Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

MINERALOGI DAN PETROLOGI

Nama : Dewinta Kharisma Putri (2010813220025)


Kelompok : X (Sepuluh)
Asisten : 1. Irfani Rahman (1710813310005)
2. Willy Jefriyanto Hutagaol (1710813210016)

LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2021
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB III
KRISTALOGRAFI

3.1.Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari praktikum kristalografi ini adalah :
1. Menentukan system kristal dari berbagai macam bentuk kristal berdasarkan
panjang, posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap bentuk kristal.
2. Menentukan kelas simetri berdasarkan jumlah unsur simetri setiap kristal.
3. Menggambarkan semua bentuk kristal berdasarkan parameter dan parametral
ratio, jumlah dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal yang dimiliki oleh setiap
bentuk kristal baik dalam bentuk proyeksi streografis.

3.2. Dasar Teori


Kristalografi diartikan satu cabang ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat
di dalam geometri kristal terutama berkaitan dengan permasalahan perkembangan,
pertumbuhan, kenampakan luar suatu struktur dalam, sifat fisis lainnya. Sedangkan
mineralogi merupakan ilmu yang secara dalam mempelajari tentang sifat-sifat
mineral pembentuk batuan yang terdapat di bumi dan manfaat bagi manusia serta
dampaknya terhadap sifat tanah.
Kristal merupakan suatu padatan yang atom molekul atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara
umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada
kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal yang semua atom dalam
padatannya “terpasang” pada kisi atau struktur kristal yang sama, namun secara
umum kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan
padatan polikristalin. Misalnya kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari
merupakan polikristalin. Struktur kristal akan terbentuk dari suatu cairan tergantung
pada cairan kimianya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan dan tekanan ambient.
Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal dengan sebagai kristalisasi.
Kristal juga dapat didefinisikan sebagai zat padat homogen, biasanya
anisotrop dan tembus air serta menurut hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan
bidang-bidangnya mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya
tertentu dan teratur. Keteraturannya tercermin pada permukaan kristal
Dewinta Kharisma Putri
210813220025
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu.
Bidang-bidang datar ini disebut sebagai bidang muka kristal. Dua bidang muka
kristal yang berimpit selalu membentuk sudut yang besarnya tetap pada suatu
kristal (Hukum Steno).
Kristal terbentuk melalui dua cara yakni presipitasi (pengendapan) dan
kristalisasi. Kecepatan kristalisasi akan mempengaruhi bentuk dan ukuran butir
kristal. Semakin lama proses kristalisasi berlangsung, maka ukuran butir kristal
semakin kecil. Contoh dari larutan yang mengalami presipitasi (pengendapan) yakni
gipsum, halit, kalsit dan belerang. (Pranowo, 2013)
3.2.1. Unsur-unsur Simetri Kristal
Bidang simetri adalah dari masing-masing sistem kristal dapat dibagi
lebih lanjut menjadi kelas-kelas kristal yang jumlahnya 32 kelas. Penentuan
klasifikasi kristal tergantung dari banyaknya unsur-unsur simetri yang
terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut meliputi :
a. Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat
kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu
putaran penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama.
Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu gire, giroide dan sumbu inversi
putar. Ketiganya dibedakan berdasarkan cara mendapatkan nilai
simetrinya.
Gire, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya
adalah dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh.
Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama dinamakan digire, bila tiga
trigire (4), empat tetragire (3), heksagire (9) dan seterusnya.
Giroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya
dengan memutar kristal pada porosnya dan memproyeksikannya pada
bidang horisontal. Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara
mendapatkan nilai simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan
mencerminkannya melalui pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya dengan
cara menambahkan bar pada angka simetri itu.
b. Bidang simetri
Bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua bagian
yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang

Dewinta Kharisma Putri


210813220025
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

lain. Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri
aksial dan bidang simetri menengah.
Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua
sumbu utama (sumbu kristal). Bidang simetri aksial ini dibedakan menjadi
dua, yaitu bidang simetri vertikal, yang melalui sumbu vertikal dan bidang
simetri horisontal, yang berada tegak lurus terhadap sumbu c.
Bidang simetri menengah adalah bidang simetri yang hanya melalui
satu sumbu kristal. Bidang simetri ini sering pula dikatakan sebagai bidang
siemetri diagonal.
c. Pusat simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat
membuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus
pusat Kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi
yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada garis
bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal mempunyai pusat simetri
bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai pasangan dengan kriteria
bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat kristal,
dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari
bidang pasangannya. Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan
menjadi 32 kelas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah
unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem isometrik terdiri dari
lima kelas, sistem tetragonal mempunyai tujuh kelas, rombis memiliki tiga
kelas, heksagonal mempunyai tujuh kelas dan trigonal lima kelas.
Selanjutnya sistem monoklin mempunyai tiga kelas. (Geissler, 2017)
3.2.2. Sistem Kristalografi
Mineral yang terdapat di alam memiliki beragam ciri dan karakteristik,
perbedaan ini dapat tampak secara langsung ataupun tidak langsung, namun,
bentuk dari kristal-kristal mineral kadang memperlihatkan kesamaan pada
berbagai mineral, sehingga muncul klasifikasi umum dari system Kristal, yang
saat ini mempunyai 7 sistem utama, dan tiap system dibagi lagi menjadi
beberapa kelas. Berikut ini merupakan 7 sistem utama dari system kristal
tersebut :

Dewinta Kharisma Putri


210813220025
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

a. Sistem Isometric atau Reguler


Sistem kristal isometric adalah sistem kristal dimana setiap unit sel-
nya berbentuk kubus. Sistem kristal ini merupakan sistem kristal yang
paling sederhana yang dapat ditemukan dalam kristal dan mineral. Sistem
kristal ini mempunyai 5 buah kelas dan ada tiga buah bravais lattice dari
jenis kristal ini yaitu simple cubic, body centered cubic, face centered cubic.
Semua kristal yang mempunyai tiga buah sumbu yang identik dan saling
tegak lurus termasuk ke dalam golongan sistem kristal cubic. Sumbu
pertama terletak vertikal, sumbu kedua memanjang dari depan ke belakang
dan sumbu ketiga bergerak dari kiri ke kanan. Kelas-kelas dalam sistem
kristal ini yaitu hexoctahedral class, pentagonal icostetrahedral class,
hextetrahedral class, dyakisdodecahedral class, tetrahedral pentagonal
dodecahedral class.

Sumber : Anonim, 2016

Gambar 3.1
Sistem Isometrik

b. Sistem Tetragonal
Dalam kristalografi, tetragonal merupakan satu dari tujuh sistem
kristal dan mempunyai tujuh buah kelas. Tetragonal merupakan hasil dari
pemanjangan bentuk dasar cubic sehingga bentuk dasar cubic tersebut
menjadi prisma. Tetragonal mempunyai dua buah bentuk bravais lattice
yaitu simple tetragonal dan centered tetragonal. sistem kristal ini terbagi
menjadi tujuh kelas yaitu : ditetragonal bipyramidal class,
tetragonaltrapezohedral class, ditetragonal pyramidal class, tetragonal
scalenohedral class, tetragonal bipyramidal class, tetragonal pyramidal

Dewinta Kharisma Putri


210813220025
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

class, tetragonal bisphenoidal class. Contoh mineralnya : Chalcopyrite


(CuFeS2), Rutile (TiO2) dan Scheelite.

Sumber : Anonim, 2021


Gambar 3.2
Sistem Tetragonal

c. Sistem Heksagonal
Dalam kristalografi, hexagonal merupakan satu dari tujuh sistem
kristal dan mempunyai tujuh buah kelas. Semua kelasnya mempunyai
simetri yang sama dengan bentuk dasar dari hexagonal. Untuk bravais
lattice hanya terdapt satu untuk sistem kristal hexagonal. Sistem kristal ini
mempunyai tujuh buah kelas yaitu : dihexagonal bipyramidal class,
hexagonal trapezohedral class, dihexagonal pyramidal class, ditrigonal
bipyramidal class, hexagonal bipyramidal class, hexagonal pyramidal class,
trigonal bipyramidal class. Contoh mineral : Apatite, Calcite, Titanium dan
Vanadinit.

Dewinta Kharisma Putri


210813220025
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Sumber : Anonim, 2021


Gambar 3.3
Sistem Heksagonal

d. Sistem Trigonal
Dalam kritalografi, trigonal merupakan salah satu dari tujuh sistem
kristal dan mempunyai lima buah kelas dan hanya satu buah bentuk
bravais lattices. sistem kristal ini mempunyai 5 kelas yaitu : ditrigonal
scalenohedral class, trigonal trapezohedral class, ditrigonal pyramidal
class, trigonal rhombohedral class, trigonal pyramidal class. Contoh mineral
Kuarsa (SiO2), Corundum (Al2O3), Calcite (CaCO3).

Sumber, Anonim, 2016


Gambar 3.4
Sistem Trigonal
e. Sistem Orthorombik
Dalam kristalografi, orthorombik merupakan satu dari tujuh sistem
kristal dan mempunyai tiga buah kelas dan mempunyai empat buah bentuk
bravais lattices yaitu simple orthorhombic, base centered orthorhombic,
Dewinta Kharisma Putri
210813220025
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

body centered orthorhombic dan face centered orthorombic. Sistem kelas


ini terbagi menjadi 3 buah yaitu : orthorhombic bipyramidal class,
orthorhombic bisphenoidal class, orthorombic pyramidal class. Contoh
mineral : Aragonite (CaCO3), Sulfur (S), Barite (BaSO4).

Sumber : Anonim, 2016.


Gambar 3.5.
Sistem Orthorombik

f. Sistem Monoklin
Dalam kristalografi, sistem monoklin merupakan sistem kristal yang
mempunyai tiga buah kelas dan dua buah bravais lattices yaitu simple
monoclinic dan centered monoclinic lattices. Sistem kristal ini terbagi
menjadi tiga kelas yaitu : prismatic class, sphenoidal class, domatic class.
Contoh mineral : Hornblende, Orthoclase (KAlSi3O8), Argentiite (Ag2S).

Sumber : Anonim, 2016


Gambar 3.6.
Sistem Monoklin

Dewinta Kharisma Putri


210813220025
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

g. Sistem Triklin
Dalam kristalografi, triklin mempunyai dua buah kelas saja yang
dibedakan menurut ada atau tidaknya sumbu simetri selain itu triclinic
merupakan satu – satunya yang tidak mempunyai bidang cermin. Sistem
kristal ini terbagi menjadi dua kelas yaitu : pinacoidal class, pedial class.
Contoh mineral : Microclin (KAlSi3O8), Rodokrosit, Albite (NaAlSi3O8).

Sumber : Anonim, 2016.


Gambar 3.7
Sistem Triklin
(Nheyta, 2011).

Table 3.1 Klasifikasi kristal


Sistem kristal Class Bravais Space group
lattices
Isometric 5 3 36
Tetragonal 7 2 68
Heksagonal 7 1 27
Trigonal 5 1 25
Orthorombik 3 4 59
Monoklin 3 2 13
Triklin 2 1 2
Total 32 14 230

3.2.3. Proyeksi Stereografis

Dewinta Kharisma Putri


210813220025
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Untuk mendapatkan ciri ciri simetri yang dianggap pada suatu kristal
maka bentuk perspektif harus dikombinasikan dengan berbagai cara, salah
satunya adalah stereografi.Proyeksi stereogafis dianggap sebagai proyeksi
yang paling baik karena ini mencakup proyeksi dari setengah bola. Bidang
proyeksinya berupa lingkaran equatorial yang mempunyai jari-jari sama
panjang dengan jari-jari bola. Setelah bidang datar proyeksi diambil seperti
bidang datar equatorial bola, garis khayal digambarkan pada ujung-ujung
proyeksi bola ke ujung selatan bola.Selanjutnya titik-titik yang dihasilkan oleh
pertemuan garis proyeksi bidang kristal dengan bidang equatorial disebut
sebagai proyeksi stereografi.

Bidang proyeksinya adalah bidang equator bola atau bidang horizontal


yang melalui equator bola. Sehingga titik proyeksi bola masih harus ditarik
dengan garis ke titik Selatan untuk bidang kristal yg berada di hemisfer atas
dan titik tembus garis ini terhadap bidang equator adalah proyeksi stereografi
dari bidang yang dicari. Untuk bidang yang berada di hemisfer bawah (di
bawah equator A) ditarik garis kutubnya ke utara (simbolnya o).

Sumber : Anonim, 2011.


Gambar 3.8
Proyeksi stereografi

3.3. Alat dan Bahan

Dewinta Kharisma Putri


210813220025
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Alat dan bahan merupakan dua hal yang sangat diperlukan dalam
mempraktikan sesuatu, termasuk dalam kegiatan praktikum mineralogi ini. Dalam
kegiatan penggambaran bentuk kristal, ada beberapa alat dan bahan tertentu yang
diperlukan, yaitu seperti yang disebutkan dibawah ini :
1. Jangka
2. busur derajat
3. penggaris (segitiga 1 set)
4. pensil warna
5. pensil mekanik (0,5 mm)
6. pen berwarna (milipen)
7. Rapido
8. Kertas HVS ukuran A4/A4S

3.4. Penggambaran Sistem Kristal

Untuk penggambaran suatu sistem kristal, tentunya ada ketentuan-ketentuan


serta cara-cara penggambaran agar gambar yang dihasilkan sesuai dengan apa
yang telah ditentukan. Setiap sistem kristal memiliki ketentuan serta cara
penggambaran yang berbeda, seperti yang dijelaskan dibawah ini :
1. Sistem Isometrik
Ketentuan :
Sumbu a = b = c
Sudut α = β = γ = 90o
Karena sumbu a = b = c disebut juga sb a
Cara menggambar :
a+ / \ b- = 30o
Langkah-langkah Penggambaran Sistem Kristal isometrik :
a. Buatlah sumbu utama dari sistem kristal isometrik.
b. Ukur nilai sumbu yang ingin di gambar
Misalkan: Nilai untuk sumbu a adalah P
Nilai untuk sumbu b adalah Q
Nilai untuk sumbu c adalah R
c. Tarik garis 1 dan 1’ dari sumbu a+ dan a- sejajar dengan sumbu c sepanjang
nilai R.

d. Tarik garis 2 dan 2’ dari ujung garis 1 dan 1’ sejajar dengan sumbu b
sepanjang nilai Q.
Dewinta Kharisma Putri
210813220025
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
e. Hubungkan garis 2 sejajar sumbu c dan membentuk suatu sisi, lakukan hal
yang sama pada garis 2’.
f. Hubungkan kedua sisi tersebut dan membentuk sebuah bangun isometrik
g. Beri keterangan pada gambar sistem kristal tersebut.
2. Sistem Tetragonal
Ketentuan:
Sumbu a = b ≠ c
Sudut α = β = γ = 90o
Karena sumbu a = sumbu b disebut juga sumbu a. sumbu c bisa lebih panjang
atau lebih pendek dari sumbu a atau b. Sumbu c lebih panjang dari sumbu a
dan sumbu b disebut columnar (panjang). Sumbu c lebih pendek dari sumbu a
dan sumbu b disebut bentuk stout (gemuk).
Cara menggambar :
a+ / \ b- = 45o
Langkah-langkah Penggambaran Sistem Kristal Tetragonal :
a. Buatlah sumbu utama dari sistem kristal Tetragonal.
b. Ukur nilai sumbu yang ingin di gambar
Misalkan : Nilai untuk sumbu a adalah P
Nilai untuk sumbu b adalah Q
Nilai untuk sumbu c adalah R
c. Tarik garis 1 dan 1’ dari sumbu a+ dan a- sejajar dengan sumbu c sepanjang
nilai R.
d. Tarik garis 2 dan 2’dari ujung garis 1 dan 1’ sejajar dengan sumbu b
sepanjang nilai Q.
e. Hubungkan garis 2 sejajar sumbu c dan membentuk suatu sisi, lakukan hal
yang sama pada garis 2’.
f. Hubungkan kedua sisi tersebut dan membentuk sebuah bangun ruang.
g. Beri keterangan pada gambar sistem kristal tetragonal tersebut.
3. Sistem Hexagonal
Ketentuan :
Ada 4 sumbu yaitu a, b, c , d
Sumbu a = b = d ≠ c

Sudut β1 = β2 = β3 = 90o
γ 1 = γ2 = γ3 = 120o

Dewinta Kharisma Putri


210813220025
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
sumbu a, b, dan d sama panjang disebut juga juga sumbu a
sumbu a, b, dan d terletak dalam bidang horizontal dan membentuk sudut 60o
sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu a
Cara menggambar :
a+ / \ b- = 300
b+ / \ d- = 450
Posisi & satuan panjang sumbu a dibuat dengan memperhatikan sumbu b dan
d.
Langkah-langkah Penggambaran Sistem Kristal Hexagonal :
a. Buatlah sumbu utama dari sistem kristal Hexagonal.
b. Ukur nilai sumbu yang ingin di gambar
Misalkan : Nilai untuk sumbu a adalah P
Nilai untuk sumbu b adalah Q
Nilai untuk sumbu c adalah R
Nilai untuk sumbu d adalah S
c. Tarik 6 buah garis dari sumbu a+, a-, b+, b-, d+, dan d- sejajar dengan
sumbu c sepanjang nilai R.
d. Hubungkan garis-garis tersebut dan membentuk bangun hexagonal.
e. Beri keterangan gambar sistem kristal tersebut.
4. Sistem Trigonal
Ketentuan :
Sumbu a = b = d ≠ c
Sudut β1 = β2 = β3 = 90o
γ 1 = γ2 = γ3 = 120o
Cara menggambar :
Sama dangan system Hexagonal, perbedaannya harga sumbu c bernilai 3.
Penarikan sumbu a sama dengan system hexagonal.
Langkah-langkah Penggambaran Sistem Kristal Trigonal :
a. Buatlah sumbu utama dari sistem kristal Trigonal.
b. Ukur nilai sumbu yang ingin di gambar
Misalkan : Nilai untuk sumbu a adalah P
Nilai untuk sumbu b adalah Q

Nilai untuk sumbu c adalah R


Nilai untuk sumbu d adalah S

Dewinta Kharisma Putri


210813220025
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
c. Tarik 3 buah garis dari sumbu a+, a-, dan d+ sejajar dengan sumbu C
sepanjang nilai R.
d. Hubungkan garis-garis tersebut dan membentuk bangun trigonal.
e. Beri keterangan gambar sistem kristal trigonal tersebut.
5. Sistem Orthorombic
Ketentuan :
Sumbu a ≠ b ≠ c
Sudut α = β = γ = 90o
Sumbu c adalah sumbu terpanjang.
Sumbu a adalah sumbu terpendek.
Cara menggambar :
a+ / \ b- = 450
a : b : c = sembarang
Sumbu c adalah sumbu terpanjang, sumbu a adalah sumbu terpendek.
Langkah-langkah Penggambaran Sistem Kristal Orthorombic :
a. Buatlah sumbu utama dari sistem kristal Orthorombic
b. Ukur nilai sumbu yang ingin di gambar
Misalkan : Nilai untuk sumbu a adalah P
Nilai untuk sumbu b adalah Q
Nilai untuk sumbu c adalah R
c. Tarik 4 buah garis dari sumbu a+, a-, b+, dan b- sejajar dengan sumbu c
sepanjang nilai R
d. Hubungkan garis-garis tersebut dan membentuk suatu bangun dimensi tiga
e. Beri keterangan gambar sistem kristal orthorombic tersebut.
6. Sistem Monoklin
Ketentuan :
Sumbu a ≠ b ≠ c
Sudut α = γ = 90o β ≠ 90o
Cara menggambar :
a+ / \ b- = 45o
a : b : c = sembarang
Langkah-langkah Penggambaran Sistem Kristal Monoklin :

a. Buatlah sumbu utama dari sistem kristal Monoklin


b. Ukur nilai sumbu yang ingin di gambar

Dewinta Kharisma Putri


210813220025
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Misalkan : Nilai untuk sumbu a adalah P
Nilai untuk sumbu b adalah Q
Nilai untuk sumbu c adalah R
c. Tarik garis 1 dari sumbu a- dan b- sebesar N, kemudian perpanjang garis
tersebut dari sumbu b- juga sebesar N.
d. Tarik garis 2 sejajar dengan garis 1 dengan titik tengah pada sumbu c+
sebesar 2N.
e. Tarik garis 3 dari sumbu a+ dan b+ sebesar N, kemudian perpanjang garis
tersebut dari sumbu b+ juga sebesar N.
f. Tarik garis 4 sejajar dengan garis 3 dengan titik tengah pada sumbu c
sebesar 2N.
g. Hubungkan garis-garis tersebut dan kemudian membentuk bangun kristal
monoklin.
h. Beri keterangan gambar sistem kristal monoklin tersebut.
7. Sistem Triklin
Ketentuan :
Sumbu a ≠ b ≠ c
Sudut α ≠ β ≠ γ ≠ 90o
Semua sumbu a, b, c saling berpotongan dan membentuk suudut miring
tidak sama besar.
Cara menggambar :
a+ / \ b- = 90o
b+ / \ c- = 45o
a : b : c = sembarang
Langkah-langkah Penggambaran Sistem Kristal Triklin :
a. Buatlah sumbu utama dari sistem kristal Triklin.
b. Ukur nilai sumbu yang ingin di gambar
Misalkan : Nilai untuk sumbu a adalah P
Nilai untuk sumbu b adalah Q
Nilai untuk sumbu c adalah R
c. Tarik 4 buah garis dari sumbu a+, a-, b+, dan b- sejajar dengan sumbu c
sepanjang nilai R.

d. Hubungkan garis-garis tersebut dan akan membentuk bangun kristal Triklin


e. Beri keterangan gambar sistem kristal tersebut.

Dewinta Kharisma Putri


210813220025
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3.5. Penggambaran Proyeksi Streografis
Dalam praktikum untuk menggambarkan proyeksi bidang-bidang kristal ke
dalam bentuk proyeksi stereografis, dipakai prinsip 7 langkah. Tahap-tahap
prinsip 7 langkah :
1. Menarik garis yang menghubungkan titik-titik hasil perpotongan bidang
kristal dengan sumbu-sumbu simetri utama horizontal (a– b, a – d – b ).
2. Melalui pusat lingkaran tarik garis tegak lurus langkah 1, sehingga
memotong lingkaran besar. Garis ini merupakan tempat kedudukan titik hasil
proyeksi.
3. Perpotongan langkah 1 dan 2, diputar sampai memotong sumbu b, dengan
pusat lingkaran sebagai poros perputarannya.
4. Titik potong langkah 3 dengan sumbu b :
- dihubungkan memotong sumbu c rebah, bila bidang kristal memotong
sumbu c.
- dihubungkan sejajar sumbu c rebah, bila bidang kristal sejajar sumbu c,
dengan panjang tak terhingga.
5. Melalui pusat lingkaran, tarik garis tegak lurus garis langkah 4 sehingga
memotong lingkaran besar. Tujuannya untuk mencari proyeksi bidang kristal
pada dinding bola.
6. Titik potong langkah 5 pada lingkaran besar, dihubungkan kearah:
- kutub selatan (Nadir), bila bidang kristal yang diproyeksikan terletak pada
hemisfer atas atau bila titik potong tersebut berada di atas sumbu b.
- Kutub utara (Zenith), bila bidang kristal yang diproyeksikan terletak pada
hemisfer bawah atau bila titik potong tersebut berada di bawah sumbu b.
7. Titik potong langkah 6 dengan sumbu b, putar kembali hingga memotong
garis langkah 2. Titik perpotongan langkah 7 dengan langkah 2 merupakan
hasil akhir proyeksi stereografis bidang kristal pada bidang ekuatorial.

DAFTAR PUSTAKA

Dewinta Kharisma Putri


210813220025
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Geissler patiran. 2017. PPT Kristalografi dan Mineralogi. Sorong: UNIPA.

Nheyta. 2011. Sistem Kristal. http://nheyta.blogspot.com/2011/04/sistem Kristal-


mineral.html. Diakses pada 19 Maret 2021, pukul 13.15 WITA.
Pranowo, Ibnu. 2013. Laporan krismin. [internet] tersedia dalam
https://www.scribd.com/mobile/doc/150115784/laporan-kristalografi-dan-
mineralogi-krismin?_e_pi=7%2CPAGE_ID10%2C8679406635.Diakses pada
19 Maret 2021, Pada pukul 12.20 WITA.

Dewinta Kharisma Putri


210813220025
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Dewinta Kharisma Putri


210813220025

Anda mungkin juga menyukai