Anda di halaman 1dari 17

Kliping Bencana Alam

1. Sinabung Tak Pernah Tidur

Awan panas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara kembali


memakan korban. Tujuh orang meninggal dunia dan 2 orang kritis dengan luka
bakar terkena awan panas bersuhu 700 derajat Celsius pada Sabtu sore, 21 Mei
2016.

Peristiwa nahas tersebut terjadi di Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat,


kabupaten Karo. Ketika awan panas datang, para korban melakukan kegiatan
di kawasan yang merupakan zona merah atau berjarak radius 5 kilometer
Gunung Sinabung.

"Saat erupsi, seluruh korban sedang bertani yang masuk dalam zona merah.
Tiba-tiba datang awan panas Gunung Sinabung menyambar para korban," kata
Kabid Humas Polda Sumatera Utara AKBP Rina Sari Ginting.

Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo
Nugroho merinci tujuh korban tewas itu adalah Karman Milala (60), Irwansyah
Sembiring (17), Nantin Br. Sitepu (54), Leo Perangin-angin, Ngulik Ginting,
Ersada Ginting, dan Ibrahim Sembiring.

Aktivitas vulkanik Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, terus


menunjukkan peningkatan yang tinggi. (Foto: Humas BNPB)

"Semua korban adalah warga Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat,


Kabupaten Karo yang berada di zona merah saat kejadian Gunung Sinabung
meletus disertai luncuran awan panas pada Sabtu 21 Mei 2016 pukul 16.48
WIB," kata Sutopo.

SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 1


Kliping Bencana Alam

Usai kejadian, Tim SAR gabungan dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, PMI, relawan
dan masyarakat terus mencari korban dengan menyisir rumah dan kebun
masyarakat. Sebab, tidak diketahui secara pasti berapa banyak masyarakat
yang berada di Desa Gamber saat kejadian luncuran awan panas.

"Harusnya tidak ada aktivitas masyarakat. Namun sebagian masyarakat tetap


nekat berkebun dan tinggal sementara waktu sambil mengolah kebun dan
ladangnya," ujar Sutopo.

Alasan ekonomi adalah faktor utama yang menyebabkan masyarakat Desa


Gamber tetap nekat melanggar larangan masuk ke desanya. Pencarian korban
dilakukan dengan tetap memperhatikan ancaman dari erupsi Gunung
Sinabung. Letusan disertai awan panas masih sering terjadi sehingga
membahayakan bagi petugas SAR.

2. Teror Longsor di Purworejo

Bencana alam berupa banjir dan tanah longsor menghantam sebagian besar
wilayah Jawa Tengah pada pertengahan Juni 2016. Salah satu lokasi terparah
yang banyak merenggut nyawa berada di Purworejo. Puluhan orang tewas saat
banjir disertai longsor menerjang sejumlah desa pada Sabtu 18 Juni 2016.

Proses pencarian korban bencana longsor di Kabupaten Purworejo secara


resmi dihentikan sejak Jumat, 24 Juni 2016, pukul 15.09 WIB. Tim SAR
gabungan sudah tujuh hari mencari korban, terutama di Dusun Caok, Desa
Karangrejo, Kecamatan Loano, dan Desa Donorati, Kecamatan Purworejo.

Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional


Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, belum semua
korban yang hilang bisa ditemukan.

"Tiga orang dinyatakan masih hilang, yaitu satu orang di Dusun Caok dan dua
orang di Desa Donorati," kata Sutopo.

SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 2


Kliping Bencana Alam

Longsor di Dusun Suwinong, Desa Penungkulan, Kabupaten Purworejo, Jawa


Tengah. (@Sutopo_BNPB)

Dia menambahkan, total korban meninggal dalam musibah ini 43 orang.


Rinciannya, 39 meninggal karena longsor dan empat orang meninggal karena
banjir di Kabupaten Purworejo.

Korban meninggal akibat longsor yang terbanyak ada di Desa Karangrejo,


yakni 15 orang. Adapun korban yang belum ditemukan berada di Karangrejo
dan Donorati.

Sementara BPBD Purworejo memperkirakan jumlah kerugian akibat bencana


banjir dan longsor ini sekitar Rp 15,7 miliar, dengan nilai kerusakan untuk
rumah Rp 4,1 miliar dan infrastruktur Rp 11,6 miliar.

3. Amuk Sungai Cimanuk di Tengah Malam

Petaka itu datang saat menjelang tengah malam sewaktu sebagian besar warga
Garut, Jawa Tengah, sedang terlelap tidur. Tepat pada Selasa malam, 20
September 2016, banjir bandang Garut menerjang tujuh kecamatan.

Tercatat sekitar 2.511 rumah rusak berat dan ringan, serta 100 rumah hilang
akibat tersapu banjir bandang Garut. Sebanyak 6.361 orang pun diungsikan ke
sejumlah lokasi pengungsian, seperti di Markas Komando Resor Militer dan
Komando Distrik Militer setempat, Apotek Wira Prima, dan Rumah Sakit
Guntur. Kepala Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut,
Dadi Zakaria, mengatakan hujan deras yang terjadi sejak pukul 19.00 WIB
menyebabkan arus Sungai Cimanuk yang berada di sekitar Kota Garut meluap.

SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 3


Kliping Bencana Alam

Sisa kerusakan akibat banjir bandang Garut.

Ratusan rumah, perkantoran, dan instalasi vital lainnya milik pemerintah yang
berada di dekat sungai akhirnya tak luput dari terjangan banjir. "Banyak warga
yang tidak sempat menyelamatkan harta bendanya," ujar Dadi, Rabu pagi, 21
September 2016.

Berdasarkan Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tercatat


34 orang meninggal, 19 orang hilang, dan 35 orang terluka akibat bencana itu.
Sementara, sebanyak 6.361 warga harus mengungsi.

4. Ketika Bah Menerjang Kota Kembang

Hujan lebat disertai angin kencang dan hujan es terjadi di Kota Bandung, Jawa
Barat, pada Minggu 13 November 2016. Intensitas hujan yang tinggi ini juga
menyebabkan banjir dan pohon-pohon tumbang di beberapa tempat.
Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),
banjir terjadi di 20 titik di Kota Bandung yang meliputi Jalan Pagarsih, Jalan
Pasirkaliki, Jalan Wastukancana, Jalan Lodaya, Jalan Pasirkoja, Jalan A. Yani,
Jalan Sukagalih, Jalan Sudirman, Jalan Waringin (Pasar Andir).

Selain itu, banjir juga terjadi di Jalan Laswi, Jalan Burangrang, Jalan Stasiun
Timur, Jalan Kebon Jati, Stasiun Timur, Jalan Caringin, Jalan Otista, dan Jalan dr.
Djundjunan, Jalan Kopo, Jalan Manado, Jalan Serayu, dan Rumah Sakit Cicendo.

Tak hanya karena curah hujan tinggi, banjir juga disebabkan luapan Sungai
Citepus, Sungai Cibeureum dan Sungai Cikakak yang tidak mampu menampung
aliran permukaan.

SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 4


Kliping Bencana Alam

Banjir Bandung mulai surut karena kondisi topografi yang miring.


(Liputan6.com/Aditya Prakasa)

Selain itu banjir juga disebabkan saluran drainase yang buruk dan tidak
mampu mengalirkan aliran permukaan. Tinggi banjir sekitar 30-60 cm dengan
arus yang kencang seperti yang terjadi di Jalan Wastukancana.

Sementara itu, beberapa pohon tumbang terjadi di daerah Jalan Manado, Jalan
Kopo, Jalan Serayu, Jalan Otista dan Stasiun Kereta Api Bandung. Dua unit
mobil rusak berat, beberapa rumah rusak sedang, satu bangunan rusak sedang,
arsip pasien di RS Cicendo rusak berat dan operasional kereta api terhambat
selama 2 jam.

"Di Kecamatan Cicendo Kota Bandung, luapan dari Sungai Cikakak


menyebabkan dinding 10 rumah jebol. Arus kencang banjir menghanyutkan
perabotan rumah," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo
Purwo Nugroho.

5. Lindu di Pidie Jaya Menjelang Subuh

Pada 7 Desember 2016, sebuah gempa bumi berkekuatan 6,5 skala Richter
mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Indonesia, pada pukul 5.03.36 WIB.
Pusat gempa berada di koordinat 5,25 LU dan 96,24 BT, tepatnya di darat pada
jarak 18 kilometer tenggara Sigli, Pidie dan 2 kilometer utara Meureudu, Pidie
Jaya pada kedalaman 15 km. Gempa dengan durasi 10-15 detik itu terjadi saat
masyarakat setempat bersiap untuk melaksanakan salat subuh. Guncangan
gempa yang terasa kuat di daerah Pidie Jaya membuat puluhan ribu warga
panik dan berusaha menyelamatkan diri. Gempa ini merenggut 112 jiwa dan
ratusan orang lainnya terluka.

Pusat gempa yang berada di daratan menyebabkan gempa bumi ini tidak
menimbulkan tsunami. Gempa juga terasa di kabupaten tetangga seperti Pidie,
Bireuen, hingga sampai ke Banda Aceh, Langsa, dan Pulau Simeulue.

SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 5


Kliping Bencana Alam

Bupati Pidie Jaya, Aceh, Aiyub Ben Abbas memperkirakan 30 persen wilayah
mengalami kerusakan parah akibat guncangan gempa.

Warga mencari barang yang tersisa di antara puing-puing Pasar Meureudu


yang hancur di Pidie Jaya, Aceh, Kamis (8/12). Warga yang memiliki kios di
pasar tersebut beramai-ramai mencari barang yang masih dapat diselamatkan.
(Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Kerusakan merata, persentase hampir 30 persen wilayah. Yang rusak rumah


penduduk, masjid, gedung," kata Aiyub di Istana Negara Jakarta, 7 Desember
2016.

Menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, sedikitnya 104


orang meninggal dunia akibat gempa ini. Sementara kerusakan fisik, ribuan
rumah dan kantor pemerintahan rusak.

"Kerusakan fisik akibat gempa meliputi rumah 11.668 unit, masjid 61 unit,
meunasah 94 unit, ruko 161 unit, kantor pemerintahan 10 unit, fasilitas
pendidikan 16 unit, dan lainnya. Pendataan detail masih terus dilakukan oleh
petugas di lapangan," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
Sutopo Purwo Nugroho, Senin 12 Desember 2016.

6. Tragedi Tsunami Aceh Paling Hebat di Dunia Pada Abad ke-21

SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 6


Kliping Bencana Alam

photo

JAKARTA-GEMPOL, Tidak terasa sudah 7 tahun peristiwa yang sangat


memilukan terjadi di bumi serambi Mekkah Aceh. Gempa bumi dan Tsunami
Aceh pada hari Minggu pagi, 26 Desember 2004. Kurang lebih 500.000 nyawa
melayang dalam sekejab di seluruh tepian dunia yang berbatasan langsung
dengan samudra Hindia. Di daerah Aceh merupakan korban jiwa terbesar di
dunia dan ribuan banguan hancur lebur, ribuan pula mayat hilang dan tidak di
temukan dan ribuan pula mayat yang di kuburkan secara masal.

photo

SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 7


Kliping Bencana Alam

Gempa terjadi pada waktu tepatnya jam 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak
pada bujur 3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh
sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan
dengan ini merupakan gempa Bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun
terakhir ini yang menghantam Aceh, Pantai Barat Semenanjung Malaysia,
Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
Kepanikan ini terjadi dalam durasi yang tercatat paling lama dalam sejarah
kegempaan bumi, yaitu sekitar 500-600 detik (sekitar 10 menit). Beberapa
pakar gempa mengatakan menganalogikan kekuatan gempa ini, mampu
membuat seluruh bola Bumi bergetar dengan amplitude getaran diatas 1 cm.
Gempa yang berpusat di tengah samudera Indonesia ini, juga memicu
beberapa gempa bumi diberbagai tempat didunia.

Gempa yang mengakibatkan tsunami menyebabkan sekitar 230.000 orang


tewas di 8 negara. Ombak tsunami setinggi 9 meter. Bencana ini merupakan
kematian terbesar sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand
merupakan negara dengan jumlah kematian terbesar. Kekuatan gempa pada
awalnya dilaporkan mencapai magnitude 9.0. Pada Februari 2005 dilaporkan
gempa berkekuatan magnitude 9.3. Meskipun Pacific Tsunami Warning Center
telah menyetujui angka tersebut. Namun, United States Geological Survey
menetapkan magnitude 9.2. atau bila menggunakan satuan seismik momen
(Mw) sebesar 9.3.

Kecepatan rupture diperkirakan sebesar 2.5km/detik ke arah antara utara -


barat laut dengan panjang antara 1200 hingga 1300 km. Menurut Koordinator
Bantuan Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jan Egeland, jumlah
korban tewas akibat badai tsunami di 13 negara (hingga minggu 2/1/2005)

Namun jumlah korban tewas di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Timur
yang sebenarnya tidak akan pernah bisa diketahui, diperkirakan sedikitnya
SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 8
Kliping Bencana Alam

150.000 orang. PBB memperkirakan sebagian besar dari korban tewas


tambahan berada di Indonesia. Pasalnya, sebagian besar bantuan kemanusiaan
terhambat masuk karena masih banyak daerah yang terisolir. Sementara itu
data jumlah korban tewas di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan
Sumatera Utara menurut Departemen Sosial RI (11/1/2005) adalah 105.262
orang. Sedangkan menurut kantor berita Reuters, jumlah korban Tsunami
diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa dengan korban paling banyak diderita
Indonesia, 115.229 (per Minggu 16/1/2005). Sedangkan total luka-luka
sebanyak 124.057 orang, diperkirakan 100.000 diantaranya dialami rakyat
Aceh.

photo

Menurut U.S. Geological Survey korban tewas mencapai 283.100, 14.000 orang
hilang dan 1,126,900 kehilangan tempat tinggal. Menurut PBB, korban 229.826
orang hilang dan 186.983 tewas. Tsunami Samudra Hindia menjadi gempa dan
Tsunami terburuk 10 tahun terakhir. Di Indonesia, gempa dan tsunami
menelan lebih dari 126.000 korban jiwa. Puluhan gedung hancur oleh gempa
utama, terutama di Meulaboh dan Banda Aceh di ujung Sumatera. Di Banda
Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak terkena tsunami. Tetapi,
kebanyakan korban disebabkan oleh tsunami yang menghantam pantai barat
Aceh. Pemerintahan daerah Aceh lumpuh total, saat terjadi gempa bumi dan
Tsunami Aceh, kebetulan di Jakarta sendiri sedang di adakan acara Halal Bi
Halal masyarakat Aceh pasca menyambut lebaran Idul Fitri. Gempa Bumi yang
terjadi pada jam 08:00 WIB dengan 9 Skala Richter Pada tanggal 26 Desember
2004, gempa Bumi dahsyat di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh. Tepat
jam 09:00 WIB satu persatu masyarakat Aceh yang hadir di Istora Jakarta
panik karena hubungan telepon seluler ke Aceh putus total, mata mereka pada

SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 9


Kliping Bencana Alam

berkaca-kaca. Wakil Presiden Jusuf Kalla yang hadir mengatakan," Aceh dalam
musibah besar, saya baru dapat kabar terjadi gempa bumi di Aceh, banyak
bangunan rusak semoga tidak lebih parah dari gempa papua sebesar 6,4 SR."
Kita ketahui beberapa saat menjelang gempa bumi di Aceh telah terjadi gempa
bumi pada 26 November 2004, Gempa sebesar 6,4 SR mengguncang Nabire,
Papua tercatat 30 orang tewas. Pada 12 November 2004, gempa berkekuatan 6
SR mengguncang Alor, tercatat sebanyak 27 orang tewas dan ratusan
bangunan rata dengan tanah. Mendengar kata-kata "Aceh dalam musibah
besar," Orang sebelah tempat duduk Rachmad berkata,"Sudah biasa tuh tiap
hari jatuh korban jiwa di Aceh karena kontak senjata," Pada awal tahun 2004,
Rachmad berencana untuk pulang ke Aceh karena sudah lama tidak menginjak
kaki lagi di Aceh. Di bulan Mei 2004, kakak kandung yang ada di Banda Aceh
mengatakan mau pindah ke Sabang, Dia bertanya kapan Rachmad pulang ke
Sabang,"Nanti dahulu melihat situasi terkini mungkin sebelum bulan puasa
Oktober 2004," ujar Rachmad. Hingga terjadinya gempa bumi dan tsunami
Aceh pada tanggal 26 Desember 2004, Rachmad tidak jadi balik ke Aceh
karena dorongan bathin yang mengatakan,"Untuk apa kamu pulang ke
Aceh, di sini saja di pulau Jawa."

Ketika kejadian tsunami Rachmad berada di Jakarta dan ikut acara halal bi
halal dan baru tahu kakak kandung Rachmad terkena tsunami pada hari Rabu,
tanggal 28 November 2005. Setelah menelpon adik kandung siang harinya dan
bertemu sore harinya,"Adik sangat khawatir bahwa Rachmad sudah meninggal
dan hanyut terbawa tsunami. " "Bang Adi masih hidup ya belum meninggal,
kirain sudah meninggal dan hanyut terbawa tsunami Aceh," ujar adik kandung
Rachmad setengah bercanda. "Kejadian Gempa Bumi dan Tsunami Aceh pada
tanggal 26 Desember 2004, kok tenang-tenang saja, tidak pernah memberi
khabar, semua saudara sudah baca yasin untuk Bang Adi," ujar adik kandung
Rachmad. Kakak kandung Rachmad yang terkena tsunami saat seminggu
SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 10
Kliping Bencana Alam

kejadian ketika di telepon oleh adik kandung saya mengatakan, " Apakah
Bang Adi jadi pulang ke Aceh, mungkin DIA sudah meninggal terkena
tsunami karena tidak ada kabarnya lagi sejak Mei 2004 hingga Januari
2005."

Coba saja Rachmad Yuliadi Nasir saat itu kembali ke Aceh dan pergi ke
Meulaboh bersama sepupu dan kakak kandung pasti tinggal nama sekarang
dan tidak akan menjadi Presiden Masa Depan. Itulah kuasa Tuhan, saat
musibah kapal Gurita tenggelam, pada 19 Januari 1996, Rachmad juga mau
pulang ke Sabang tetapi tidak jadi, baju-baju sudah berada di tas tinggal
berangkat pulang dari Lhok Seumawe karena lagi mengurus proposal untuk
praktek kerja maka tidak jadi pulang akhirnya selamat hingga sekarang.
Rencanannya hari Kamis, 18 Januari 1996, setelah ujian semester dan
mengurus proposal PKL, malam harinya langsung berangkat ke Banda Aceh
dan siang harinya, Jumat, 19 Januari 1996, menyebrang ke Sabang untuk
menghadapi awal bulan puasa Ramadhan bersama keluarga. Biasanya
Rachmad tidak pernah pulang di awal puasa, pasti nanti saat liburan menjelang
lebaran Idul fitri baru pulang ke Sabang. Entah kenapa hari-hari tersebut
Rachmad ingin sekali pulang ke Sabang, karena di jadwal tidak ada ujian pada
hari Senin, 22 Januari 1996, hanya ujian pada hari Rabu, 24 Januari 1996. Bisa
libur panjang nih, ujian hari kejepit pada, Sabtu, 20 Januari 1996, cabut saja,
izin begitu rencanannya. Akhirnya memang benar-benar terjadi, Rachmad izin
tidak ikut ujian pada hari Sabtu,20 Januari 1996 karena pulang ke Banda Aceh
setelah mendapat khabar pada jam 09:00 WIB, bahwa kapal Gurita tenggelam
pada hari Jumat malam, 19 Januari 1996 jam 20:30 WIB. Pada hari Kamis, 18
Januari 1996, setelah ujian, Rachmad kejurusan Teknik Kimia untuk menemui
dosen pembimbing PKL," Rachmad kamu besok saja balik hari Jumat jam 10:00
WIB, ambil kembali proposalnya," ujar Nahar dosen pembimbing. Aduh...hari
Jumat, 19 Januari 1996, tidak ada ujian, bisa batal pulang ke Sabang nih. Pada
hari Jumat, 19 Januari 1996, jam 10:00 WIB, Rachmad kembali kejurusan
Teknik Kimia untuk menemui dosen pembimbing, agak aneh muka dosen
pembimbing tersebut, pucat dan lesu sekali, "Rachmad...proposal PKL kamu
ketinggalan di rumah saya, jadi tidak terbawa, kamu balik saja besok hari Sabtu

SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 11


Kliping Bencana Alam

siang ya," ujar Nahar. Setelah itu Rachmad menuju Bireun 50 Kilometer dari
kampus Politeknik Unsyiah Lhok Seumawe dan berkunjung ke rumah famili,
malam hari baru balik ke Lhok Seumawe, capai langsung istirahat tidur yang
nyenyak tidak ada mimpi apapun malam ini. Hanya seminggu sebelumnya
bermimpi, ada suara yang berkata," Adi...papi mau meninggal dunia...ya
sudah...Adi doakan saja." Dan tiga hari sebelum terjadi kapal Gurita
Tenggelam,Rachmad bermimpi," Ibuku datang bersama kakak kandungku,
mereka berdiri di depan kamar tempat Rachmad tinggal, kemudian Rachmad
menarik kakak kandungku. Akhirnya kakak kandungku selamat juga tidak jadi
pulang ke Sabang karena lagi mengurus Ijazah di kampus Syiah Kuala. Dia di
tinggalin oleh kedua orang tuaku karena telad balik dari kampus. Begitu juga
kejadian 3 hari sebelum gempa bumi dan tsunami Aceh, Rachmad bermimpi,"
Ada guncangan yang sangat hebat sekali, Aku naik tiang pemancar, banyak
gedung yang rubuh, sangat terasa goncangannya dan buat pusing kepala."
Beberapa hari kemudian dapat anda saksikan Aceh hancur total, banyak
gedung dan bangunan yang hancur apalagi korban jiwanya. Kejadian aneh
kembali terjadi malam Minggu , 26 Desember 2004, Aku tidak ada mimpi apa-
apa, tidur nyenyak sekali.

7. Angin Puyuh Terjang Sukabumi, Sejumlah Rumah Rusak

Fenomena angin puyuh (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Bencana angin puyuh menerjang Kabupaten


Sukabumi Rabu (3/5) sore. Dampaknya, sejumlah rumah yang tersebar di
beberapa kecamatan mengalami kerusakan.

Salah satu kecamatan yang dilanda bencana tersebut adalah Kecamatan


Ciambar. "Data yang dihimpun di relawan penanggulangan bencana ada dua
unit rumah yang rusak di dua desa berbeda," terang Koordinator Pusat

SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 12


Kliping Bencana Alam

Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah


(BPBD) Kabupaten Sukabumi Yana Suryana kepad wartawan Kamis (4/5).

Rinciannya ujar dia sebanyak satu unit rumah rusak di Kampung Ciaripan RT
02 RW 09 Desa Munjul. Kondisi rumah yang dihuni oleh empat jiwa ini
mengalami tingkat kerusakan berat. Dampaknya lanjut dia terpaksa
diungsikan ke tempat tetangganya yang terdekat.

Yana menerangkan satu unit rumah lainnya terdapat di Kampung Ciburial RT


02 RW 03 Desa Ciambar. Rumah yang ditempati lima jiwa ini mengalami rusak
sedang.

Selain di Kecamatan Ciambar, bencana juga melanda Kecamatan Sukabumi. Di


mana, sebuah rumah di Desa Sudajaya Girang, Kecamatan/Kabupaten
Sukabumi tertimpa pohon tumbang Rabu (3/5).

Dampaknya, seorang warga yang tengah tidur mengalami luka-luka dan


akhirnya meninggal dunia pada saat akan dibawa ke rumah sakit. Korban
meninggal dunia adalah Oki (13 tahun) yang tinggal di rumah kakeknya Munir
di Kampung Palasari, RT 18 RW 10, Desa Sudajaya Girang, Kecamatan
Sukabumi.

Informasi dari Koramil Sukabumi menyebutkan, kejadian tersebut terjadi pada


pukul 16.30 WIB. "Pada saat kejadian daerah Sukabumi tengah diguyur hujan
deras disertai angin," ujar Danramil Sukabumi Kapten (Inf) Prihatin Supriyanto
kepada wartawan. Korban yang masih remaja tersebut tengah tidur di
kamarnya.

Sementara kakek dan neneknya berada di ruangan yang lain. Menurut


Supriyanto, pohon yang ada di dekat rumah korban tiba-tiba tumbang dan
menimpa rumahnya. Korban diduga tidak bisa menyelamatkan diri dan
mengalami luka pada sejumlah bagian tubuhnya.

Selepas itu kata Supriyanto, warga mengevakuasi korban dan membawanya ke


rumah sakit RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi. Namun lanjut dia dalam
perjalanan ke rumah sakit korban meninggal dunia karena mengalami luka
cukup parah.

SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 13


Kliping Bencana Alam

8. Puting Beliung Rusak Ratusan Rumah di Sragen

Angin puting beliung (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Puting beliung memporak-porandakan ratusan


rumah di Sragen. Kepala pelaksana BPBD Kabupaten Sragen, Dwi Sigit
Kartanto mengungkapkan angin puting beliung yang terjadi pada Senin (27/3)
sore menyebabkan ratusan rumah di empat kecamatan mengalami kerusakan.

Kecamatan terdampak diantaranya Plupuh, Tanon, Sidoharjo dan Sukodono.


Hingga saat ini, BPBD Kabupaten Sragen masih melakukan pendataan warga
yang rumahnya mengalami kerusakan akibat bencana tersebut.

"Kalau melihat lokasinya, lebih dari 200 rumah yang rusak, soalnya di desa
Kecik saja sudah 183 rumah yang terdampak, kami masih mengumpulkan
data," kata Dwi Sigit saat dihubungi pada Selasa (28/3).

Kendati demikian, menurutnya kebanyakan rumah mengalami kerusakan pada


bagian atap. Sementara itu BPBD juga menemukan rumah yang tertimpa
pohon. "Aktivitas warga sudah normal, ini kami sedang melakukan
pembersihan dan mendata kembali. Hanya rusak-rusak ringan saja dan tidak
ada korban jiwa ," ungkapnya.

SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 14


Kliping Bencana Alam

9. Bencana kekeringan di Indonesia akibat hujan yang tak kunjung turun.

Sumber Gambar: nasional.tempo.co

Pertengahan tahun 2015 Indonesia dilanda kekeringan. Akibat fenomena alam


el-nino hujan tak juga turun membasahi bumi Indonesia. Banyak daerah di
Indonesia mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih. Hal tersebut
berdampak pada berkurangnya hasil panen dan terganggunya kesehatan
masyarakat. Kekeringan tersebut menjadi lebih parah karena perilaku manusia
yang tidak peduli pada sumber mata air yang ada di dekatnya yaitu hutan.

SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 15


Kliping Bencana Alam

10 Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan juga merupakan salah satu bencana alam yang terjadi saat
musim kemarau. Penyebab utama kebakaran hutan adalah faktor alam seperti
berikut :

 Petir yang menyambar daerah hutan sehingga menyebabkan percikan


api.
 Adanya beberapa titik api karena kemarau yang panjang.
 Adanya lelehan lava yang membakar hutan di sekitar gunung berapi.

Meski faktor utama penyebab kebakaran adalah faktor alam. Tapi beberapa
tahun terakhir ini kebakaran hutan sering di Indonesia terjadi karena ulah
manusia. Ulah jahil manusia yang paling sepele dan menyebabkan kebakaran
hutan adalah membuang putung rokok sembarangan. Putung rokok yang
masih hidup akan tertiup angin. Angin membawa kadar oksigen yang cukup
besar sehingga percikan api pada putung rokok bisa berubah menjadi kobaran
api. Hal itu diperparah dengan keringnya tanah dan daun- daun akibat
kemarau panjang.

Manusia yang semakin rakus juga sering membakar hutan dengan sengaja.
Mereka membakar hutan untuk membuka lahan baru yang akan dijadikan
perkebunan atau lahan pertanian. Kebakaran hutan ini sangat merugikan,
tidak hanya bagi manusia tetapi juga bagi hewan- hewan penghuni hutan.
Binatang liar kehilangan hutan sebagai tempat tinggal mereka. Hewan- hewan
yang terjebak dalam kobaran api juga akan mati karena terbakar ataupun
kehabisan oksigen.

Dampak kebakaran hutan yang lain adalah timbulnya bencana kabut asap.
Hampir setiap tahun bencana kabut asap ini melanda Provinsi Sumatera.
Bahkan negara tetangga juga terkena dampaknya. Kabut asap akibat
kebakaran hutan dapat menimbulkan berbagai penyakit pernapasan dan iritasi
SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 16
Kliping Bencana Alam

mata. Aktivitas warga yang terkena dampak bencana asap juga pasti akan
terganggu karena jarak pandang menjadi berkurang. Dengan mengetahui
berbagai dampak tersebut, manusia diharapkan mampu melakukan
pencegahan kebakaran hutan.

SDK Fransiskus Assisi – Kelas 5A Page 17

Anda mungkin juga menyukai