1
Sulis Rianny Hamnur, 2Rendra Satria Raharja
1
Praktikan, Laboratorium Mineralogi dan Kristalografi, Laboratorium Petrografi, Departemen
Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin.
2
Asisten, Laboratorium Mineralogi dan Kristalografi, Laboratorium Petrografi, Departemen
Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin.
ABSTRAK
I. PENDAHULUAN
kristal. Setiap jenis mineral tidak saja terdiri dari unsur-unsur tertentu,tetapi juga
satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentangmineral, baik dalam bentuk
individu maupun dalam bentuk kesatuan, antaralain mempelajari tentang sifat-
Minerologi terdiri dari kata mineral danlogos, dimana mengenai arti mineral
sebab susunan atomnya teratur. Apabila gambaran tersebut teratur dan simetris
maka mineral tersebut berbentuk kristal, tetapi apabila tidak demikian dikatakan
(Berhitu,2018)
Adapun maksud dan tujuan tersendiri dalam melakukan praktikum ini ialah
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah:
2. Pensil
3. Pensil Warna
5. Sampel peraga
7. Penggaris 30 cm
8. Clipboard
Kristal berasal dari bahasa Yunani yaitu Krustallos, terdiri atas kruos yang artinya
beku dan stellein yang artinya dingin. Jadi kristal mengacu pada kedua kata
tersebut berarti membeku karena proses pendinginan. Kristal juga sering disebut
sebagai hablur / balur, mengacu pada sifat fisik yang menandainya, karena kristal
bersifat hablur. Ilmu yang mempelajari tentang sistem penggambaran dan sifat
simetri kristal disebut “KRISTALOGRAFI”. Kristalografi sangat penting di dalam
Dalam the dictionarry of geology (Berry, 1983), kristal adalah bahan padat
yang secara kimia homogen dengan bentuk geometri tetap, sebagai gambaran dari
susunan atom yang teratur, dibatasi oleh bidang banyak (polyhedron), dengan
memiliki sifat selalu kristalin, karena mineral memiliki bentuk tertentu. Mineral
alamiah dan kristalin. Jadi, kristalin artinya tersusun atas unsurunsur kimia yang
homogen dengan bentuk geometri tetap sebagai gambaran dari susunan atom yang
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk satu kesatuan, antara
(Mulyaningsih,2018)
1. Bidang simetri
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi
dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari
yang lain. Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri
2. Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan
bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh
3. Pusat simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat garis
bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat Kristal dan
akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak
yang sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan
kata lain, kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut
berjarak sama dari pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi
Terbentuknya sebuah kristal yang mana setiap bagian merupakan yang serba
sama, bentuk tiga dimensi dari kristal dibentuk olehh bidang- bidang datar yang
terlihat dari luar dan bidang tersebut ditentukan oleh barisan atom-atom bagian
dalam. Semua kristal memperlihatkan perbedaan sudut dari simetri dan juga
jumlah unsur-unsur simetrinya.Terdapat 7 sistem kristal yaitu sistem kristal
trigonal, sistem kristal orthorombik, sistem kristal monoklin dan sistem kristal
triklin. Namun, yang akan di bahas disini hanyalah sistem kristal isometrik dan
sistem kristal Isometrik.Bentuk kristal yang terdapat di bumi sangat banyak sekali
ragamnya, dari bentuk yang paling sederhana sampai yang sangat rumit.
Kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas dibawah
kondisi alam maupun industri. Pada dan fase ini cairan ataulelehan dasar
Kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui dan fase cair.Bentuk kristal
Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang
dari aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan
temperature.
Proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh tekanan dan
berubah secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan
karena tidak adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur
Kata isometris berasal dari iso dan metrik atau metris; iso berarti sama dan metrik
berarti ukuran, maka isometris atau isometrik adalah suatu sistem kristal dalam
sistem kristalografi yang memiliki ukuran yang sama secara tiga dimensi. Sistem
kristal isometris sering disebut juga dengan sistem kristal kubus atau kubik. Bola
adalah salah satu bentuk yang memiliki sifat paling simetri secara tiga dimensi. 34
Sistem kristal isometris adalah sistem kristal yang paling simetris. Sistem kristal
isometris memiliki tiga (3) sumbu kristal, dengan panjang sumbu yang sama.
Karena sistem kristal ini memiliki kedudukan dan ukuran sumbu yang sama, maka
ketiga sumbunya kita sebut saja a1, a2 dan a3. Masing-masing sumbu saling
berpotongan dengan sudut perpotongan α=β=γ= 90o . Sebagai suatu sistem yang
paling simetris, maka isometris tidak berpolar sebagaimana yang dijumpai dalam
sistem kristal yang lain. Itulah mengapa isometris jauh lebih sederhana dan paling
mudah untuk dikenali dibandingkan dengan sistem kristal yang lain. Secara
umum, bentuk kristal dalam sistem kristal isometris ada 4, yaitu kubus,
oktahedron, dodekahedron dan kombinasi ketiganya. Di dalam penggambarannya,
dan a3 = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu
a2 ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu a3 juga ditarik garis dengan nilai 3
(nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Sudut antara sumbu a1 dengan a2 (α)
antara -a3 dengan a1 (γ ) digambarkan 120 o, dan sudut antara a1 dengan -a2
penggambarannya.
Contoh mineral dengan sistem kristal isometris adalah pirit (Fe2S3, salah satu
mineral besi), halit (NaCl, garam), emas, intan, sphalerit, galena, flourit, kuprit,
1) Tetartoidal
a. Kelas ke 28, elemen simetri: terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu
c. Bentuk umum kristal yang dijumpai adalah tetartoidal pyritohedron dan kubik,
dan tetrahedron.
2) Diploidal
a. Kelas ke-29, simetri : 2/m 3bar, artinya: memiliki elemen simetri empat
sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua, dan tiga bidang kaca dan satu
pusat.
3) Gyroidal
putar empat, dan empat sumbu putar tiga, dan enam sumbu putar dua
4) Hextetrahedral
a. Kelas ke-31, dengan sifat simetri : 4bar 3/m, yang artinya memiliki empat
sumbu putar tiga, tiga sumbu putar empat, dan enam bidang kaca.
b. Sumbu Kristal : Tiga sumbu sama panjang yang disebut a1, a2, dan a3, 90 o
5) Hexoctahedral
a. Kelas ke-32, dengan sifat simetri : 4/m 3bar 2/m, artinya memiliki kelas
yang paling simetri untuk bidang tiga dimensi dengan empat sumbu putar
tiga, dan tiga sumbu putar dua, dengan sembilan bidang utama dan satu
pusat.
c. Bentuk umumnya kubus, bidang delapan, bidang dua belas, dan trapezium;
Ada beberapa cara untuk menentukan klas simetri dari sistem kristal tetragonal
antara lain :
a) Herman Manguin
i. Bagian 1
Menunjukan nilai sumbu a, mungkin bernilai 4 atau 2 dan ada atau tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut. Bagian ini dinotasikan
ii. Bagian 2
iii. Bagian 3
b) Schoenfish
i. Dipandang dari sumbu c, maka ada dua kemungkinan yaitu bernilai 4 atau
dengan h.
dengan v.
iii.Notasi h, v atau d dituliskan dikanan agak kebawah dari notasi huruf O atau
T.
ini memiliki tiga sumbu kristal utama yang masing-masing juga saling tegak lurus,
yaitu a, b, dan c. Panjang sumbu kristal a1 dan a2 sama, namun panjang sumbu c
tidak sama (bisa lebih panjang atau lebih pendek), dan pada umumnya lebih panjang
Contoh mineral yang memiliki bentuk kristal tetragonal adalah kalkopirit (atau
kasiterit, stannit, dan cahnit. Sistem Tetragonal dibagi menjadi 7 kelas, yaitu
piramidal.
1) Ditetragonal dipiramidal
kristal adalah 4/m 2/m 2/m; yang artinya memiliki satu sumbu putar empat,
α = β = γ = 90o
2) Tetragonal trapezohedral
a. Termasuk ke dalam kelas ke-26, dengan sifat simetri kristal adalah 4/m 2/m
2/m; yang artinya kelas ini memiliki sifat simetri satu sumbu putar empat,
dua sumbu putar dua, dan seluruh sumbu yang berpotongan tegak lurus
b. Sumbu a1 dan a2 sama panjang dan memiliki 1 sumbu panjang (c) dan sudut
α = β = γ = 90o
3) Ditetragonal piramidal
a. Termasuk ke dalam kelas ke-25, dengan sifat simetri kristal adalah: 4/m yang
artinya kelas ini memiliki sifat simetri satu sumbu putar empat dan empat
bidang simetri.
b. Sumbu a1 dan a2 sama panjang dan memiliki 1 sumbu panjang (c) dan sudut
α = β = γ = 90o
4) Tetragonal skalenohedral
a. Termasuk ke dalam kelas ke-24, dengan sifat simetri kristal adalah: 4bar 2/m
yang artinya kelas ini memiliki sifat simetri satu sumbu putar empat, dua
b. Sumbu a1 dan a2 sama panjang dan memiliki 1 sumbu panjang (c) dan sudut
α = β = γ = 90o
pinakoidal.
d. Contoh mineral yang umum dijumpai adalah kalkopirit dan stannit termasuk
tetranatrolit.
5) Tetragonal dipiramidal
a. Termasuk ke dalam kelas ke-23, dengan sifat simetri kristal adalah: 4/m yang
artinya kelas ini memiliki sifat simetri satu sumbu putar empat dan satu
bidang simetri.
b. Sumbu a1 dan a2 sama panjang dan memiliki 1 sumbu panjang (c) dan sudut
α = β = γ = 90o
6) Tetragonal disphenoidal
a. Termasuk ke dalam kelas ke-22, dengan sifat simetri kristal adalah: 4bar
yang artinya kelas ini memiliki sifat simetri satu sumbu putar empat.
b. Sumbu a1 dan a2 sama panjang dan memiliki 1 sumbu panjang (c) yang bisa
lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu yang lain, dengan sudut α = β =
γ = 90o
7) Tetragonal piramidal
a. Termasuk ke dalam kelas ke-21, dengan sifat simetri kristal adalah: 4 yang
artinya kelas ini memiliki sifat simetri satu sumbu putar empat.
b. Sumbu a1 dan a2 sama panjang dan memiliki 1 sumbu panjang (c) yang bisa
lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu yang lain, dengan sudut α = β =
γ = 90o
Ada beberapa cara untuk menentukan klas simetri dari sistem kristal tetragonal
antara lain :
a) Herman Manguin
i. Bagian 1
Menunjukkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 4 atau 4 dan ada atau tidaknya
ii. Bagian 2
Menunjukkan ada atau tidaknya sumbu a yang bernilai 2 dan ada atau tidaknya
iii. Bagian 3
dan ada atau tidaknya bidang smetri diagonal/intermediet yang tegak lurus
b) Schoenfish
i. Dipandang nilai dari sumbu yang tegak lurus dengan sumbu c, maka ada dua
klas C ( Cyclick ).
ii. Ke kanan agak ke bawah notasi D atau C dituliskan nilai sumbu c nya
dengan h
dengan v.
Pada praktikum kali ini, kita menggunakan empat sampel peraga dalam pelaksanaan
praktikum. Tahapan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan praktikum kali ini
adalah :
1. Tahap pendahuluan
Tahap ini dimulai dengan mengikuti asistensi acara, yaitu pemaparan materi
2. Tahap praktikum
Pada tahap ini diadakan proses pengambilan data dengan cara menggambarkan
elemen kristal, nilai kristal menurut herman manguin dan schonfiles, bentuk
Pada tahap ini praktikan melakukan asistensi kepada asisten laboratorium yang
telah ditunjuk untuk mengolah data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan
dan tahap pengambilan data yang akan dibuatkan dalam bentuk jurnal tentang
hasil praktikum yang telah dilalui dan melakukan revisi jurnal jika terjadi
4. Tahap selesai
Pada tahap ini hasil dari revisi jurnal praktikan yang sudah di ACC oleh asisten,
dinilai.
Asistensi acara
TAHAP Pengerjaan tugas
PENDAHULU pendahuluan
AN
Responsi umum
Pengecekan alat
Pengambilan sampel
TAHAP
PRAKTIKUM Pendeskripsian
Pembuatan laporan
sementara
Mencetak jurnal
TAHAP SELESAI Pengumpulan jurnal
Penilaian
4.1 Sampel 1
Pada sampel pertama yaitu sistem kristal isometrik dengan nomor paraga Iso9
yang termasuk kedalam sistem kristal isometrik dengan sifat kristal a:b:c
= ,1:3:3, α = β = γ = 90o. Sudut antara sumbu a+ dan b-= 30◦. Sudut antara sumbu
b+ dan c+ =90o. Pada sampel kristal ini memilki elemen kristal 3A 4, 4A3, 6A2, 9
PC. Yang nilai kristal Herman Maugine yaitu 4/m, 3, -/m, dan nilai
Schonfliesnya adalah Oh. Sampel ini termasuk dalam kelas Hexoctahedral dan
0, 0, 1 1, 0, 0
1, 1, -1 1, -1, -1
1, 1, 1 1, 1, -1
-1, 1, 1 0, 1, 0
-1, 1, -1
4.2 Sampel 2
Pada sampel kedua yaitu sistem kristal isometrik dengan nomor paraga Iso19
yang termasuk kedalam sistem kristal isometrik dengan sifat kristal a:b:c
= ,1:3:3, α = β = γ = 90o. Sudut antara sumbu a+ dan b-= 30◦. Sudut antara sumbu
b+ dan c+ =90◦. Pada sampel kristal ini memilki elemen kristal 3A 4, 4A3, 6A2, 9
PC. Yang nilai kristal Herman Maugine yaitu 4/m, 3, 2/m, dan nilai
Schonfliesnya adalah Oh. Sampel ini termasuk dalam kelas Hexoctahedral dan
bentuk Tetrahexahedron.
1, 0, -1 1, 0, 0
1, 1, 0 0, 1, -1
1, -1, 1 1, 1, -1
1, -1, 0 0, 1, 0
0, 0, 1
1 1, 1
4.3
0,1,1
Sampel 3
Pada sampel ketiga yaitu sistem kristal tetragonal dengan nomor paraga Tetra
10 yang termasuk kedalam sistem kristal tatragonal dengan sifat kristal a:b:c
= ,1: 3 : 6, α = β = γ = 90o. Sudut antara sumbu a+ dan b-= 30◦. Sudut antara
sumbu b+ dan c+ =90◦. Pada sampel kristal ini memilki elemen kristal A 4,4A2, 5
PC. Yang nilai kristal Herman Maugine yaitu 4/m, 2/m, 2/m, dan nilai
1, 1, -1
0, 1, -1
1, 0, 0 1, -1, 0
1, 1, 1 1, 1, 0
1, 0, 1 0, 1, 1
0, -1, 1 1, -1, 0
4.4 Sampel 4
Pada sampel keempat yaitu sistem kristal tetragonal dengan nomor paraga Tetra
7 yang termasuk kedalam sistem kristal tatragonal dengan sifat kristal a:b:c = ,1:
3 : 6, α = β = γ = 90o. Sudut antara sumbu a+ dan b-= 30◦. Sudut antara sumbu b+
dan c+ =90◦. Pada sampel kristal ini memilki elemen kristal 3A 4, 4A3, 6A2, 9PC.
Yang nilai kristal Herman Maugine yaitu 4/m, 2/m, 4/m, dan nilai Schonfliesnya
adalah Dh. Sampel ini termasuk dalam kelas Tetragonal Piramidal dan bentuk
0, 1, 0 1, -1, 1
1, 1, -1 1, 1, 1
1, -1, 1 1,0,0
V. Kesimpulan
sumbu kristal utama adalah sama (a = b) dan panjang sumbu ketiga (c)
berbeda. Sudut antara dua sumbu utama (a dan b) adalah sudut siku-siku (90
derajat), sedangkan sudut antara sumbu ketiga (c) dan sumbu utama (a atau
b) juga adalah sudut siku-siku (90 derajat). Sistem kristal tetragonal memiliki
90O
2. Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum dalam menentukan nilai dan
hasil pada sampel 1 dimana nilai Kristal Herman Mauguinnya yaitu 4/m, 3,
Pada sampel 2 memiliki nilai kristal Herman Maunguin yaitu 4/m, 3, 2/m,
2/m, 2/m, dan nilai Schonfliesnya yaitu Dh, dengan elemen kristal
A4,4A2,5PC.Pada sampel 4 memiliki nilai Herman Mungin 4/m,2/m,4/m,
kedua memiliki kelas kristal Hexaochedral dan bentuk kristal Cube. Pada
Yogyakarta