Anda di halaman 1dari 9

NIKEN RAHAYU PUTRI

2010442040

FISBEN E

Bencana Alam yang Sering Terjadi di Indonesia


1. Banjir
banjir adalah keadaan dimana suatu daerah tergenang oleh air dalam jumlah yang besar. Kedatangan
banjir dapat diprediksi dengan memperhatikan curah hujan dan aliran air. Namun kadangkala banjir
dapat datang tiba-tiba akibat dari angin badai atau kebocoran tanggul yang biasa disebut banjir
bandang. Penyebab banjir mencakup curah hujan yang tinggi; permukaan tanah lebih rendah
dibandingkan muka air laut; wilayah terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan
sedikit resapan air; pendirian bangunan disepanjang bantaran sungai; aliran sungai tidak lancar akibat
terhambat oleh sampah; serta kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai. Meskipun berada
diwilayah "bukan langganan banjir'.
Setiap orang harus tetap waspada dengan kemungkinan bencana alam ini.
 Menata daerah aliran sungai dari hulu ke hilir secara terpadu sesuai dengan fungsi lahan.
 Membangun sistem pemantauan dan peringatan dini pada wilayah yang sering terkena banjir. 
Memasang pompa dan penghalang ombak untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
 JANGAN MEMBANGUN RUMAH DI BANTARAN SUNGAI
 Bersama aparat setempat membersihkan lingkungan sekitar, terutama pada saluran air atau selokan
dari sampah.
 Tentukan lokasi Posko Banjir yang tepat untuk pengungsi. Lengkapi dengan fasilitas alat evakuasi,
dapur umum, MCK, dan Pasokan air bersih.
 Bentuklah tim penanggulangan banjir di tingkat warga

2.Gempa bumi 
Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi
dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh
pergerakan kerak bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran
gempa Bumi yang dialami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat
Seismometer. Momen Magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi untuk
seluruh dunia. Beberapa gempa bumi yang terjadi di Indonesia: 
1. Aceh (2004)
Minggu pagi 26 Desember 2004, sebuah peristiwa alam besar terjadi di dasar Samudera Hindia, lepas
pantai Sumatera. Di dasar bumi, di kedalaman 30 kilometer, lempeng Hindia disubduksi oleh lempeng
Burma.Tepat pukul 07.58 WIB, gempa yang awalnya tercatat berkekuatan 9,1 skala Richter namun telah
meningkat menjadi 9,1 dan 9,3 terjadi. Mengguncang hebat Pulau Sumatera, khususnya Aceh. Gempa
tersebut menimbulkan gelombang tsunami dengan ketinggian mencapai 30 meter.
Dari Aceh, gelombang memantul ke 12 pantai di pesisir Samudera Hindia. Tidak hanya berdampak di
Indonesia, tetapi juga di sejumlah negara yaitu Thailand, Sri Lanka, India, Maladewa, Thailand,
Myanmar, Malaysia, Somalia, Tanzania, Seychelles, Bangladesh, dan Kenya.
Menurut ilmuan NASA, gempa dan tsunami yang diperkirakan menewaskan kurang lebih 230.000 jiwa
ini turut berdampak pada rotasi bumi, memperpendek durasi satu hari selama 2,68 mikrodetik, sedikit
mengubah bentuk planet manusia, dan menggeser Kutub Utara beberapa sentimeter.
2. Nias (2005)
Gempa bumi kembali melanda Sumatera pada 2005, terjadi pada 28 Maret 2005 pukul 23.09 WIB.
Pusat gempanya berada di kordinat 2° 04′ 35? U 97° 00′ 58? T, 30 km di dasar Samudra Hindia, sejauh
200 km sebelah barat Sibolga, di lepas pantai Pulau Sumatera, atau 1.400 km barat laut Jakarta, sekitar
setengah jarak atau antara dua pulau, yaitu Pulau Nias dan Pulau Simeulue.
Catatan seismik memberikan angka 8,7 skala Richter (BMG di Indonesia mencatat 8,2) dan
getarannya terasa hingga Bangkok, Thailand, sekitar 1.000 km jauhnya. Segera setelah terjadi, muncul
peringatan akan kemungkinan datangnya tsunami yang akhirnya tidak terjadi. Gempa ini kemungkinan
terpicu oleh gempa sebelumnya pada bulan Desember 2004, yaitu Gempa Bumi Samudra Hindia 2004.
Akibat gemba bumi ini, tercatat 1.346 orang meninggal dunia.
3. Pangandaran (2006)
Pada 17 Juli 2006, Pulau Jawa diguncang gempa, tepatnya di lepas Pantai Pangandaran, Jawa Barat.
Gempa ini berkekuatan magnitudo 7,7 dan menimbulkan gelombang tsunami setinggi 21 meter.
Tinggi gelombang saat itu lebih tinggi dari perkiraan tinggi gelombang yang dihasilkan dari gempa
berkekuatan magnitudo 7,7.Gempa Pangandaran ini disebut sebagai “Tsunami Earthquake”
sebagaimana dijelaskan oleh Kanamori (1972).Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
korban yang ditimbulkan dari bencana ini adalah 668 orang tewas, 65 hilang dan diasumsikan tewas,
sementara 9.299 orang mengalami luka-luka.
4. Jogjakarta (2006)
Gempa Bumi Yogyakarta Mei 2006 adalah peristiwa gempa Bumi tektonik kuat yang mengguncang
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama
57 detik.Gempa yang berkekuatan 5,9 Skala Richter (SR) atau 6,3 SR menurut perhitungan Balai Survei
Geologi Amerika Serikat (USGR) memiliki kedalaman 7,5 km.Tak hanya korban meninggal, gempa Jogja
mengakibatkan banyak rumah yang rata dengan tanah. Bahkan para korban dilarikan ke rumah sakit
menggunakan bus, mobil atau berjalan kaki.
Namun, jumlah rumah sakit yang menampung dan jumlah dokter tidak sebanding dengan banyaknya
korban yang harus menjalani perawatan. Akibat gempa ini, jaringan komunikasi terputus dan warga
yang mengungsi mencapai 200.000 orang.Gempa Jogja merupakan salah satu gempa yang menelan
banyak korban jiwa di Indonesia. Karena bencana itu, tercatat 6.234 orang meninggal dunia.
5. Padang (2009)
Gempa bumi yang terjadi di Sumatera Barat pada tanggal 30 September 2009 ini meluluhlantakkan
Kota Padang dan sejumlah kota lain di Sumatera Barat.Gempa Bumi ini terjadi dengan kekuatan 7,6
Skala Richter di lepas pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB. Gempa ini terjadi di lepas pantai
Sumatera, sekitar 50 km barat laut Kota Padang.Gempa dahsyat ini menyebabkan kerusakan parah di
beberapa wilayah di Sumatera Barat seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten
Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang, Kabupaten Agam, Kota Solok, dan
Kabupaten Pasaman Barat. Korban tewas akibat Gempa Bumi Padang mencapai 1.117 jiwa.
6. Donggala, Palu (2018)
Gempa bumi ini terjadi pada Jumat, tanggal 28 September 2018 dan terjadi beberapa kali (multiple).
Gempa paling kuat sebesar 7,4 SR terjadi pada pukul 18.02 Wita (17.02 WIB), diikuti gelombang tsunami
yang melanda pantai barat Pulau Sulawesi bagian utara.Pusat gempa bumi (episentrum) berada di darat,
sekitar Kecamatan Sirenja, 26 km utara Donggala dan 80 km barat laut kota Palu dengan kedalaman 10
km.Gempa ini terjadi karena pergeseran sesar mendatar dari sesar Palu-Koro yang membentang dari
utara-barat laut ke selatan-tenggara di sepanjang pegunungan Sulawesi Tengah.
Sesar Palu-Koro termasuk sesar yang paling aktif, laju pergerakan di sepanjang Sesar Palu-Koro
diperkirakan berada di kisaran 30-40 mm per tahun.Guncangan gempa bumi dirasakan di Kabupaten
Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Sigi, Kabupaten Poso, Kabupaten Tolitoli,
Kabupaten Mamuju bahkan hingga Kota Samarinda, Kota Balikpapan, dan Kota Makassar.Gempa ini
memicu tsunami hingga ketinggian 1,5 meter hingga 3 meter di Kota Palu dan Donggala.
Gempa ini tak hanya diikuti gelombang laut raksasa, tapi juga fenomena tanah bergerak atau biasa
disebut likuifaksi.Korban tewas akibat peristiwa ini mencapai lebih dari 2.113 orang, 1.309 orang hilang,
sementara korban luka-luka sebanyak 4.612 orang yang tersebar di berbagai rumah sakit.

3.Letusan gunung 
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang
didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Peristiwa ini berhubungan dengan naiknya magma dari
dalam perut bumi. Aktifitas magma yang mempunyai suhu yang sangat tinggi di dalam perut bumi
berusaha keluar sehingga dapat terjadi retakan-retakan dan pergeseran lempeng kulit bumi. Magma
yang keluar dari perut gunung berapi adalah gunung yang sedang meletus atau vulkanisme.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni
diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang
dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat
menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh
radius 90 km. Jenis dan bentuk gunung api bermacam-macam karena derajat kekentalan dan kedalaman
magma terbentuknya gunung api berbeda-beda.
Gunung api meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh
gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung api terbentuk. Hasil letusan
gunung berapi berupa: gas vulkanik, lava dan aliran pasir serta batu panas, lahar, tanah longsor, gempa
bumi, abu letusan, awan panas. Letusannya yang membawa abu dan batu dapat menyembur dengan
keras hingga sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90
km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar hingga sampai
ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di bumi ini.
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi
aktif. Beberapa gunung meletus yang terjadi di Indonesia: 
1.Gunung Kelud
Konon, Gunung Kelud begitu dihormati oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia pada zaman dahulu loh,
Sahabat. Ialah Kerajaan Majapahit dan Kediri yang begitu mengagungkan Kelud. Keduanya bahkan
membangun candi untuk menaruh persembahan di Gunung Kelud.Gunung yang terletak di Jawa Timur
ini pernah meletus pada 2014 lalu. Efek letusannya tidak tanggung-tanggung, tidak hanya menimpa Jawa
Timur, wilayah-wilayah di Pulau Jawa juga mendapat dampak buruknya. Yogyakarta bahkan mendapat
dampak hujan abu hingga sepekan penuh akibat letusan gunung ini.
2. Gunung Agung
Gunung Agung pernah meletus di tahun 1963. Gunung yang terletak di Bali ini terkenal dengan
letusannya yang terjadi hingga setahun lamanya. Sebanyak 1.000 penduduk menjadi korban saat
Gunung Agus meletus. Tidak tanggung-tanggung, abu panas dan gas yang dikeluarkan oleh gunung
tersebut melambung hingga 20 kilometer tingginya. Bahkan, abunya sampai di Greenland.
3. Gunung Tambora
Selain merenggut lebih dari 71.000 korban jiwa, letusan Gunung Tambora bahkan mengubah iklim
dunia. Gunung yang terletak di Sumbawa ini pernah meletus pada April 1815 dan mengeluarkan
material vulkanik hingga empat kali lebih kuat dibanding saat Krakatau meletus.
4 . Gunung Samalas
Nama Gunung Samalas jarang dikenal oleh penduduk Indonesia. Hal itu dikarenakan telah hancur
setelah mengalami letusan pada 1257. Letusan Gunung Samalas berkekuatan begitu besar bahkan
menimbulkan perubahan iklim dunia dan memicu Zaman Es Kecil pada tahun tersebut.
Gunung yang terletak di Lombok memunculkan kaldera Segara Anak akibat letusannya. Kaldera terletak
di ujung barat Gunung Rinjani.
5. Gunung Merapi
Siapa yang tidak tahu kalau Gunung Merapi adalah gunung berapi. Gunung ini bahkan terkenal
sebagai gunung berapi paling aktif di Indonesia.
Letusan Merapi yang paling parah adalah pada akhir Oktober 2010 lalu. Ledakannya begitu besar hingga
menewaskan 350 korban lebih, termasuk Mbah Marijan, sang juru kunci merapi.
Merapi bahkan memiliki museumnya sendiri guna mengenang letusannya. Museum itu terdiri dari
perabotan rumah yang diambil dari rumah-rumah warga yang terdampak letusan.
6. Gunung Galunggung
Berhasil menewaskan hingga 4.000 orang, Gunung Galunggung meletus pada tahun 1882 dengan
energi yang begitu dahsyat. Saking dahsyatnya, letusan Galunggung terjadi hingga berbulan-bulan dan
selama itu gunung tersebut aktif mengeluarkan lahar, debu halus, hingga hujan pasir panas berwarna
kemerahan.

4.Tsunami 
Tsunami, arti harfiah: "ombak besar di pelabuhan") adalah gelombang air besar yang diakibatkan oleh
gangguan di dasar laut, seperti gempa bumi. Gangguan ini membentuk gelombang yang menyebar ke
segala arah dengan kecepatan gelombang mencapai 600–900 km/jam. Awalnya gelombang tersebut
memiliki amplitudo kecil (umumnya 30–60 cm) sehingga tidak terasa di laut lepas, tetapi amplitudonya
membesar saat mendekati pantai.
Saat mencapai pantai, tsunami kadang menghantam daratan berupa dinding air raksasa (terutama
pada tsunami-tsunami besar), tetapi bentuk yang lebih umum adalah naiknya permukaan air secara tiba-
tiba. Kenaikan permukaan air dapat mencapai 15–30 meter, menyebabkan banjir dengan kecepatan
arus hingga 90 km/jam, menjangkau beberapa kilometer dari pantai, dan menyebabkan kerusakan dan
korban jiwa yang besar.
Sebab tsunami yang paling umum adalah gempa bumi bawah laut, terutama yang terjadi di zona
penunjaman  dengan kekuatan 7,0 skala magnitudo momen atau lebih. Penyebab lainnya
adalah longsor, letusan gunung, dan jatuhnya benda besar seperti meteor ke dalam air. Secara
geografis, hampir seluruh tsunami terjadi di kawasan Lingkaran Api Pasifik dan kawasan Palung
Sumatra di Samudra Hindia. Risiko tsunami dapat dideteksi dengan sistem peringatan dini tsunami
yang mengamati gempa-gempa berkekuatan besar dan melakukan analisis data perubahan air laut yang
terjadi setelahnya. Jika dianggap ada risiko tsunami, pihak berwenang dapat memberi peringatan atau
mengambil tindakan seperti evakuasi Risiko kerusakan juga dapat dikurangi dengan rancangan tahan
tsunami, seperti membuat bangunan dengan ruang luas, serta penggunaan bahan beton bertulang,
maupun dengan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara menyelamatkan diri dari tsunami, seperti
pentingnya mengungsi dan menyiapkan rencana darurat dari jauh-jauh hari. Beberapa Tsunami yang
terjadi di Indonesia: 
1.Tsunami Flores Tahun 1961
Diakibatkan gempa bumi di episenter 8,2 LS, 122 BT. Tidak ada catatan berapa skala gempa yang
menjadi penyebab tsunami tersebut, termasuk ketinggian tsunami dan jumlah korban jiwa.
2.Tsunami Sumatra Tahun 1964
Tsunami ini terjadi akibat gempa bumi pada episenter 5,8 LU, 95,6 BT dengan jumlah korban
meninggal 110 dan luka-luka 479.
3.Tsunami Seram – Maluku Tahun 1965
Tsunami ini terjadi akibat gempa bumi pada episenter 2,4 LS, 126 BT dengan skala magnitudo gempa
bumi 7,5 Sr, tinggi tsunami 4 meter, korban meninggal 71 orang.
4.Tsunami Larantuka Tahun 1982
Tsunami terjadi akibat gempa bumi pada episenter 8,4 LS, 123 BT dengan skala magnitudo gempa
5,9. Tsunami Larantuka ini telah menyebabkan 13 orang meninggal dunia namun tidak diketahui berapa
ketinggian tsunami yang terjadi.
5.Tsunami NTT, Flores Timur, Pulau Pantar Tahun 1987
Tsunami NTT tahun 1987 dipicu oleh gempa bumi pada episenter 8,4 LS dan124,3 BT. Skala gempa
dan ketinggian tidak diketahui namun tsunami NTT ini telah menyebabkan 83 orang meninggal dan 108
orang luka-luka.
6.Tsunami NTT, pulau Alor Tahun 1989
Tsunami NTT tahun 1989 ini terjadi akibat gempa pada episenter. Bencana alam tsunami ini
menyebabkan 7 orang meninggal dunia. Penulis tidak menemukan referensi yang menunjukkan berapa
skala magnitudo gempa dan ketinggian tsunami yang menimpa pulau Alor tahun 1989 ini.
7.Tsunami Flores Tahun 1992
Tsunami Flores ini merupakan tragedi tertragis sebelum tsunami aceh 2004. Tsunami ini dipicu oleh
gempa bumi yang berpusat di 8,5 LS, 121,9 BT dengan skala magnitudo gempa 7,5. Ketinggian tsunami
tercatat setinggi 26 meter dan membunuh 2100 orang di Flores.
8.Tsunami Aceh Tahun 2004
Merupakan tsunami terdahsyat di abad ke-21 yang telah menyebabkan lebih kurang 250.000 orang
meninggal dunia. Tsunami Aceh tersebut disebabkan oleh gempa bumi dengan skala 9,2 Mw dan
memicu tsunami setinggi 34,5 meter di beberapa pantai di Aceh. Episenter gempa yang memicu
Tsunami Aceh berada pada episenter 3,3 LU dan 95,8 BT.
9.Tsunami Nias Tahun 2005
Tsunami Nias dipicu oleh gempa dengan skala 8 pada episenter 2 LU, 97,8 BT. Tsunami yang timbul
akibat gempa ini setinggi 3,5 meter dan tidak tercatat adanya korban jiwa.
10.Tsunami Pangandaran Tahun 2006
Tsunami Pangandaran tahun 2006 dipicu oleh gempa bumi dengan skala 7,7 pada episenter 3,3 LS
dan 107,9 BT. Tsunami Pangandaran setinggi 8,25 meter ini menyebabkan 668 orang meninggal dunia.
11.Tsunami Bengkulu Tahun 2007
Tsunami Bengkulu tahun 2007 setinggi 3,8 meter disebabkan oleh gempa dengan skala 8,4 pada
episenter gempa 3,7 LS dan 101 BT. Tsunami Bengkulu ini tidak sampai menimbulkan korban jiwa.
12.Tsunami Mentawai Tahun 2010
Tsunami Mentawai tahun 2010 terjadi akibat gempa bumi dengan skala 7,2 pada episenter 3,6 LS
dan 99,93 BT. Tsunami Mentawai tahun 2010 menyebabkan 413 orang meninggal dan 448 lainnya
mengalami luka-luka. Tinggi tsunami Mentawai tahun 2010 diperkirakan sekitar 7 meter.
Rangkaian peristiwa tersebut diharapkan bisa disikapi dengan kesadaran bahwa negeri ini rentan gempa
bumi dan tsunami. Peranan pengurangan dampak resiko bencana (mitigasi) harus menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat Indonesia. Sehingga masyarakat Indonesia menjadi siap siaga menghadapi
potensi gempa bumi dan tsunami yang suatu waktu mungkin terjadi.
5. Tanah longsor
Tanah longsor seringkali dipicu oleh curah hujan tinggi dan terjadi selama beberapa hari. Struktur
tanah yang labil sangat mudah mengalami longsor hingga mengakibatkan bencana khususnya bagi
masyarakat yang berada di posisi lebih rendah. Tanah longsor juga dapat dipicu oleh getaran gempa
hingga merontokkan struktur tanah di atas.

Banjir terjadi di Desa Sukanagara, Padaherang, Pangandaran, Jawa Barat sejak Jumat (23/2) pagi.
Ketinggian banjir hingga 2,8 meter di beberapa titik yang mengakibatkan 32 unit rumah terendam. Banjir
menyebabkan 32 KK (94 jiwa) mengungsi.Di samping itu banjir juga terjadi di Desa Tarisi dan Cikaronjo,
Kecamatan Wanareja, Cilacap, Jawa Tengah. BPBD setempat telah melakukan upaya darurat, salah
satunya bantuan logistik pada 628 KK (1.634 jiwa) yang terdampak banjir. Sekitar 477 rumah terendam
di wilayah tersebut. Banjir dipicu oleh intensitas tinggi hingga ketinggian air termonitor pada pukul 14.00
waktu setempat pada Jumat (23/2).
  Sementara itu longsor terjadi di beberapa titik di Jawa Tengah. BNPB mengkategorikan longsor
sebagai bencana hidrometeorologi yang paling mematikan. Sejumlah longsor dipicu oleh intensitas
hujan yang sangat tinggi. Longsor terjadi di Kabupaten Purbalingga dan Brebes, dimana terdapat dua
titik longsor di Kabupaten Brebes, yaitu Desa Rajawetan dan Desa Pasir Panjang.
 
Longsor di Purbalingga telah mengakibatkan 4 orang meninggal dunia, 5 luka ringan dan 1 luka berat
pada 22/2/2018. Di sisi lain, longsor di Desa Pasir Panjang, Brebes, mengakibatkan kerugian dan
kerusakan yang lebih besar. Hingga kini (24/2) 9 orang meninggal dunia dimana 2 korban belum berhasil
diidentifikasi, dan 13 masih dinyatakan hilang. BPBD Kabupaten Brebes telah mendirikan pos komando
(posko) di rumah warga terdekat lokasi bencana.
  Merespon bencana longsor Brebes, Kepala BNPB Willem Rampangilei meninjau lokasi bencana dan
memberikan arahan penanganan darurat. Saat rapat koordinasi dengan Bupati Brebes, TNI/Polri, serta
dinas terkait di posko Desa Pasir Panjang Kab.Brebes, Willem Rampangilei mengatakan, "Sesuai arahan
presiden ada dua hal yang harus segera dilakukan, pertama segera lakukan operasi penanganan darurat.
Kedua, lakukan proses pemulihan dini secepatnya," jelas Willem di Posko pada Jumat (23/2). BNPB telah
memberikan bantuan dana untuk penanganan darurat.
  Pada kunjungan kerja ini (24/2) Kepala BNPB berkesempatan meninjau lokasi longsor di Desa Pasir
Panjang dan tanggul Sungai Cisanggarung yang jebol akibat banjir serta menyapa para pengungsi korban
banjir di Desa Bojongsari, Brebes.  Penanganan darurat longsor di desa ini melibatkan TNI, Polri,
sukarelawan, organisasi masyarakat dan aparat desa setempat
Pencarian pada Jumat (23/2) pukul 15.30 WIB sempat dihentikan karena cuaca hujan lebat. BPBD
dibantu TNI dan Polri serta SKPD setempat telah memasang rambu peringatan longsor di ruas jalan yang
menghubungkan antara Kecamatan Palem dan Kecamatan Banjarharjo. Bupati Brebes juga telah
menetapkan status tanggap darurat longsor, terhitung 22 Februari 2018 – 7 Maret 2018.Tidak hanya
longsor di Kabupaten Brebes, tetapi sejumlah desa di 5 kecamatan terdampak banjir. BPBD Provinsi
Jawa Tengah melaporkan banjir terjadi di 27 Desa di 5 Kecamatan. Berikut wilayah teridentifikasi
terdampak banjir.

6. Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang
berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu
wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang
akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi),
transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia.
Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan
sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya. Dampak
ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap
bidang dapat berbeda-beda. Namun, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula
menyebabkan kerusakan yang signifikan. Beberapa kekeringan yang terjadi di Indonesia: 
Beberapa kekeringan yang pernah melanda Indonesia:
1. Sumba timur, Nusa Tenggara Timur (259 hari tidak hujan)
2. Buleleng, Bali (236 hari tidak hujan)
3. Sampang, Jawa Timur (229 hari)
4. Belu, Nusa Tenggara Timur (227 hari)
5. Indramayu, Jawa barat (227 hari)
6. Banyuwangi, Jawa Timur (215 hari)
7. Pasuruan, Jawa Timur (215 hari)
8. Nganjuk, Jawa Timur (215 hari)
9. Bima, Nusa Tenggara Barat (214 hari)
10. Karangasem, Bali (214 hari).

7. Hutan merupakan warisan alam yang harus selalu kita pelihara kelestariannya. Selain sebagai nyawa
bagi ekosistem, kehadiran hutan membantu penyerapan air, serta menjadi sumber makanan utama bagi
makhluk hidup, termasuk manusia.
Sayangnya, dalam beberapa kurun waktu terakhir, pengerukan sumber daya alam secara besar-besaran
semakin menjadi-jadi. Semakin lama, semakin tidak mempertimbangkan dampak apa yang akan terjadi
akibat ulah mereka tersebut
Mulai dari perburuan satwa-satwa liar, maupun yang dilindungi, pengeboran minyak bumi yang tidak
bisa diperbarui, polusi dari asap pabrik dan kendaraan, penebangan hutan secara liar, dan juga
pembukaan lahan dengan cara membakar hutan.
Diantara kegiatan-kegiatan yang merusak alam tersebut, salah satu hal yang menjadi masalah penting
dan belum ditemukan solusinya adalah kegiatan pembakaran hutan di Indonesia.
Terutama pembakaran hutan di wilayah Kalimantan yang terkenal akan sumber daya hutannya yang
sangat luas, dan juga pembakaran hutan di daerah Sumatera.
Indonesia yang terletak di daerah iklim tropis memiliki kawasan hutan yang masuk dalam kelas
kebakaran tingkat satu. Artinya, hutan di Indonesia termasuk jenis hutan yang paling sulit untuk
terbakar. Namun kenyataannya, peristiwa kebakaran hutan seakan tidak bisa lepas dari negara ini setiap
tahun.
Beberapa peristiwa terbakarnya hutan dalam skala besar pun pernah terjadi di Indonesia. Sebagian
besar memang dikarenakan kegiatan manusia, yaitu pada tahun 1982-1983, 1987, 1991, 1994, dan
tentunya kebakaran hutan 1997 yang masuk dalam kebakaran hutan skala besar dan berdampak ke
negara-negara tetangga
Kebakaran Hutan Indonesia 1997
Peristiwa kebakaran hutan di Indonesia pada tahun 1997 yang lalu, menjadi salah satu tragedi
lingkungan hidup terbesar. Pada sekitar tahun 1997 hingga awal tahun 1998 terjadi serangkaian
pembakaran hutan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Sehingga menyebabkan
terjadinya polusi asap ke negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Brunei, Thailand, Singapura, dan
Vietnam.
Tujuan dari pembakaran hutan secara besar-besaran yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan
tersebut, adalah untuk kegiatan pembukaan hutan Akan tetapi cara yang digunakan salah, yaitu
menggunakan cara tradisional berupa tebang bakar yang menjadi kebiasaan selama bertahun-tahun.
Penyebab utama meluasnya kebakaran hutan pada tahun 1997 diduga akibat pengaruh badai El-Nino
yang menyebabkan musim di Indonesia mengalami kemarau berkepanjangan.Keringnya kawasan hutan
berdampak pada mudahnya vegetasi hutan terbakar, bahkan menyebabkan asap kebakaran menyebar
hingga ke berbagai negara.
Kebakaran hutan tahun 1997 itu sendiri merupakan akumulasi dari serangkaian aktivitas pembakaran
dan penebangan hutan yang meningkat beberapa tahun sebelumnya. Hal ini tidak lepas dari permintaan
masyarakat akan kebutuhan produk dari bahan kayu jati dan mahoni yang semakin tinggi.
Proses pemadaman yang coba dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan dibantu negara-negara lain juga
mengalami kesulitan. Kesulitan ini dikarenakan banyaknya bara api yang tersisa setelah kebakaran
dipadamkan. Sisa-sisa bara api yang tertiup angin, sangatlah mudah memicu timbulnya kebakaran baru.
Berdasarkan pemeriksaan dan penyelidikan pemerintah saat itu, setidaknya 413 perusahaan diduga
menjadi penyebab dan bertanggungjawab atas terbakarnya lahan hutan seluas 1,7 juta hektar.

 8.  Angin puting beliung


Yaitu adalah angin kencang dengan gerakan berputar yang berasal dari awan kumulonimbus.
Angin puting beliung memiliki kecepatan lebih dari 64,4 km per jam dengan durasi atau waktu
kerjadiannya 5 menit dan terjadi di wilayah yang tidak luas.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, angin puting
beliung adalah angin tornado berukuran kecil yang terjadi di Indonesia.
Pemberian nama angin puting beliung dibeberapa kota berbeda-beda. Di Jawa, angin puting beliung
disebut dengan angin leysus atau angiin puyuh. Sedangkan di SUmatera angin Bahorok. 
Penyebab dan proses terjadinya
Dikutip dari buku Pintar Penanggulangan Angin Puting Beliung (2021) oleh Wahyudi, bencana
angin puting beliung sering terjadi di pada musim pancaroba, terutama pada siang dan sore hari. Hal ini
terjadi akibat banyaknya pembentukan awan kumulonimbus.Namun, tidak semua awan kumulonimbus
menyebabkan pembentukan angin puting beliung. Angin puting beliung terjadi karena adanya gesekan
antara arus udara yang naik dan turun.
Terdapat fase atau tahapan dalam proses pembentukan angin puting beliung, berikut penjelasannya: 
Fase tumbuhPada fase tumbuh atau fase pertama ini, terdapat arus udara di dalam awan dengan
tekanan yang cukup kuat, naik ke atas. Di fase ini, titik air masih tertahan oleh arus udara yang terus
bergerak menuju puncak awan.
Fase dewasa
Di fase ini, mulai terjadi hujan karena arus udara tidak lagi menahan titik-titik air. Hujan yang turun
menyebabkan gesekan antara arus udara yang naik, dan udara yang turun. Gesekan tersebut kemudian
membentuk pusaran yang semakin lama, semakin cepat.
Pusaran angin inilah yang kita sebut angin puting beliung. Sesuai dengan proses pembentukannya, angin
ini terjadi saat hujan turun.
1. 10 Mei 2022
Terjadi bencana angin puting beliung pada Selasa (10/5/2022) di Gunung Kencana, Lebak Banten.
Kejadian ini menyebabkan hampir 80 rumah warga dan sekolah rusak. Angin puting beliung menerjang
Kawasan Kampung Pasar, Lebaksiuh, Kampung Dederan, dan Kampung Gunungbilu, Desa Gunung
Kencana, Lebak, Banten. Seorang warga bersaksi melihat angin berputar-putar di atas gedung SDN I
Gunung Kencana dan menerbangkan atap sejauh 100 km. Kejadian ini membuat para warga cemas.
3. 6 April 2022
Desa Grogol dan Sudimoro, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo diterpa angin puting beliung
yang menyebabkan kerusakan pada 23 rumah warga. Angin juga membuat satu tiang listrik, tiga pohon,
satu fasilitas umum, dan satu tempat usaha roboh. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut dan
listrik yang padam akibat pohon tumbang pun sudah menyala kembali setelah pohon tumbang tersebut
dievakuasi. Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor memastikan pemerintah daerah akan memberikan bantuan
perbaikan berupa material bangunan.
4. 21 September 2021
Pada tahun 2021 lalu, tepatnya Selasa (21/9/2021), peristiwa angin puting beliung terparah terjadi
di wilayah Depok, Jawa Barat. Setidaknya ada 27 titik yang terkena dampak angin puting beliung,
berdasarkan laporan dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) dan Penyelamatan Kota Depok.
Terjangan angin membuat pohon dan papan reklame tumbang. Data Dinas Sosial menunjukkan terdapat
613 jiwa yang rumahnya menjadi korban. Angin puting beliung menerbangkan atap rumah di 10
kelurahan dan 6 kecamatan di Kota Depok.
5. 26 Juni 2021
Kampung Kebon dan Kampung Karya Bakti di wilayah Pandeglang, Banten mengalami terjangan
angin puting beliung pada Sabtu (26/6/2021). Laporan dari Taruna Siaga menyebut sebanyak 50 rumah
warga mengalami kerusakan, di antaranya 24 rumah rusak di wilayah Kampung Kebon, Desa
Panimbangjaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, dan 26 rumah rusak lainnya ada di
wilayah Kampung Soge Karya Bakti, Panimbangjaya. Tidak ada korban jiwa, namun terdapat kerugian
materi berupa kerusakan atap yang terbang dibawa angin.

Anda mungkin juga menyukai