Anda di halaman 1dari 6

NAMA : ZASKIA SALSABILA JAUZA ATMAJA

KELAS : 7C

MACAM MACAM BENCANA

1. Tanah longsor

a. Pada tanggal 31 Desember 2018 lalu terjadi longsor di Kampung Cigarehong,


Dusun Cimapag, yang berada di Sirnaresmi, Cisolok, Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat
b. Longsor berlangsung di tempat kejadian pada pukul 17.00 WIB, pada tanggal
31 Desember 2018. Longsor yang terjadi di Sukabumi ini diawali oleh
kemunculan hujan yang menimbulkan keretakan pada tanah. Setelah
terjadinya keretakan, maka mulailah terjadi kelongsoran dari mahkota
longsor, menerjang, dan terus menuruni perbukitan. Keretakan yang terjadi di
sana telah lama muncul sejak 24 Desember 2018. Semakin banyaknya air
yang tertahan, maka longsor pun tak terhindarkan, mengikuti gaya gravitasi
turun, dengan panjang mahkota longsor 800 m dan tebal ada yang sampai 10
m[Menurut warga yang diwawancarai BBC, hujan deras terjadi sebelum
longsor, dan menjelang salat Magrib terdengar bunyi mendengung. Begitu
dilihat telah terjadi longsor.
Di tengah evakuasi, longsor susulan masih terjadi. Terlebih lokasi longsor
masih diguyur hujan setiap hari. Longsor susulan terjadi antara pukul 10
sampai setengah 11 malam, dengan pergeseran tanah yang signifikan, yang
menyebabkan perubahan kontur tanah.

c. Dampak
Sebanyak 30 rumah dengan 32 kepala keluarga, dengan 101 jiwa, juga lahan
pertanian terdampak longsor. Di awal evakuasi, pada 1 Januari 2019, didapati
2 orang meninggal dunia, 3 luka-luka, 61 orang meninggal, dan 41 lainnya
belum ditemukan.Perkembangan pada Sabtu, 5 Januari 2019, pada
penanganan hari ke-6, Viva mencatat dari Joshua Banjarnahor, Humas dan
Protokoler Basarnas Jawa Barat bahwa korban meninggal 31 orang, luka-luka
tiga orang, yang selamat 64 orang. 2 orang dinyatakan hilang/dalam
pencarian. Sementara Kompas.com memberitakan pada 6 Januari 2019 di
akhir masa tahap tanggap darurat operasi pencarian mencatat bahwa 32 orang
berhasil ditemukan meninggal dunia dan 1 orang dinyatakan hilang.

d. Latar belakang

Kampung Cimapag, yang berada di bawah Kasepuhan Sirnaresmi berada di


lereng, dekat dengan perbatasan Banten dan Taman Nasional Gunung
Halimun Salak. Sejak semula, para penduduknya hidup secara nomaden
sampai akhirnya kampung itu didirikan antara 1941-1942, dan terus
berkembang. Penduduknya hidup dari pertanian dan peternakan. Sekitar 20
tahun yang lalu, sempat terjadi longsor —ketika sawah belum begitu sebanyak
sekarang.Sejatinya, daerah yang masuk Kampung Sirnaresmi merupakan
bagian dari desa wisata yang berkontur daerah bergunung-gunung, terletak di
ketinggian 300-600 mdpl dan berjarak 23 km dari kecamatan utama, Cisolok.
Selain dari bertani, masyarakat di sini menyadap nira, pengukir bedog (sejenis
golok), pandai besi, dan pengrajin.

Pada dasarnya, Sukabumi merupakan daerah yang rawan longsor, dan


bencana itulah yang paling sering terjadi selama 10 tahun terakhir.Termasuk
daerah Cimapag ini, juga banyak dari daerah di Sukabumi yang berasal dari
material gunung api muda yang belum mengalami pemadatan sehingga
bertanah gembur dan rawan longsor. Sutopo dari BNP juga menyebut, daerah
ini masuk zona merah yang rawan bencana. Terlebih lagi, masyarakatnya
masih banyak yang belum mendapat pengetahuan kebencaanaan.Selain itu
pula, lereng yang berkemiringan 30 derajat, tanah yang gembur lagi mudah
menyerap air, alih fungsi lahan dan pemakaian lahan untuk persawahan juga
jadi penyebab terjadinya longsor. Kondisi tanah yang hanya ditanami tanaman
berusia singkat berupa tanaman pertanian yang tak berakar kuat, maka itulah
yang juga jadi penyebab longsor.

Longsor

Longsor berlangsung di tempat kejadian pada pukul 17.00 WIB, pada tanggal
31 Desember 2018. Longsor yang terjadi di Sukabumi ini diawali oleh
kemunculan hujan yang menimbulkan keretakan pada tanah. Setelah
terjadinya keretakan, maka mulailah terjadi kelongsoran dari mahkota longsor,
menerjang, dan terus menuruni perbukitan.

Keretakan yang terjadi di sana telah lama muncul sejak 24 Desember 2018.
Semakin banyaknya air yang tertahan, maka longsor pun tak terhindarkan,
mengikuti gaya gravitasi turun, dengan panjang mahkota longsor 800 m dan
tebal ada yang sampai 10 m.Menurut warga yang diwawancarai BBC, hujan
deras terjadi sebelum longsor, dan menjelang salat Magrib terdengar bunyi
mendengung. Begitu dilihat telah terjadi longsor.

Di tengah evakuasi, longsor susulan masih terjadi. Terlebih lokasi longsor


masih diguyur hujan setiap hari. Longsor susulan terjadi antara pukul 10
sampai setengah 11 malam, dengan pergeseran tanah yang signifikan, yang
menyebabkan perubahan kontur tanah.

Pasca longsor

Pasca longsor, diadakan evakuasi di daerah sekitar tempat kejadian. Evakuasi


diadakan secara sederhana, mengingat minimnya alat berat, cuaca yang terus
berhujan, dan jalan yang berbatu lantaran padamnya listrik. [18] Sekitar 200
meter dari rumah tertimbun longsor, diketahui jika tak berhati-hati bisa
terkena tanah lumpur berkedalaman 50 sentimeter. Keesokan harinya, di
Sukabumi, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang juga meninjau kondisi
lapangan juga menyebut bahwa ⅔ daerah Sukabumi memang termasuk zona
merah, atau rawan bencana.
2. Banjir bandang

a. Banjir bandang setinggi dua meter menerjang Desa Dungaliyo, Kabupaten


Gorontalo, Provinsi Gorontalo pada 9 Oktober 2018.

b. Diguyur hujan selama beberapa jam, 32 rumah warga di Desa Dumgaliyo,


Kecamatan Dungaliyo, Kabupaten Gorontalo (Kabgor) Provinsi Gorontalo
terendam banjir. Dari pantauan Liputan6.com, air berasal dari luapan Sungai
Pilolamenga Kecamatan Dungaliyo, dan merendam rumah warga yang tak
jauh dari bantaran sungai. Ketinggian air mencapai 2 hingga 3 meter. Banjir
bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang
besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.
c. Banjir setinggi 2-3 meter merendam 32 rumah yang dihuni 45 kepala keluarga
atau 158 jiwa,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Gorontalo, Erwan Tone, Senin (10/12/2018).
d. Sejumlah warga mengaku panik saat banjir bandang setinggi dua meter
menerjang Desa Dungaliyo, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
Salah seorang korban banjir, Roman Antu mengatakan ia sedang tidur saat
banjir menerjang rumahnya.
"Saat saya bangun dan membuka pintu, air langsung masuk ke dalam rumah,"
ujarnya,
Ia mengungkapkan air bah datang secara tiba-tiba padahal di daerah itu tidak
diguyur hujan.

"Biasanya kita waspada jika hujan, tapi ini tidak ada hujan dan airnya deras
sekali, airnya mencapai dua meter," ucap Roman.

Ia menjelaskan saat air masuk ke dalam rumah, ia langsung lari menuju jalan
raya dan meninggalkan semua barang.

"Di rumah saya ini juga saya jadikan tempat usaha salon kecantikan, jadi
barang-barang elektronik yang digunakan rusak, kerugian saya mencapai
Rp30 juta," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Dungaliyo, Dedi Yasin menjelaskan pada


kejadian banjir tersebut, satu rumah rusak dan 32 rumah terendam banjir. Ada
58 jiwa yang terdampak atas banjir bandang itu.

"Banjir ini airnya kiriman dari daerah pegunungan perbatasan Momala," kata
Dedi. Akibat banjir bandang tersebut, puluhan warga pun terpaksa bermalam
di pengungsian karena tempat tinggal yang sementara tidak bisa ditempati.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Gorontalo Erwan Tome menyatakan setidaknya seorang warga
masih dinyatakan hilang karena diduga hanyut terseret air bah yang melanda
Desa Dungaliyo kemarin.

"Informasi awal yang kami terima ada saksi yang melihat korban hanyut,"

ujarnya. (kid)
DAFTAR PUSTAKA

https://regional.kompas.com/read/2018/12/10/16091971/1-orang-hilang-dan-158-

jiwa-jadi-koban-banjir-di-gorontalo.

https://regional.kompas.com/read/2020/04/02/06170061/fakta-ketua-rt-di-mimika-
ditangkap-polisi-ancam-bakar-wisma-atlet-hingga

https://id.wikipedia.org/wiki/Longsor_Sukabumi_2018

https://www.liputan6.com/regional/read/3803233/banjir-setinggi-2-meter-rendam-
permukiman-warga-gorontalo

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181210052509-20-352348/tak-ada-hujan-
banjir-bandang-hantam-desa-di-gorontalo

Anda mungkin juga menyukai