DI INDONESIA
Kliping ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Pendidikan
Lingkungan Hidup (PLH) Tahun 2021
1. Gempa Bumi
Pusat Gempa Sulawesi Barat 15 Januari 2021 Gedung Keuangan Negara yang rusak akibat gempa
bumi, di Mamuju
2. Tsunami
Foto Masjid Rahmatullah Lampuuk Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar, yang dipublish oleh AFP pada
tahun 2004 lalu, menyedot perhatian masyarakat dunia. Sebab masjid ini yang berada di pemukiman
padat penduduk, di bibir pantai Samudera Hindia ini, menjadi satu-satunya bangunan yang selamat
dalam bencana tsunami 26 Desember 2004
Gempa bumi di Aceh tahun 2004 terjadi pada pukul 08:58:53 WIB tanggal 26
Desember 2004 episentrumnya terletak di lepas pantai barat Sumatra, Indonesia.
Guncangan gempa tersebut berskala 9,1–9,3 dalam skala kekuatan Momen dan IX
(Violent) dalam skala intensitas Mercalli. Gempa bumi megathrust bawah laut terjadi
ketika Lempeng Hindia didorong ke bawah oleh Lempeng Burma dan memicu
serangkaian tsunami mematikan di sepanjang pesisir daratan yang berbatasan
dengan Samudra Hindia. Gelombang tsunami yang tingginya mencapai 30 meter (100 ft)
menewaskan 230.000 – 280.000 jiwa di 14 negara dan menenggelamkan sejumlah
permukiman pesisir. Gempa dan tsunami ini merupakan salah satu bencana alam paling
mematikan sepanjang sejarah. Indonesia adalah negara yang dampaknya paling parah
selain Sri Lanka, India, dan Thailand.
Ini adalah gempa bumi terbesar ketiga yang pernah tercatat di seismograf dan durasi
patahan terpanjang sepanjang sejarah (antara 8,3 dan 10 menit). Gempa ini
menyebabkan seluruh planet Bumi bergetar 1 sentimeter (0,4 inci) dan memicu aktivitas
gempa di berbagai wilayah, termasuk Alaska. Episentrumnya terletak antara
Pulau Simeulue dan Sumatra. Penderitaan masyarakat dan negara
terdampak mendorong berbagai negara untuk memberi bantuan kemanusiaan.
Masyarakat internasional secara keseluruhan menyumbangkan lebih dari US$14 miliar
(2004) dalam bentuk bantuan kemanusiaan. Peristiwa ini dikenal di kalangan
peneliti sebagai gempa bumi Sumatra–Andaman. Tsunami yang terjadi sesudahnya
mendapat berbagai julukan, termasuk tsunami Samudra Hindia 2004, tsunami Asia
Selatan, tsunami Aceh, tsunami Indonesia, tsunami Natal, dan tsunami Boxing Day.
3. Longsor
Gunung Merapi kembali mengeluarkan lava pijar yang teramati dari Tunggularum, Wonokerto, Turi,
Sleman, Yogyakarta, Kamis (7/1/2021)
Gunung Merapi Kembali Meletus pada tahun 2021, letusan yang dimulai pada 4
Januari 2021 menyebabkan evakuasi di wilayah Yogyakarta. Otoritas geologi telah
menetapkan tingkat kewaspadaan tertinggi kedua pada November setelah sensor
mendeteksi peningkatan aktivitas yang memperingatkan bahwa situasi bisa menjadi
lebih tidak stabil.
5. Banjir
Banjir diduga disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi sehingga memicu
luapan air sungai sejak 9 Januari 2021. Di Kecamatan Pelaihari, air sungai telah meluap
sejak Minggu, 3 Januari 2021. Namun, Direktur Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia Kalimantan Selatan, Dwi Cahyono, berpendapat bahwa banjir disebabkan
oleh degradasi lingkungan akibat ratusan lubang pertambangan yang tidak
dilakukan reklamasi dan hampir lima puluh persen dari 3,7 juta hektar lahan dikuasai oleh
perusahaan tambang dan kelapa sawit.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah melakukan analisis
mengenai penyebab banjir yang terjadi sejak 12–13 Januari 2021 di Kalimantan
Selatan. Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lapan M. Rokhis Khomarudin
mengatakan, pengamatan curah hujan dengan data satelit Himawari-8 menunjukkan
bahwa liputan awan penghasil hujan terjadi sejak 12 Januari hingga 13 Januari, dan
masih berlangsung hingga 15 Januari 2021. Ia juga menjelaskan antara tahun 2010
hingga 2020 terjadi penurunan luas hutan primer sebesar 13.000 hektare, hutan
sekunder 116.000 hektare, sawah dan semak belukar masing-masing 146.000 hektare
dan 47.000 hektare. Sebaliknya, area perkebunan meluas "cukup signifikan"
219.000 hektare. Kondisi tersebut, memungkinkan terjadinya banjir di Kalimantan Selatan,
apalagi curah hujan pada 12 hingga 13 Januari 2020 sangat lebat berdasarkan pantauan
satelit Himawari 8 yang diterima stasiun di Jakarta.
Greenpeace Indonesia menduga banjir bandang melanda Kalimantan Selatan
lantaran daerah aliran sungai (DAS) telah kehilangan sekitar 304.225 hektare tutupan
hutan sepanjang 2001–2019. Sebagian besar sudah berubah menjadi perkebunan kelapa
sawit. Juru bicara kampanye hutan Greenpeace Indonesia Arie Kompas menjelaskan
bahwa DAS merupakan wilayah yang seharusnya menampung air hujan di Kalimantan
Selatan. Namun karena tutupan hutannya berkurang drastis, kemampuan menampung air
jadi berkurang.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 112.709 warga
mengungsi dan 27.111 rumah terendam akibat banjir ini.
Jalan lintas provinsi terendam sehingga mengganggu aktivitas ekonomi. Jembatan di
Jalan Ahmad Yani km 55, Mataraman, Banjar, pun terputus akibat terjangan banjir.
Pelaksana Tugas Kepala Desa Hantakan, Sri Wanda, menyatakan pada 11 Januari
2021 bahwa lima mayat ditemukan oleh warga di Hantakan, Hantakan, Hulu Sungai
Tengah. Diduga masih ada puluhan korban hilang lainnya. Seorang balita ditemukan
tewas setelah terseret banjir di Banjarbaru pada 14 Januari 2021. Hujan yang terus
mengguyur juga menyebabkan longsor di Tungkaran, Pelaihari, Tanah Laut, dan satu
orang dinyatakan tertimbun pada 15 Januari 2021.
Data yang BNPB himpun pada 17 Januari 2021 menyatakan bahwa korban jiwa
berjumlah 15 orang dengan rincian Kabupaten Tanah Laut 7 orang, Kabupaten Hulu
Sungai Tengah 3 orang, Kota Banjar Baru 1 orang, Kabupaten Tapin 1 orang, dan
Kabupaten Banjar 3 orang.