PENDAHULUAN
1.1.
kristal dan cara bagaimana penggambarannya, istilah kristal berasal dari bahasa
Yunani dan beberapa ahli berpendapat bahwa baik berupa asumsi atau pendapat
maupun hasil dari penelitian serta berbagai percobaan maupun analisa baik dari
bentuk ataupun struktur kristal tersebut.
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang
mineral, atau benda padat homogen, yang mempunyai rumus kimia tertentu dan
biasanya terbentuk oleh proses alam secara organik. Mineralogi juga mempelajari
tentang kristal, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan. Jadi
sistem kristal sangat mempengaruhi terhadap bentuk mineralnya.
Dalam latar belakang masalah tentang kristalografi & mineralogi, kita
mengetahui terutama dalam masalah pengenalan nama-nama mineral yang ada
didalam mineral sendiri dan didalam kristal yang ada pada setiap bentuk kristal,
bisa menentukan kelas simetri atas dasar jumlah unsur simetri, dapat
menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan parameter rasio,
jumlah, dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal yang dimiliki oleh setiap
kristal baik dari segi proyeksi orthogonal maupun stereografis.
Dalam mendeskripsikan suatu mineral, prtama didasari dengan teori-teori
baku mengerti serta memahami teori sifat-sifat mineral. Kita juga harus bisa
mendeskripsikan sifat-sifat fisik mineral secara cermat dan teliti agar dapat
menghasilkan jawaban dengan maksimal.
1.2.
1. Dapat menentukan sistem kristal dari berbagai macam bentuk kristal atas
dasar panjang, posisi, dan jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap bentuk
kristal.
2. Dapat menentukan kelas simetri atas dasar jumlah unsur simetri setiap kristal.
3. Dapat mengetahui sifat-sifat fisik dari berbagai mineral.
4. Dapat mengetahui cara pendeskripsian atau pemerian secara fisik dari
mineral.
1.3.
1.4.
a. Lokasi
2. Bidang Simetri
Bidang Simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan
membelah kristal menjadi 2 bagian sama besar, dimana bagian yang satu
merupakan pencerminan dari bagian belahan yang lain. Bidang simetri
dinotasikan dengan P (Plane) atau m (mirror).
Bidang simetri dikelompokan menjadi 3, yaitu:
1.
2.
b.
melalui satu sumbu simetri utama kristal. Bidang ini sering disebut
dengan diagonal saja dengan notasi (d).
Catatan:
Dalam menghitung jumlah bidang simetri, dihitung dahulu bidang
simetri utama, baru dihitung bidang simetri tambahan.
c. Titik Simetri atau Pusat Simetri (Centrum = C)
sempurna. Jika simetrisnya sama dengan kisinya maka disebut Sel WignerSeitz.
b. Sumbu Kristal
Sumbu kristal mempunyai tiga bentuk dimensi yaitu panjang, lebar, dan tebal.
Tetapi dalam penggambarannya dibuat dua dimensi sehingga dinamakan proyeksi
orthogonal.
c. Indeks Miller
Indeks miller menunjukan perbandingan bidang parameter dengan bidang
LMN. Semua nilai dari dari indeks miller diambil dalam bentuk yang paling
sederhana.
d. Indeks Miller Bravais
Pada kristal yang diperbesar sebanyak enam kali digunakan empat buah
sumbu yaitu X, Y, U, dan Z. XYU adalah sumbu pada bidang dengan = 1200
dan Z adalah sumbuyang tegak lurus XYU gambar (1.14). Maka akibatnya kristal
digambarkan dengan empat nomor indeks miller bravais yaitu hkl dan i.
e. Bentuk dan Geometri Kristal
Bentuk dan geometri krostal ada 2, yaitu
1. Kristal dua dimensi
Tabel 1. Kristal dua Dimensi
(id.scribd.com/doc/GEOMETRI-KRISTAL)
Sistem
Miring
Persegi
Segi Empat
Segi Enam
Simbol Unit
Sistem
P
Plc
P
P
Group Point
2
2 mm
4 mm
6 mm
Sistem
Triclinic
Monoclinic
Orthorombik
Tetragonal
Isometrik
Hexagonal
Trigonal
P
PIC
P,C,L
P,I
P,I,F
P
R atau P
1
2/m
Mmm
4/m mm
m3m
6/m mm
3m
Di alam ditemukan berbagai bentuk tiga dimensi dari kisi kristal hal ini
disebabkan karena :
a. Jumlah sumbu kristal
b. Letak sumbu kristal yang satu dengan yang lain
c. Parameter yang digunakan untuk masing-masing sumbu kristal
6
(hkl) / n. Dengan mentranslasikan pada bidang (110) maka akan terbentuk bidang
yang paralel hal ini menunjukan orientasi bidang, tetapi tidak menunjukan ukuran
sel unit.
7
Kisi Resiprok
Kisi resiprok secara teori mempunyai simetri yang sama dengan kisi
No
Sistem Kristal
Perbandingan Sumbu
Isometrik
a:b:c=1:3:3
a+^b = 30
Tetragonal
a:b:c=1:3:6
a+^b = 30
Hexagonal
a:b:c=1:3:6
a+^b = 20 ; d^b+= 40
Trigonal
a:b:c=1:3:6
a+^b = 20 ; d^b+= 40
Orthorhombik
a:b:c=1:4:6
a+^b = 30
Monoklin
a:b:c=1:2:3
a+^b = 45
Triklin
a:b:c=1:4:6
a+^b = 45 ; b^c+= 80
2.4.1
sebagai sistem kubus atau kubik. Mempunyai tiga sumbu simetri dimana
ketiganya itu saling tegak lurus satu dengan yang lainnya, dan masing-masing
sumbu sama panjang.
Sistem isometrik dibagi menjadi 5 kelas, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Tetaoidal
Gyroida
Diploida
Hextetrahedral
Hexoctahedral
10
2.4.2
Hexagonal Piramid
Hexagonal Bipramid
Dihexagonal Piramid
Dihexagonal Bipiramid
Trigonal Bipiramid
Ditrigonal Bipiramid
Hexagonal Trapezohedral
11
12
2.4.3
Piramid
Bipiramid
Bisfenoid
Trapezohedral
Ditetragonal Piramid
Skalenohedral
Ditetragonal Bipiramid
13
14
2.4.4
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda.
Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas, yaitu :
1. Bisfenoid
2. Piramid
3. Bipiramid
A. Ketentuan Sistem Kristal Orthorombik
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya
saling tegak lurus (90).
15
16
2.4.5
sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus
terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang
paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:
1. Sfenoid
2. Doma
3. Prisma
A. Ketentuan Sistem Kristal Monoklin
Pada kondisi sebenarnya, sistem
Monoklin
memiliki
axial
ratio
17
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = 90 . Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut dan saling
tegak lurus (90), sedangkan tidak tegak lurus (miring).
18
2.4.6
tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak
sama.
Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:
1. Pedial
2. Pinakoidal
A. Ketentuan Sistem Kristal Triklin
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = 90. Hal ini berarti, pada system ini, sudut , dan tidak
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
19
20
2.4.7
Trigonal piramid
Trigonal Trapezohedral
Ditrigonal Piramid
Ditrigonal Skalenohedral
Rombohedral
21
22
BAB III
MINERALOGI FISIK
3.1 Pengertian Mineralogi dan Mineral
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang
mineral, atau benda padat homogen, yang mempunyai rumus kimia tertentu dan
biasanya terbentuk oleh proses alam secara organik. Mineralogi juga mempelajari
tentang kristal, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan. Jadi
sistem kristal sangat mempengaruhi terhadap bentuk mineralnya.
Mineral merupakan bahan padat homogen yang terbentuk secara anorganik,
mempunyai batasan senyawa, komposisi kimia dan mempunyai atom-atom yang
tersusun teratur.
3.2 Proses Pembentukan Mineral
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun nonlogam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas
magma, dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat
dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah
ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara
23
mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya
akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.
Adapun menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat
dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang
bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.
1. Proses Magmatis
Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu
mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan
bijih. Pada temperatur tinggi (>600C) stadium liquido magmatis mulai
membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral
yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis
ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
Early magmatis, yang terbagi atas:
a. Disseminated, contohnya Intan
b. Segregasi, contohnya Crhomite
c. Injeksi, Contohnya Kiruna
Late magmatis, yang terbagi atas:
a.
b.
c.
d.
2. Proses Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan
pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara
600C sampai 450C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya
Granit.
24
3. Proses Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450C, akumulasi gas mulai
membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer.
Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan
samping disekitarnya, kemudian akan membentuk mineral baik karena proses
sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan
yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut mineral
pneumatolitis.
4. Proses Hydrotermal
Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh
temperatur dan tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk
sebelumnya. Secara garis besar, endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :
a. Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah :
1. Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.
2. Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi
dengan kedalaman yang besar.
3. Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite, Galena dan
Spalerite serta oksida besi.
4. Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W dan Z.
b. Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya :
1. Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan
hipotermal.
2. Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan
permukaan bumi.
3. Tekstur akibat cavity filling jelas terlihat, sekalipun sering mengalami
proses penggantian antara lain berupa crustification dan banding.
4. Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan Oksida
Sn.
5. Proses pengayaan sering terjadi.
c. Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :
1. Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
2. Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).
25
3.
4.
5.
6.
endapan hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses
mineralisasi berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang
terdiri atas mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan
batuan, yang berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein,
Saddle-reefs,
Tension
crack
filling,
Brecia
filling (vulkanik,
tektonik
26
27
batuan beku luar adalah : basalt, diorit, andesit, obsidin, scoria, batuan apung
(pumice).
2. Batuan Sedimen (Sedimentary Rock)
Batuan
Sedimen
merupakan
batuan
mineral
yang
telah
terbentuk
dipermukaan Bumi yang mengalami pelapukan. Bagian - bagian yang lepas dari
hasil pelapukan tersebut terlepas dan ditansportasikan oleh aliran air, angin,
maupun oleh gletser yang kemudian terendapkan atau tersedimentasi dan
terjadilah proses diagenesis yang menyebabkan endapan tersebut mengeras dan
menjadi bantuan sedimen.
3. Batuan Metamorf
Terjadi karena adanya tekanan dan suhu yang tinggi sehingga menempatkan
dan meremukkan batuan yang sudah ada sebelumnya, baik itu yang berupa batuan
beku atau batuan endapan. Dengan adanya berbagai proses pembentukan jenisjenis batuan di atas, akan menghasilkan material-material yang bernilai ekonomis
tinggi.
Kevariasian bentuk muka bumi disebabkan oleh proses endogen yang berasal
dari dalam bumi dan bersifat membangun, serta proses eksogenik yang berasal
dari luar dan memiliki sifat merombak. Kandungan senyawa kimia yang paling
banyak dalam litosfer yaitu oksida silikon (SiO2).
Di dalam litosfer terdapat lebih dari 2000 mineral dan hanya 20 mineral yang
terdapat dalam batuan. Mineral pembentuk batuan yang penting, yaitu Kuarsa
(Si02), Feldspar, Piroksen, Mika Putih (K-Al-Silikat), Biotit atau Mika Cokelat
(K-Fe-Al-Silikat), Amphibol, Khlorit, Kalsit (CaC03), Dolomit (CaMgCOT3),
Olivin (Mg, Fe), Bijih Besi Hematit (Fe 2O3), Magnetik (Fe3O2), dan Limonit
(Fe3OH2O). Selain itu, litosfer juga terdiri atas dua bagian, yaitu lapisan Sial dan
lapisan Sima.
Lapisan SiAl yaitu lapisan kulit Bumi yang tersusun atas logam silisium dan
alumunium, senyawanya dalam bentuk SiO2 dan Al2O3. Pada lapisan sial (silisium
28
dan alumunium) ini antara lain terdapat batuan sedimen, granit, andesit, jenisjenis batuan metamorf, dan batuan lain yang terdapat di daratan benua. Lapisan
SiMa (silisium dan magnesium) yaitu lapisan kulit Bumi yang tersusun oleh
logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa SiO 2 dan MgO lapisan ini
mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada lapisan sial karena mengandung
besi dan magnesium yaitu mineral ferro magnesium dan batuan basalt. Batuan
pembentuk kulit Bumi selalu mengalami siklus atau daur, yaitu batuan mengalami
perubahan wujud dari magma, batuan beku, batuan sedimen, batuan malihan, dan
kembali lagi menjadi magma.
Lapisan litosfer (kulit bumi) : Tebalnya 60 km yang terdiri dari :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Kilap (luster)
2.
Warna (colour)
3.
Kekerasan (hardness)
4.
Cerat (streak)
5.
Belahan (cleavage)
6.
Pecahan (fracture)
7.
Bentuk (form)
8.
29
9.
Sifat Dalam
10. Kemagnetan
11. Perawakan Mineral
1. Kilap
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan
mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006). Kilap ini secara garis besar dapat
dibedakan menjadi jenis:
a.
Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap atau
kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam yaitu
b.
a
b
Gambar 3.1. (a) kilap logam, (b) kilap non logam
2. Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan
tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat
30
berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan
pengotoran padanya. Warna dibagi menjadi 2, yaitu :
Idiokromatik : warna yang konstan (tetap), contohnya olivin (hijau), azurit
(biru), rhodonit (merah)
Allochomatic : warna yang bermacam-mcam akibat pengotoran, contohnya
orthoklas (kuning), turmalin (hijau).
3. Kekerasan
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan suatu mineral
dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang
standar. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai
bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah
skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai
skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral
terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras.
Tabel 4. Skala Mosh
Skala Kekerasan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Mineral
Talc
Gypsum
Calcite
Fluorite
Apatite
Orthoklase
Quartz
Topaz
Corundum
Diamond
Rumus Kimia
H2Mg3 (SiO3)4
CaSO4. 2H2O
CaCO3
CaF2
CaF2Ca3 (PO4)2
K Al Si3 O8
SiO2
Al2SiO3O8
Al2O3
C
4. Cerat
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat
dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping
porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan
tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna
31
cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubahubah. Contohnya :
1. Pirit
32
Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga
arah belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan.
mineralnya:
a. Belahan satu arah, contohnya muscovite.
Berikut contoh
33
6. Pecahan
34
35
Massa Jenis
< 2,7
2,7 3,0
3,1 3,3
3,4 4,0
> 4,0
Klasifikasi
Ringan
Sedang
Berat
Amat berat
Teramat berat
Contoh
Kuarsa
Mika
Tourmalin
Olivin
Zircon
9. Sifat Dalam
Adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan, memotong,
menghancurkan, membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk sifat ini adalah:
a. Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh kwarsa,
orthoklas, kalsit, pirit.
b. Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti
emas, tembaga.
c. Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh
gypsum.
d. Fleksibel : mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah
dan sesudah bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh mineral
talk, selenit.
e. Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi
patah dan dapat kembali seperti semula bila kita henikan tekanannya,
contoh: muskovit.
10. Kemagnetan
Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan sebagai feromagnetic
bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetik, phirhotit.
Mineral-mineral yang menolak gaya magnet disebut diamagnetic, dan yang
tertarik lemah yaitu paramagnetic. Untuk melihat apakah mineral mempunyai
sifat magnetik atau tidak kita gantungkan pada seutas tali/benang sebuah magnet,
dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila
benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya bias
36
kita lihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan
garis vertikal.
11. Perawakan Mineral
a. Pemerian perawakan kristal tersendiri:
1. Merambut (capilary)
2. Menjarum (acicular)
3. Membenang (filliform)
37
4. Membilah (bladed)
5. Memapan (tabular)
6. Mendaun (foliated)
38
7. Membulu (plumose)
9. Membata (blocky)
39
40
1.
2.
3.
4.
Silikat
Oksida
Sulfida
Karbonat dan Sulfat
1. Mineral Silikat
Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur
metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi
terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai
kedalaman 2.900 km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang
membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan. Silikat
pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
Berikut adalah Mineral Silikat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kuarsa (SiO2)
Felspar Alkali (KAlSi3O8)
Felspar Plagiklas (Ca,Na)AlSi3O8)
Mika Muskovit (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2
Mika Biotit: K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2
Amfibol (Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH)
Pyroksen (Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6
Olivin (Mg,Fe)2SiO4
41
a. Mineral ferromagnesium
Umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis yang besar.
Olivine: dikenal karena warnanya yang olive. Berat jenis berkisar antara 3.273.37, tumbuh sebagai mineral yang mempunyai bidang belah yang kurang
sempurna.
Augitit: warnanya sangat gelap hijau hingga hitam. BD berkisar antara 3.2 3.4 dengan bidang belah yang berpotongan hampir tegak lurus. Bidang belah ini
sangat penting untuk membedakannya dengan mineral hornblende.
Hornblende: warnanya hijau hingga hitam; BD. 3.2 dan mempunyai bidang
belah yang berpotongan dengan sudut kira-kira 56 dan 124 yang sangat
membantu dalam cara mengenalnya.
Biotite: adalah mineral mika bentuknya pipih yang dengan mudah dapat
dikelupas. Dalam keadaan tebal, warnanya hijau tua hingga coklat-hitam; BD 2.8
- 3.2.
b. Mineral Non-ferromagnesium
Muskovit: Disebut mika putih karena warnanya yang terang, kuning muda,
coklat , hijau atau merah. BD. berkisar antara 2.8 - 3.1.
Felspar: Merupakan mineral pembentuk batuan yang paling banyak.
Namanya juga mencerminkan bahwa mineral ini dijumpai hampir disetiap
lapangan. Feld dalam bahasa Jerman adalah lapangan (Field). Jumlahnya didalam
kerak Bumi hampir 54 %. Nama-nama yang diberikan kepada felspar adalah
plagioklas dan orthoklas. Plagioklas kemudian juga dapat dibagi dua, albit dan
anorthit. Orthoklas adalah yang mengandung Kalium, albit mengandung Natrium
dan Anorthit mengandung Kalsium.
Orthoklas: mempunyai warna yang khas yakni putih abu-abu atau merah
jambu. BD. 2.57.
Tabel 7. Kelompok Mineral Non-Silikat
(geografi-geografi.blogspot.com)
42
43
mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum
adalah es (H2O), korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
3. Mineral Sulfida
Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu
dengan sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri.
Beberapa dari mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai
ekonomis, atau bijih, seperti pirit (FeS 3), chalcocite (Cu2S), galena (PbS), dan
sphalerit (ZnS).
4. Mineral Karbonat dan Sulfat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2 dan disebut karbonat,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat, CaCO3
dikenal sebagai mineral kalsit. Mineral ini merupakan susunan utama yang
membentuk batuan sedimen.
44
45
1.
2.
3. Terdapat mineral kuarsa pada batuan sekis hijau
f. Lokasi Pengamatan 7
1. Dusun Sedan, Bayat, Klaten
2. Pukul 15.17 WIB
3. Terdapat mineral-mineral hitam: piroksen, hornblende, biotit. Putih:
plagioklas, pada batuan beku diorit
4. Terdapat juga mineral tambahan seperti pirit, kalsit, kuarsa pada batuan
beku diorit.
g. Lokasi Pengamatan 8
1. Dusun Sedan, Bayat, Klaten
2. Pukul 15.27 WIB
3. Terdapat mineral plagioklas dan hornblenda pada batuan beku diorit
46
47
48
49
DAFTAR PUSTAKA
Buku petunjuk, Praktikum Kristalografi & Mineralogi 2013, Institut Sains &
Teknologi AKPRIND, Yogyakarta. (tidak dipublikasikan)
Geologi (J.A. Katili). Bandung: Pertjetakan Kilatmadju, 1979
Soetoto, Ir., 2001, Geologi, Laboratorium Geologi Dinamik, FT UGM Jurusan
Teknik Geologi, Yogyakarta.
Web:
http://geografi-geografi.blogspot.com/2013/05/sifat-sifat-fisik-mineral.html
(diakses pada 12 Desember 2014 pukul 19.54 WIB)
http://geografi-geografi.blogspot.com/2012/02/sifat-kimiawi-mineral.html(diakses
pada 12 Desember 2014 pukul 21.06 WIB)