Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

SISTEM KRISTAL TRIKLIN DAN MONOKLIN

Disusun Oleh :

SIGIT ISHARYADI

F1D214026

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2015
I. DASAR TEORI
1.1 Sistem Kristal Triklin

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya
tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak
sama. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin


memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan
yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara
sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚
terhadap c+. Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:

 Pedial
 Pinakoidal

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite,
labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase.
1.2 Sistem Kristal Monklin

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus
terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang
paling panjang dan sumbu b paling pendek. Pada kondisi sebenarnya, sistem
Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya
panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada
ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus
(miring).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya
tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada
sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:

 Sfenoid
 Doma
 Prisma

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini


adalah azurite, malachite, colemanite, gypsum, dan epidot.
II. TUJUAN

1. Menentukan sistem kristal dari bermacam bentuk kristal atas dasar panjang,
posisi dan jumlah sumbu simetri kristal yang ada pada setiap bentuk kristal.
2. Menentukan Klas Simetri atas dasar jumlah unsur simetri setiap kristal
3. Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan parameter
rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal yang dimiliki oleh
semua bentuk kristal dalam bentuk proyeksi orthogonal.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
1. Alat tulis
2. Jangka
3. Busur
4. Pensil warna
5. Spidol warna
6. Penggaris

3.2 Bahan
1. Lembar sementara

IV. PROSEDUR KERJA

4.1 S istem kristal Triklin :

1. Dibuatlah sumbu kristalografi sesuai dengan ukuran perbandingan


yaitu a : b : c = 1 : 4: 6.
2. Dibuat garis a+b- = 45˚ dan b+c- = 80˚
3. Diberi keterangannya pada garis – garis seperti tanda a+, a-, b+, b-
4. Dibuat proyeksi garis yang merupakanpencerminan 1 bagian a+, a-
5. Dibuat menuju bagian ketiga dari sumbu b+
6. Dibuat menuju bagian ketiga dari sumbu b-
7. Dibuat proyeksi dari bidang horizontal seperti langkah kedua tadi
8. Dibuat proyeksi bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c+
9. Dibuat proyeksi bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c-

4.2 Sistem kristal monoklin :


1. Dibuatlah sumbu kristalografi sesuai dengan ukuran perbandingan
yaitu a : b : c = 1 : 4 : 6
2. Dibuat garis a+b- = 45˚
3. Diberi keterangan pada garis-garisnya seperti tanda a+, a-, b+, b-
4. Dibuat garis sejajar dengan sumbu bhingga memotong sumbu a
5. Dibuat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang
memotong sumbu b pada langkah b.
6. Dibuat garis-garis tersebut hingga membentuk suatu bidang.
7. Dihubungkan setiap titik-titik pada garis tersebut sehingga
membentuk bidang alas dan atap berbentuk segi empat pada bangun
tersebut.

IV. HASIL

Gambar 4.1 sistem kristal Triklin

Gambar 4.2 sistem kristal Monoklin


V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan praktikum mengenai
sistem kristal Triklin dan Sistem kristal Monoklin.
6.1 Sistem Kristal Triklin
Pada sistem Triklin iini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan
yang lainnya tidak saling tegak lurus yang panjang masing-masing sumbu tidak
sama.

System kristal Triklin memiliki axial ratio atau perbandingan sumbu


yaitu a ≠ b ≠ c , berarti panjang sumbu-sumbunya tidak berbeda satu sama lain.
Dan memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Berarti sudut α, β dan γ tidak
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Beberapa contoh mineral dengan
ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite, kaolinite, microcline
dan anortoclase.

Pada penggambaran menggunakan proyeksi orthogonalnya, sistem


Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem
ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk
sudut 80˚ terhadap c+.

6.2 Sistem Kristal Monoklin


Pada sistem kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c =
sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada
sumbu-sumbunya pada sistem ini. Sistem ini memiliki sudut antar sumbunya
a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚
terhadap sumbu bˉ. Sistem Monoklin ini memiliki contoh mineral yaitu
: azurite, malachite, colemanite, gypsum, dan epidot.
Sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti sudut α dan β saling
tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring). Sistem Monoklin
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang panjang sumbu-
sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α
dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).

VII. KESIMPULAN

1. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat menentukan sistem kristal


dari bermacam bentuk kristal atas dasar panjang, posisi dan jumlah
sumbu simetri kristal yang ada pada setiap bentuk krista pada sistem
kristal Triklin dan Monoklin.
2. Praktikan dapat menentukan klas Simetri atas dasar jumlah unsur simetri
setiap kristal khususnya pada sistem kristal Triklin dan Monoklin.
3. Praktikan dapat menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar
parameter dan parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal dan
bidang kristal yang dimiliki oleh semua bentuk kristal dalam bentuk
proyeksi orthogonal pada sistem kristal Triklin dan Monoklin.
DAFTAR PUSTAKA

Asisten, Team. 2003. “Penuntun Praktikum Kristalografi dan Mineralogi”.


UPN veteran Yogyakarta
Firdaus. 2008. ”Kristalografi”. http:/firdaus.unhalu.ac.id Diperoleh Tanggal 29
November 2009
Mondadori, Arlondo. 1977. ”Simons & Schuster’s Guide to Rocks and
Minerals”. Milan : Simons & Schuster’s Inc.
Noor, D. 2008. ”Pengantar Geologi”. Bogor : Universitas Pakuan
Salisbury, Edwar Dana. 1921. ”A Textbook of Mineralogy”. New York : John
Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai