pemeriksaan fisik dilakukan secara

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

2) Langkah II: Interpretasi Diagnosa Aktual.

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosaatau masalah dan kebutuhan klien. Berdasarkan interpretasi yang

benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.

3) Langkah III (Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial)

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial

lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosayang sudah di identifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan


pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila

diagnose atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.

4) Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan terhadap Tindakan Segera dan

Kolaborasi)

Beberapa data menunjukka situasi emergensi dimana bidan perlu

bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data menunjukkan

situasi yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu intruksi dokter

dan dilakukan kolaborasi dengan dokter jika terjadi hal yang lebih serius,

seperti tekanan darah yang terus meningkatdan terdapat protein urin.

5) Langkah V (Perencanaan)

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh

langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap

diagnosaatau masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini

informasi atau data dasar yang tidak lengkap dilengkapi.

Perencanaan asuhan yang diberikan pada kehamilan ini mendeteksi dini

prenatal dengan pemeriksaan dijadwalkan 2 minggu lagi lalu 1 minggu sekali.

6) Langkah VI (Pelaksanaan).

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efesien dan aman.


Perencanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan

oleh bidan dan sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya

7) Langkah VII (Evaluasi).

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telahterpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi

didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika

memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa

sebagian rencana tersebut telah efektif sedangkan sebagian belum efektif

(Mufdillah, 2012 dalam Hasrianah 2017)

2.2.2 Pendokumentasian Dalam Bentuk SOAP

Varney menyatakan bahwa alur berfikir bidan saat menghadapi klien

meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh

seseorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka dilakukan

pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu:

1.Subjektif (S) Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesa.

2.Objektif (O) Pendokumentasian hasil pemerksaan fisik klien (Keadaan

umum, kesadaran, tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik), hasil laboratorium dan


uji diagnosis lain yang merumuskan dalam data fokus untuk mendukung

asuhan.

3. Assessment (A) Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data

subjektif dan juga data objektif dalam suatu identifikasi.

a) Diagnosis masalah.

b) Antisipasi diagnosis/masalah potensial.

c) Tindakan segera.

4. Planning (P) Pendokumentasian tindakan dan evaluasi perencanaan

berdasarkan assessment
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang asuhan kebidanan pada Ny

“S” usia kehamilan 33 minggu 6 hari di PMB Puji Astuti. Asuhan ini dilakukan selama

11 minggu. Dalam hal ini pembahasan akan diuraikan secara narasi berdasarkan

pendekatan asuhan kebidanan dengan 7 langkah Varney yaitu: pengumpulan data

dasar, merumuskan diagnosis atau masalah aktual, merumuskan diagnosis atau

masalah potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi, perencanaan

tindakan asuhan kebidanan, melakukan tindakan asuhan kebidanan dan mengevaluasi

asuhan kebidanan.

A. Langkah I. Identifikasi data dasar

Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien, riwayat

kesehatan klien, pemeriksaan fisik ssecara lengkap sesuai dengan kebutuhan,

meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium.

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber

yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data

dasar awal secara lengkap (Betty mangkuji dkk, 2014). Kegiatan pengumpulan

data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses

asuhan kebidanan berlangsung. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber

yang dapat memberikan informasi paling akurat yang dapat diperoleh secepat
mungkin dan upaya sekecil mungkin. Pasien adalah sumber informasi yang paling

akurat dan ekonomis yang disebut dengan sumber data primer. Sumber data

alternative atau sumber data sekunder adalah data yang sudah ada, praktikan

kesehatan lain dan anggota keluarga. Tehnik pengumpuilan data ada tiga yaitu, 1)

observasi, 2) wawancara, 3) pemeriksaan. Observasi adalah pengumpulan data

melalui indra penglihatan (perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi wajah),

pendengaran (bunyi batuk, bunyi nafas), penciuman (bau nafas, bau luka),

perabaan (suhu badan, nadi). Wawancara, dimana pembicaraan terarah yang

umumnya dilakukan pada pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang penting

diperhatikan adalah data yang ditanyakan data yang relefan. Dan Pemeriksaan,

dimana pengumpulan data yang dilakukan dengan memakai instrument/alat

mengukur. Dengan tujuan untuk memastikan batas dimensi angka, irama

kuantitas. Misalnya pengukuran tinggi badan dengan meteran, berat badan dengan

timbangan, tekanan darah dengan tensimeter (Dwi Asri, 2012 dalam Hasrianah).

Dalam tahapan pengakajian, Penulis tidak mendapat hambatan. Hal ini dapat

dilihat dari profesi ibu yang dapat menerima kehadiran penulis saat pengumpulan

data sampai tindakan yang diberikan. Ibu menunjukan sikap terbuka dan menerima

anjuran serta saran yang diberikan oleh penulis maupun tenaga medis lainnya

dalam memberikan asuhan kebidanan

Ny “S” usia 28 tahun, G2P1001 A0, datang ke PMB Puji Astuti pada tanggal 18

November 2019 pukul 18.00 dari hasil pemeriksaan TTV ibu dipuskesmas
didapatkan TD: 130/70 mmHg, N: 80x/menit, S: 36ᵒC, RR: 18x/menit dengan

tidak ada keluhan, kontrol kehamilan. Pasien mengatakan selama hamil

pergerakan janinnya kuat dan bergerak pada bagian sebelah kanan perut ibu, pasien

mengatakan telah melakukan kunjungan Antenatal Care sebanyak 10 x di PMB

Puji Astuti, dan telah mendapatkan suntikan Tetanus Toksoit sebanyak 4x, pasien

mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 28 Maret 2019, pasien mengatakan

usia kehamilannya ±8 bulan, pasien mengatakan selama hamil ia tidak pernah

merasakan nyeri perut yang hebat. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami

trauma/penyulit selama kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Pasien tidak

pernah memiliki riwayat penyakit seperti Hipertensi, Asma, Jantung, Diabetes

Mellitus dan penyakit menular lainnya. Pasien tidak memiliki riwayat

mengkonsumsi obat-obatan selam hamil tanpa resep bidan atau dokter, pasien

mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi berupa suntik 3 bulan di mulai

dari anak pertama sampai 3 tahun lalu ganti pil KB 5 selama 5 tahun dan pasien

berhenti ber KB karena ingin hamil, pasien tidak pernah mengalami penyakit yang

serius dan tidak pernah di rawat di Rumah Sakit atau Puskesmas, selama hamil

pola makan pasien baik, dimana istirahat pasien cukup dikarenakan pasien sebagai

ibu rumah tangga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis,

keadaan umum ibu baik, TD: 130/70mmHg, N: 80x/menit, S: 36ᵒC, RR:

18x/menit, kedua konjungtiva mata tidak pucat dan ikterik, tidak ada pembesaran

pada kelenjar tiroid dan vena jugularis, payudara bersih, colostrum -/-, puting susu

menonjol +/+, pada pemeriksaan abdomen didapatkan yaitu: TFU 3 jari bawah
Prosesus Xipoideus dan pusat (24 cm), teraba bokong pada fundus dan sesuai usia

kehamilan, punggung kiri, presentasi kepala, situs memanjang, kepala masuk atas

panggul (BAP), pada Auskultasi terdengar denyut jantung janin dengan frekuensi

136x/menit janin intrauterin, tunggal dan hidup, pada pemeriksaan penunjang

didapatkan hasil laboratorium Hemoglobin: 11,1, gol darah B+, Albumin: (-)

Negatif tidak terdapat protein dalam urine ibu, reduksi(-). Dari hasil pemeriksaan

USG tgl 3 oktober 2019 didapatkan: tunggal, hidup, presentasi kepala, usia

kehamilan 29 minggu, , TBJ: 1127 gram, ketuban cukup, TP 25 Desember 2019.

Hasil usia kehamilan dilihat dengan menggunakan rumus neagel, mulai dari hari

pertama haid terakhir tanggal sampai tanggal pengkajian, maka umur kehamilan

32 minggu 1 hari (Prawirohardjo, 2014). Pada pemeriksaan abdomen tampak linea

nigra dan striae alba yang menandakan kehamilan lebih dari satu dan otot perut

sudah kendor, terdapatnya denyut jantung janin dan terabanya bagian-bagian janin

pada saat dipalpasi merupakan salah satu dari tanda-tanda pasti kehamilan

(Prawirohardjo 2014). Pada pemeriksaan Leopold untuk menentukan tinggi fundus

uteri dilakukan pada uterus tidak sedang berkontraksi, dengan posisi ibu setengah

duduk, lalu mulai melakukan pengukuran dengan menempelkan ujung pita dari

tepi atas simpisis pubis dan puncak fundus uteri, hal tersebut dilakukan untuk

menilai tinggi fundus uteri apakah tinggi fundus uteri sesuai dengan usia

kehamilan atau tidak,dan untuk menentukan presentasi janin dilakukan dengan

mempertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut, jika dalam

perabaan pada fundus uteri bulat, keras dan melenting maka dapat dilakukan
sebagai presentasi bokong karena kepala janin berada pada bagian fundus, atau

jika pada bagian fundus uteri teraba lunak, kurang melenting, dapat dikatakan

presentasi kepala. Untuk menilai penurunan kepala janin dilakukan dengan

menghitung proporsi bagian terbawah janin yang masih berada diatas shimpisis

dan dapat diukur dnegan lima jari tangan (per limaan), bagian diatas simfisisadalah

proporsi yang belum masuk pintu atas panggul (PAP) dan sisanya telah memasuki

pintu atas panggul (PAP) (Widia, 2015). Didalam kehamilan, janin dikatakan

tunggal jika pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan. Saat palpasi teraba

satu kepala dan satu punggung, sedangkan auskultasi denyut jantung janin

terdengar jelas, kuat dan teratur pada kuadran kiri bawah perut ibu (Baety, 2012

dalam Hasrianah 2017). Adanya gerakan janin dan denyut jantung janin (DJJ)

merupakan tanda bahwa janin hidup. Janin yang dalam keadaan sehat, bunyi

jantungnya teratur dan frekuensinya antara 120-160 kali per menit, selain itu tanda

janin hidup juga dapat dilihat dari pergerakan janin yang dirasakan kuat oleh ibu

satu kali per jam atau lebih dari 10 kali per hari dan pembesaran uterus

menandakan janin hidup dan bertumbuh (Prawirohardjo, 2014).

Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan pada pemeriksaan tanggal 18

November 2019 dalam kehamilan pada Ny “S” didapatkan data subjektif ibu

mengatakan tidak ada keluhan hanya kontrol kehamilan, ibu mengatakan ini

kehamilan yang kedua dan tidak pernah mengalami keguguran sebelumnya, ibu

mengatakan pergerakan janinnya kuat, ibu mengatakan sudah mengkonsumsi


makanan yang bergizi sesuai anjuran yang telah diberikan, ibu mengatakan

istirahat sudah cukup di rumah,

Berdasarkan uraian diatas terdapat persamaan antara teori dengan gejala yang

timbul pada hipertensi kasus dalam kehamilan ini. Hal ini membuktikan bahwa

tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

Langkah II. Identifikasi diagnose masalah actual

Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua data

yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau maslah. Diagnosis

yang dirumuskan adalah diagnosisdalam lingkup praktikkebidanan yang tergolong

pada nomenklatur standar diagnosis, sedangkan perihal yang berkaian dengan

pengalaman klien ditemukan hasil pengkajian (Betty mangkuji dkk, 2014).

Riwayat kesehatan yang lalu Ny “S” tidak pernah mengalami penyakit yang serius

dan dirawat dirumah sakit ataupun dipuskesmas. Pemeriksaan abdomen

didapatkan kesan yaitu tinggi fundus uteri (TFU) 3 jari bawah Prosesus Xipoideus

(24 cm), sesuai usia kehamilan 34 minggu, punggung kiri presentasi kepala, situs

memanjang kepala masuk atas panggul (BAP), terdengar denyut jantung janin

dengan frekuensi 140x/menit, janin intauterin, tunggal dan hidup. Pada

pemeriksaan laboratorium, didapatkan Hb 11,1gr%, albumin negatif, reduksi

negatif. Pada pemeriksaan Leopold untuk menentukan tinggi fundus uteri

dilakukan pada uterus tidak sedang berkontraksi, dengan posisi ibu berbaring dan

kaki sedikit ditekuk, lalu mulai melakukan pengukuran dengan menempelkan


ujung pita dari tepi atas simfisis pubis danpuncak fundus uteri, hal tersebut

dilakukan untuk menilai tinggi fundus uteri apakah tinggi fundus uteri sesuai

dengan usia kehamilan atau tidak dan untuk menentukan presentase janin

dilakukan dengan mempertimbangkan bentuk, ukurandan kepadatan bagian

tersebut, jika dalam perabaan pada fundus uteri bulat, keras dan melenting maka

dapat dilakukan sebagai presentasi bokong karena kepala janin berada pada bagian

fundus, atau jika pada bagian fundus uteri teraba lunak, kurang melenting, dapat

dikatakan presentasi kepala (Ai Nursiah, dkk, 2014). Untuk menilai penurunan

kepala janin dilakukan dengan menghitung proporsi bagian terbawah janin yang

masih berada diatas shympisis dan dapat diukur dengan lima jari tangan (per

limaan), bagian diatas shimfisisadalah proporsi yang belum masuk pintu atas

panggul (PAP) dan sisanya telah memasuki pintu atas panggul (PAP) (Widia,

2015). Didalam kehamilan, janin dikatakan tunggal jika pembesaran perut sesuai

dengan usia kehamilan. Saat palpasi teraba satu kepaladan satu punggung,

sedangkan auskultasi denyut jantung janin terdengar jelas, kuat dan teratur pada

kuadran kiri bawah perut ibu (Baety, 2012 dalam Hasrianah 2017). Adanya

gerakan janin dan denyut jantung janin (DJJ) merupakan tanda bahwa janin hidup.

Janin yang dalam keadaan sehat, bunyi jantungnya teratur dan frekuensinya antara

120-160 kali per menit, selain itu tanda janin hidup juga dapat dilihat dari

pergerakan janin yang dirasakan kuat oleh ibu satu kali per jam atau lebih dari 10

kali per hari dan pembesaran uterus menandakan janin hidup dan bertumbuh

(Prawirohardjo, 2014). Berdasarkan uraian diatas maka diagnosis pada kasus


kehamilan tersebut adalah GIIPI001 A0, gestasi 33 minggu 6 hari, presentasi

kepala, situs memanjang, kepala masuk (BAP), intrauterin, tunggal, hidup.

Demikian penerapan tinjauan pustaka pada kasus Ny “S” secara garis besar tampak

adanya persamaan antara teori dengan diagnosis aktual yang ditegakkan sehingga

memudahkan memberikan tindakan selanjutnya.

Langkah III. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain

berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah

ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan

diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini

benar-benar terjadi (Frisca Tresnawati, 2012 dalam Hasrianah 2017). Langkah ini

membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil

mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah

potensial ini benar-benar terjadi dan dilakukan asuhan yang aman. Pada langkah

ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil

mengamati klien, bidan dapat diharapkan bersiap-siap bila diagnosa/masalah

potensial ini benar-benar terjadi. Pada kasus Ny “S” penulis tidak menemukan

tanda-tanda infeksi atau kelainan komplikasi pada ibu maupun janin yang mungkin
akan terjadi pada dalam kehamilan ini, telah sesuai dengan teori sehingga tidak

ada diagnose potensial dan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Langkah IV. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera Atau Kolaborasi

Pada langkah ini, yang dilakukan oleh bidan adalah mengidentifikasi perlunya

tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani

bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi klien. Ada

kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang harus segera

dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa menunggu beberapa

waktu lagi (Betty Mangkuji, 2014). Langkah keempat ini mencerminkan

kesinambungan dari proses manajemen kebidanan yang terjadi dalam kondisi

darurat. Kondisi darurat dapat terjadi pada saat mengelolaan ibu hamil, ibu

bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Kondisi darurat merupakan kondisi yang

membutuhkan tindakan dengan segera untuk menangani diagnosis maupun

masalah darurat yang terjadi apabila tidak segera dilakukan tindakan segera, selain

diatas bisa juga berupa observasi/pemeriksaan. Pada penjelasan diatas

menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan

prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan

tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosis/masalah potensial

pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan darurat/segera

yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini,
termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri atau bersifat

rujukan (Rita Yulifah, 2013 dalam Hasrianah 2017).

Langkah V. Rencana Tindakan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, yang ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen

terhadap diagnosis atau masalah yang diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah

ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan

yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi-

kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka

pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan

terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu

merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi,

kultural atau masalah psikologis (Th. Endang, dkk, 2014). Adapun sasaran/target

dalam rencana asuhan pada kasus ini berfokus untuk menjaga kehamilan agar

berjalan lancar ibu dan janin sehat. Rencana asuhan pada kasus Ny ”S” disusun

berdasarkan teori dengan melihat kondisi dari kebutuhan pasien. Hasil pengkajian

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pada pasien yaitu Ny “S” datang dengan tidak

ada keluhan kontrol keehamilan pada tanggal 18 November 2019 pada pukul 18.00

wita. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, keadaan umum

ibu baik, TD: 130/70mmHg, N: 80x/menit, S: 36ᵒC, RR: 18x/menit, kedua

konjungtiva mata tidak pucat dan ikterik, tidak ada pembesaran pada kelenjar
tiroid dan vena jugularis, payudara bersih, puting susu menonjol,+/+,colostrum -/-

, pada pemeriksaan abdomen didapatkan yaitu: TFU 3 jari bawah Prosesus

Xipoideus, 24cm, teraba bokong pada fundus dan sesuai usia kehamilan 34

minggu, punggung kiri, presentasi kepala, situs memanjang, kepala masuk atas

panggul (BAP), pada Auskultasi terdengar denyut jantung janin dengan frekuensi

136x/menit janin intrauterin, tunggal dan hidup, pada pemeriksaan penunjang

didapatkan hasil laboratorium Hemoglobin: 11,2, Albumin: (-) Negatif tidak

terdapat protein dalam urinibu, reduksi(-). Dari hasil pemeriksaan UltraSonografi

didapatkan: tunggal, hidup, presentasi kepala, usia kehamilan 32-34 minggu, jk:

perempuan, TBJ: 2.700 gram. Rencana tindakan yang telah disusun yaitu: sapa ibu

dan keluarga untuk meningkatkan rasa percaya sehingga ibu menjadi lebih

koperatif dengan petugas, beritahu hasil pemeriksaan, menganjurkan keluarga

untuk memberikan support dan semangat kepada ibu, memberikan KIE tentang

istirahat yang cukup, diet seimbang dan menjaga personal hygine dalam kehamilan

Rencana tindakan pada kasus Ny “S” adalah melakukan pemantauan kunjungan

ulang/kontrol 2 minggu. Rencana asuhan yang diberikan yaitu mencuci tangan

sebelum dan sesudah melakukan tindakan, melakukan pemeriksaan tanda –tanda

vital pada ibu untuk memastikan pertambahan/penurunan tekanan darah pada ibu,

pertambahan berat badan, menganjurkan ibu untuk memperbaiki pola makan

dengan makan makanan yang bergizi, mengurangi karbohidrat, berlemak, dan

manis serta menganjurkan ibu untuk cukup istirahat, tidak terlalu banyak pikiran

atau stres, dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi obat-obatan yang telah
diberikan sesuai dengan intruksi. Rencana asuhan kebidanan yang telah disusun

berdasarkan diagnosa/masalah actual dan potensial, hal ini menunjukan tidak ada

kesenjangan antara teori dengan manajemen asuhan kebidanan pada penerapan

studi kasus dilahan praktek.

F.Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan

pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa

dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh klien, atau anggota

tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetapmemikul

tangung jawab untuk mengarahkan penatalaksanaannya (memastikan langkah

tersebut benar-benar terlaksana) (Dwi Asri, dkk. 2012 dalam Hasrianah 2017).

Pada studi kasus Ny “S” dalam kehamilan ini, semua tindakan yang direncanakan

terlaksana dengan baik. Seperti dengan menyampaikan hasil pemeriksaan pada

pasien dengan baik, memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk

bertanya apabila ada hal yang tidak dia mengerti, memberikan dukungan moril

kepada ibu dan keluarga untuk mengambil keputusan penting dalam setiap

tindakan yang akan dilakukan seperti dengan pemeriksaan laboratorium maupun

pemeriksaan USG. Penjelasan telah disampaikan, pasien dan keluarga mengerti

dengan keadaannya, memberikan dukungan psikologis kepada ibu, memberikan

pengetahuan kepada ibu tentang pentingnya Health Education selama kehamilan

seperti pada pola istirahat yang cukup, pola makan yang seimbang/diet seimbang
dalam kehamilan dan menghindari makanan yang banyak mengandung bahan

pengawet, serta memberikan terapi obat-obatan pada ibu yang dapat tablet tambah

darah 1x1, kalsium 1x1, vit C 3x1.

Pemantauan selanjutnya yang dilakukan dilakukan di PMB Puji Astuti pada

tanggal 28 November 2019 yaitu ibu tidak ada keluhan hanya kontrol kehamilan,

keadaan umum ibu baik, pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil

tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 18 x/menit, suhu 36Oc,

BB 75 kg, payudara bersih, puting susu menonjol +/+,colostrum -/-, pada

pemeriksaan abdomen didapatkan yaitu: TFU 3 jari bawah Prosesus Xipoideus,

30cm, teraba bokong pada fundus dan sesuai usia kehamilan 35 minggu 2 hari,

punggung kiri, presentasi kepala, situs memanjang, kepala masuk atas panggul

(BAP), pada Auskultasi terdengar denyut jantung janin dengan frekuensi

140x/menit semua tindakan yang direncanakan terlaksana dengan baik. Seperti

dengan menyampaikan hasil pemeriksaan pada pasien dengan baik, memberikan

kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya apabila ada hal yang tidak

dia mengerti, memberikan dukungan moril kepada ibu dan keluarga untuk

mengambil keputusan penting dalam setiap tindakan yang akan dilakukan seperti

dengan pemeriksaan laboratorium( Hb ulang, protein urine, dan reduksi urine).

Penjelasan telah disampaikan, pasien dan keluarga mengerti dengan keadaannya,

memberikan dukungan psikologis kepada ibu, memberikan pengetahuan kepada

ibu tentang pentingnya Health Education selama kehamilan seperti pada pola
istirahat yang cukup, pola makan yang seimbang/diet seimbang dalam kehamilan

terutama dengan menghindari makanan yang manis, tinggi karbohidrat, lemak dan

makanan yang banyak mengandung bahan pengawet, serta memberikan terapi

obat-obatan pada ibu yang dapat tablet tambah darah 1x1, kalsium 1x1, vit C 3x1.

Pemantauan selanjutnya yaitu memantauan yang dilakukan di rumah ibu pada

tanggal 5 Desember 2019, pemantauan ini dilakukan dengan mengobservasi

kembali tanda-tanda vital ibu untuk memastikan tekanan darah ibu

bertambah/berkurang dan pada hasil pemeriksaan hasil tekanan darah yaitu 130/80

mmHg, BB 76 kg, keadaan ibu dalam keadaan baik. Menganjurkan kembali ibu

untuk mengkomsumsi makan yang rendah kalori, rendah lemak, terlalu manis serta

menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, tidak terlalu banyak pikiran yang

dapat mengakibatkan stres.

Setelah dilakukan pemantauan selama 5 minggu, meminta ibu utuk tetap

mempertahankan pola makan agar tidak terjadi lagi peningkatan berat badan,

memberikan KIE pada ibu tentang persiapan dan rencana persalinan,

menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk senantiasa berdoa kepada Allah swt

agar kehamilan sekarang dan persalinan ibu nantinya akan berlangsung dengan

normal dan lancar tanpa ada komplikasi yang dapat terjadi. Dalam pelaksanaan

tindakan asuhan kebidanan penulis tidak menemukan hambatan yang berarti

karena seluruh tindakan yang dilakukan sudah berorientasi pada kebutuhan klien.
G. Langkah VII. Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen kebidanan dimana

pada tahap ini ditemukan kemajuan atau keberhasilan dalam mengatasi masalah

yang dihadapi klien. Proses evaluasi merupakan langkah dari proses manejemen

asuhan kebidanan pada tahap ini penulis tidak mendapatkan permasalahan atau

kesenjangan pada evaluasi menunjukan masalah teratasi tanpa adanya komplikasi.

Hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pemeriksaan laboratorium

serta pemeriksaan USG, diagnosa yang ditegakkan pada Ny “S” adalah kehamilan

normal. Rencana asuhan yang telah disusun berorientasi sesuai dengan kebutuhan

pasien dan dilaksanakan secara menyeluruh. Adanya kerjasama antara pasien dan

petugas kesehatan sehingga tidak ditemukan hambatan pada saat pelaksanaan

asuhan. Diet yang seimbang dan istirahat yang cukup, dimana pola makan yang

tidak seimbang seperti tingginya mengkomsumsi makanan yang banyak

mengandung lemak, manis dan mengandung pengawet dapat mempengaruhi berat

badan bayi yang dilahirkan overweigh dapat menjadi meningkat melebihi batas

normal, sehingga dapat membahayakan ibu maupun janinnya. Pemberian terapi

obat-obatan yang berupa vitamin sesuai dengan intruksi dokter juga dapat

membantu memenuhi kebutuhan ibu hamil apabila dikonsumsi dengan teratur.

Selain pemberian obat-obatan ibu dan keluarga diberikan dukungan dengan

menganjurkan ibu dan keluarga untuk tetap bersabar dan meyakinkan ibu bahwa

kejadian yang dialami adalah kehendak Allah swt. Serta dilakukan kolaborasi
dengan dokter ahli kandungan dalam melakukan pemeriksaan USG apabila belum

melahirkan sesuai tanggal perekiraan lahir (4 januari 2020) untuk perencanaan

terminasi. Selama pemantauan berlangsung, ibu telah diberikan asuhan sesuai

dengan kebutuhan ibu dan mendapatkan pendampingan oleh keluarga maupun

bidan. Keadaan psikososial ibu baik ditandai dengan tanda-tanda vital yang normal

dan meminta ibu utuk tetap berserah diri kepada Allah swt agar kehamilannya tetap

dalam keadaan sehat sampai masa persalinannya tiba. Maka dapat disimpulkan

bahwa mulai dari pemantauan pertama sampai pemantauan terakhir, semuanya

berlangsung dengan baik, tidak ada komplikasi yang terjadi pada ibu maupun

janin. Hal tersebut terjadi karena manajemen asuhan yang diberikan sesuai dengan

teori dan sesuai dengan wewenang bidan.

H. Pendokumentasian

Pada hari pertama, ibu datang pada tanggal 18 November 2019 di PMB Puji

Astuti dilakukan pengumpulan data mulai dari riwayat kehamilan sekarang dan

kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat kesehatan, riwayat sosial ekonomi,

riwayat psikososial, riwayat spiritual, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Ibu mengatakan tidak ad keluhan,

kontrol kehamilan. HPHT 28 maret 2019 usia kehamilan 33 minggu 6hari. Di

lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan didapatkan hasil pemeriksaan tekanan

darah 130/70 mmHg, BB 72 kg, pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan

protein dalam urine, TFU 3 jari bawah prosesus xipodeus (24 cm), teraba bagian-
bagian janin dan terdengar denyut jantung janin. Pada kasus Ny “S” hasil

pengkajian menunjukkan diagnosis dalam kehamilan normal.

Pada kunjungan kedua tanggal 28 November 2019 yang dilakukan di PMB

Puji Astuti didapatkan hasil pemeriksaan tekanan darah 130/80 mmHg, BB 75 kg,

ibu dianjurkan untuk rutin mengkomsumsi obat yang diberikan dan menganjurkan

ibu untuk mengurangi mengkomsumsi makanan yang tinggi lemak, tinggi kalori,

dan terlalu manis, rencana pemeriksaan Hb ulang, protein urineeeee dan reduksi

urine.

Pada kunjungan ketiga tanggal 5 Desember 2019 yang dilakukan di PMB Puji

Astuti didapatkan hasil pemeriksaan tekanan darah 130/80 mmHg, BB: 75,5 kg,

protein urine negatif, reduksi negatif, Hb ulang ...., ibu tetap dianjurkan utuk tetap

rutin mengkomsumsi obat yang diberikas sesuai intruksi yang diberikan, ibu juga

dianjurkan untuk memperbanyak istirahat dan tidak banyak pikiran. Hasil dari

kasus yang dialami Ny “S” dengan kehamilan normal dapt diatasi dengan

membantu ibu untuk memperbaiki pola makan.


BAB V

PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan praktek

melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada Ny “S” dengan Asuhan

Kehamilan Normal di PMB Puji Astuti maka bab ini penulis menarik kesimpulan dan

saran.

A. Kesimpulan

1. Asuhan kebidanan pada Ny “S” dengan Kehamilan normal dilakukan dengan teknik

pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari pengkajian dan analisa

data dasar, pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data

yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, mulai dari

anamnesis riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan

keterangan tambahan yang menyangkut atau yang berhubungan dengan kondisi klien.

2. Diagnosa Ny “S” dengan Kehamilan normal ditegakkan berdasarkan tidak ada

keluhan dan dari hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal dan pemeriksaan dalam

kehamilan dalam batas normal.

3. Rencana tindakan yang telah disusun pada Ny “S” bertujuan agar ibu mendapatkan

penanganan yang bersih dan aman, sesuai dengan kondisinya dan mencegah terjadinya

komplikasi serta mencegah terjadinya trauma berat pada ibu dan janinnya.

4.Tindakan yang dilakukan bertujuan agar rencana yang disusun tercapai agar dapat

lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pasien.


5. Tindakan evaluasi pada Ny “S” dengan Kehamilan normal telah diberikan

semaksimal mungkin dan sesuai standar pelayanan/rencana asuhan kebidanan serta

komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi dapat teratasi.

6. Pendokumentasian dilaksanakan pada tanggal 18 November 2019 Usia kehamilan

33 minggu 6 hari di PMB Puji Astuti dalam keadaan normal.

B. Saran

1. Bagi klien

a. Menganjurkan ibu untuk tidak mengkomsumsi makanan yang lemak dan

makanan terlalu manis dan banyak zat pengawet.

b. Menganjurkan kepada ibu agar banyak beristrahat.

c. Menganjurkan ibu untuk selalu memperhatikan keadaannya dan kesehatan

janinnya Menganjurkan kepada ibu untuk untuk mengomsumsi makanan dengan

gizi seimbang.

e. Menganjurkan kepada ibu untuk mengomsumsi obat secara teratur sesuai

instruksi yang diberikan.

f. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan organ genetalianya.

2. Saran untuk PMB.

a. Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan yang

profesional sehingga dapat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI)
dan angka kematian perinatal (AKP). Oleh karena itu bidan harus meningkatkan

kemampuan, pengetahuan, keterampilan, melalui program pendidikan, pelatihan-

pelatihan, seminar agar menjadi bidan yang berkualitas sesuai dengan

perkembangan IPTEK.

b. Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu manajemen

kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat yang mendasari bagi bidan

untuk memecahkan masalah klien dan berbagai kasus.

c. Seorang bidan hendaknya menganggap bahwa semua ibu hamil mempunyai

resiko untuk komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin, oleh karena itu

bidan diharapkan mampu mendeteksi secara dini adanya tanda-tanda bahaya

kehamilan dan menganjurkan ibu dan keluarga segera ke pelayanan kesehatan bila

mengalami hal tersebut

3. Saran untuk institusi kebidanan

a. Untuk mendapatkan hasil manajemen asuhan kebidanan yang baik perlu

menyediakan tenaga bidan yang profesional untuk menunjang pelaksanaan tugas.

b. Untuk pelayanan yang lebih berkualitas sesuai dengan kemajuan teknologi,

sebaiknya bidan yang sudah bertugas diberi kesempatan untuk melanjutkan atau

semacam pelatihan-pelatihan.
c. Demi mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan perlu kiranya penyediaan

fasilitas/alat-alat yang memadai untuk penunjang pelaksanaan tugas-tugas

kebidanan dan untuk meningkatkan keterampilan bidan.


DAFTAR PUSTAKA

2014. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta
Pelayanan Kesehatan Seksual. Nomor 97

2017. Profil Kesehatan RI. Jakarta

Jayanti Ira. 2019. Evidance Based dalam Praktek Kebidanan. DEEPUBLISH.


Yogyakarta.

Prezi. 2017. Evidance Based dalam Asuhan Kebidanan.

Yulita 2019 (Analisispelaksanaan Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continue Of


Care / Coc) Di Kota Pekanbaru JOMIS (Journal Of Midwifery Science)P-ISSN : 2549-
2543Vol 3. No.2, Juli 2019

Yudistira E.2019. Asuhan Kebidanan Ibu Hamilfisiologispada Ny.L di PMB


Isniwati,Str.Keb di Turi Sari. LTA. Stikes Muhammadiyah. Lampung

Gustina E. 2016. Laporan Tahunan Direktorat Kesehatan Keluarga.Jakarta.

Hasrianah 2017. Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal Care Pada Ny “A”Dengan


Hipertensi Dalam Kehamilan Di Rsud Syekh Yusuf Kab. Gowa. KTI .UIN.
Makasar.

S,N,Detti. 2019. AKI di Indonesia Masih Tinggi. UGM.


https://ugm.ac.id/id/berita/17548-aki-di-indonesia-masih-tinggi

Rahma, L. 2017. Asuhan Kebidanan Continuity of care pada Ny. A. Masa Hamil
sampai Keluarga Berencana di BPM Lilis Sulistyowati. Fikes Unmuh Ponorogo.

Rahadian. Kematian ibu dan upaya upay


penanggulangannyahttps://pkbi.or.id/kematian-ibu-dan-upaya-upaya-
penanggulangannya/

https://prezi.com/9fqb2wwmoz2g/evidenced-based-dalam-asuhan-kebidanan-
kehamilan-antenatal/
https://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/rekomendasi-who-dalam-pelayanan-antenal-

care-anc/

 WHO, 2016, WHO recommendations on antenatal care for a positive

pregnancy experience, UK

 WHO, 2016, Standards For Improving Quality Of Maternal And Newborn Care

In Health Facilities, Switzerland

Anda mungkin juga menyukai