Anda di halaman 1dari 20

TUGAS III

SISTEM KRISTAL

Disusun Oleh:

Septian Purnomo Aji


Teknik Geologi 02
410018067

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL


YOGYAKARTA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt karena berkat dan rahmatnya saya
bisa menyelesaikan makalah yang bejudul “Sistem Kristal” Mata Kuliah
Kristalografi dan Mineralogi dasar jurusan Teknik Geologi. Saya merasa makalah
ini masih sangat jauh dari kata sempurna oleh karena itu saya harap pembaca bisa
memberikan saran yang membangun untuk saya supaya makalah ini bisa saya
revisi kembali. Saya menucapkan terima kasih atas arahan dari dosen
Kristalografi dan Mineralogi karena tenpa beliau pembuatan makalah ini tidak
akan terlaksana. Saya harapkan semua yang mambaca makalah ini nantinya bisa
menambah pengetahuan sehingga dapat membuat pemahaman menjadi lebih
mengerti serta bisa dijadikan sumber dalam pengerjaan tugas dengan bahasan
yang terkait dengan pembahasan untuk kedepannya.

Yogyakarta, 07 Oktober 2018

Septian Purnomo Aji


NIM 410018067

ii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i
PRAKATA ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3 Tujuan Dan Manfaat ......................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................... 2
2.1 Pengertian Kristal .............................................................................. 2
2.2 Kristalografi........................................................................................ 2
2.2.1. Sistem Isometrik ............................................................................ 3
2.2.2. Sistem Hexagonal .......................................................................... 4
2.2.3. Sistem Terragonal ......................................................................... 6
2.2.4. Sistem Trigonal ............................................................................. 8
2.2.5. Sistem Orthorhombik .................................................................... 10
2.2.6. Sistem Monoklin ........................................................................... 11
2.2.7. Sistem Triklin ................................................................................ 13
BAB III. PENUTUP ....................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 16
3.2 Saran ................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.Secara
umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada
kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam
padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara
umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan
padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari
merupakan polikristal.
Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung
pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan
ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.
Kristal itu sendiri dapandibagi menjadi 7 sistem kristal, antara lain sistem
isometrik, sistem tetragonal, sistem triklin, sistem monoklin, sistem hexagonal,
sistem trigonal dan sistem tetragonal.

1.2 Maksud
Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah sebagai bentuk
keseriusan dalam tugas dan sebagai sarana untuk belajar dan agar tugas dari mata
kuliah Kristalografi dan Mineralogi. Agar dapar mempelajari materi secara lebih
mendalam.

1.3 Tujuan
1. Mengerti apa itu Kristal.
2. Dapat menyebutkan dan memahami 7 sistem kristal.
3. Mendalami materi.

1
BAB II
PEMAHASAN

2.1 Kristal
Kristal berasal dari bahasa Yunani yaitu crystallon yang berarti
tetesanyang sangat dingin dan membeku. Secara harfiah dapat diartikan sebagai
suatupadatan yang bersusunan atom atau molekul yang terbentuk secara
teratur,kemudian bentuk (form) teratur ini dapat dilihat pada permukaan kristal
berupabidang datar yang mengikuti suatu pola tertentu. Bidang datar tersebut
adalahbidang muka kristal, letak dan arah dari bidang muka kristal ditentukan
olehsuatu perpotongan kristal dengan sumbu yang terdapat pada kristal.
Sumbupada kristal umumnya digambarkan berupa sebuah garis seperti bayangan
lurusmenembus bagian kristal dan melalui pusat dari kristal tersebut, satuan
panjangsumbu kristal dinamakan parameter.
Bentuk dari kristal tergantung pada kondisi pertumbuhannya,
misalnyaproses pendinginan menghasilkan kristalin, namun pada kondisi tertentu
dapatmenghasilkan non-kristalin. Kristalin adalah kondisi dimana mineral
membentukagregat tidak jelas dan kristal yang tidak jelas, sebaliknya terkristalkan
berkondisimineral membentuk kristal yang sempurna. Bahan non-kristalin atau
yang seringdisebut bahan amorf atau gelas tidak terdapat bangun kristal karena
kristal tidaksempat membentuk, hasilnya masih menjadi perdebatan dan diduga
keras danberbentuk gelas, sedangkan kriptokristalin atau mikrokristalin berkondisi
kristalyang berukuran sangat kecil dan hanya dapat dilihat melalui mikroskop.

2.2 Kristalografi
Kristalografi adalah suatu ilmu yang mengkaji kristal tentang
struktur,pertumbuhan, klasifikasi berdasarkan bentuknya dan sifat-sifat fisik dari
kristaltersebut. Kristal adalah padatan yang memiliki susunan atom atau molekul
yangterbentuk secara teratur dan menggambarkan adanya bidang. Setiap
mineralmemiliki bentuk geometrik yang berbeda, ada kemungkinan suatu
mineralmemiliki kristal yang sama namun dapat dipastikan susunan kimianya
berbeda,bentuk geometrik mineral ini sendiri dibatasi oleh bidang muka kristal.

2
Dalam bidang kristalografi dikenal dengan adanya sistem kristal, sistemkristal
adalah pengelompokan dari bangun kristal dengan meninjau sistemsumbu, dan
dikenal dengan 7 sistem kristal.

2.2.1. Sistem Isometrik


Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan
sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak
lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk
masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β =
γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ )
tegak lurus satu sama lain (90˚).

Gambar 1. Sistem Isometrik

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu
a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan
sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya

3
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :
 Tetaoidal
 Gyroida
 Diploida
 Hextetrahedral
 Hexoctahedral
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite,
galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992)

Gambar. Kristal Gold

2.2.2. Sistem Tetragonal


Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu
kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan
panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih
pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak
sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal
ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus
satu sama lain (90˚). Pada bentuk tetragonal sederhana, mirip dengan kubus

4
sederhana, dimana masingmasing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok)
tetragonalnya.
Gambar 2. Sistem Tetragonal

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada
sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3,
dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:
 Piramid
 Bipiramid
 Bisfenoid
 Trapezohedral
 Ditetragonal Piramid
 Skalenohedral
 Ditetragonal Bipiramid

5
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,
autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)

Gambar. Rutile

2.2.3. Sistem Hexagonal


Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus
terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk
sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama.
Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya
lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini,
sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

Gambar 3. Sistem Hexagonal

6
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu
a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan
sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan).
Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk
sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 7:
 Hexagonal Piramid
 Hexagonal Bipramid
 Dihexagonal Piramid
 Dihexagonal Bipiramid
 Trigonal Bipiramid
 Ditrigonal Bipiramid
 Hexagonal Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz,
corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)
Banyak contoh mineralnya, dan berikut ini adalah saah satunya, karena
keindahannya tidak jarang dijadikan koleksi.

7
Gambar. Quartz

2.2.4. Sistem Trigonal


Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama
lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam
sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama.
Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang
terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik
sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan
sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β
saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Banyak sekali contoh dari sistem kristal satu ini karena sangat cantik
tampila nnya maka kristal yg berbentuk heksagonal banyak dijadikan koleksi.

8
Gambar 4. Sistem Trigonal

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


kristal Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada
sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3,
dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan
sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:
 Trigonal piramid
 Trigonal Trapezohedral
 Ditrigonal Piramid
 Ditrigonal Skalenohedral
 Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmalinedan
cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)

9
Gambar. Cinnabar

2.2.5. Sistem Orthorhombik


Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya
saling tegak lurus (90˚).

Gambar 5. Sistem Orthorhombik

10
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak
ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada
sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:
 Bisfenoid
 Piramid
 Bipiramid
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini sangat cantik dan
ada beberapa contoh yaitu stibnite, autunite, chrysoberyl, aragonite
dan witherite (Pellant, chris. 1992).

Gambar. Autunite

11
2.2.6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus
terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang
paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama
panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β
= 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚),
sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).

Gambar 6. Sistem Monoklin

12
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya
tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada
sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:
 Sfenoid
 Doma
 Prisma
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah sulfur,
azurite, malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)

Gambar. Sufur

2.2.7. Sistem Triklin


Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya
tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak
sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama
panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β
≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya. Pada sistem kristal triklin, hanya terdapat satu orientasi.

13
Sistem kristal ini memiliki panjang rusuk yang berbeda (a ≠ b ≠ c), serta memiliki
besar sudut yang berbeda-beda pula yaitu α ≠ β ≠ γ ≠ 90°.

Gambar 7. Sistem Triklin

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin


memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan
yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara
sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚
terhadap c+.
Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:
 Pedial
 Pinakoidal
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite,
anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)
Berikut contohnya.

14
Gambar.albite

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebuah sistem kristal adalah suatu kelas kelompok titik.Duakelompok
titik ditempatkan dalam sistem kristal yang sama jika setsistem kisi kemungkinan
kelompok ruang mereka adalah sama. Untukkelompok banyak titik hanya ada satu
sistem kisi mungkin, dan dalamkasus ini, sistem kristal sesuai dengan sistem kisi
dan diberi nama yangsama. Namun, untuk lima kelompok titik dalam kristal
trigonal kelas adadua sistem kisi memungkinkan kelompok-kelompok titik:
rombohedralatau heksagonal. Dalam tiga dimensi ada tujuh sistem kristal:
triklinik,monoklinik, ortorombik, tetragonal, trigonal, heksagonal, dan
kubik.Sistem kristal dari kelompok kristal atau ruang ditentukan olehkelompok
titik tetapi tidak selalu dengan kisi

3.2 Saran
1. Penguasaan materi
kristal merupakan hal yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan dan
kehidupan manusia .Terutama untuk kita para geologist.
2. Pembelajaran yang efisien dandi dukung keingintahuan yang tinggi
menunjang seseorang mencapai sesuatu yang di sebut “sukses”.
3. Diharapkan materi yang kammi dapatkan bisa dijelaskan secara runtut.

16
https://bamseko.wordpress.com/2013/10/11/pengenalan-7-sistem-kristal/ (05-10-
2018, 11.48 WIB)
https://www.academia.edu/16317270/Kristal_dan_Sistem_Kristal (05-10-2018,
14.45 WIB)
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/1925/BAB%20I%20KR
ISTAL.pdf?sequence=6&isAllowed=y (07-10-2018, 20.27 WIB)
http://eprints.uny.ac.id/8412/3/bab%202%20_08306144007.pdf (07-10-2018,
20.30 WIB)
https://bamseko.wordpress.com/2013/10/11/pengenalan-7-sistem-kristal/ (07-10-
2018, 21.11 WIB)

17

Anda mungkin juga menyukai