Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN

MINERALOGI

PRAKTIKUM KE : 3 (TIGA)
JUDUL PRAKTIKUM : SISTEM KRISTAL TRIGONAL DAN
ORTHOROMBIK
HARI/TANGGAL : JUMAT/ 9 MARET 2018
LOKASI PRAKTIKUM : LABORATORIUM LINGKUNGAN DAN
GEOKIMIA 2
KELOMPOK : B (GENAP)

MUHAMMAD AGRI FINALTA

F1D117004

PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, demi pemenuhan akan kebutuhan hidup manusia dilakukan
peningkatan pembangunan dan pengembangan dalam berbagai bidang. Salah
satunya adalah peningkatan pengembangan dalam bidang pertambangan.
Pengetahuan yang spesifik mengenai mineral-mineral yang akan ditambang
baik itu mengenai ciri fisik mineral dan yang lebih penting lagi mengenai
genesa dari mineral tersebut harus dipahami dengan baik. Mineral yang
merupakan benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara
anorganik dan mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu serta
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
Mineral dapat kita jumpai di mana-mana di sekitar kita, dapat bewujud
sebagai batuan, tanah atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Mineral,
kecuali beberapa jenis memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya sebagai perwujudan dari susunan yang teratur di dalamnya. Apabila
kondisinya memungkinkan, mineral akan dibatasi oleh bidang-bidang rata
dan diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang disebut sebagai
“kristal”. Kristal merupakan bahan padat homogen yang memiliki pola
internal susunan tiga dimensi yang teratur. Study yang khusus mempelajari
sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut
dinamakan kristalografi.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem kristal Trigonal dan Orthorombik.
2. Untuk mengetahui kelas simetri Trigonal dan Orthorombik yang
diproyeksikan.
3. Untuk mengetahui contoh mineral dari kelas simetri Trigonal dan
Orthorombik.

Sistem Kristal Trigonal dan Orthorombik 1


1.3 Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Jangka
2. Busur
3. Pensil warna
4. Spidol warna
5. Alat tulis
6. Lembar kerja sementara
7. Penggaris panjang
8. Penggaris segitiga siku siku dan sama kaki
b. Bahan
Bahan yang akan di gunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Maket sistem kristal
2. LKS
1.4 Prosedur kerja
a. Sistem Kristal Trigonal
Berikut adalah proses penggambaran sistem kristal trigonal dengan
proyeksi orthogonal:
1. Menyiapkan alat dan bahan praktikum.
2. Membuat perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6.
3. Membuat garis a+ / b- = 20° dan garis b+ / d- = 40°.
4. Memberi keterangan pada garis-garisya seperti tanda a+,a-, b+,b-.
5. Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+,a-.
6. Menuju bagian ketiga dari sumbu b+.
7. Menuju bagian ketiga dari sumbu b-.
8. Membuat proyeksi bidang dari horizontal seperti langkah kedua tadi.
9. Memproyeksikan bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c-.
10. Dihubungkan tiap garis hingga terbentuk prisma segitiga.
11. Digambar sistem trigonal yang terbentuk prtisma segitiga tersebut dan
diwarnai sesuai dengan bidangnya hingga menghasilkan gambar 3
dimensi.

Sistem Kristal Trigonal dan Orthorombik 2


b. Sistem Kristal Orthorombik
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan praktikum.
2. Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6.
3. Membuat garis a+ / b-.
4. Memberi keterangan pada garis-garisya seperti tanda a+, a-, b+,b-.
5. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu b, memotong sumbu a.
6. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang
memotong sumbu b pada langkah b.
7. Membuat garis-garis tersebut hingga membentuk suatu bidang yang
berbentuk segi empat.
8. Menghubungkan setiap titik-titik pada garis tersebut sehingga
membentuk bidang alas dan atap berbentuk segi empat pada bangun
tersebut.

Sistem Kristal Trigonal dan Orthorombik 3


BAB II
DASAR TEORI

Sistem Kristal Trigonal adalah salah satu dari tujuh sistem kristal. Dimana
sistem kristal trigonal ini mempunyai 4 bidang simetri yang antara lain adalah 1
bidang simetri utama dan 3 bidang simetri tambahan. Beberapa memasukkan
sistem ini ke dalam sistem hexagonal. Demikian pula teknik penggambarannya
juga sama. Perbedaannya apabila pada trigonal sesudah terbentuk bidang dasar.
Yang membentuk segienam kemudian dibuat segitiga dengan menghubungkan
dua titik sudut yang melewati titik sudutnya (Danisworo. 1994).
Sistem kristal trigonal mempunyai 4 sumbu simetri yang terdiri dari 1
trigyre dan 3 sumbu simetri digyre. Pada penggambaran dengan proyeksi
Orthogonal, sistem kristal trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 :
6, sudut a+/b- = 20º dan sudut d-/b+ = 40º. Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas yaitu :
Trigonal piramid, Trigonal trapezohedral, Ditrigonal piramid, Ditrigonal
skalenohedral, Rombohedral (Taylor. 2006).
Sistem Kristal trigonal dibagi menjadi 5 kelas: Trigonal Piramid, Trigonal
Trapezohedral, Ditrigonal Piramid, Ditrigonal Skalenohedral, Rombohedral.
Contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline, cinnabar,
dan corrondum (Rizqi. 2013).
Kuarsa adalah salah satu contoh dari sistem kristal trigonal. Secara
kristalografi Kuarsa dicirikan oleh sistem kristal trigonal trapezohedral dan
heksagonal trapezohedral, dimana kuarsa trigonal trapezohedral berbentuk
trapezium tertutup dengan enam bidang secara horizontal sumbu a1, a2, a3
membentuk sudut 120° tegak lurus sumbu c membentuk sudut 90°. Sifat optis
mineral kuarsa yaitu umumnya tidak berwarna atau putih jika murni.. Kuarsa
mempunyai indeks bias no = 1.55 dan ne = 1.54 sehingga bias gandanya bernilai
positif dan lemah. Sifat dikroisme terlihat pada variasi kuarsa kripto dan
fluoreskens tidak berwarna jika murni (Trisnawati. 2012).
Sistem Kristal Orthorombik disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3
sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda. Beberapa contoh mineral

Sistem Kristal Trigonal dan Orthorombik 4


denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl, aragonite dan
witherite (Pellant. 1992).
Sistem Kristal Ortorombik didasarkan pada tiga sumbu yang tidak sama
semua pada sudut kanan satu sama lainnya. Sistem ini meliputi kristal yang
mempunyai tiga buah sumbu yang tidak sama panjangnya dan saling tegak lurus.
Satu sumbu vertikal yang disebut dengan sumbu c. Satu sumbu lainnya
memanjang ke belakang dari arah depan yang disebut sumbu a atau sumbu
brachy. Sumbu ketiga dari kiri ke kanan disebut sumbu b atau sumbu makro.
Tidak ada yang namanya sumbu pokok dalam kristal ini. Sistem Kristal
orthorombik Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas yaitu Bisfenoid, Piramid, dan
Bipiramid (Ahmad. 2012).

Sistem Kristal Trigonal dan Orthorombik 5


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum ketiga kristalografi dan mineralogi yang dilaksanakan pada hari


Jum’at 9 Maret 2018 dengan judul Kristalografi membahas dan mempelajari
tentang menentukan bermacam bentuk kristal atas dasar panjang, posisi, jumlah
sumbu, dan kelas simetri dari 7 sistem kristal. Percobaan ini dilakukan dengan
cara menggambar bentuk dari sistem kristal Trigonal dengan klas simetri
Ditrigonal Bipiramidal dan sistem kristal Orthorombik dengan klas simetri
Orthorombik Bipiramidal. Penggambaran ini dilakukan berdasarkan arahan
asisten kepada praktikan.
Sistem kristal terbagi atas 7 sistem. Pembagian sistem kristal ini di
dasarkan pada perbandingan panjang sumbu kristalografi, jumlah sumbu
kristalografi, letak/posisi sumbu kristalografi, nilai sumbu c (sumbu vertical)
kristalografi. Pada praktikum kali ini, dilakukan penggambaran sistem kristal
Trigonal dan Orthorombik. Untuk sistem kristal Trigonal digunakan perbandingan
6 : 2 : 12 cm. Sedangkan pada proyeksi Orthorombik digunakan perbandingan 2 :
8 : 12 cm. Trigonal adalah sistem kristal yang terdiri dari 4 bidang simetri, yaitu
yang membagi Trigonal secara horizontal menjadi dua bagian dan juga 3 sisi yang
memotong diagonal dari prisma secara vertikal.
Pada penggambaran kristal Trigonal termasuk kedalam kelas simetri
Ditrigonal Bipyramidal. Kelas simetri dari Trigonal sendiri terdiri dari berbagai
bentuk. Yang diproyeksikan pada praktikum kali ini termasuk kedalam Trigonal
Prisma. Kelas Ditrigonal Bipyramidal memiliki jumlah unsur simetri
L26 . 3L2 . 4 PC dengan P menyatakan pieces, yang berarti memiliki 4 bidang yang
mengisi prisma tersebut. Keempat bidang simetri ini saling berpotongan pada
sumbu c.
Selanjutnya, dalam penamaan Simbol Kristalografi menurut Herman
Mauguin (Hm) untuk kelas Ditetragonal Dipyramidal adalah 6̅ m 2
maksud dari bagian pertama adalah menerangkan nilai sumbu c yaitu 6 dan tidak
adanya bidang simetri tegak lurus dengan sumbu c. Selanjutnya bagian kedua
menerangkan tidak terdapatnya sumbu lateral dan adanya bidang simetri yang

Sistem Kristal Trigonal dan Orthorombik 6


tegak lurus dengan sumbu lateral tersebut sehingga notasinya m . Untuk bagian
ketiga dengan notasi 2 menjelaskan tentang adanya bidang simetri intermediet.
Simbol kristal menurut Schoenflish untuk kelas simetri Ditrigonal
Bipyramidal adalah D2 h dengan bagian pertama menjelaskan nilai sumbu yang
tegak lurus dengan sumbu c, yaitu sumbu lateral atau intermediet. Karena sumbu
tersebut bernilai 2 maka dinotasikan dengan D. Bagian kedua menjelaskan tentang
nilai dari sumbu c, dan bagian ketiga menjelaskan tentang kandungan bidang
simetrinya. Karena memiliki bidang simetri horisontal, vertikal dan diagonal
maka dinotasikan dengan simbol “h”.
Kristal orthorombik adalah kristal yang memiliki 3 sumbu yang saling
berbeda panjangnya. Orthorombik terdiri dari beberapa kelas, tetapi yang
diproyeksikan kali ini termasuk kedalam kelas Orthorombik Bipyramidal. Kelas
Dihexagonal Dipyramidal sendiri terdiri dari beberapa bentuk umum, tetapi yang
digunakan adalah Rhombik Prism. Jumlah unsur simetri dari kelas Orthorombik
Bipyramidal adalah 3L2 . 3P. Kristal ini memiliki 3 bidang simetri terlihat dari
jumlah unsur simetri yang menuliskan 3P. Pada penamaan Simbol Kristalografi
menurut Herman Mauguin menyatakan bahwa Kelas simetri Orthogonal
2 2 2
Bipyramidal memiliki notasi . Pada bagian pertama menerangkan nilai
m m m

sumbu a dan adanya bidang yang tegak lurus terhadap sumbu a tersebut. Bagian
kedua menerangkan tentang nilai b dan adanya bidang simetri yang tegak lurus
2
terhadap sumbu tersebut sehingga dinotasikan menjadi . Sedangkan bagian
m

ketiga menerangkan tentang terdapatnya sumbu c dan adanya bidang simetri yang
tegak lurus terhadap bidang tersebut.
Simbol kristal menurut Schoenflish menjelaskan bahwa Dihexagonal
Dipyramidal memiliki notasi D2 h. Dengan bagian pertama menjelaskan tentang
nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral. Karena sumbu tersebut
bernilai 2 maka dinotasikan dengan D. Sedangkan pada bagian kedua
menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu ini dituliskan dikanan agak bawah dari
notasi D dengan nilai 2. Selanjutnya pada bagian ketiga menjelaskan kandungan
dari bidang simetrinya, yaitu terdiri dari bidang simetri horisontal, vertikal dan
diagonal sehingga dinotasikan dengan h.

Sistem Kristal Trigonal dan Orthorombik 7


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem kristal trigonal adalah sistem kristal yang terdiri dari 4 sumbu simetri
dan memiliki 4 bidang simetri yang terbagi menjadi 1 bidang simetri utama
dan 3 bidang simetri tambahan, serta memiliki perbandingan panjang sumbu
1 : 3 : 6. Sedangkan sistem kristal orthorombik adalah sistem kristal yang
terdiri dari 3 sumbu simetri yang tidak sama panjang dengan perbandingan
panjang sumbu sembarang.
2. Sistem kristal Trigonal yang diproyeksikan termasuk kedalam kelas simetri
Ditrigonal Bipyramidal. Sistem kristal Orthorombik yang diproyeksikan
termasuk kedalam kelas Orthorombik Bipyramidal.
3 .Contoh mineral dari sistem kristal Trigonal adalah Magnesite, Cinabar, dan
Kuarsa. Sedangkan contoh mineral dari sistem kristal Orthorombik adalah
Stibnite, Sillimanite, dan Topaz.
4.2 Saran
Praktikan diharapkan dapat datang tepat waktu dan telah menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan, agar praktikum dapat berjalan dengan baik.

Sistem Kristal Trigonal dan Orthorombik 8


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S.2012. Kristalografi dan Mineralogi Teknik Pertambangan USTJ.


Jayapura: SUTJ Press.
Danisworo. 1994. Penuntun Praktikum Kristalografi dan Mineralogi. Yokyakarta:
UPNV Yogyakarta.
Pellant, Chris. 1992. Rocks and Minerals. London: Dorling Kindersley.
Rizqi, Alif. 2013. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Arkeologi Nasional.
Taylor, B. 2006. Batuan, Mineral dan Fosil. Jakarta : Erlangga.
Trisnawati. 2012. Kristalografi dan Mineralogi Kuarsa. Jurnal Ilmiah MTG Vol.
5 No. 1 Januari 2012.

Sistem Kristal Trigonal dan Orthorombik 9

Anda mungkin juga menyukai