LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB III
KRISTALOGRAFI
yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu.
Bidang-bidang datar ini disebut sebagai bidang muka kristal. Dua bidang muka
kristal yang berimpit selalu membentuk sudut yang besarnya tetap pada suatu
kristal (Hukum Steno).
Kristal terbentuk melalui dua cara yakni presipitasi (pengendapan) dan
kristalisasi. Kecepatan kristalisasi akan mempengaruhi bentuk dan ukuran butir
kristal. Semakin lama proses kristalisasi berlangsung, maka ukuran butir kristal
semakin kecil. Contoh dari larutan yang mengalami presipitasi (pengendapan) yakni
gipsum, halit, kalsit dan belerang. (Pranowo, 2013)
3.2.1. Unsur-unsur Simetri Kristal
Bidang simetri adalah dari masing-masing sistem kristal dapat dibagi
lebih lanjut menjadi kelas-kelas kristal yang jumlahnya 32 kelas. Penentuan
klasifikasi kristal tergantung dari banyaknya unsur-unsur simetri yang
terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut meliputi :
a. Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat
kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu
putaran penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama.
Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu gire, giroide dan sumbu inversi
putar. Ketiganya dibedakan berdasarkan cara mendapatkan nilai
simetrinya.
Gire, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya
adalah dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh.
Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama dinamakan digire, bila tiga
trigire (4), empat tetragire (3), heksagire (9) dan seterusnya.
Giroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya
dengan memutar kristal pada porosnya dan memproyeksikannya pada
bidang horisontal. Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara
mendapatkan nilai simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan
mencerminkannya melalui pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya dengan
cara menambahkan bar pada angka simetri itu.
b. Bidang simetri
Bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua bagian
yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang
lain. Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri
aksial dan bidang simetri menengah.
Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua
sumbu utama (sumbu kristal). Bidang simetri aksial ini dibedakan menjadi
dua, yaitu bidang simetri vertikal, yang melalui sumbu vertikal dan bidang
simetri horisontal, yang berada tegak lurus terhadap sumbu c.
Bidang simetri menengah adalah bidang simetri yang hanya melalui
satu sumbu kristal. Bidang simetri ini sering pula dikatakan sebagai bidang
siemetri diagonal.
c. Pusat simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat
membuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus
pusat Kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi
yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada garis
bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal mempunyai pusat simetri
bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai pasangan dengan kriteria
bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat kristal,
dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari
bidang pasangannya. Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan
menjadi 32 kelas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah
unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem isometrik terdiri dari
lima kelas, sistem tetragonal mempunyai tujuh kelas, rombis memiliki tiga
kelas, heksagonal mempunyai tujuh kelas dan trigonal lima kelas.
Selanjutnya sistem monoklin mempunyai tiga kelas. (Geissler, 2017)
3.2.2. Sistem Kristalografi
Mineral yang terdapat di alam memiliki beragam ciri dan karakteristik,
perbedaan ini dapat tampak secara langsung ataupun tidak langsung, namun,
bentuk dari kristal-kristal mineral kadang memperlihatkan kesamaan pada
berbagai mineral, sehingga muncul klasifikasi umum dari system Kristal, yang
saat ini mempunyai 7 sistem utama, dan tiap system dibagi lagi menjadi
beberapa kelas. Berikut ini merupakan 7 sistem utama dari system kristal
tersebut :
Gambar 3.1
Sistem Isometrik
b. Sistem Tetragonal
Dalam kristalografi, tetragonal merupakan satu dari tujuh sistem
kristal dan mempunyai tujuh buah kelas. Tetragonal merupakan hasil dari
pemanjangan bentuk dasar cubic sehingga bentuk dasar cubic tersebut
menjadi prisma. Tetragonal mempunyai dua buah bentuk bravais lattice
yaitu simple tetragonal dan centered tetragonal. sistem kristal ini terbagi
menjadi tujuh kelas yaitu : ditetragonal bipyramidal class,
tetragonaltrapezohedral class, ditetragonal pyramidal class, tetragonal
scalenohedral class, tetragonal bipyramidal class, tetragonal pyramidal
c. Sistem Heksagonal
Dalam kristalografi, hexagonal merupakan satu dari tujuh sistem
kristal dan mempunyai tujuh buah kelas. Semua kelasnya mempunyai
simetri yang sama dengan bentuk dasar dari hexagonal. Untuk bravais
lattice hanya terdapt satu untuk sistem kristal hexagonal. Sistem kristal ini
mempunyai tujuh buah kelas yaitu : dihexagonal bipyramidal class,
hexagonal trapezohedral class, dihexagonal pyramidal class, ditrigonal
bipyramidal class, hexagonal bipyramidal class, hexagonal pyramidal class,
trigonal bipyramidal class. Contoh mineral : Apatite, Calcite, Titanium dan
Vanadinit.
d. Sistem Trigonal
Dalam kritalografi, trigonal merupakan salah satu dari tujuh sistem
kristal dan mempunyai lima buah kelas dan hanya satu buah bentuk
bravais lattices. sistem kristal ini mempunyai 5 kelas yaitu : ditrigonal
scalenohedral class, trigonal trapezohedral class, ditrigonal pyramidal
class, trigonal rhombohedral class, trigonal pyramidal class. Contoh mineral
Kuarsa (SiO2), Corundum (Al2O3), Calcite (CaCO3).
f. Sistem Monoklin
Dalam kristalografi, sistem monoklin merupakan sistem kristal yang
mempunyai tiga buah kelas dan dua buah bravais lattices yaitu simple
monoclinic dan centered monoclinic lattices. Sistem kristal ini terbagi
menjadi tiga kelas yaitu : prismatic class, sphenoidal class, domatic class.
Contoh mineral : Hornblende, Orthoclase (KAlSi3O8), Argentiite (Ag2S).
g. Sistem Triklin
Dalam kristalografi, triklin mempunyai dua buah kelas saja yang
dibedakan menurut ada atau tidaknya sumbu simetri selain itu triclinic
merupakan satu – satunya yang tidak mempunyai bidang cermin. Sistem
kristal ini terbagi menjadi dua kelas yaitu : pinacoidal class, pedial class.
Contoh mineral : Microclin (KAlSi3O8), Rodokrosit, Albite (NaAlSi3O8).
d. Tarik garis 2 dan 2’ dari ujung garis 1 dan 1’ sejajar dengan sumbu b
sepanjang nilai Q.
Dewinta Kharisma Putri
210813220025
PRAKTIKUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
e. Hubungkan garis 2 sejajar sumbu c dan membentuk suatu sisi, lakukan hal
yang sama pada garis 2’.
f. Hubungkan kedua sisi tersebut dan membentuk sebuah bangun isometrik
g. Beri keterangan pada gambar sistem kristal tersebut.
2. Sistem Tetragonal
Ketentuan:
Sumbu a = b ≠ c
Sudut α = β = γ = 90o
Karena sumbu a = sumbu b disebut juga sumbu a. sumbu c bisa lebih panjang
atau lebih pendek dari sumbu a atau b. Sumbu c lebih panjang dari sumbu a
dan sumbu b disebut columnar (panjang). Sumbu c lebih pendek dari sumbu a
dan sumbu b disebut bentuk stout (gemuk).
Cara menggambar :
a+ / \ b- = 45o
Langkah-langkah Penggambaran Sistem Kristal Tetragonal :
a. Buatlah sumbu utama dari sistem kristal Tetragonal.
b. Ukur nilai sumbu yang ingin di gambar
Misalkan : Nilai untuk sumbu a adalah P
Nilai untuk sumbu b adalah Q
Nilai untuk sumbu c adalah R
c. Tarik garis 1 dan 1’ dari sumbu a+ dan a- sejajar dengan sumbu c sepanjang
nilai R.
d. Tarik garis 2 dan 2’dari ujung garis 1 dan 1’ sejajar dengan sumbu b
sepanjang nilai Q.
e. Hubungkan garis 2 sejajar sumbu c dan membentuk suatu sisi, lakukan hal
yang sama pada garis 2’.
f. Hubungkan kedua sisi tersebut dan membentuk sebuah bangun ruang.
g. Beri keterangan pada gambar sistem kristal tetragonal tersebut.
3. Sistem Hexagonal
Ketentuan :
Ada 4 sumbu yaitu a, b, c , d
Sumbu a = b = d ≠ c
Sudut β1 = β2 = β3 = 90o
γ 1 = γ2 = γ3 = 120o
DAFTAR PUSTAKA