"Saat erupsi, seluruh korban sedang bertani yang masuk dalam zona merah.
Tiba-tiba datang awan panas Gunung Sinabung menyambar para korban," kata
Kabid Humas Polda Sumatera Utara AKBP Rina Sari Ginting.
Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo
Nugroho merinci tujuh korban tewas itu adalah Karman Milala (60), Irwansyah
Sembiring (17), Nantin Br. Sitepu (54), Leo Perangin-angin, Ngulik Ginting,
Ersada Ginting, dan Ibrahim Sembiring.
Usai kejadian, Tim SAR gabungan dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, PMI, relawan
dan masyarakat terus mencari korban dengan menyisir rumah dan kebun
masyarakat. Sebab, tidak diketahui secara pasti berapa banyak masyarakat
yang berada di Desa Gamber saat kejadian luncuran awan panas.
Bencana alam berupa banjir dan tanah longsor menghantam sebagian besar
wilayah Jawa Tengah pada pertengahan Juni 2016. Salah satu lokasi terparah
yang banyak merenggut nyawa berada di Purworejo. Puluhan orang tewas saat
banjir disertai longsor menerjang sejumlah desa pada Sabtu 18 Juni 2016.
"Tiga orang dinyatakan masih hilang, yaitu satu orang di Dusun Caok dan dua
orang di Desa Donorati," kata Sutopo.
Petaka itu datang saat menjelang tengah malam sewaktu sebagian besar warga
Garut, Jawa Tengah, sedang terlelap tidur. Tepat pada Selasa malam, 20
September 2016, banjir bandang Garut menerjang tujuh kecamatan.
Tercatat sekitar 2.511 rumah rusak berat dan ringan, serta 100 rumah hilang
akibat tersapu banjir bandang Garut. Sebanyak 6.361 orang pun diungsikan ke
sejumlah lokasi pengungsian, seperti di Markas Komando Resor Militer dan
Komando Distrik Militer setempat, Apotek Wira Prima, dan Rumah Sakit
Guntur. Kepala Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut,
Dadi Zakaria, mengatakan hujan deras yang terjadi sejak pukul 19.00 WIB
menyebabkan arus Sungai Cimanuk yang berada di sekitar Kota Garut meluap.
Ratusan rumah, perkantoran, dan instalasi vital lainnya milik pemerintah yang
berada di dekat sungai akhirnya tak luput dari terjangan banjir. "Banyak warga
yang tidak sempat menyelamatkan harta bendanya," ujar Dadi, Rabu pagi, 21
September 2016.
Hujan lebat disertai angin kencang dan hujan es terjadi di Kota Bandung, Jawa
Barat, pada Minggu 13 November 2016. Intensitas hujan yang tinggi ini juga
menyebabkan banjir dan pohon-pohon tumbang di beberapa tempat.
Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),
banjir terjadi di 20 titik di Kota Bandung yang meliputi Jalan Pagarsih, Jalan
Pasirkaliki, Jalan Wastukancana, Jalan Lodaya, Jalan Pasirkoja, Jalan A. Yani,
Jalan Sukagalih, Jalan Sudirman, Jalan Waringin (Pasar Andir).
Selain itu, banjir juga terjadi di Jalan Laswi, Jalan Burangrang, Jalan Stasiun
Timur, Jalan Kebon Jati, Stasiun Timur, Jalan Caringin, Jalan Otista, dan Jalan dr.
Djundjunan, Jalan Kopo, Jalan Manado, Jalan Serayu, dan Rumah Sakit Cicendo.
Tak hanya karena curah hujan tinggi, banjir juga disebabkan luapan Sungai
Citepus, Sungai Cibeureum dan Sungai Cikakak yang tidak mampu menampung
aliran permukaan.
Selain itu banjir juga disebabkan saluran drainase yang buruk dan tidak
mampu mengalirkan aliran permukaan. Tinggi banjir sekitar 30-60 cm dengan
arus yang kencang seperti yang terjadi di Jalan Wastukancana.
Sementara itu, beberapa pohon tumbang terjadi di daerah Jalan Manado, Jalan
Kopo, Jalan Serayu, Jalan Otista dan Stasiun Kereta Api Bandung. Dua unit
mobil rusak berat, beberapa rumah rusak sedang, satu bangunan rusak sedang,
arsip pasien di RS Cicendo rusak berat dan operasional kereta api terhambat
selama 2 jam.
Pada 7 Desember 2016, sebuah gempa bumi berkekuatan 6,5 skala Richter
mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Indonesia, pada pukul 5.03.36 WIB.
Pusat gempa berada di koordinat 5,25 LU dan 96,24 BT, tepatnya di darat pada
jarak 18 kilometer tenggara Sigli, Pidie dan 2 kilometer utara Meureudu, Pidie
Jaya pada kedalaman 15 km. Gempa dengan durasi 10-15 detik itu terjadi saat
masyarakat setempat bersiap untuk melaksanakan salat subuh. Guncangan
gempa yang terasa kuat di daerah Pidie Jaya membuat puluhan ribu warga
panik dan berusaha menyelamatkan diri. Gempa ini merenggut 112 jiwa dan
ratusan orang lainnya terluka.
Pusat gempa yang berada di daratan menyebabkan gempa bumi ini tidak
menimbulkan tsunami. Gempa juga terasa di kabupaten tetangga seperti Pidie,
Bireuen, hingga sampai ke Banda Aceh, Langsa, dan Pulau Simeulue.
Bupati Pidie Jaya, Aceh, Aiyub Ben Abbas memperkirakan 30 persen wilayah
mengalami kerusakan parah akibat guncangan gempa.
"Kerusakan fisik akibat gempa meliputi rumah 11.668 unit, masjid 61 unit,
meunasah 94 unit, ruko 161 unit, kantor pemerintahan 10 unit, fasilitas
pendidikan 16 unit, dan lainnya. Pendataan detail masih terus dilakukan oleh
petugas di lapangan," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
Sutopo Purwo Nugroho, Senin 12 Desember 2016.
photo
photo
Gempa terjadi pada waktu tepatnya jam 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak
pada bujur 3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh
sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan
dengan ini merupakan gempa Bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun
terakhir ini yang menghantam Aceh, Pantai Barat Semenanjung Malaysia,
Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
Kepanikan ini terjadi dalam durasi yang tercatat paling lama dalam sejarah
kegempaan bumi, yaitu sekitar 500-600 detik (sekitar 10 menit). Beberapa
pakar gempa mengatakan menganalogikan kekuatan gempa ini, mampu
membuat seluruh bola Bumi bergetar dengan amplitude getaran diatas 1 cm.
Gempa yang berpusat di tengah samudera Indonesia ini, juga memicu
beberapa gempa bumi diberbagai tempat didunia.
Namun jumlah korban tewas di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Timur
yang sebenarnya tidak akan pernah bisa diketahui, diperkirakan sedikitnya
SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 8
Kliping Bencana Alam
photo
Menurut U.S. Geological Survey korban tewas mencapai 283.100, 14.000 orang
hilang dan 1,126,900 kehilangan tempat tinggal. Menurut PBB, korban 229.826
orang hilang dan 186.983 tewas. Tsunami Samudra Hindia menjadi gempa dan
Tsunami terburuk 10 tahun terakhir. Di Indonesia, gempa dan tsunami
menelan lebih dari 126.000 korban jiwa. Puluhan gedung hancur oleh gempa
utama, terutama di Meulaboh dan Banda Aceh di ujung Sumatera. Di Banda
Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak terkena tsunami. Tetapi,
kebanyakan korban disebabkan oleh tsunami yang menghantam pantai barat
Aceh. Pemerintahan daerah Aceh lumpuh total, saat terjadi gempa bumi dan
Tsunami Aceh, kebetulan di Jakarta sendiri sedang di adakan acara Halal Bi
Halal masyarakat Aceh pasca menyambut lebaran Idul Fitri. Gempa Bumi yang
terjadi pada jam 08:00 WIB dengan 9 Skala Richter Pada tanggal 26 Desember
2004, gempa Bumi dahsyat di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh. Tepat
jam 09:00 WIB satu persatu masyarakat Aceh yang hadir di Istora Jakarta
panik karena hubungan telepon seluler ke Aceh putus total, mata mereka pada
berkaca-kaca. Wakil Presiden Jusuf Kalla yang hadir mengatakan," Aceh dalam
musibah besar, saya baru dapat kabar terjadi gempa bumi di Aceh, banyak
bangunan rusak semoga tidak lebih parah dari gempa papua sebesar 6,4 SR."
Kita ketahui beberapa saat menjelang gempa bumi di Aceh telah terjadi gempa
bumi pada 26 November 2004, Gempa sebesar 6,4 SR mengguncang Nabire,
Papua tercatat 30 orang tewas. Pada 12 November 2004, gempa berkekuatan 6
SR mengguncang Alor, tercatat sebanyak 27 orang tewas dan ratusan
bangunan rata dengan tanah. Mendengar kata-kata "Aceh dalam musibah
besar," Orang sebelah tempat duduk Rachmad berkata,"Sudah biasa tuh tiap
hari jatuh korban jiwa di Aceh karena kontak senjata," Pada awal tahun 2004,
Rachmad berencana untuk pulang ke Aceh karena sudah lama tidak menginjak
kaki lagi di Aceh. Di bulan Mei 2004, kakak kandung yang ada di Banda Aceh
mengatakan mau pindah ke Sabang, Dia bertanya kapan Rachmad pulang ke
Sabang,"Nanti dahulu melihat situasi terkini mungkin sebelum bulan puasa
Oktober 2004," ujar Rachmad. Hingga terjadinya gempa bumi dan tsunami
Aceh pada tanggal 26 Desember 2004, Rachmad tidak jadi balik ke Aceh
karena dorongan bathin yang mengatakan,"Untuk apa kamu pulang ke
Aceh, di sini saja di pulau Jawa."
Ketika kejadian tsunami Rachmad berada di Jakarta dan ikut acara halal bi
halal dan baru tahu kakak kandung Rachmad terkena tsunami pada hari Rabu,
tanggal 28 November 2005. Setelah menelpon adik kandung siang harinya dan
bertemu sore harinya,"Adik sangat khawatir bahwa Rachmad sudah meninggal
dan hanyut terbawa tsunami. " "Bang Adi masih hidup ya belum meninggal,
kirain sudah meninggal dan hanyut terbawa tsunami Aceh," ujar adik kandung
Rachmad setengah bercanda. "Kejadian Gempa Bumi dan Tsunami Aceh pada
tanggal 26 Desember 2004, kok tenang-tenang saja, tidak pernah memberi
khabar, semua saudara sudah baca yasin untuk Bang Adi," ujar adik kandung
Rachmad. Kakak kandung Rachmad yang terkena tsunami saat seminggu
SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 10
Kliping Bencana Alam
kejadian ketika di telepon oleh adik kandung saya mengatakan, " Apakah
Bang Adi jadi pulang ke Aceh, mungkin DIA sudah meninggal terkena
tsunami karena tidak ada kabarnya lagi sejak Mei 2004 hingga Januari
2005."
Coba saja Rachmad Yuliadi Nasir saat itu kembali ke Aceh dan pergi ke
Meulaboh bersama sepupu dan kakak kandung pasti tinggal nama sekarang
dan tidak akan menjadi Presiden Masa Depan. Itulah kuasa Tuhan, saat
musibah kapal Gurita tenggelam, pada 19 Januari 1996, Rachmad juga mau
pulang ke Sabang tetapi tidak jadi, baju-baju sudah berada di tas tinggal
berangkat pulang dari Lhok Seumawe karena lagi mengurus proposal untuk
praktek kerja maka tidak jadi pulang akhirnya selamat hingga sekarang.
Rencanannya hari Kamis, 18 Januari 1996, setelah ujian semester dan
mengurus proposal PKL, malam harinya langsung berangkat ke Banda Aceh
dan siang harinya, Jumat, 19 Januari 1996, menyebrang ke Sabang untuk
menghadapi awal bulan puasa Ramadhan bersama keluarga. Biasanya
Rachmad tidak pernah pulang di awal puasa, pasti nanti saat liburan menjelang
lebaran Idul fitri baru pulang ke Sabang. Entah kenapa hari-hari tersebut
Rachmad ingin sekali pulang ke Sabang, karena di jadwal tidak ada ujian pada
hari Senin, 22 Januari 1996, hanya ujian pada hari Rabu, 24 Januari 1996. Bisa
libur panjang nih, ujian hari kejepit pada, Sabtu, 20 Januari 1996, cabut saja,
izin begitu rencanannya. Akhirnya memang benar-benar terjadi, Rachmad izin
tidak ikut ujian pada hari Sabtu,20 Januari 1996 karena pulang ke Banda Aceh
setelah mendapat khabar pada jam 09:00 WIB, bahwa kapal Gurita tenggelam
pada hari Jumat malam, 19 Januari 1996 jam 20:30 WIB. Pada hari Kamis, 18
Januari 1996, setelah ujian, Rachmad kejurusan Teknik Kimia untuk menemui
dosen pembimbing PKL," Rachmad kamu besok saja balik hari Jumat jam 10:00
WIB, ambil kembali proposalnya," ujar Nahar dosen pembimbing. Aduh...hari
Jumat, 19 Januari 1996, tidak ada ujian, bisa batal pulang ke Sabang nih. Pada
hari Jumat, 19 Januari 1996, jam 10:00 WIB, Rachmad kembali kejurusan
Teknik Kimia untuk menemui dosen pembimbing, agak aneh muka dosen
pembimbing tersebut, pucat dan lesu sekali, "Rachmad...proposal PKL kamu
ketinggalan di rumah saya, jadi tidak terbawa, kamu balik saja besok hari Sabtu
siang ya," ujar Nahar. Setelah itu Rachmad menuju Bireun 50 Kilometer dari
kampus Politeknik Unsyiah Lhok Seumawe dan berkunjung ke rumah famili,
malam hari baru balik ke Lhok Seumawe, capai langsung istirahat tidur yang
nyenyak tidak ada mimpi apapun malam ini. Hanya seminggu sebelumnya
bermimpi, ada suara yang berkata," Adi...papi mau meninggal dunia...ya
sudah...Adi doakan saja." Dan tiga hari sebelum terjadi kapal Gurita
Tenggelam,Rachmad bermimpi," Ibuku datang bersama kakak kandungku,
mereka berdiri di depan kamar tempat Rachmad tinggal, kemudian Rachmad
menarik kakak kandungku. Akhirnya kakak kandungku selamat juga tidak jadi
pulang ke Sabang karena lagi mengurus Ijazah di kampus Syiah Kuala. Dia di
tinggalin oleh kedua orang tuaku karena telad balik dari kampus. Begitu juga
kejadian 3 hari sebelum gempa bumi dan tsunami Aceh, Rachmad bermimpi,"
Ada guncangan yang sangat hebat sekali, Aku naik tiang pemancar, banyak
gedung yang rubuh, sangat terasa goncangannya dan buat pusing kepala."
Beberapa hari kemudian dapat anda saksikan Aceh hancur total, banyak
gedung dan bangunan yang hancur apalagi korban jiwanya. Kejadian aneh
kembali terjadi malam Minggu , 26 Desember 2004, Aku tidak ada mimpi apa-
apa, tidur nyenyak sekali.
Rinciannya ujar dia sebanyak satu unit rumah rusak di Kampung Ciaripan RT
02 RW 09 Desa Munjul. Kondisi rumah yang dihuni oleh empat jiwa ini
mengalami tingkat kerusakan berat. Dampaknya lanjut dia terpaksa
diungsikan ke tempat tetangganya yang terdekat.
"Kalau melihat lokasinya, lebih dari 200 rumah yang rusak, soalnya di desa
Kecik saja sudah 183 rumah yang terdampak, kami masih mengumpulkan
data," kata Dwi Sigit saat dihubungi pada Selasa (28/3).
10 Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan juga merupakan salah satu bencana alam yang terjadi saat
musim kemarau. Penyebab utama kebakaran hutan adalah faktor alam seperti
berikut :
Meski faktor utama penyebab kebakaran adalah faktor alam. Tapi beberapa
tahun terakhir ini kebakaran hutan sering di Indonesia terjadi karena ulah
manusia. Ulah jahil manusia yang paling sepele dan menyebabkan kebakaran
hutan adalah membuang putung rokok sembarangan. Putung rokok yang
masih hidup akan tertiup angin. Angin membawa kadar oksigen yang cukup
besar sehingga percikan api pada putung rokok bisa berubah menjadi kobaran
api. Hal itu diperparah dengan keringnya tanah dan daun- daun akibat
kemarau panjang.
Manusia yang semakin rakus juga sering membakar hutan dengan sengaja.
Mereka membakar hutan untuk membuka lahan baru yang akan dijadikan
perkebunan atau lahan pertanian. Kebakaran hutan ini sangat merugikan,
tidak hanya bagi manusia tetapi juga bagi hewan- hewan penghuni hutan.
Binatang liar kehilangan hutan sebagai tempat tinggal mereka. Hewan- hewan
yang terjebak dalam kobaran api juga akan mati karena terbakar ataupun
kehabisan oksigen.
Dampak kebakaran hutan yang lain adalah timbulnya bencana kabut asap.
Hampir setiap tahun bencana kabut asap ini melanda Provinsi Sumatera.
Bahkan negara tetangga juga terkena dampaknya. Kabut asap akibat
kebakaran hutan dapat menimbulkan berbagai penyakit pernapasan dan iritasi
SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 16
Kliping Bencana Alam
mata. Aktivitas warga yang terkena dampak bencana asap juga pasti akan
terganggu karena jarak pandang menjadi berkurang. Dengan mengetahui
berbagai dampak tersebut, manusia diharapkan mampu melakukan
pencegahan kebakaran hutan.