Indonesia diterpa sejumlah bencana beberapa bulan terakhir. Mulai dari gempa
bumi, gunung meletus, banjir bandang, tanah longsor dan yang terakhir adalah
tsunami Selat Sunda. Bencana itu menimbulkan korban jiwa yang tak sedikit, serta
duka mendalam bagi Indonesia. Gelombang tsunami memang tak dapat diprediksi.
Alat pendeteksi tsunami hanya berfungsi saat peristiwa terjadi. Namun, terkadang
alat pendeteksi tak berfungsi optimal. Selain tsunami Selat Sunda dan yang terjadi
di Sulawesi Tengah, Indonesia juga pernah mengalami bencana yang menyebabkan
hingga puluhan ribu melayang.
ombak setinggi kurang lebih 20 meter membuat beberapa kota di provinsi itu
lumpuh. Dilansir Harian Kompas yang terbit pada 29 Desember 2004, kekuatan
gempa yang terjadi berada di Samudra Hindia pada kedalaman sekitar 10 kilometer
di dasar laut. Wilayah sumber gempa berjarak sekitar 149 kilometer sebelah barat
Meulaboh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (namanya saat itu).
Gempa yang berlangsung selama kurang lebih 10 menit ini tercatat mempunyai
magnitudo sekitar 9,0. Setelah itu gelombang tsunami mulai memberikan
dampaknya pada wilayah Aceh dan sebagian di Sumatera Utara. Tsunami ini
kemudian bergerak menyebar ke arah pantai-pantai. Jarak pantai Sumatera
terdekat dengan episenter gempa bumi utama diperkirakan 125 km. Kecepatan
rambat gelombang tsunami dapat mencapai 800 km per jam di samudra dalam dan
bebas. Mendekati pantai yang dangkal dan dengan kecepatannya yang besar,
gelombang tsunami menjadi tinggi dan kemudian terempas ke arah daratan.
2. Gempa Bumi di Pulau Nias Sumatra Utara 29 Maret 2005
Salah satu wilayah Indonesia diguncang gempa hebat berkekuatan 8,2 pada
skala Richter. Gempa bumi itu terjadi di perairan antara Pulau Nias, Sumatera Utara
dan Pulau Simeuleu, Nanggroe Aceh Darussalam pada larut malam sekitar pukul
23.09 WIB saat masyarakat tengah beristirahat. Berdasarkan pemberitaan Harian
Kompas (29/3/2005), gempa ini menyebabkan kepanikan luar biasa pada warga di
sebagian besar Medan dan Banda Aceh.
Tepat pada 17 Juli 2006 serangkaian gempa bumi di wilayah pantai selatan
Pulau Jawa menyebabkan gelombang tsunami dahsyat di Pangandaran, Jawa Barat.
Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,8 tersebut terjadi pukul 15.19 WIB.
Kemudian, terjadi gempa susulan berkekuatan 5,5 SR dan 6,1 SR.
Pusat gempa yang berada di samudera Hindia lepas pantai Jawa Barat, berjarak 225
Km Barat Daya Kabupaten Pangandaran membuat masyarakat panik dan ketakutan.
Guncangan tersebut menyebabkan tsunami setinggi 5 meter. Menyapu rumah-
rumah penduduk di pesisir selatan Jawa. Bahkan tercatat setidaknya 668 jiwa tewas
akibat gempa bumi dan tsunami 2006. Awalnya guncangan terkuat terjadi di pesisir
Jawa Barat dan Jawa Tengah. Seperti dirasakan di Kabupaten Pangandaran,
Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cianjur Selatan dan Kabupaten Cilacap berupa
guncangan IV-V MMI.
Hasil penelitian mengungkap tinggi tsunami lebih dari 4,8 meter dengan jarak
luncur ke daratan sekitar 500 meter. Tsunami Pangandaran merenggut 668 korban
jiwa, 65 hilang (diasumsikan meninggal dunia) dan 9.299 lainnya luka-luka.
Dilaporkan tempat liburan pantai di Pangandaran mengalami rusak parah. Ribuan
rumah dan perahu nelayan hancur. Tenaga medis sangat dibutuhkan di wilayah itu
mengingat tenaga medis yang ada jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah
korban.
4. Gempa Bumi Sumatera Barat (Padang) 30 September 2009
Gempa bumi itu terjadi karena Provinsi Sumatera Barat berada di antara
pertemuan dua lempeng benua besar (lempeng Eurasia dan lempeng Indo-
Australia) dan patahan (sesar) Semangko. Di dekat pertemuan lempeng terdapat
patahan Mentawai. Ketiganya merupakan daerah seismik aktif. Menurut catatan
ahli gempa wilayah Sumatera Barat memiliki siklus 200 tahunan gempa besar yang
pada awal abad ke-21 telah memasuki masa berulangnya siklus.
Pukul 17.02 WIB, gempa bermagnitudo 7,4 mengguncang Kota Palu dan Donggala.
Pusat gempa ada pada kedalaman 10 km, jaraknya ada di 27 km sebelah timur laut
Donggala. Saking kencangnya getaran itu, kursi dan meja orang-orang di Kabupaten
Gowa sampai bergetar, padahal Kabupaten Gowa berjarak sekitar 780 km dari Kota
Palu.
Gara-gara Sesar Palu-Koro yang menggeliat ini, jembatan di dekat Pantai Talise
patah. Kubah Masjid Baiturrahman yang berwarna hijau juga ikut roboh. Hotel Roa-
roa roboh menimbun orang-orang di dalamnya. Tsunami setinggi hampir 6 meter
dengan kecepatan 800 km/jam menerjang Pantai Talise, ketinggian ombak meraih
baliho tinggi dekat pantai. Orang-orang kalang-kabut, jerit kepanikan memekik.
Yang berhasil mencapai bangunan tinggi dan cukup kuat bisa selamat, misalnya di
Palu Grand Mall. Bahkan rekaman video dari Palu Grand Mall viral di media sosial.
Namun banyak sekali yang menjadi korban jiwa keganasan gelombang dari laut itu.
Bangunan-bangunan luluh-lantak, listrik mati, saluran telekomunikasi terputus.
Air laut naik hingga mencapai Lantai 2 Hotel Mercure, Palu. Hal ini disampaikan Wali
Kota Makassar Muhammad Ramdhan 'Danny' Pomanto lewat percakapannya
dengan Asisten II Pemkot Makassar, Sittiara (Ira).