Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setelah mahasiswa jurusan Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta usai mempelajari
kristalografi yang merupakan cabang ilmu geologi yang paling mendasar, saat ini perkuliahan
dilanjutkan ke cabang ilmu geologi berikutnya yaitu Mineralogi. Di dalam mineralogi banyak
hal yang harus diketahui dan dipelajari. Namun dalam tugas yang dituliskan berikut ini akan
membahas secara rinci tentang sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh mineral guna
mengidentifikasikan mineral berdasarkan ciri fisiknya yang nampak secara megaskopis
mengingat betapa pentingnya pengetahuan mengenai sifat fisik dari mineral dalam cabang
ilmu Mineralogi sebelum melangkah ke cabang ilmu yang berikutnya yaitu Petrologi.

1.2. Maksud dan Tujuan


a) Mahasiswa sebagai calon seorang Geologist, dapat mengidentifikasi mineral di
lapangan secara megaskopis dengan mengenali ciri fisik dari mineral tersebut.
b) Mahasiwa daapat menceritakan asal mula kejadian dan kegunaan mineral dari sifat
sifat fisik yang dimilikinya

1
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1. DEFINISI MINERALOGI DAN MINERAL

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari
tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.
Minerologi terdiri dari kata mineral dan logos, dimana mengenai arti mineral mempunyai
pengertian berlainan dan bahkan dikacaukan dikalangan awam. Sering diartikan sebagai
bahan bukan organik (anorganik). Maka pengertian yang jelas dari batasan mineral oleh
beberapa ahli geologi perlu diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun
persesuaian umum untuk definisinya (Danisworo, 1994).

Definisi mineral menurut beberapa ahli:

1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959

Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik,
mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang
tersusun secara teratur.

2. D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972

Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.

3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977

Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau
dalam batas-batas dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu
kehidupan.

Tetapi dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan anomali atau suatu
pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut mineral, walaupun tidak termasuk
didalam suatu definisi. Sehingga sebenarnya dapat dibuat suatu definisi baru atau definisi

2
kompilasi. Dimana definisi kompilasi tidak menghilangkan suatu ketentuan umum bahwa
mineral itu mempunyai sifat sebagai: bahan alam, mempunyai sifat fisis dan kimia tetap dan
berupa unsur tunggal atau senyawa.

2.2. Batasan-batasan definisi mineral :


1. Suatu bahan alam
2. Susunan atom yang teratur
3. Komposisi kimia pada batas tertentu
4. Pada umumnya anorganik
5. Bahan padat homogen

3
BAB 3

SIFAT SIFAT MINERAL

Sifat Fisik mineral ditentukan oleh struktur kristal dan komposisi kimianya.

Adapun sifat-sifat fisik mineral adalah :

3.1 SIFAT FISIK MINERAL


3.1.1. Warna (Colour)
Bila suatu permukaan mineral dikenal suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai
permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (absorbsi) dan sebagian dipantulkan
(refleksi). Warna penting untuk membedakan antara mineral akibat pengotoran dan warna
asli (tetap) yang berasal dari elemen utama pada mineral tersebut.
Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada mineral disebut
dengan nama Idiochromatic.
Misal : Sulfur berwarna kuning, Pyrite berwarna kuning loyang, Magnetite berwarna
hitam.
Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur lain, sehngga
memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan nama
Allochromatic.
Misal : Halite, warna dapat berubah-ubah :
 abu-abu
 biru bervariasi
 kuning
 coklat gelap
 merah muda
Kuarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/pengotoran, warna berubah-ubah menjadi :
 violet
 merah muda
 coklat-hitam
Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada mineral disebut
nama Chromophores.
Misal : Ion-ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan Chromophores dalam mieral Cu
sekunder ,maka akan memberikan warna hijau dan biru.

4
Faktor yang dapat mempengaruhi warna :
a. Komposisi kimia
b. Struktur kristal dan ikatan atom
c. Pengotoran dari mineral

3.1.2 Perawakan Kristal (Crystal Habit)


Perawakan kristal (crystal habit), bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang yang
membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut. Kita perlu
mengenal beberapa perawakan kristal yang terdapat pada jenis mineral tertentu, sehingga
perawakan kristal dapat dipakai untuk penentuan jenis mineral, walaupun perawakan kristal
bukan merupakan ciri tetap mineral.
Contoh :
 Mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun (foliated)
 Amphibol selalu menunjukan perawakan kristal meniang (columnar)
Perawakan kristal dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Pearl,1975) yaitu ;
A. Elongated habits (mniang / berserabut )
B. Flattened habits (lembaran tipis)
C. Rounded habits (membutir)
A. Elongated Habits
1.Meniang ( Columnar )
Contoh : - Tourmaline
2.Menyerat ( Fibrous )
Contoh : - Asbestos
3.Menjarum ( Acicular )
Contoh : - Natrolite
4.Menjaring ( Reticulate )
Contoh : - Rulite
5.Merabut ( Capillery )
Contoh : Cuprite
6.Membintang ( Stellated )
Contoh : - Pirofilit
7.Membenang ( Filliform )
Contoh : - Silver
8.Mondok ( Stound,tubby,Equant )

5
Contoh : - Zircon
9.Menjari ( Radiated )
Contoh : - Markasit

Meniang Menyerat Menjarum


(Tourmaline) (Asbestos) (Natrolite)

Menjaring Merabut Membintang


(Rulite) (Cuprite) (Pirofilit)

Membenang Mondok Menjari


(Silver) (Zircon) (Markasit)

6
B. Flattened Habits
1. Membilah ( Bladed )
Contoh : - Kyanite
- Kalaverit
2. Memapan ( Tabular )
Contoh : - Barite
- Hypersthene
3.Membata ( Blocky )
Contoh : - Microcline Membilah Memapan
- Calcite (Kyanite) (Barite)
4.Mendaun ( Foliated )
Contoh : - Mika
- Chlorite
5.Memencar ( Divergen )
Contoh : - Aragonite
6.Membulu ( Plumose )
Contoh : - Mika
Membata Mendaun
(Kalsit) (Muskovit)

Memencar Membulu
(Aragonite) (Biotit)

7
C. Rounded Habits

1. Mendada ( Mamillary )
Contoh : - Malachite
- Opal
2. Membulat jari ( Colloform radial )
Contoh : - Pyrolorhyte Mendada-Malachite Mengginjal-Hematite
3. Mengginjal ( Rentiform )
Contoh : - Hematite
4. Membulat ( Colloform )
Contoh : Glauconite
5. Membutir ( Granular ) Membulat-Glauconite Membutir-Olivin
Contoh : - Olivine
6. Stalaktit (Stalactic )
Contoh : - Goethite
7. Memisolit ( Pisolitic)
Contoh : - Gibbsite
- Pisolitic Stalaktit-Goethit Memisolit-Pisolitic
3.1.3. Kilap (Luster)
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral, yang erat
hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan (refraksi). Intensitas kilap
tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila makin besar indeks bias mineral,
makin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan. Nilai ekonomik mineral kadang-kadang
ditentukan oleh kilapnya.
Macam-macam kilap :
a. Kilap Logam ( Metallic Luster )
Mineral-mineral opaq yang mempunyai indeks bias sama dengan 3 atau lebih, contoh :
Galena, Native metal, Sulphide , Pyrite.

Galena

8
b. Kilap Sub-metalik ( Sub Metallic Luster )
Terdapat pada mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6 sampai 3, contoh :
- Cuprite ( n = 2.85 )
- Cinnabar ( n = 2.90 )
- Hematite ( n = 3.00 )
- Alabandite ( n = 2.70 )

Hematite
c. Kilap Bukan Logam ( Non Metallic Luster )
Mineral-mineral yang mempunyai warna terang dan dapat membiaskan,dengan indeks
bias kuramg dari 2,5. Gores dari mineral-mineral ini biasanya tak berwarna atau berwarna
muda.
Macam-macam kilap bukan logam :
 Kilap kaca ( vitreous Luster )
Kilap yang ditimbulkan oleh permukaan kaca atau gelas.
Contoh :
- Quatrz - Carbonates - Sulphates
- Spinel - Silicates - Fluoriote
- Garnet - Leucite - Corondum

Corondum
 Kilap Intan ( adamantite Luster )
KIlap yang sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan atau permata.
Contoh : - Diamond - Sphalerite
- Cassiterite - Zircon
- Sulfur - Rutile

9
Sphalerite
 KIlap lemak ( greasy luster )
Kilap dengan permukaan yang licin seperti berminyak atau kena lemak, akibat proses
oksidasi.
Contoh : - Nepheline yang sudah teralterasi .
- Halite yang sudah terkena udara.

Halite

 Kilap lilin ( waxy luster )


Merupakan kilap separti lilin yang khas.
Contoh : - Serphentine
- Ceragyrite

Serpentine
 Kilap sutera ( silky luster )
Kilap seperti yangt terdapat pada mineral-mineral yang parallel atau berserabut ( parallel
fibrous structure )
Contoh : - Asbestos - Serpentine
- Selenite (variasi Gypsum) - Hematite

10
Asbestos
 Kilap mutiara ( pearly luster )
Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran dan
menyerupai mutiara.
Contoh : - Talc
- Gypsum
- Mika

Mika
 Kilap tanah ( earthy luster )
Kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan sinar yang masuk tidak dipantulkan
kembali.
Contoh : - Kaolin - Diatomea
- Montmorilonite - Pyrolusite
- Chalk - Variasi Ochres

Kaolin
3.1.4. Kekerasan ( Hardness )
Kekerasan mineral pada umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap goresan
(scratching). Penentuan kekerasan relative mineral ialah dengan jalan menggoreskan

11
permukaan mineral yang rata pada mineral standar dari skala Mohs yang sudah diketahui
kekerasannya.
Skala kekerasan relative mineral dari Mohs :
1. Talc Mg3Si4O10(OH)2
2. Gypsum CaSO22H2O
3. Calcite CaCO3
4. Fluorite CaF2
5. Apatite Ca5(PO4)3F
6. Orthoclas K(AlSi3O8)
7. Quartz SiO2
8. Topaz Al2SiO4(FOH)2
9. Corondum Al2O3
10. Diamond C
Misal suatu mineral di gores dengan kalsit (H = 3) ternyata mineral itu tidak tergores, tetapi
dapat tergores oleh Fluorite (H = 4), maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 3
dan 4. Dapat pula penentuan kekerasan relativ mineral dengan mempergunakan alat-alat
sederhana yang sering terdapat di sekitar kita. Misalnya :
- Kuku jari manusia H = 2,5
- Kawat tembaga H=3
- Pecahan kaca H = 5,5
- Pisau baja H = 5,5
- Kikir baja H = 6,5
- Lempeng baja H=7
Bila mana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh kawat tembaga,
maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.

12
13
Talc Gypsum Kalsit Fluorite Apatite

Orthoklase Kwarsa Topas Korundum Intan

3.1.5. Gores/Cerat ( Streak )


Gores merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk sampai halus.
Gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan karena stabil dan penting untuk membedakan 2
mineral yang warnanya sama tetapi goresnya berbeda. Gores ini diperoleh dengan cara
menggorekan mineral pada permukaan keping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai
kekerasan lebih dari 6, maka dapat dicari dengan cara menumbuk sampai halus menjadi
berupa tepung.
Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.
Contoh : - Quartz = putih / tak berwarna
- Gypsum = putih / tak berwarna
14
- Calcite = tak berwarna
Mineral bukan logam ( non metalic mineral ) dan berwarna gelap akan memberikan gores
yang lebh terang daripada warna mineralnya sendiri.
Contoh : - Leucite = warna abu-abu / gores hitam.
- Dolomite = warna kuning sampai merah jambu / gores putih
Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempunyai warna gores yang lebih
gelap dari warna mineralnya sendiri.
Contoh : - Pyrite = warna kuning loyang / gores hitam
- Copper = warna merah tembaga / gores hitam
- Hematite = warna abu-abu kehitaman / gores merah
Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan warna yang sama.
Contoh : - Cinnabar = warna dan gores merah
- Magnetite = warna dan gores hitam
- Azurite = warna dan gores biru

3.1.6. Belahan ( Cleavage )


Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastisitas dan
plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah. Belahan mineral akan selalu sejajar
dengan bidang permukaan kristal yang rata karena belahan merupakan gambaran dari struktur
dalam dari kristal. Belahan tersebut akan menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian yang
kecil, yang setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata. Berdasarkan dari bagus atau
tidaknya permukaan bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi :

15
a. Sempurna ( Perfect )
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang
rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.
Contoh : - Calcite
- Muscovite
- Galena
- Halite

b. Baik ( Good )
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga
terbelah tidak melalui bidang belahannya .
Contoh : - Feldspar
- Hyperstene
- Diopsite
- Augite
- Rhodonite

c. Jelas ( Distinct )
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut sukar
membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.
Contoh : - Staurolite
- Scapolite
- Hornblende
- Anglesite
- Feldspar
- Scheelite

d. Tidak Jelas ( Indistinct )


Yaitu apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk membentuk
belahan dan pecahan sama besar.
Contoh : - Beryl
- Corundum
- Platina
- Gold

16
- Magnetite
e. Tidak sempurna ( Imperfect )
Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah dengan
permukaan yang tidak rata.
Contoh : - Apatite
- Cassiterite
- Native sulphur
Apabila ditinjau dari arah belahannya, maka belahan dapat dibedakan menjadi:
1. Belahan satu arah, contoh : muskovit
2. Belahan dua arah, contoh : feldspar, hornblende
3. Belahan tiga arah, contoh : kalsit, halit
4. Tidak ada belahan, contoh : kuarsa

17
3.1.7. Pecahan ( Fracture )
Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas dan
elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah.
Pecahan dapat dibagi :
 Choncoidal : Pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau kulit bawang yang
memperlihatkan gelombang melengkung dipermukaan.
Contoh :
 Quatrz
 Obsidian
 Cerrusite
 Rutile
 Anglesite
 Zincite

obsidian
 Hacly : Pecahan mineral seperti pecahan runcing-runcing tajam, serta kasar tak beraturan
atau seperti tak bergerigi.
Contoh :
 Copper
 Pltinum
 Silver
 Gold

silver

18
 Even : Pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan ujung
pecahan mendekati bidang datar.
Contoh :
 Muscovite
 Talc
 Biotite

muskovit
 Uneven : Pecahan mineral yang menunjukan permukaan bidang pecahnya kasar dan tidak
teratur. kebanyakan mineral mempunyai pecahan uneven.
Contoh :
 Calcite
 Marcasite
 Choromite
 Orthoclas
 Rutile
 Rhodonite

Rutile
 Splintery : Pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil dan tajam menyerupai
benang atau berserabut
Contoh :
 Fluorite
 Anhydrite

19
 Antigoite

fluorite
 Earthy : Pecahan mineral yang hancur seperti tanah.
Contoh :
 Kaolin
 Biotite
 Muscovite
 Talc

kaolin
3.1.8. Daya Tahan Terhadap Pukulan ( Tenacity )
Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkokan,
penghancuran, dan pemotongan.
Macam-macam tenacity :
 Brittle : Apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus
Contoh : - Calcite
- Quartz
- Halite
- Hematite

Halite

20
 Sectile : Apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak berkurang menjadi tepung.
Contoh : - Gypsum
- Ceragyrite
- Chlorargyrite

Chlorargyrite
 Malleable : Apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.
Contoh : - Gold
- Copper

Copper
 Ductile : Dapat di tarik / diulur seperti kawat. Apabila mineral ditarik dapat bertambah
panjang dan aopabila dilepaskan maka mineral akan kembali seperti semula.
Contoh : -Silver - Cerrargyrite
- Copper - Olivine

Silver
 Flexible : Apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah.
Contoh : -Talc - Mika
- Gypsum

21
Gypsum
 Elastic : Dapat merenggang bila ditarik dan kembali seperti semula bila dilepaskan.
Contoh : - Muscovite
- Hematite

Hematite

3.1.9. Berat Jenis ( Specific Gravity )


Banyak mineral-mineral yang mempunyai sifat fisis yang banyak persamaannya, dapat
dibedakan dari berat jenisnya. Seperti pada colestite SrSO4 dengan berat jenis 3,95 dapat
dengan mudah dibedakan dengan barit yang mempunyai berat jenis 4,5 salah satu penentuan
berat jenis dengan teliti dapat menggunakan pycnometer.
Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral di bandingkan dengan berat
Berat Mineral
air pada volume yang sama. BJ =
Volume Mineral

3.1.10. Rasa & Bau ( Taste & Odour )

Disamping dari sifat-sifat yang sudah dibahas diatas, beberapa mineral mempunyai rasa dan
bau.
Rasa ( taste ) hanya dipunyai oleh mineral-mineral yang bersifat cair :
1. Astringet : rasa yang umum dimiliki oleh sejenis logam
2. Sweetist Astinget : rasa seperti pada tawas
3. Saline : rasa yang dimiliki seperti garam
4. Alkaline : rasa yang dimiliki seperti rasa soda
5. Bitter : rasa seperti garam pahit

22
6. Cooling : rasa seperti rasa sendawa
7. Sour : rasa seperti asam belerang
Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang bersifat volatile melalui
pemanasan atau melalui penambahan suatu asam, maka kadang-kadang bau ( odour ) akan
menjadi ciri-ciri yang khas dari suatu mineral.
1. Alliaceous : Bau seperti bawang, proses pereaksi dati aersenopirit akan
menimbulkan bau yang khas
2. Horse Radish Odour : Bau dari lobak kuda yang menjadi busuk ( biji selenit yang
dipanasi )
3. Sulphurous : Bau yang ditimbulkan oleh proses pereaksian pirit atau
pemanasan mineral yang mengandung unsure sulfide.
4. Bituminous : Bau seperti bau aspal
5. Fetid : Bau yang ditimbulkan oleh asam sulfide atau bau busuk
seperti telur busuk
6. Argiilaceous : Bau seperti lempung basah, seperti serpentin yang mengalami
pemanasan, bau kalau pyrargillite
kadang raba ( feel ) merupakan karakter yang penting. Ada beberapa macam raba, misalnya :
smooth ( sepioloite ), greasy ( talc )

3.1.11. Sifat Kemagnetan


Pada acara praktikum mineral fisik ini adalah sifat dari mineral yang diselidiki apakah
paramagnetit ( magnetit ) ataukah diamagnetit (non magnetit ).
 Paramagnetit (magnetit) adalah mineral tersebut mempunyai gaya tarik terhadap
magnet.
 Diamagnetit (non magnetit) adalah mineral tersebut mempunyai gaya tolak terhadap
magnet.

3.1.12. Derajat ketransparanan


Sifat transparan dari suatu mineral tergantung kepada kemampuan mineral tersebut men-
transmit sinar cahaya ( berkas sinar ). Sesuai dengan itu, variasi jenis mineral dapat
dibedakan atas :

23
 Opaque mineral : Mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam bentuk helaian
yang amat tipis. Mineral-mineral ini permukaannya mempunyai kilauan metalik dan
meninggalkan berkas hitam atau gelap (logam-logam mulia,belerang,ferric oksida )
 Transparant mineral : Mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca biasa ( batu-
batu kristal dan ieland spar )
 Translusent mineral : mineral yang tembus cahaya tetapi tidak tembus pandang seperti
kaca frosted ( Calsedon, Gypsum, dan kadang-kadang Opal ).
Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (non transparent) dalam bentuk pecahan-
pecahan (fragmen) tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis (feldspar).

24
3.2 SIFAT KIMIA MINERAL

Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, karena
beberapa sifat-sifat mineral/kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/ kristal tidak
hanya tergantung kepada komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari atom-
atom penyusun dan ikatan antar atom-atom penyusun kristal/mineral.

Daya yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat pada kristalin adalah
bersifat listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengan sifat-sifat fisik dan
kimia dari mineral. Kekerasan, belahan, daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas termal,
dan koefisien ekspansi termal berhubungan secara langsung terhadap daya ikat.

Kimia mineral merupakan suatu ilmu yang dimunculkan pada awal abad ke-19,
setelah dikemukakannya "hukum komposisi tetap" oleh Proust pada tahun 1799, teori
atom Dalton pada tahun 1805, dan pengembangan metode analisis kimia kuantitatif
yang akurat. Karena ilmu kimia mineral didasarkan pada pengetahuan tentang komposisi
mineral, kemungkinan dan keterbatasan analisis kimia mineral harus diketaui dengan baik.

Prinsip-prinsip kimia yang berhubungan dengan kimia mineral

a. Hukum komposisi tetap (The Law of Constant Composition) oleh Proust (1799):
Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap senyawa adalah tetap"

b. Teori atom Dalton (1805) :

Setiap unsur tersusun oleh partikel yang sangat kecil dan berbentuk seperti bola yang
disebut atom.

 Atom dari unsur yang sama bersifat sama sedangkan dari unsur yang berbeda
bersifat berbeda pula.
 Atom dapat berikatan secara kimiawi menjadi molekul.

3.2.1. Teknik analisis mineral secara kimia

Analisis kimia mineral (dan batuan) diperoleh dari beberapa macam teknik analisis.
Sebelum tahun 1947 analisis kuantitatif mineral diperoleh dengan teknik analisis "basah",
yang mana mineral dilarutkan dalam larutan tertentu. Penentuan unsur-unsur dalam larutan

25
biasanya dipakai satu atau lebih teknik-teknik berikut: (1) ukur warna (colorimetry), (2)
analisis volumetri (titrimetri) dan (3) analisis gravimetri.

3.2.2.Analisis kimia basah

Cara ini biasanya dilakukan di laboratorium kimia. Setelah sampel digerus menjadi
bubuk, langkah pertama yang dilakukan adalah menguraikan sam-pel. Biasanya pada tahap
ini digunakan satu dari beberapa larutan asam, seperti asam klorida (HCl), asam sulfat
(H2SO4), atau asam fluorida (HF), atau campuran dari larutan asam tersebut. Jika sampel
sudah dalam bentuk laru-tan, langkah selanjutnya adalah colorimetry, volumetri atau
gravimetri untuk menentukan unsur-unsur yang diinginkan. Kisaran konsentrasi unsur-unsur
berdasarkan teknik analisis ini adalah :

Keuntungan menggunakan cara basah adalah reaksi dapat terjadi dengan cepat dan relatif
mudah untuk dikerjakan.

3.2.3. Analisis serapan atom (AAS)

AAS (atomic absorption spectroscopy) ini dapat dimasukkan dalam analisis kimia
cara basah karena sampel asli yang akan dianalisis secara sempurna ter-larutkan dalam suatu
larutan sebelum dilakukan analisis. Cara ini didasarkan atas pengamatan panjang gelombang
yang dipancarkan suatu unsur atau ser-apan suatu panjang gelombang oleh suatu unsur.
Dalam perkembangan-nya yang terakhir alat ini dilengkapi oleh inductively coupled plasma
(ICP) dan metode ICP-mass spectrometric (ICP-MS). Sumber energi yang digunakan pada
teknik ini adalah lampu katoda den-gan energi berkisar antara cahaya tampak sampai
ultraviolet dari spectrum elektromagnetik. Sampel dalam bentuk larutan dipanas-kan, dengan
angga-pan atom-atom akan bebas dari ikatan kimianya. Pada sampel panas dile-watkan sinar
katoda, akan terjadi penyerapan energi yang akan terekam dalam spektrometer.

3.2.4. Analisis Luoresen sinar X (XRF)

Analisis ini juga dikenal dengan spektrograf emisi sinar X, yang banyak digu-nakan
untuk laboratorium penelitian yang mempelajari kimia substansi anor-ganik. Di samping
untuk laboratorium penelitian analisis ini juga digunakan untuk keperluan industri, seperti:
industri tambang (untuk kontrol kualitas hasil yang akan dipasarkan), industri kaca dan
keramik, pabrik logam dan bahan baku logam, dan dalam perlindungan lingkungan dan
pengawasan pu-lusi. Pada analisis ini sampel digerus menjadi bubuk dan ditekan dalam ben-

26
tuk pelet bundar. Pelet ini nantinya akan ditembak dengan sinar X. Spektrum emisi sinar X
yang dihasilkan merupakan ciri-ciri tiap-tiap unsur yang terkan-dung dalam sampel. Analisis
ini dapat digunakan untuk penentuan sebagian besar unsur, dan juga sangat sensitif untuk
penentuan secara tepat beberapa unsur jejak (seperti Y, Zr, Sr, Rb dalam kisaran ppm).

3.2.5. Electron probe microanalysis

Metode ini didasarkan atas prinsip yang sama dengan analisis Luoresen sinar X,
kecuali energi yang dipakai bukan tabung sinar X tetap digantikan oleh sinar elektron.
Disebut mikroanalisis karena dapat menganalisis baik kuali-tatif maupun kuantitatif material
dalam jumlah yang sangat sedikit. Sampel yang dianalisis biasanya berbentuk sayatan yang
sudah dikilapkan (polished section atau polished thin section) dari suatu mineral, batuan atau
material padat yang lain. Volume minimum yang dapat dianalisis dengan metode ini sekitar
10 sampai 20µm3, yang dalam satuan berat sekitar 10-11 gram (untuk material silikat).

3.2.6. Analisis spektrograif optis

Spektrograif emisi optik didasarkan pada kenyataan bahwa atom suatu unsur dapat
menghasilkan energi. Ketika energi ini terdispersi, dengan menggu-nakan prisma dapat
direkam sebagai suatu spektrum. Jumlah garis dan inten-sitas garis dalam spektrum yang
terekam ditentukan oleh konjgurasi atom. Analisis kuantitatif dengan teknik ini memerlukan
pengukuran terhadap ke-tajaman dari garis-garis spektral yang terekam dalam fotograf.

27
3.3 KLASIFIKASI MINERAL BERDASARKAN KOMPOSISI KIMIANYA

Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi mineral


Silikat dan mineral Non-silikat. Terdapat 8 (delapan) kelompok mineral Non-silikat, yaitu
kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid, Karbonat, Hidroksida, dan Phospat
(lihat tabel 3.2). Adapun mineral silikat (mengandung unsur SiO) yang umum dijumpai
dalam batuan adalah seperti terlihat pada tabel 3.1. Seperti yang kita ketahui bahwa tidak
kurang dari 2.000 jenis mineral yang dikenal hingga sekarang. Namun ternyata hanya
beberapa jenis saja yang terlibat dalam pembentukan batuan. Mineral-mineral tersebut
dinamakan Mineral pembentuk batuan, atau Rock-forming minerals, yang merupakan
penyusun utama batuan dari kerak dan mantel Bumi.

Mineral pembentuk batuan berdasarkan komposisi kimianya dikelompokan menjadi dua:


1) Silikat,
2) Non Silikat,

4.1. Mineral Silikat


Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang merupakan
persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Karena jumlahnya
yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari mineral silikat, dan hampir
100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2.900 km dari kerak Bumi). Silikat merupakan
bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan
malihan. Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.

Berikut adalah Mineral Silikat:


1. Kuarsa: ( SiO2 )
2. Felspar Alkali: ( KAlSi3O8 )
3. Felspar Plagiklas: (Ca,Na)AlSi3O8)
4. Mika Muskovit: (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2
5. Mika Biotit: K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2
6. Amfibol: (Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH)

28
7. Pyroksen: (Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6
8. Olivin: (Mg,Fe)2SiO4
Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8 adalah mineral
ferromagnesium.
Tabel 3.1 Kelompok Mineral Silikat

a. . Mineral ferromagnesium:
Umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis yang besar.
Olivine: dikenal karena warnanya yang olive. Berat jenis berkisar antara 3.27- 3.37,
tumbuh sebagai mineral yang mempunyai bidang belah yang kurang sempurna.
Augitit : warnanya sangat gelap hijau hingga hitam. BD berkisar antara 3.2 - 3.4
dengan bidang belah yang berpotongan hampir tegak lurus. Bidang belah ini sangat
penting untuk membedakannya dengan mineral hornblende.
Hornblende: warnanya hijau hingga hitam; BD. 3.2 dan mempunyai bidang belah
yang berpotongan dengan sudut kira-kira 56° dan 124° yang sangat membantu dalam
cara mengenalnya.
Biotite: adalah mineral mika bentuknya pipih yang dengan mudah dapat dikelupas.
Dalam keadaan tebal, warnanya hijau tua hingga coklat-hitam; BD 2.8 - 3.2.
b. Mineral non-ferromagnesium.
Muskovit: Disebut mika putih karena warnanya yang terang, kuning muda, coklat ,
hijau atau merah. BD. berkisar antara 2.8 - 3.1.
Felspar: Merupakan mineral pembentuk batuan yang paling banyak . Namanya juga
mencerminkan bahwa mineral ini dijumpai hampir disetiap lapangan. Feld dalam
bahasa Jerman adalah lapangan (Field). Jumlahnya didalam kerak Bumi hampir 54 %.
Nama-nama yang diberikan kepada felspar adalah plagioklas dan orthoklas.
Plagioklas kemudian juga dapat dibagi dua, albit dan anorthit. Orthoklas adalah yang

29
mengandung Kalium, albit mengandung Natrium dan Anorthit mengandung Kalsium.
Orthoklas: mempunyai warna yang khas yakni putih abu-abu atau merah jambu. BD.
2.57.
Kuarsa: Kadang disebut silika. Adalah satu-satunya mineral pembentuk batuan yang
terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya muncul dengan warna
seperti asap atau smooky, disebut juga smooky quartz. Kadang-kadang juga dengan
warna ungu atau merah-lembayung (violet). Nama kuarsa yang demikian disebut
amethyst, merah massif atau merah-muda, kuning hingga coklat. Warna yang
bermacam-macam ini disebabkan karena adanya unsur-unsur lain yang tidak bersih.

Tabel 3.2 Kelompok Mineral Non-Silikat

30
4.2. Mineral Non Silikat
a. Mineral Oksida
Terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu.
Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras
dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang
paling utama dalam oksida adalah besi, Chroom, mangan, timah dan aluminium.

• Ilmenite (FeTiO3)

• Titanomagnetite (TiO2)

• Limonite (Fe2O2)

• Magnetite (Fe3O4)

• Manganite (MnO(OH))

• Hematite (Fe2O3)

• Oker merah (Fe2O3)

b. Mineral Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari kombinasi
antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang). Pada umumnya unsur utamanya adalah logam
(metal). Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah gunung
api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-
tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut
berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya.
Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur
sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan
yang terkait dengan hidrotermal (air panas).

• Chalcopyrite (CuFeS2)

• Pyrite (FeS2)

• Galena (PbS)

c. Mineral Sulfat

31
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi logam dengan anion
sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah evaporitik
(penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi
sulfat dan halida berinteraksi.

• Alabaster (CaSO4.nH2O)

• Gypsum (CaSO4.2H2O)

• Anhidrite (CaSO4)

d. Mineral Karbonat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut karbonat, umpamanya
persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat, CaCO3 dikenal sebagai mineral
kalsit. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen.Carbonat
terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonat juga terbentuk
pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua (caves), stalaktit, dan
stalagmite

• Dolomit (CaMg(CO3)2)

• Aragonite (CaCO3)

• Calcite (CaCO3)

• Siderite (FeCO3)

e. Mineral Klorida (Halida)


Halida adalah kelompok mineral yang memiliki anion dasar halogen. Halogen adalah
kelompok khusus dari unsur-unsur yang biasanya memiliki muatan negatif ketika tergabung
dalam satu ikatan kimia. Halogen yang biasanya ditemukan di alam adalah Fluorine,
Chlorine, Iodine dan Bromine. Halida cenderung memiliki struktur yang rapi dan simetri
yang baik. Mineral halida memiliki ciri khas lembut, terkadang transparan, umumnya tidak
terlalu padat, memiliki belahan yang baik, dan sering memiliki warna-warna cerah.

• Fluorite (CaF2)

• Halit (NaCl)

f. Mineral Fosfat

32
a. Fosfat primer terbentuk dari pembekuan magma alkali yang
bersusunan nefelin, syenit dan takhit, mengandung mineral fosfat
apatit, terutama fluor apatit {Ca5 (PO4)3 F}dalam keadaan murni mengandung 42 % P2
O5 dan 3,8 % F2.
b. Fosfat sedimenter (marin), merupakan endapan fosfat sedimen yang terendapkan di laut
dalam, pada lingkungan alkali dan suasana tenang.
c. Fosfat guano, merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan kelelawar
yang terlarut dan bereaksi dengan batugamping karena pengaruh air hujan dan air tanah.

• Phospate (FeMg)Al2(PO4)2(OH)2

g. Mineral Native Element


Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya
memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung
unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity)
mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile
yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika
dilepaskan. Kelas mineral native element ini terdiri dari dua bagian umum.
 Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya emas, perak, dan tembaga.
 Semimetal dan non metal (bukan logam). Contohnya antimony, bismuth, graphite dan
sulfur.
Sistem kristal pada native element dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan sifat mineral itu
sendiri. Bila logam, seperti emas, perak dan tembaga, maka sistem kristalnya adalah
isometrik. Jika bersifat semilogam, seperti arsenic dan bismuth, maka sistem kristalnya
adalah hexagonal. Apabila unsur mineral tersebut non-logam, sistem kristalnya dapat
berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan sistem kristalnya isometric,
dan graphite sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral
mineral ini tinggi,
kisarannya sekitar 6.

• Sulfur (S)

• Intan (C)

• Grafit (C)

33
BAB 4
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya
dan kegunaannya.

2. Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai
atom-atom yang tersusun secara teratur. L.G. Berry dan B. Mason, 1959
3. Batasan-batasan definisi mineral :
1. Suatu bahan alam
2. Susunan atom yang teratur
3. Komposisi kimia pada batas tertentu
4. Pada umumnya anorganik
5. Bahan padat homogen
4. Untuk mengidentifikasi mineral secara megaskopis, kita dapat mengenalinya dengan
melalui sifat sifat fisiknya diantaranya

a) Warna
b) Perawakan kristal
c) Kilap
d) Kekerasan
e) Gores
f) Belahan
g) Pecahan
h) Daya tahan terhadap pukulan
i) Berat jenis
j) Rasa dan bau
k) Sifat kemagnetan
l) Derajat ketransparanan

34
5. Cara mengetahui sifat kimia mineral dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya
a) Teknik analisis mineral secara kimia
b) Analisis kimia basah
c) Analisis serapan atom (AAS)
d) Analisis Luoresen sinar X (XRF)
e) Electron probe microanalysis
f) Analisis spektrograif optis

6. Mineral berdasarkan komposisi kimianya dikelompokkan menjadi 2, yaitu silikat dan


non silikat
Mineral Silikat digolongkan ke dalam 2 keompok yaitu mineral ferromagnesium dan
mineral non-ferromagnesium
Mineral Non silikat dibagi kedalam 8 (delapan) kelompok mineral Non-silikat, yaitu
kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid, Karbonat, Hidroksida, dan
Phospat

35
DAFTAR PUSTAKA

http://geografi-geografi.blogspot.com/2012/02/sifat-kimiawi-mineral.html

http://ptbudie.wordpress.com/2010/12/23/definisi-mineralogi-dan-mineral/

36

Anda mungkin juga menyukai