Disusun Oleh :
Bunga Dahlia
F1D315016
UNIVERSITAS JAMBI
2016
I. DASAR TEORI
1.1 Sistem Kristal Trigonal
Sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli
memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara
penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah
terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan
menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a =
b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan
sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi =
= 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut dan saling tegak lurus
dan membentuk sudut 120 terhadap sumbu . ( Anonim, 2013)
II. TUJUAN
1. Menentukan sistem Kristal Trigonal dan ortorombik dari bermacam bentuk
Kristal atas dasar panjang, posisi dan jumlah sumbu simetri Kristal yang ada
pada setiap bentuk Kristal.
2. Menentukan kelas simetri atas dasar jumlah unsur simetri sistem Kristal trigonal
dan ortorombik.
3. Menggambarkan bentuk Kristal trigonal dan ortorombik atas dasar parameter
dan parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu Kristal dan bidang Kristal yang di
miliki oleh sistem Kristal tersebut dalam bentuk proyeksi orthogonal.
4. Menentukan jumlah unsur pada system Kristal trigonal dan ortorombik.
VI. ANALISIS
Pada praktikum yang ketiga ini praktikan akan memproyeksikan system Kristal
Trigonal dan system Kristal ortorombik. Dimana, system kristal trigonal ini disebut
juga system Kristal rombohedral yang memiliki jumlah sumbu sebanyak 4 sumbu dan
perbandingan sumbu a = b = d c akan tetapi pada penggambaran proyeksi
orthogonalnya praktikan menggunakan sumbu b : c : d dengan panjang sumbu yang
telah di tetapkan yaitu kalau menurut teori di buku penuntun praktikan panjang
sumbunya 3 : 1 : 6 tetapi, praktikan menggunakan panjang sumbu dua kali lebih besar
di bandingkan panjang sumbu yang berdasarkan teori sebenarnya sama saja, hanya
saja ukurannya yang dua kali lebih besar yaitu pada penggambarannya proyeksi
orthogonal dengan panjang sumbu 6 : 2 : 12 sedangkan panjang sumbu a adalah
sembarang.
Berdasarkan proyeksi orthogonal pada system Kristal trigonal ini dengan sudut a
adalah 20 dan sudut d 40. Jadi, system Kristal trigonal ini memiliki bidang simetri
sebanyak 4 bidang yang antara lain adalah 1 bidang simetri utama dan 3 bidang
simetri tambahan. System kristal ini juga mempunyai 1 pusat simetri oleh karena itu di
notasikan 4PC . Sistem kristal trigonal ini memiliki 4 sumbu simetri yang terdiri dari 1
gyre dan 3 sumbu simetri digyre oleh karena itu di notasikan dengan 36 .
Untuk system Kristal ortorombik ini memiliki jumlah sumbu yaitu sebanyak 3
sumbu dengan perbandingan sumbu a b c dan perbandingan panjang sumbunya 1 :
4 : 6 akan tetapi praktikan dalam penggambaran proyeksi ortogonalnya sama seperti
system Kristal trigonal tadi yaitu melakukan dua kali pembesaran jadi, panjang
sumbunya yaitu adalah 2 : 8 : 12 dan dengan sudut a 30 .
Jadi, system Kristal ortorombik ini memiliki 3 sumbu simetri Kristal yang saling
tegak lurus satu dengan yang lainnya dan ketiga usmbu tersebut memiliki panjang
sumbu yang berbeda. Sumbu-sumbu simetri ini di sebut a adalah sumbu brachy, b
adalah sumbu macro dan c adalah sumbu basal. System Kristal ortorombik ini
memiliki pusat simetri yang meruoakan titik pertumuannya antara bidang dan sumbu
simetri yang ada pada system Kristal ortorombik ini. System Kristal ortorombik ini
juga mempunyai bidang simetri sebanyak 3 bidang simetri, karena jika bangun
tersebut dibagi oleh sumbu simetrinya akan dapat menghasilkan dua bagian yang sama
besarnya. System Kristal ortorombik ini mempunyai 1 simetri putar 2-fold (lipatan)
pada ketiga sumbu simetrinya yaitu apabila di putar berdasarkan sumbu a, b, dan c
maka akan dapat menunjukkan dua kenampakkan yang sama.
Jika di lihat system Kristal ortorombik ini kelihatannya sangat mirip atau bahkan
sama dengan system Krista tetragonal dan jika kita amati dua system Kristal tersebut
sangatlah berbeda. Jadi, letak perbedaan antara system Kristal ortorombik dan system
Kristal tetragonal yaitu adalah pada panjang sumbu b jika, pada system Kristal
tetragonal panjang sumbu b adalah 6 sedangkan panjang sumbu b pada system Kristal
ortorombik adalah 8 dan hala yang paling membedakan antara duaa system Kristal ini
adalah pada bidang simetrinya. Pada bidang system simetri system Kristal tetragonal
jumlah bidang simetrinya yaitu 4 bidang simetri sedangkan pada system Kristal
ortorombik terdapat hanya 3 bidang simetri karena pada system Kristal ortorombik ini
tidak terdapatnya bidang diagonal.
Contoh mineral pada system Kristal ortorombik ini adalah stibnite, witherite,
aroganite, olivin dan sulfur.
VII. KESIMPULAN
1. System Kristal yang di tentukan dalam praktikum ini yaitu system
kristalografi Trigonal dan Ortorombik.
2. Pada praktikum ini system kristalnya termasuk dalam kelas yaitu :
1. Sistem Kristal trigonal : Ditrigonal bypiramida
2. System Kristal ortorombik : Bipiramida
3. Untuk mengggambar praktikan menggunakan rasio perbandingan panjang
sumbu 2 : 6 : 12 dan dengan sudut = = 90, = 120 untuk trigonal dan
untuk ortorombik = = = 90 , perbandingan sumbu 2: 8 : 12
4. Jumlah unsur simetri trigonal yaitu 36 32 4PC
Ir. Chatib, Mustar. 1992. Ikhtisar mineralogy dan kristalografi. Palembang : Fakultas
Teknik Industri.
Mondadori, Arlondo. 1977. Guide to rocks and Minerals. Milan : Simons and
Schusters