PENDAHULUAN
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sistem kristal. Kata ini
berasal dari bahasa yunani “kristal” yang berarti es. Istilah ini digunakan di yunani
kuno untuk kuarsa tak berwarna yang diyakini merupakan es fosil, ciri yang
paling jelas dari kristal kuarsa adalah bahwa ia didefinisikan oleh serangkaian
permukaan datar yang berbentuk selama pertumbuhan dan oleh karena itu harus
mencerminkan struktur internal material. Fitur ini dibagi oleh banyak bahan dan
istilah yang digunakan untuk mereka adalah kristal (Warmada, 2004).
Sistem kristal tetragonal memiliki kesamaan dengan sistem isometrik yaitu
memiliki tiga sumbu kristal yang masing masing diantara ketiganya saling tegak
lurus. Sistem kristal tetragonal memiliki perbandingan yaitu a = b ≠ c yang dapat
di defenisikan bahwa sumbu a sama panjangnya dengan sumbu b, akan tetapi
tidak sama panjang dengan sumbu c. Sistem kristal tetragonal juga memiliki
perbandingan sudut yaitu = β = γ = 900. Pada sistem kristal ini juga memiliki
perbedaan perbandingan yaitu 1 : 3 : 6 (Putri, 2015).
Kristal tetragonal memiliki dua sumbu yang sama, sumbu horisontal yang
bersudut 90 derajat dan satu sumbu (yang lebih panjang dibandingkan dengan
dua lainnya) tegak lurus terhadap bidang antara dua sumbu yang sama tadi. Semua
sumbu membentuk sudut siku-siku atau 90o terhadap satu sama lain dan dua
sumbu panjangnya sama panjang. Kristobalit adalah contoh dari sitem
kristal tetragonal, contoh sistem kristal Tetragonal lainnya ada autunite,
diomignite, leucite, rutile, scapolite, cassiterite, stannite, cahnite, pinnoite dan
lain-lain (Graha, 1987).
Sudut simetri adalah sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah
kristal. Sudut-sudut ini berpangkal (dimulai) pada titik persilangan sumbu-sumbu
utama pada kristal yang akan sangat berpengaruh pada bentuk dari kristal itu
sendiri. Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal
menjadi dua bagian yang sama besar, dimana bagian satu merupakan pencerminan
(refleksi) dari bagian yang lainnya. Bidang simetri axial bila bidang tersebut
membagi kristal melalui dua sumbu utama (Wijayanto, 2009).
4.1 Kesimpulan
Berikut adalah kesimpulan dari praktikum yang dapat kami ambil
1. Sistem kristal tetragonal memiliki perbandingan panjang pada setiap
sumbu yaitu a : b : c = 1 : 3 : 6 dan perbandingan sudut yaitu = β = γ =
900. Sedangkan, pada sistem kristal hexagonal perbandingan panjang
sumbu yaitu a : b : c = 1 : 3 : 6 dan perbandingan sudutnya ialah = β =
900 ; γ = 1200.
2. Kelas simetri pada sistem kristal tetragonal yaitu, tetragonal pyramid,
tetragonal bipyramid, tetragonal bisfenoid, tetragonal scalenohedral,
tetragonal trapezohedral, ditetragonal pyramid, ditetragonal bipyramid.
Kelas simetri pada sistem kristal hexagonal yaitu, hexagonal pyramid,
hexagonal bipyramid, hexagonal trapezohedral, dihexagonal pyramid,
dihexagonal bipyramid, trigonal bipyramid, ditrigonal bipyramid.
3. Beberapa contoh mineral tetragonal yaitu, Autunite, Kristobalite,
Diomignite, Stunnit, Scapolite. Beberapa contoh mineral hexagonal yaitu,
Quartz, Corondum, Hematite, Calcite, apatite.
3.2 Saran
Kedepannya lebih diperhatikan aturan-aturan dalam penggambaran sistem
kristal agar lebih memahami cara penggambaran dan tidak terjadinya kesalahan
paralaks dan kesalahan akibat kurang telitinya praktikan dalam menggambar
sistem kristal.