Anda di halaman 1dari 31

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PNC Kf 3 dan 4
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Profesi Bidan

Dosen Pembimbing

Riza Umami., M.Kes

Disusun Oleh :

Ririn Qomariyah (P17312195082)

Fitriana Aisyah (P17312195103)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
PNC di PMB Puji Astutik A.Md. Keb

Laporan studi kasus ini saya susun sebagai laporan pelaksanaan dari kegiatan
pendidikan kesehatan terstruktur. Dalam penyusunan laporan ini, saya mendapatkan
banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Bapak Budi Susatia, S.Kp.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Malang.
2. Ibu Herawati Mansur, SST,.M.Pd,M.PSi, selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.
3. Ibu Ika Yudianti,SST.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.
4. Ibu Riza Umami, M. Kes selaku dosen pembimbing di PMB Puji Astuti A.Md.
Keb.
5. Ibu Puji Astuti, Amd.Keb selaku Pembimbing Klinik di PMB Jatian-Pakusari.
Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran terbentuknya laporan kegiatan
ini. Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kegiatan ini masih
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun, sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan kegiatan
pendidikan terstruktur post partum ini.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Identitas Satuan Acara Penyuluhan (SAP)


a. Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Post partum Kf 3 dan Kf 4
b. Sub Pokok Bahasan :

1. Nutrisi ibu menyusui

2. ASI eksklusif
3. Imunisasi Dasar
4. KB post partum
c. Sasaran : Ibu nifas Kf 3 dan Kf 4
d. Hari / Tanggal : 30 Januari 2020
e. Jam : 16.30 WIB
f. Waktu : 60 Menit
g. Tempat : PMB Puji Astuti A.Md.Keb.

A. Latar Belakang
Masa menyusui sangat penting seorang ibu dan bayinya. Kelancaran produksi air
susu ibu yang diberikan ke bayi dapat memberikan dampak positif terhadap
keadaan gizi bayi. Pengetahuan tentang ASI dan Gizi, status gizi, pola makan dan
pantangan makanan berhubungan dengan kelancaran produksi ASI pada ibu
menyusui maka diharapkan dengan cara aktif mengikuti penyuluhan, membaca
informasi kesehatan melalui media cetak (pamflet) dan menyimak dari media
elektronik kepada ibu agar menambah pengetahuan mengenai ASI dan gizi. Oleh
karena itu, perlu adanya konseling post partum karena dengan adanya konseling
post partum diharapkan setiap ibu nifas dapat menyesuaikan dengan baik terhadap
dirinya sendiri maupun lingkungannya.
Program imunisasi yang dilakukan pemerintah selama ini, menurut data

Kemenkes mampu mencegah kematian sekitar 2 hingga 3 juta anak pertahun. Data

dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes menunjukkan

sejak 2014-2016, terhitung sekitar 1,7 juta anak belum mendapatkan imunisasi

atau belum lengkap status imunisasinya. Kenyataan ini dapat mengakibatkan anak-

anak serta mereka yang tinggal di sekitarnya rentan penyakit yang dapat

mengakibatkan mereka kehilangan nyawa ataupun cacat seumur hidup. Melihat

hal itu, pemerintah mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi imunisasi

rutin lengkap. Imunisasi itu terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan.

B. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta dapat memahami tentang nutrisi
ibu menyusui, imunisasi dasr, ASI eksklusif, dan KB post partum.
Tujuan Khusus

a. Peserta mengerti nutrisi ibu menyusui

b. Peserta mengerti imunisasi dasar

c. Peserta mengerti ASI eksklusif

d. Peserta mengerti KB post partum

C. Materi Pendidikan Kesehatan

Terlampir

D. Metode

1. Demonstrasi
2. Diskusi

3. Tanya jawab

E. Media

Lembar Balik dan Leaflet

a. Tahapan Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Kegiatan/
Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta
Waktu
Pembukaan 1. Menyapa dan menyambut 1. Peserta menjawab
16.30-16.35 peserta dengan ramah salam dengan ramah
WIB serta memberi salam dan 2. Peserta menyepakati
memperkenalkan diri. kontrak waktu yang
2. Kontrak waktu dengan digunakan
peserta penyuluhan
3. Menggali informasi 3. Peserta memberi
peserta tentang nutrisi ibu umpan balik
hamil, ASI eksklusif,
imunisasi dasr, dan KB
post partum.
Pelaksanaan a. nutrisi ibu menyusui 1. Peserta
16.35-17.05 b. ASI eksklusif mendengarkan dan
WIB c. Imunisasi dasar memperhatikan
d. KB post partum penyuluhan tentang
review materi yang
diberikan
Evaluasi 1. Memberikan kesempatan 1. Peserta berpartisipasi
17.05-17.20 kepada peserta untuk aktif melalui respon
WIB bertanya dan berpendapat mengikuti
penyuluhan dengan
bertanya serta
berpendapat
Penutup 1. Mengucapkan terima kasih Peserta mengucapkan
17.20-17.30 kepada peserta yang terimakasih dan
WIB menjawab salam
bersedia menjadi audiens
penyuluhan
2. Mengucapkan salam dan
penutup penyuluhan

b. Evaluasi

Dalam kegiatan penyuluhan dengan topik Asuhan Kebidanan Post partum Kf 3

dan Kf 4, hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan penyuluhan yang perlu di

evaluasi adalah meliputi evaluasi struktur kegiatan, evaluasi proses kegiatan dan

evaluasi hasil kegiatan yang dipaparkan sebagai berikut :

1. Evaluasi Struktur

a. Konsultasi dengan pembimbing PANUM

b. Kontrak waktu dengan peserta

2. Evaluasi Proses

a. Peserta yang hadir dalam penyuluhan adalah Ibu post partum COC

b. Pada saat penyuluhan peserta tidak ada yang meninggalkan ruangan

c. Peserta berpasrtisipasi aktif dalam kegiatan penyuluhan

3. Evaluasi Hasil

Peserta dapat mengerti dan memahami tentang nutrisi ibu menyusui,

imunisasi dasr, ASI eksklusif, dan KB post partum.


1..Nutrisi Ibu Nifas

Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada pantangan diet. Dua jam

setelah melahirkan perempuan boleh minum dan makan seperti biasa bila ingin. Namun

perlu diperhatikan jumlal kalori dan protein ibu menyusui harus lebih besar daripada

ibu hamil, kecuali apabila si ibu tidak menyusui bayinya. Kebutuhan pada masa

menyusui meningkat hingga 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan

cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui

sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk

melaksanakan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI

serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti

susunannya harus seimbang , porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau

berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin serta bahan pengawet dan pewarna.

Menu makanan yang seimbang mengandung unsure-unsur , seperti sumber tenaga,

pembangunan, pengatur dan perlindung.

1.1 .Sumber Tenaga (Energi)

Sumber tenaga yang diperlukan untuk membakar tubuh dan pembentukan jaringan

baru. Zat nutrisi yang termasuk sumber energy adalah karbohidrat dan lemak.

Karbohidrat berasal dari padi-padian, kentang, umbi, jagung, sagu, tepung roti, mie,

dan lain-lain. Lemak bias diambil dari hewani dan nabati.lemak hewani yaitu

mentega dan keju. Lemak nabati berasal dari minyak kelapa sawit, minyak sayur

dan margarine.
1.2. Sumber Pembangun (Protein)

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang rusak atau

mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein nabati. Protein

hewani antara lain telur, daging, ikan, udang kering, susu dan keju. Sedangkan protein

nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain.

1.3. Sumber pengatur dan pelindung ( mineral, air dan vitamin)

Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan

penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat pengatur

bias diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar. Beberapa mineral yang

penting, antara lain :

a. Zat kapur untuk membentuk tulang. Sumbernya berasal dari susu, keju, kacang-

kacangan dan sayur-sayuran berdaun hijau.

b. Fosfor untuk pembentukan tulang dan gigi. Sumbernya berasal dari susu, keju dan

daging.

c. Zat besi untuk menambah sel darah merah. Sumbernya berasal dari kuning telur,

hati, daging, kerang, kacang-kacangan dan sayuran.

d. Yodium untuk mencegah timbulnya kelemahan mental. Sumbernya berasal dari

ikan, ikan laut dan garam beryodium.

e. Kalsium merupakan salah satu bahan mineral ASI dan juga untuk pertumbuhan gigi

anak. Sumbernya berasal dari susu, keju dan lain-lain.

f. Kebutuhan akan vitamin pada masa menyusui meningkat untuk memenuhi

kebutuhan bayinya. Beberapa vitamin yang penting antara lain :


1) Vitamin A untuk penglihatan berasal dari kuning telur ,hati, mentega, sayur

berwarna hijau, wortel, tomat dan nangka.

2) Vitamin B1 agar nafsu makan baik yang berasal darihati, kuning telur, tomat, jeruk,

nanas.

3) Vitamin B2 untuk pertumbuhan dan pencernaan berasal dari hati, kuning telur, susu,

keju, sayuran hijau.

4) Vitamin B3 untuk proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan saraf dan

pertumbuhan. Sumbernya antara lain susu, kuning telur, daging, hati,beras merah,

jamur dan tomat.

5) Vitamin B6 untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan gigi dan gusi.

Sumberny antara lain gandum, jagung, hati dan daging.

6) Vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan saraf.

Sumbernya antara lain telur, daging, hati, keju, ikan laut dan kerang laut.

7) Vitamin C untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semua jaringan ikat ( untuk

penyembuhan luka ), pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan terhadap infeksi

dan memberikan kekuatan pada pembuluh darah. Sumbernya berasal dari jeruk, tomat,

melon, mangga, papaya dan sayur.

8) Vitamin D untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang dan gigi serta penyerapan

kalsium dan posfor. Sumbernya berasal dari minyak ikan, ikan susu, margarine, san

penyinaran kulit dengan matahari sebelum jam 9.

9) Vitamin K untuk mencegah perdarahan. Sumbernya berasal dari hati, brokoli, bayam

dan kuning telur.Untuk kebutuhan cairannya, ibu menyusui harus meminum sedikitnya
3 liter air setiap hari ( anjurkan untuk ibu minum setiap kali menyusui) Kebutuhan pada

masa menyusui meningkat hingga 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi

kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu

menyusi sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk

melaksanakan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI

serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti

susunanya harus seimbang , porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau

berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin serta bahan pengawet dan pewarna.

Menu makanan yang seimbang mengandung unsure-unsur , seperti sumber tenaga,

pembangunan, pengatur dan perlindung. Anjurkan makanan dengan menu seimbang,

bergizi untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup, memperoleh

tambahan 500 kalori setiap hari, berguna untuk produksi ASI dan mengembalikan

tenaga setelah persalinan. Tidak mengonsumsi makanan yang mengandung alcohol.

Minum air mineral 2 liter setiap hari. Tablet zat besi diminum minimal 40 hari pasca

persalinan
2. KELUARGA BERENCANA (KB)

KAITAN METODE KB DENGAN KESUBURAN CALON IBU

Secara umum terdapat beberapa persyaratan metode kontrasepsi ideal yang bisa
klien jadikan sebagai perbandingan untuk memilih jenis kontrasepsi diantaranya
adalah; kontrasepsi tersebut berdaya guna, artinya, jika digunakan sesuai dengan aturan
kontrasepsi tersebut memiliki efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan dan
tidak akan menimbulkan komplikasi yang berat bagi klien di masa akan datang;
kontrasepsi tersebut terjangkau harganya dan dapat diterima baik oleh klien, budaya
serta masyarakat yang berada di lingkungan klien tersebut; kontrasepsi tersebut
memiliki reversibilitas yang tinggi, bila metode kontrasepsi tersebut dihentikan
penggunaannya maka klien akan segera kembali kesuburannya (Affandi, 2013)

A. Kontrasepsi Tanpa menggunakan Alat (Metode Sederhana)

Metode kontrasepsi ini tidak menggunakan hormon, cara kerjanya hanya


mencagah sperma bertemu dengan ovum, sehingga tidak mempengaruhi
kesuburan dan menstruasi ibu. Yang termasuk kontrasepsi dengan metode
sederhana yaitu :

1. Pembilasan pasca senggama (postcoital douche)


Yaitu pembilasan vagina dengan mengunakan air biasa atau tanpa
larutan obat (cuka atau obat lainnya) segera setelah koitus.
Kurang efektif karena cara ini kemungkinan mengurangi terjadinya
konsepsi hanya dalam batas – batas tertentu, karena pembilasan dapat
dilakukan, spermatozoa dalam jumlah besar sudah memasuki serviks uteri
2. Metode Amenore Laktasi (MAL) dan Perpanjangan masa menyusui anak
Merupakan kontrasepsi yang mengandalkan Pemberian ASI. Laktasi
berkaitan dengan adanya prolaktinemia dan menekan prolaktin menekan
adanya ovulasi. Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca
persalinan).
MAL sebagai kontrasepi bila :
a. Menyusui secara penuh
b. Belum Haid
c. Umur bayi kurang dari 6 bulan
Cara kerja dari MAL adalah menunda atau menekan terjadinyaovulasi. Pada saat

laktasi bbatau menyusui, hormon yang berperanadalah prolaktin dan oksitoksin.

semakin sering menyusui, makakadar prolaktin meningkat dan hormon

gonadotrophin melepaskanhormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat

akanmengurangi kadar mengurangi kadar estrogen sehingga tidakterjadi ovulasi.

Ketika ibu mulai mendapatkan haid lagi, itu pertanda ibu sudah mulai subur
kembali dan harus segera menggunakan metode kb lain. Namun juga bisa tanpa di
dahului haid karena dapat disebabkan oleh cara menyusi, seringnya menyusui,
lamannya menyusi, jarak antara menuyusi, kesungguhan menyusui.
3. Metode kalender
Masa subur disebut juga fase ovulasi, mulai 48 jam sebelum obulasi dan
24 jam setelah ovulasi. Kesulitan cara ini ialah sulit ditentukan, ovulasi
umumnya 14+2 hari sebelum haid pertama, sehingga pada wanita yang haidnya
tidak teratur sulit untuk menentukan ovulasi. Pada wanita yang tidak teratur
haid dengan variasi yang tidak jauh berbeda, dapat ditentukan masa subur
dengan daur haid terpendek dikurangi 18 hari dan daur haid terpanjang
dikurangi 1 hari, dengan masa pengamatan selama 6 bulan sampai satu tahun
berturut – turut. Tingkat kegagalan cukup tinggi yaitu di atas 20 %. Angka
kegagalan penggunaan metode kalender 14 per 100 wanita per tahun.
4. Metode Suhu basal
Suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengukur suhu tubuh
untuk mengetahui suhu tubuh basal, untuk menentukan masa ovulasi,
(Handayani, 2010). Setelah ovulasi suhu basal ( BBt / basal body temperature )
akan sedikit turundan akan naik sebesar ( 0,2 – 0,4 ° C ) dan menetap sampai
masaovulasi berikutnya. Hal ini terjadi karena setelah ovulasi
hormoneprogesterone disekresi oleh korpus luteum yang menyebabkan
suhutubuh basal wanita naik.
Tingkat keefektifitas metode suhu basal sekitar 80% atau 20-30
kehamilan per 100 wanita per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah
15 kehamilan per 100 wanita per tahun.
Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi
37-38 derajat kemudian tidak akan kembali padasuhu 35 derajat Celcius. Pada
saat itulah terjadi masa subur/ovulasi
Keuntungan metode suhu basal, (Handayani, 2010)
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap masa
subur
b. Membantu wanita yang mengalami siklus tidak teratur dengan cara
mendeteksi ovulasi.
c. Dapat membantu menunjukkan perubahan tubuh lain selain lender
servik.
d. Berada dalam kendali wanita
e. Dapat digunakan untuk mencegah atau meningkatkan kehamilan
Kekurangan metode suhu basal, (Handayani, 2010)
a. Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana alami
b. Membutuhkan motivasi
c. Suhu tubuh basal dipengaruhi oleh penyakit, kurang tidur,
stress/tekanan emosional, alkohol, penggunaan sedatifa, imunisasi,
iklim, dan gangguan saluran cerna
d. Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu yang sama
setiap hari ini akan menyebabkan ketidakakuratan suhu tubuh basal.
e. Tidak mendeteksi permulaan masa subur sehingga mempersulit
untuk mencapai kehamilan
f. Membutuhkan masa pantang yang panjang/lama, karena ini hanya
mendeteksi masa pasca ovulasi sehingga abstinen sudah harus
dilakukan pada masa pra ovulasi.
5. Metode Lendir Serviks
Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas dankuantitas
lendir serviks setiap hari. Periode subur ditandai denganlendir yang jernih,
encer, dan licin. Metode lendir serviks yaknipengamatan dilakukan pada lendir
serviks. Pengamatan lendirserviks dapat dilakukan dengan merasakan
perubahanrasapada vulva sepanjang hari dan melihat langsung lendir pada
waktutertentu. Menjelang ovulasi lendir ini akan mengandung banyak
air(encer) sehingga mudah dilalui sperma. Setelah ovulasi lendir
kembalimenjadi lebih padat.
Jika lendir mulai keluar atau bagi wanita yangmengalami keputihan
(sering mengeluarkan lendir) lendir mengencer,bergumpal-gumpal dan lengket,
hal ini menunjukan akan terjadiovulasi. Sehingga senggama harus dihindari
dengan menggunakanalat kontrasepsi. Pada puncak masa subur, yaitu
menjelang dan padasaat ovulasi lendir akan keluar dalam jumlah lebih banyak
menjaditransparan, encer dan bening seperti putih telur dan dapat
ditarikdiantara dua jari seperti benang. Tiga hari setelah puncak masa
suburdapat dilakukan senggama tanpa alat kontrasepsi
Tingkat keberhasilannya cukup tinggi, hanya sekitar 3 wanita yang
hamil dari 100 wanita yang menggunakan lendir serviks sebagai metode
kontrasepsi alami.
6. Senggama terputus
Senggam terputusadalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi
ejakulasi. Cara Kerjanya yaitu Alat kelamin (Penis) dikeluarkan sebelum
ejakulasi sehingga sperma tidak masuk kedalam vagina sehingga kehamilan
dapat dicegah.
Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-27 kehamilan
per perempuan per tahun)
Efektifitas cara ini diaggap kurang, kegagalan cara ini disebabkan oleh :
a. Adanya pengeluaran cairan mani sebelum ejakulasi yang mengandung
sperma, apalagi pada koitus yang berulang
b. Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina
c. Pengeluaran segmen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan

B. Metode Barier
Metode kontrasepsi barier hampir sama dengan metode sederhana, yaitu tidak menggunakan hormon, cara kerjanya
hanya mencagah sperma bertemu dengan ovum, namun dengan menggunakan alat sederhana, sehingga tidak
mempengaruhi kesuburan dan menstruasi ibu. Yang termasuk kontrasepsi dengan metode barier yaitu :

1. Kondom
Cara kerja kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel
telur denga cara mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada
penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam salura reprduksi
perempuan. Tingkat efektivitas sekitar 98% dalam mencegah kehamilan.
2. Diafragma
Cara kerja menahan sperma agar tidak mendapat akses mecapai saluran
alat reprduksi bagian atas (uterus dalam tuba fallopi) da sebagai alat tempat
spermisida
Profil :
a. efektif bila digunakan dengan benar (tingkat kesuksesan alat kontrasepsi ini
dapat mencapai 94%)
b. tidak megganggu prduksi ASI
c. tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam
sebelumnya
d. tidak mengganggu kesehatan klien
e. tidak mempunyai pengaruh sistemik
3. Spermisida
Cara kerja menyebabkan membran sperma terpecah, memperlambat
pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuaha sel telur. Tingkat
kegagalan spermisida sekitar 22%.

C. Kontrasepsi kombinasi
1. Pil Kombiasi
Cara kerja :
a. Menekan ovulasi
b. Mencegah implatasi
c. Lendir serviks mengetal sehigga sulit dilalui sperma
d. Pergerakan tuba terganggu sehingga trasportasi telur dengan sendirinya
akan terganggu pula
Profil :
a. Memiliki efektifiras tinggi (hampir menyerupai efektifitas tubektomi), bila
digunaka setiap hari ( 1 kehamila per 1000 perempua dalam tahu pertama
peggunaa ). Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5-
99,9% dan 97% (Handayani, 2010)
b. Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
c. Tidak mengganggu hubugan seksual
d. Siklus haid teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia ),
tidak terjadi nyeri haid
e. Dapat diguakan jangka panjang selama perempuan masih ingin megguakan
untuk mecegah kehamilan
f. Dapat digunakan sejak usia remaa hingga menopause
g. Mudah dihetikan setiap saat
h. Kesubura segera kembali setelah penggunaa pil dihetikan
i. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
2. Kontrasepsi pil progestin
Profil :
a. Dosis rendah
b. Tidak memberikan efek samping estrogen
c. Efek samping utama adalah gangguan haid, yaitu Perdarahan bercak, atau
perdaraha tidak teratur
d. Kesuburan cepat kembali
e. Kegagalan menjadi lebih besar jika lupa minum satu pilsaja
3. Sutikan kombinasi (suntik 1 bulan)
Cara kerja :
a. Menekan ovulasi
b. Lendir serviks mengetal sehingga sulit dilalui oleh sperma (menurunkan
kemampuan penetrasi)
c. Perubahan pada endmetrium ( atrofi ) sehingga implantasi terganggu
d. Menghambat transportasi gamet pada tuba
Profil :
a. Reaksi suntikan berlangsung sangat cepat (kurang dari 24 jam)
b. Teradinya perubahan pola haid
c. Efektifitas berkurang jika digunakan bersamaa dengan obat – obat epilepsi
(fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis rifampisin
d. Kemungkinan terlambatnya pemuliha kesuburan setelah pemakaian
e. dapat digunakan oleh wanita tua di atas 35 tahun
Cara peggunaan :
Suntikan kombinasi diberika setiap bulan dengan suntikan intra
muskular dalam. Klien diminta datang setip 4 minggu. Suntikan ulang dapat
diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan.
Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari adwal yang telah ditentukan, asal
diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan hubungan
seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain utuk 7
hari saja
4. Kontrasepsi suntikan progestin (suntik 3 bulan)
Profil :
a. sangat efektif
b. aman
c. dapat dipakai leh semua perempua dlam usia reprduksi
d. terlambatnya kembali kesuburansetelah penghentian pemakaian.
Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata – rata 4 bulan
e. cocok untuk masalaktasi karena tidak meneka produksi ASI
f. tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, dan ganggua pembekuan darah
g. sering ditemukan gangguan haid seperti siklus haid yang memedek atau
memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur
atau perdarahan bercak spotting), tidak haid sama sekali
h. penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurukan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, jerawat
Cara Kerja :
a. Mencegah ovulasi
b. Mengetalka lendir serviks sehingga menurunkan penetrasi sperma
c. Menjadikan selaput lendir tipis dan atrofi
d. Menghambat transprtasi gamet oleh tuba
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik
mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100
perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratursesuai
jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangatefektif
sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanitaakan mengalami
kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2per 100 wanita per tahun
pemakain NET EN (Hartanto, 2002)
Pada penggunaan kontrasepsi hormonal khususnya suntik 3 bulan yang
cukup lama akan mempengaruhi proses pengembalian keseimbangan
hormonal dan menyebabkan proses kehamilan akan berjalan lambat untuk
beberapa waktu, meskipun telah berhenti menggunakan kontrasepsi
tersebut. Hal tersebut dikarenakan penggunaan DMPA akan mengakibatkan
pembentukan LHRF (Lutuinizing Hormon Relacing Faktor) dan FSHRF
(Folicle Stimulating Hormone Relasing) yang dapat mengubah lendir
serviks menjadi kental, dan tidak dapat berhenti dengan cepat dikarenakan
kembalinya perubahan hormon akan lebih lambat jika dibandingkan KB 1
bulan atau KB kombinasi (Fahira, 2014).
Keterlambatan kesuburan setelah penyuntikan DMPA bukanlah
disebabkan oleh terjadinya kelainan atau kerusakan pada organ genetalia,
melainkan karena masih ada saja terjadi pelepasan gestagen (hormone
progesterone) yang terus-menerus dari depo yang terbentuk di tempat
suntikan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Harni Ari Julisa dan Anita di
Wilayah Kerja Puskesmas Daya Murni Kabupaten Tulang Bawang Barat
Lampung diketahui bahwa ratarata waktu kembali hamil pada responden
yang menggunakan KB suntik 1 bulan lebih cepat dari pada responden yang
menggunakan KB suntik 3 bulan dengan rata-rata waktu kembali hamil
pada KB suntik 1 bulan yaitu 4.12 bulan dengan standard eror (SE) 0.3,
Sedangkan pada KB 3 bulan rata-rata waktu kembali hamil yaitu 8.63 bulan
dengan standard error (SE) 0.3. bahwa lama penggunaan DMPA yang
paling pendek jangka waktunya adala 9 Bulan. Sedangkan yang paling lama
adala 42 Bulan.Lama pengembalian kesuburan pasca penggunaan KB
suntik DMPA adalah rata-rata 8,82 Bulan
5. Kontrasepsi implan
Profil :
a. Efektifitas 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk jadenan, indoplant atau
implanon
b. Kesuburan segera kembali setelah imlan dicabut, karena setelah kapsul
dicabut, kadar LNG serum dalam beberapa hari sudah menghilang. Tidak
ada efek jangka panjang untuk kesuburan ibu
c. Bebas dari estrogen
d. Pada beberapa klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak, hiormenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid,
serta amenorea
e. Tingkat kegagalan implan 0,5 % atau yang paling kecil.
Cara Kerja :
a. Ledir serviks menjadi kental,
b. Mengganggu proses pembentukan endmetrium, sehingga sulit terjadi
implantasi
c. Mengurangi transportasi sperma
d. Menekan ovulasi
Keuntungan apabila akseptor memakai kontrasepsi implant adalah
perlindungan terhadap terjadinya kehamilan cukup tinggi, praktis sekali pakai
bisa untuk 5 tahun, dan tidak mempengaruhi produksi ASI. Kerugian yang
terjadi bila akseptor menggunakan kontrasepsi implant antara lain perlu
bantuan tenaga terlatih untuk pasang dan cabut, dapat terjadi kelainan haid,
kembalinya kesuburan lebih lama dibanding IUD. Efek samping yang mungkin
terjadi pada akseptor yang menggunakan implant adalah pusing dan mual,
bercak kehitaman dipipi, badan menjadi gemuk, gangguan haid, dan
peradangan ditempat impant dipasang (Saifuddin, 2006).
6. AKDR dengan progestin :
Cara Kerja :
a. Endomerium mengalani transformasi yang ireguler, epitel atrofi sehingga
mengganggu implantasi
b. Mencegah terjadinya pembuahan dengan memblok bersatunya ovum
dengan sperma
c. Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopii
d. Menginaktifkan sperma
Profil :
a. Efeltif dalam 1 tahun
b. Kesuburan segera kembli sesudah AKDR diangkat
c. Efeksamping sangat kecil
d. Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan amenorea
7. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Profil :
a. Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang sampai (10 tahun : CuT-
380A)
b. Haid menjadi lebih lama dan banyak
c. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
d. Tifak ada efek samping hormonal
e. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
f. Haid lebih lama dan banyak
g. Perdarahan (spotting) antar menstruasi
h. Saat haid lebih sakit
i. Kesuburan segera kembli sesudah AKDR diangkat
j. Tingkat kegagalan AKDR 8,5 orang per 1000 akseptor KB
Cara Kerja :
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopii
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
c. AKDR terutama mencegah ovum dan sperma bertemu, walaupun AKDR
membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

Tidak ada satu pun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua
klien karena masing masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual
bagi setiap klien. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) merupakan alat
kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila
dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom, berbentuk-T terbuat dari
plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari
plastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam
menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai
2-10 tahun dengan metode kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke
dalam saluran tuba (Ambarwati, 2009).
4. Imunisasi Dasar
Pada awal tahun 2017, Ikatan Dokter Anak Indonesia melalui Satuan Tugas

Imunisasi mengeluarkan rekomendasi Imunisasi IDAI tahun 2017 untuk


menggantikan jadwal imunisasi sebelumnya. Jadwal imunisasi 2017 ini dibuat

dengan tujuan:

a. Menyeragamkan jadwal imunisasi rekomendasi IDAI dengan jadwal

imunisasi Kementerian Kesehatan RI khususnya untuk imunisasi rutin,

sehingga mempermudah tenaga kesehatan dalam melaksanakan

imunisasi.

b. Jadwal imunisasi 2017 ini juga dibuat berdasarkan ketersediaan

kombinasi vaksin DTP dengan hepatitis B seperti DTPw-HB-Hib,

DTPa-HB-Hib-IPV ketig

c. Dalam situasi keterbatasan atau kelangkaan vaksin tertentu seperti

vaksin DTPa atau DTPw tanpa kombinasi dengan vaksin lainnya.

Seperti jadwal imunisasi yang lalu, jadwal 2017 juga mencantumkan

warna berbeda untuk imunisasi yang diberikan.

Kolom hijau menandakan imunisasi optimal, yaitu imunisasi diberikan

sesuai usia yang dianjurkan.

Kolom kuning menandakan imunisasi kejar (catch-up immunization),

yaitu imunisasi yang diberikan di luar waktu yang direkomendasikan.

Kolom biru menandakan imunisasi penguat atau booster.

Kolom warna merah muda menandakan imunisasiyang

direkomendasikan untuk daerah endemis.Untuk menerapkan

rekomendasi imunisasi IDAI, catatan kaki perlu dibaca karena memuat

keterangan yang penting dalam melaksanakan imunisasi. Berikut adalah


beberapa catatan penting yang berhubungan dengan pelaksanaan

imunisasi rekomendasi IDAI 2017.

Hal baru yang terdapat pada jadwal 2017

1.1.Vaksin hepatitis B (HB)Vaksin HB monovalen pada usia 1 bulan

tidak perlu diberikan apabila anak akan mendapat vaksin DTP-Hib

kombinasi dengan HB.

Rasional Pada saat ini mayoritas vaksin kombinasi berbahan dasar

DTP-Hib yang beredar di Indonesia juga berisi komponen HB

sehingga pada imunisasi dasar dengan vaksin DTPw-Hib-HB atau

DTPa-Hib-HB-IPV akan memberikan 3 dosis vaksin HB di luar

vaksin HB saat lahir. Hal tersebut dapat dilakukan berdasarkan hasil

seroproteksi terhadap HB setelah 3 dosis vaksin pentavalen DTPw-

Hib-HB adalah 99,3%,1 dan setelah 3 dosis hexavalen DTPa-Hib-

HB-IPV adalah 98,4%2 pada bayi yang telah mendapat vaksin HB

saat lahir.

1.2. Vaksin polioBayi paling sedikit harus mendapat satu dosis vaksin

IPV(inactivated polio vaccine) bersamaan (simultan) dengan OPV-

3 saat pemberian DTP-3.

Rasional Dalam masa transisi program eradikasi polio, Indonesia

telah melakukan switching dari vaksin polio oral trivalen (tOPV) ke

vaksin polio oral bivalen (bOPV) yang hanya mengandung virus

polio 1 dan 3 pada bulan April 2016. Galur virus polio tipe 2
dikeluarkan dari OPV karena virus polio tipe 2 liar ini tidak

ditemukan lagi sejak tahun 1999. Alasan terpenting menggantikan

OPV karena menimbulkan 250 – 500 kasus vaccine associated

paralysis poliomyelitis (VAPP) setiap tahunnya. Selain itu kejadian

luar biasa polio sebagian besar (87%-97%) berhubungan dengan

vaccine derived polio virus tipe 2 (VDPV2). Bayi yang hanya

mendapat vaksin bOPV tidak mempunyai kekebalan terhadap virus

polio 2 sehingga rentan terinfeksi virus polio 2 yang mungkin terjadi

karena importasi dari komunitas yang masih menggunakan tOPV.

Bayi tersebut perlu mendapatkan IPV yang mengandung 3 virus

polio inaktif. Strategic Advisory Group of Experts (SAGE)

merekomendasikan paling sedikit satu dosis IPV tambahan dalam

jadwal imunisasi rutin di negara yang hanya menggunakan OPV.5

Vaksin IPV menimbulkan serokonversi 69% terhadap virus polio 2

pada anak yang sebelumnya mendapat bOPV dan sat u dosis IPV.

Kekebalan mukosa terhadap virus polio 1 dan 3 juga meningkat

dengan pemberian I PV pada anak yang telah mendapat bOPV

sehingga mempercepat eradikasi polio. Saat terbaik pemberian IPV

adalah bersamaan dengan pemberian DTP3 dan bOPV3 yaitu pada

keadaan antibodi maternal polio terendah sehingga memberikan

imunogenisitas paling optimal.8


3. Vaksin difteri, tetanus, dan pertusis (DTP)Vaksin DTP dosis

pertama dapat berupa vaksin DTPw atau DTPa atau kombinasi

dengan vaksin lain, diberikan paling cepat pada bayi usia 6

minggu. Apabila diberikan vaksin DTPw maka interval mengikuti

rekomendasi vaksin tersebut yaitu usia 2, 3, dan 4 bulan.

Apabila diberikan vaksin DTPa, interval mengikuti rekomendasi

vaksin tersebut yaitu usia 2, 4, dan 6 bulan. Vaksin DTPw dan

DTPa dapat saling dipertukarkan (interchangibility) pada

keadaan mendesak. Untuk anak usia lebih dari 7 tahun

diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP6 dapat diberikan

vaksin Td/Tdap pada usia 10-12 tahun.9 Vaksin Td booster

diberikan setiap 10 tahun.10 Rasional Vaksin DTPw-HB-Hib pada

anak Indonesia memberikan seroproteksi yang baik pada

pemberian usia 2, 3, dan 4 bulan.1 Jadwal imunisasi dengan

menggunakan DTPa pada usia 2, 3, dan 4 bulan juga digunakan

di negara maju seperti Austria, Jerman dan Perancis.11 Vaksin

DTP tidak dianjurkan untuk anak >7 tahun, penggantinya

diberikan Td/Tdap.12 Vaksin Tdap dianjurkan untuk diberikan

satu kali terbaik pada usia 10-12 tahun. Imunisasi booster


diberikan Td setiap 10 tahun. Tdap direkomendasikan untuk

diberikan pada remaja hamil dan pada setiap kehamilan

remaja.12

4. Vaksin influenzaSaat ini tersedia vaksin influenza inaktif trivalen

dan quadrivalen.

Rasional Vaksin influenza trivalen (2 serotipe influenza A dan 1

serotipe influenza B) dan quadrivalen (2 serotipe influenza A

dan 2 serotipe influenza B) direkomendasikan oleh WHO.13

5. Vaksin measles, mumps, rubella (MMR/MR)

Vaksin MMR dapat diberikan pada usia 12 bulan, apabila anak

belum mendapat vaksin campak pada usia 9 bulan.

Rasional MMR dapat diberikan pada usia 12 bulan, sesuai anjuran

Advisory Committee on Immunization Practices

6. Vaksin human papiloma virus (HPV)Apabila diberikan pada

remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan

interval 6-12 bulan; respons antibodi setara dengan 3 dosis.

Rasional Penelitian vaksin HPV di India mendapatkan bahwa 2

dosis vaksin HPV pada remaja usia 9-13 tahun menghasilkan

antibodi yang tidak lebih rendah dibandingkan dengan 3 dosis


vaksin HPV.14Pemberian vaksin HPV 2 dosis pada anak usia 10-13

tahun juga telah direkomendasikan oleh WHO.15

8. Vaksin Japanese encephalitis ( JE)

Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau

turis yang akan bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk

perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun

berikutnya.

Rasional Virus JE sudah merupakan masalah pada be-berapa

daerah endemis di Indonesia, seperti daerah tertentu di propinsi

Bali. Vaksin JE direkomendasikan untuk wisatawan yang akan

tinggal selama lebih dari 1 bulan di daerah endemi selama masa

transmisi virus JE. Vaksin JE dipertimbangkan untuk wisatawan

yang akan tinggal kurang dari satu bulan di daerah endemis JE jika

memiliki rencana mengunjungi daerah rural, daerah outbreak JE,

atau tanpa kepastian mengenai tujuan, aktivitas, atau durasi

kunjungan.16 WHO merekomendasikan vaksin JE harus

diintegrasikan pada program imunisasi nasional pada daerah JE

merupakan prioritas. Meskipun jumlah kasus JE rendah,

imunisasi harus dipertimbangkan pada lingkungan yang cocok


untuk transmisi virus JE seperti hewan reservoir atau berdekatan

dengan daerah yang memiliki transmisi virus JE.17

9. Vaksin dengue

Vaksin dengue yang disetujui oleh WHO saat ini adalah vaksin hidup

tetravalen untuk anak berusia 9 – 16 tahun. Vaksin diberikan 3 kali

dengan jadwal 0, 6, dan 12 bulan. Dosis vaksin 0,5 ml setiap pemberian.

Rasional WHO merekomendasikan pemberian vaksin

dengue sebagai pencegahan penyakit dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4

pada usia 9 – 16 tahun yang tinggal pada daerah endemis. Batas usia 9

tahun dipilih berdasarkan faktor keamanan. Vaksin dengue telah

dilakukan uji klinis pada puluhan ribu partisipan di lima negara Asia dan

lima negara Amerika Latin. Vaksin ini menimbulkan imunogenitas lebih

tinggi pada anak yang sebelumnya pernah terinfeksi dengue

(seropositif ). Efikasi vaksin dengue untuk semua serotipe pada 25 bulan

pemantauan setelah dosis pertama pada anak di atas 9 tahun adalah

65.6%. Efikasi vaksin pada anak yang seropositif saat dilakukan

vaksinasi 81.9% dan seronegatif 52.5%.18 Vaksinasi dengue menurunkan

rawat inap di rumah sakit 80% dan mencegah 92,9% infeksi dengue

berat. Mengingat tingginya beban penyakit dengue pada negara-negara


endemis, vaksin dengue memberikan dampak kesehatan masyarakat

jika diberikan bersama upaya penanggulangan infeksi dengue lainnya

(seperti perbaikan tata laksana kasus dan KLB, perbaikan pengendalian

vektor, dan peningkatan partisipasi masyarakat)

DAFTAR PUSTAKA

(2017). Jadwal Imunisasi Anak Usia 0 – 18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia 2017. Jakarta. Sari Pediatri, Vol. 18, No. 5, Februari 2017

Azwar, Saifuddin. (2009). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Affandi, Biran. (2013). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hanafi Hartanto.2007. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : YBPSP
https://www.scribd.com/doc/53675424/KELUARGA-BERENCANA-KONTRASEPSI
Harahap, H. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Ny Nhmasa Masa Nifas P1a0 Diklinik
Restu Ibu Marindal. LTA. POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN Jurusan
Kebidanan Medan Prodi D.Iii Kebidanan

(2019). Pekan Imunisasi Dunia: Pemerintah Tambah 4 Vaksin Baru. Jakarta.


JPNN.com

Anda mungkin juga menyukai