DASAR TEORI
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus
terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang
paling panjang dan sumbu b paling pendek. Pada kondisi sebenarnya, sistem
Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya
panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada
ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus
(miring). (Pellant,1992)
Selain monoklin, ada juga sistem Kristal Triklin. Sistem ini mempunyai 3
sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian
juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Pada kondisi sebenarnya, sistem
kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya
panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada
system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
(Soetoto, 2005)
II. TUJUAN
Tujuan dilaksanakannya Praktikum Kristalografi adalah untuk :
B. Sistem Triklin
1. Dibuat garis sumbu c dengan panjang 12 cm.
2. Dibuat garis sumbu b dengan panjang 8 cm dengan memotong sama sisi
secara siku-siku terhadap sumbu c.
3. Diukur sudut besar 450 antara sumbu a+ dan c- dan 80 0 pada b+ dan c-
dengan panjang 2 cm.
4. Disambungkan ujung-ujung sumbu c dan d hingga membentuk suatu
bidang.
Mulyo, Agung. 2008. Pengantar Ilmu Kebumian Edisi Revisi. Bandung : Pustaka
Setia.