Anda di halaman 1dari 7

1.

Gempa dan Tsunami Aceh 26 Desember 2004

Indonesia diterpa sejumlah bencana beberapa bulan terakhir. Mulai dari gempa
bumi, gunung meletus, banjir bandang, tanah longsor dan yang terakhir adalah
tsunami Selat Sunda. Bencana itu menimbulkan korban jiwa yang tak sedikit, serta
duka mendalam bagi Indonesia. Gelombang tsunami memang tak dapat diprediksi.
Alat pendeteksi tsunami hanya berfungsi saat peristiwa terjadi. Namun, terkadang
alat pendeteksi tak berfungsi optimal. Selain tsunami Selat Sunda dan yang terjadi
di Sulawesi Tengah, Indonesia juga pernah mengalami bencana yang menyebabkan
hingga puluhan ribu melayang.

ombak setinggi kurang lebih 20 meter membuat beberapa kota di provinsi itu
lumpuh. Dilansir Harian Kompas yang terbit pada 29 Desember 2004, kekuatan
gempa yang terjadi berada di Samudra Hindia pada kedalaman sekitar 10 kilometer
di dasar laut. Wilayah sumber gempa berjarak sekitar 149 kilometer sebelah barat
Meulaboh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (namanya saat itu).

Gempa yang berlangsung selama kurang lebih 10 menit ini tercatat mempunyai
magnitudo sekitar 9,0. Setelah itu gelombang tsunami mulai memberikan
dampaknya pada wilayah Aceh dan sebagian di Sumatera Utara. Tsunami ini
kemudian bergerak menyebar ke arah pantai-pantai. Jarak pantai Sumatera
terdekat dengan episenter gempa bumi utama diperkirakan 125 km. Kecepatan
rambat gelombang tsunami dapat mencapai 800 km per jam di samudra dalam dan
bebas. Mendekati pantai yang dangkal dan dengan kecepatannya yang besar,
gelombang tsunami menjadi tinggi dan kemudian terempas ke arah daratan.
2. Gempa Bumi di Pulau Nias Sumatra Utara 29 Maret 2005

Salah satu wilayah Indonesia diguncang gempa hebat berkekuatan 8,2 pada
skala Richter. Gempa bumi itu terjadi di perairan antara Pulau Nias, Sumatera Utara
dan Pulau Simeuleu, Nanggroe Aceh Darussalam pada larut malam sekitar pukul
23.09 WIB saat masyarakat tengah beristirahat. Berdasarkan pemberitaan Harian
Kompas (29/3/2005), gempa ini menyebabkan kepanikan luar biasa pada warga di
sebagian besar Medan dan Banda Aceh.

Terlebih warga Aceh, mereka langsung berhamburan keluar rumah dengan


membawa bungkusan seadanya dan langsung menuju tempat tinggi, karena takut
tsunami akan kembali terjadi seperti yang mereka alami akhir tahun sebelumnya.
Ibu-ibu berlarian menggendong anak-anak mereka sambil menangis. Ada juga
seorang perempuan tua yang tampak susah payah menggendong dua cucunya
sambil berlari. Pascagempa besar ini terjadi, saluran listrik dan telepon di sejumlah
wilayah, termasuk di Banda Aceh Kota Medan terputus.

Melansir informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi


(PVMBG) Kementerian ESDM, gempa ini mengakibatkan lebih dari 1.000 orang
meninggal dan 2.391 lainnya luka-luka. Kejadian ini menjadi pembelajaran bagi
masyarakat dan Pemerintah untuk bisa memperbaiki mitigasi bencana di kemudian
hari, karena sesungguhnya kerugian dan korban akibat gempa bisa diminimalisir
dengan upaya struktural dan nonstruktural. Upaya struktural misalnya melakukan
pembangunan fisik yang tahan gempa, tidak mendirikan bangunan di lokasi yang
rawan, dan sebagainya.

Sedangkan nonstruktural misalnya meningkatkan kesadaran masyarakat akan


bencana dan meningkatkan kemampuan mereka dalam menghadali ancaman
bahaya bencana. Sementara itu, USGS mencatat gempa Nias 2005 ini sebagai
gempa terbesar kedelapan di dunia sejak 1900.

3. Gempa dan Tsunami Pantai Selatan Pulau Jawa (Pangadaran) 17 Juli


2006

Tepat pada 17 Juli 2006 serangkaian gempa bumi di wilayah pantai selatan
Pulau Jawa menyebabkan gelombang tsunami dahsyat di Pangandaran, Jawa Barat.
Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,8 tersebut terjadi pukul 15.19 WIB.
Kemudian, terjadi gempa susulan berkekuatan 5,5 SR dan 6,1 SR.

Pusat gempa yang berada di samudera Hindia lepas pantai Jawa Barat, berjarak 225
Km Barat Daya Kabupaten Pangandaran membuat masyarakat panik dan ketakutan.
Guncangan tersebut menyebabkan tsunami setinggi 5 meter. Menyapu rumah-
rumah penduduk di pesisir selatan Jawa. Bahkan tercatat setidaknya 668 jiwa tewas
akibat gempa bumi dan tsunami 2006. Awalnya guncangan terkuat terjadi di pesisir
Jawa Barat dan Jawa Tengah. Seperti dirasakan di Kabupaten Pangandaran,
Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cianjur Selatan dan Kabupaten Cilacap berupa
guncangan IV-V MMI.

Sementara daerah Kota Bandung, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kebumen, Banten,


Jakarta, dan Yogyakarta merasakan guncangan III-IV. Menurut warga, tsunami
datang sekitar 15-20 menit setelah gempa bumi terjadi. Sebelum tsunami datang,
warga melihat air laut surut 2-3 kali. Hal ini mengagetkan masyarakat pesisir karena
mereka umumnya tidak merasakan guncangan gempa yang kuat. Seorang warga
Pangalengan mengatakan bahwa gelombang datang ke arah pesisir dengan
kecepatan 40 kilometer per jam Pukul 23.00 muncul kabar air laut kembali pasang.

Hasil penelitian mengungkap tinggi tsunami lebih dari 4,8 meter dengan jarak
luncur ke daratan sekitar 500 meter. Tsunami Pangandaran merenggut 668 korban
jiwa, 65 hilang (diasumsikan meninggal dunia) dan 9.299 lainnya luka-luka.
Dilaporkan tempat liburan pantai di Pangandaran mengalami rusak parah. Ribuan
rumah dan perahu nelayan hancur. Tenaga medis sangat dibutuhkan di wilayah itu
mengingat tenaga medis yang ada jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah
korban.
4. Gempa Bumi Sumatera Barat (Padang) 30 September 2009

Tanggal 30 September menjadi sejarah memilukan bagi masyarakat


di Sumatera Barat. Di tahun 2009, daerah mereka diguncang gempa berkekuatan
7,6 Skala Ritcher (SR). Dilansir dari wikipedia, gempa Bumi terjadi di lepas
pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB. Gempa ini terjadi di lepas pantai
Sumatera, sekitar 50 km barat laut Kota Padang. Gempa menyebabkan kerusakan
parah di beberapa wilayah di Sumatera Barat seperti Kabupaten Padang Pariaman,
Kota Padang,

Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota


Padangpanjang, Kabupaten Agam, Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat.
Menurut data Satkorlak PB, sebanyak 1.117 orang tewas akibat gempa ini yang
tersebar di 3 kota dan 4 kabupaten di Sumatera Barat Namun, hingga tanggal 4
Oktober 2009, angka resmi yang dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) adalah 603 orang korban tewas dan 343 orang dilaporkan hilang.

Gempa bumi itu terjadi karena Provinsi Sumatera Barat berada di antara
pertemuan dua lempeng benua besar (lempeng Eurasia dan lempeng Indo-
Australia) dan patahan (sesar) Semangko. Di dekat pertemuan lempeng terdapat
patahan Mentawai. Ketiganya merupakan daerah seismik aktif. Menurut catatan
ahli gempa wilayah Sumatera Barat memiliki siklus 200 tahunan gempa besar yang
pada awal abad ke-21 telah memasuki masa berulangnya siklus.

5. Gempa dan Tsunasi Palu dan Donggala 28 September 2018

Fenomena alam berupa gempa, tsunami, dan likuifaksi mengguncang kawasan


Sulawesi Tengah. Peristiwa itu menjadi duka mendalam untuk Indonesia tahun
2018. Belum usai masyarakat Lombok menata puing berserak akibat bumi
berguncang, Palu dan Donggala diguncang gempa pada 28 September 2018. Sore
itu menjadi awal tragedi.

Pukul 17.02 WIB, gempa bermagnitudo 7,4 mengguncang Kota Palu dan Donggala.
Pusat gempa ada pada kedalaman 10 km, jaraknya ada di 27 km sebelah timur laut
Donggala. Saking kencangnya getaran itu, kursi dan meja orang-orang di Kabupaten
Gowa sampai bergetar, padahal Kabupaten Gowa berjarak sekitar 780 km dari Kota
Palu.

Gara-gara Sesar Palu-Koro yang menggeliat ini, jembatan di dekat Pantai Talise
patah. Kubah Masjid Baiturrahman yang berwarna hijau juga ikut roboh. Hotel Roa-
roa roboh menimbun orang-orang di dalamnya. Tsunami setinggi hampir 6 meter
dengan kecepatan 800 km/jam menerjang Pantai Talise, ketinggian ombak meraih
baliho tinggi dekat pantai. Orang-orang kalang-kabut, jerit kepanikan memekik.

Yang berhasil mencapai bangunan tinggi dan cukup kuat bisa selamat, misalnya di
Palu Grand Mall. Bahkan rekaman video dari Palu Grand Mall viral di media sosial.
Namun banyak sekali yang menjadi korban jiwa keganasan gelombang dari laut itu.
Bangunan-bangunan luluh-lantak, listrik mati, saluran telekomunikasi terputus.

Air laut naik hingga mencapai Lantai 2 Hotel Mercure, Palu. Hal ini disampaikan Wali
Kota Makassar Muhammad Ramdhan 'Danny' Pomanto lewat percakapannya
dengan Asisten II Pemkot Makassar, Sittiara (Ira).

Kejadian ini disampaikan Wali Kota Makassar Muhammad Ramdhan 'Danny'


Pomanto lewat percakapannya dengan Asisten II Pemkot Makassar Sittiara (Ira),
yang saat ini berada di Palu, Sulteng. Sittiara berada di Palu dan tempat
menginapnya di hotel bintang empat itu rusak. Kawasan pantai Donggala juga kena
tsunami. BMKG mengakhiri peringatan dini tsunami pukul 17.36 WIB.

Anda mungkin juga menyukai