Anda di halaman 1dari 51

Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

PANDUAN PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI & MINERALOGI


Hak cipta @2016 pada penyusun, dilarang keras memperbanyak dan mengcopy buku tanpa seizin
Kepala Laboratorium KRISTALOGRAFI & MINERALOGI.

Disusun Oleh :

Budi Prayitno, ST. MT

Koordinator Assistane

Gayuh Pramukti (13361006)

Anggota Assistane

Rian subekti (143610157) Angkatan 2014

Nur Hakim (153610165) Angkatan 2015

Diterbitkan Oleh :

Laboratorium Kristalografi & Mineralogi

Prodi Teknik Geologi Fakultas Teknik

Universitas Islam Riau

Jl. K.H Nasution no. 133 KM 1 Perhentian Marpoyan Pekanbaru - Riau


Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 1
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas tersusunnya buku
panduan praktikum ini. Penyusunan buku panduan Praktikum Kristalografi ini dimaksudkan untuk
membantu dan menuntun mahasiswa yang baru pertamakali mempelajari Kristalografi. Diharapkan
agar mahasiswa dapat mengenal setiap bentuk Kristal, baik untuk menggambarkannya dalam
bentuk tiga dimensi maupun dalam bentuk dua dimensi, beserta unsur-unsur simetri yang
terkandung didalamnnya.
Materi yang disajikan dalam buku panduan ini merupakan kumpulan serta petikan dari
berbagai buku penerbitan lainnya yang btelah dipilih dan menurut pendapat penyusun akan sesuai
diberikan kepada mahasiswa yang memang baru pertama kali mempelajari Kristalografi. Namun
demikian mahasiswa tetap diharapkan selalu membaca buku-buku Kristalografi lainnya.
Diakui buku ini masih jauh dari sempurna, banyak dirasakan kekurangannya, untuk itu pada
masa-masa berkala akan dilakukan perbaikan-perbaikan dan penambahan-penambahan. Kritik dan
saran pembaca masih tetap disaran demi kesempurnaan buku ini.
Akhirnya sangat diharapkan semoga buku panduan praktikum Kristalografi ini dapat
membantu praktikan dalam mengikuti praktikum

Pekanbaru, 12 Agustus 2016

Tim Penyusun

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 2
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Peraturan / Tata Tertib Peserta Praktikum

1. Peserta praktikum harus sudah menyelesaikan administrasi laboratorium palinjg lambat 1


minggu sebelum kegiatan praktikum dimulai
2. Peserta praktikum dalam kondidi baik (sehat jasmani, sadar/tidak dalam kondisi mabuk)
pada saat kegiatan praktikum berlansung
3. Peserta praktikum dilarang keras membawa obat-obatan terlarang dan jenis senjata tajam.
4. Peserta praktikum dilarang merokok dan makan pada saat kegiatan praktikum berlansung
5. Peserta praktikum harus berpakaian rapi dan sopan selama kegiatan praktikum berlansung,
tidak diperbolehkan memakai sandal, sepatu sandal dan kaus oblong
6. Peserta praktikum sudah harus siap di laboratorium minimal 15 menit sebelum kegiatan
praktikum dimulai
7. Setiap mahasiswa wajib melaksanakan seluruh kegiatan praktikum sesuai jadwal yang sudah
ditentukan
8. Peserta praktikum yang terlambat hadir 5 menit tidak diperbolehkan mengikuti kuis dan
diperbolehkan absen
9. Peserta praktikum yang terlambat hadir 10 menit tidak diperbolehkan mengikuti acara
praktikum pada hari tersebut
10. Jika 10 menit Asisten/Instruktur tidak hadir, peserta praktikum dipersilahkan pulang dan
berhak menentukan hari pengganti
11. Tidak dibenarkan pindah-pindah plug/kelompok

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 3
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Satuan Acara Praktikum


Pertemuan 1
 Asistensi
Pertemuan 2
 Sistem Kristal Trigonal
1. Trigonal Bipyramid Orde 1
2. Trigonal Prisma Orde I dan Trigonal Bipyramid Orde II
 Sistem Kristal Orthorhombik
1. Kombinasi Orthorombic Brachy, Makro, Basalt Pinacoid
2. Kombinasi Orthorombic Brachy Pinacoid, Makro Dome dan Basalt
Pertemuan 3
 Sistem Kristal Monoklin
1. Kombinasi Monoklin Clino, Ortho, Basalt Pinacoid
2. Monoklin Hemibipyramid
 Sistem Kristal Triklin
1. Triklin Hemibipyramid
2. Kombinasi Triklin Brachy, Makro, Basalt Pinacoid
 Sistem Kristal Reguler
1. Hexahedron
2. Dodehexahedron
Pertemuan 4
 Sistem Kristal Tetragonal
1. Tetragonal Prisma Orde I
2. Tetragonal Bipyramid Orde I
 Sistem Kristal Hexagonal
1. Hexagonal Prisma Orde I dan Hexagonal Bipyramid Orde I
2. Hexagonal Prisma Orde II dan Hexagonal Bipyramid Orde II
Pertemuan 5
 Mineralogi Fisik
Pertemuan 6
 Mineralogi Fisik
Pertemuan 7
 Mineralogi Kimiawi
Pertemuan 8
 Responsi / Ujian
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 4
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

BAB I
KRISTALOGRAFI

1.1. PENGERTIAN KRISTALOGRAFI


Kristal: zat padat homogen, anisotrop dan tembus air serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti,
sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari
bidangnya tertentu dan teratur. Ciri-ciri kristal: permukaan terdiri dari bidang-bidang datar ataupun
polieder (bidang banyak) yang teratur. Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal.
Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu
kristal. Bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan
sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang
menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang
disebut sebagai parameter.
Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air mengandung pengertian:

 Tidak termasuk didalamnya zat cair dan gas


 Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses-proses fisika
 Menuruti hukum-hukum pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum geometri
mengandung pengertian:
Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap
Macam bentuk dari kristal tetap
Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap

Kristalografi: ilmu yang mempelajari sifat-sifat geometri dari kristal terutama tentang
perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar (morfological), struktur dalam (internal),
dan sifat-sifat fisisnya. Atau pelajaran mengenai penjabaran kristal-kristal.

Sifat Geometri: memberikan pengertian tentang letak, panjang dan jumlah sumbu klristal yang
menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk bidang luar yang membatasinya.

Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan bentuk luar: bahwa disamping mempelajari


bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara
suatu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi,
ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 5
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Struktur dalam: adalah susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung parameter dan
parameter rasio.
Sifat fisik kristal: sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal
tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang kristal, sehingga akan
dikenal dua zat yaitu kristalin dan non kristalin.

Sumbu dan Sudut Kristalografi


a. Sumbu kristalografi: garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal. Kristal mempunyai bentuk tiga
dismensi, yaitu panjang, lebar dan tebal atau tinggi, namun dalam penggambarannya dibuat 2
dimensi sehingga digunakan proyeksi orthogonal
b. Sudut kristalografi: sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu-sumbu kristalografi pada pusat
kristal

C+ Kristal dalam penggambarannya


menggunakan 3 sumbu, yaitu sumbu
a, b, dan c.
Sumbu a= sumbu yang tegak lurus
a-
β α terhadap bidang kertas;
b- b+ sumbu
a+ γ Sumbu b = sumbu horizontal pada
bidang kertas
sumbu c = sumbu vertikal pada
bidang kertas

C-

L α : sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c


L β : sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu c
L γ : sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu b

1.2 SIMBOL KRISTALOGRAFI


A. Parameter dan Parameter Rasio

l Parameter bidang hkl:


oh = 1 bagian
ok = 3 bagian
ol = 6 bagian

Parameter Rasio Bidang hkl


oh : ok : ol = 1 : 3 : 6

o
k
h
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 6
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

B. Simbol Weiss dan Miller


Indeks Miller dan Weiss adalah salah satu indeks yang sangat penting, karena indeks ini
digunakan pada semua ilmu matematika dan struktur kristalografi. Indeks Miller dan Weiss pada
kristalografi menunjukkan adanya perpotongan sumbu-sumbu utama oleh bidang-bidang atau sisi-
sisi sebuah kristal. Nilai-nilai pada indeks ini dapat ditentukan dengan menentukan salah satu
bidang atau sisi kristal dan memperhatikan apakah sisi atau bidang tersebut memotong sumbu-
sumbu utama (a, b dan c) pada kristal tersebut.
Selanjutnya setelah mendapatkan nilai perpotongan tersebut, langkah yang harus dilakukan
selanjutnya adalah menentukan nilai dari indeks Miller dan Weiss itu sendiri. Penilaian dilakukan
dengan mengamati berapa nilai dari perpotongan sumbu yang dilalui oleh sisi atau bidang tersebut.
Tergantung dari titik dimana sisi atau bidang tersebut memotong sumbu-sumbu kristal.
Pada dasarnya, indeks Miller dan Weiss tidak jauh berbeda. Karena apa yang dijelaskan dan
cara penjelasannya sama, yaitu tentang perpotongan sisi atau bidang dengan sumbu simetri kristal.
Yang berbeda hanyalah pada penentuan nilai indeks. Bila pada Miller nilai perpotongan yang telah
didapat sebelumnya dijadikan penyebut, dengan dengan nilai pembilang sama dengan satu. Maka
pada Weiss nilai perpotongan tersebut menjadi pembilang dengan nilai penyebut sama dengan satu.
Untuk indeks Weiss, memungkinkan untuk mendapat nilai indeks tidak terbatas, yaitu jika sisi atau
bidang tidak memotong sumbu (nilai perpotongan sumbu sama dengan nol). Dalam praktikum
laboratorium Kristalografi dan Mineralogi jurusan Teknik Pertambangan Undana, disepakati bahwa
nilai tidak terbatas ( ~ ) tersebut digantikan dengan atau disamakan dengan tidak mempunyai nilai
(0).

Simbol Weiss digunakan dalam penggambaran Kristal ke dalam bentuk proyeksi orthogonal dan
proyeksi stereografis. Simbol Miller digunakan sebagai symbol bidang dan symbol bentuk suatu
Kristal

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 7
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

1.3 PROYEKSI ORTHOGONAL


Proyeksi orthogonal adalah salah satu metode proyeksi yang digunakan untuk mempermudah
penggambaran. Proyeksi orthogonal ini dapat diaplikasikan hampir pada semua penggambaran yang
berdasarkan hukum-hukum geometri. Contohnya pada bidang penggambaran teknik, arsitektur, dan
juga kristalografi. Pada proyeksi orthogonal, cara penggambaran adalah dengan menggambarkan
atau membuat persilangan sumbu. Yaitu dengan menggambar sumbu a, b, c dan seterusnya dengan
menggunakan sudut-sudut persilangan atau perpotongan tertentu. Dan pada akhirnya akan
membentuk gambar tiga dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan membentuk bidang-bidang
muka kristal.
A. KLAS SIMETRI
Pengelompokkan dalam klas simetri didasarkan pada:
1. Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal, dan apabila kristal,
tersebut diputar sebesar 360o dengan garis tersebut sebagai poros perputarannya, maka pada
kedudukan tertentu, Kristal tersebut akan menunjukkan kenampakkan-kenampakkan seperti semula.
2. BIDANG SIMETRI
Bidang simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat Kristal dan membelah kristal
menjadi dua bagian yang sama, dan bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang lain.
Bidang simetri dinotasikan dengan P (plane) atau m (mirror).
Bidang simetri diklasifikasi menjadi 2, yaitu:
1. Bidang simetri utama yaitu bidang simetri yang dibuat melalui 2 buah sumbu simetri utama
Kristal dan membagi 2 bagian yang sama besar. Bidang simetri utama ini ada 2, yaitu: bidang
simetri utama horizontal dengan notasi h dan bidang simetri utama vertical dengan notasi v.
2. Bidang simteri menengah/tambahan/diagonal/intermediet. Bidang simetri diagonal merupakan
bidang yang dibuat hanya melalui satu sumbu simetri uata Kristal. Bidang ini sering disebut
bidang diagonal saja dengan notasi (d).
3. PUSAT SIMETRI (CENTRUM = C)
Titik simetri atau pusat simetri titik di dalam kristal, yang melaluinya dapat dibuat garis lurus
sedemikian rupa sehingga sehingga sisi yang satu dengan sisi yang lain dengan jarak yang sama,
memiliki kenampakkan yang sama (tepi, sudut dan bidang). Pusat simetri selalu berhimpit dengan
pusat Kristal tetapi pusat Kristal belum tentu merupakan pusat simetri.

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 8
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

B. PENENTUAN KLAS SIMETRI


Penentuan klas simetri didasarkan pada kandungan unsur-unsur simetri yang dimiliki oleh
setiap bentuk Kristal. Ada beberapa cara untuk menentukan suatu bentuk kristal, diantaranya yang
umum digunakan adalah:

1. Menurut Herman Mauguin

SISTEM REGULER
Bagian pertama : Menerangkan nilai sumbu a (Sb a, b, c), mungkin bernilai 4 atau 2 dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
Bagian ini dinotasikan dengan :
Angka menunjukan nilai sumbu dan hutuf “m” menunjukan adanya bidang simetri yang tegak lurus
sumbu a tersebut.
Bagian Kedua : Menerangkan sumbu simetri bernilai 3. apakah sumbu simetri yang bernilai 3
itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja.
Maka bagian kedua selalu di tulis: 3 atau
Bagian Ketiga : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet (diagonal) bernilai 2 dan
ada tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus terhadap sumbu
diagonal tersebut.
Bagian ketiga dinotasikan dengan : , atau tidak ada

SISTEM TETRAGONAL
Bagian pertama : Menerngkan nila sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.
Bagian ini dinotasikan dengan :
Bagian Kedua : Menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada tidaknya bidang simetri yang
tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut.
Bagian ini dinotasikan dengan : atau tidak ada.
Bagian Ketiga : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu inetrmediet tersebut.
Bagian ketiga dinotasikan dengan : , atau tidak ada

SISTEM HEXAGONAL DAN TRIGONAL

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 9
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Bagian pertama : Menerangkan nila sumbu c, (mungkin bernilai 6, ) ada tidaknya bidang simetri
horisontal yang tegak lurus sumbu c tersebut
Bagian ini dinotasikan dengan : ,
Bagian Kedua : Menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya bidang simetri
vertikal yang tegak lurus.
Bagian ini dinotasikan dengan : atau tidak ada.
Bagian Ketiga : Menerangkan ada tiaknya sumbu simetri intarmediet dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.
Bagian ketiga dinotasikan dengan : , atau tidak ada

SISTEM ORTHORHOMBIC
Bagian pertama : Menerangkan nilai sumbu a dan ada tiaknya bidang yang tegak lurus terhadap
sumbu a tersebut.
Bagian ini dinotasikan dengan :
Bagian Kedua : Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri yang
tegak lurus terhadap sumbu b tersebut.
Bagian ini dinotasikan dengan : .
Bagian Ketiga : Menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
terhadap sumbu tersebut.
Bagian ketiga dinotasikan dengan :

SISTEM MONOKLIN
Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri yang
tegak lurus sumbu b tersebut.

SISTEM TRIKLIN
Sistem ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu:
1) Mempunyai titik simetri.................klas pinacoidal
2) Tidak mempunyai unsur simetri.................klas assymetric 1

2. Menurut Schoenflish

SISTEM REGULER

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 10
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Bagian pertama : Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c bernilai 4
atau bernilai 2.
 Jika sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O (octaeder), karena contoh
bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 4 adalah bentuk kristal
Octahedron.
 Jika sumbu c bernilai 2 dinotasikan denga huruf T (tetraeder), karena contoh
bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 2 adalah bentuk kristal
Tetrahedron.

Bagian kedua : Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut mempunyai:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
- Bidang simetri diagonal (d)
Jika mimiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d)
Dinotasikan dengan v
- Bidang simetri vertikal (v)
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d

SISTEM TETRAGONAL, KEXAGONAL, TRIGONAL, ORTHOROMBIC, MONOKLIN,


DAN TRINKLIN

Bagian pertama : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral (sumbu
a, b, d) atau sumbu intermediet. Ada 2 kemungkinan:
 Jika sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D (Diedrish).
 Jika sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan C (Cyklich).
Bagian kedua : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di sebelah kanan agak
bawah dari notasi D atau C.
Contoh: D2, C2, D3, C3 dan sebagainya.

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 11
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Bagian ketiga : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.


Jika memiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
- Bidang simetri diagonal (d)
Jika memiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d

1.4 KLASIFIKASI KRISTAL

Terdapat 32 klas Kristal yang terbagi dalam beberapa kelompok sistem kristal.
Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut.

1. Sistem Reguler/Isometrik terdiri dari lima kelas yaitu: tritetrahedral, didodecahedral,


hexatetrahedral, trioctahedral, hexoctahedral.
2. Sistem Tetragonal mempunyai tujuh kelas yaitu: tetragonal pyramidal, tetragonal
trapezohedral, tetragonal bipyramidal, ditetragonal pyramidal, ditetragonal bipyramidal,
tetragonal tetrahedral, tetragonal scalenohedral,
3. Sistem Ortorombik memiliki tiga kelas yaitu: kelas orthorombik dipiramidal, kelas
orthorombik disphenoidal (sering juga disebut orthorombik tetrahedron), kelas orthorombik
pyramidal,

4. Sistem Heksagonal mempunyai tujuh kelas yaitu: trigonal bipyramidal, ditrigonal


bipyramidal, hexagonal pyramidal, hexagonal trapezohedral, hexagonal bipyramidal,
dihexagonal pyramidal, dihexagonal bipyramidal,
5. Sistem Trigonal memiliki lima kelas yaitu: trigonal pyramidal, trigonal trapezohedral,
ditrigonal pyramidal, rhombohedral, ditrigonal scalenohedral.
6. Sistem Monoklin mempunyai tiga kelas yaitu: sphenoidal, domatic, prismatic.
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 12
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

7. Sistem Triklin mempunyai dua kelas yaitu: pinacoidal, pedial.

1.5 Cara Penggambaran Sistem Kristal


A. CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL REGULER

1. Hexahedron

Langkah 1

 Buatlah sumbu kristalografi sesuai


Laboratorium Kristalografi-Mineralogi
Jurusan Teknik Geologi dengan ukuran perbandingan yaitu 13
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau 1:3:3 dan besar sudut yaitu 30o
2016
 Beri tanda/titik pada ukuran
perbandingan 1:3:3 pada sumbu
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Langkah 2

 Buat/tarik garis sejajar terhadap


dengan panjang sumbu c pada 2
titik pada sumbu b dan sumbu a

Langkah 3

 Pada setiap garis sejajar yang


berpotongan (Contohnya pada garis
sejajar b dengan garis sejajar a) di
tarik garis yang sejajar pula dengan
garis c (Lihat kotak kecil).
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 14
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Langkah 4

 Pada setiap perpotongan garis yang


telah anda buat silahkan anda
hubungkan (Lihat kotak kecil).

Keterangan :
- Bidang yang terlihat dari depan maka garis dibuat tegas sedangkan bidang yang tidak tampak dari
pandangan depan maka garis dibuat putus-putus. ( Berlaku untuk semua penggambaran sistem
kristal )
P

2. Pentagonal Dodecahedron

Langkah 1

 Untuk langkah awal buatlah sumbu


kristalogafi sistem regular dengan
posisi/sudut antar sumbu a+ dengan b-
adalah 30o.

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi  Beri tanda/titik pada ketiga sumbu


Jurusan Teknik Geologi
15
Fakultas Teknologi Mineral dengan perbandingan ukuran 1:3:3
Universitas Islam Riau
2016 dan beri juga titik pada kelipatan
perbandingan tersebut 2:6:6.
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Langkah 2

 Tarik garis dari sumbu a pada titik


yang berukuran 2 (ukuran sebenarnya
adalah 1) dengan titik pada sumbu b
yang berukuran 3 (ini adalah ukuran
yang sebenarnya)

Langkah 3

 Buat garis pada sumbu c pada titik


yang berukuran 3 sejajar dengan
sumbu b (ukurannya adalah 6)
 Buatlah garis sejajar dengan sumbu a
(ukuran 1) pada titik yang berukuran

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi
3 pada sumbu b, dan buat juga pada
Jurusan Teknik Geologi
16
Fakultas Teknologi Mineral sumbu c pada titik yang berukuran 6.
Universitas Islam Riau
2016  Buat garis sejajar dengan sumbu c
yang berukuran 6 pada sumbu a
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Langkah 4

 Buat garis yang sejajar dengan sumbu c


berukuran 6 terhadap sumbu a pada
titik yang berukuran 2

Langkah 5

 Tarik garis dari garis sejajar terhadap


sumbu b di sumbu c ke titik
perpotongan antara garis sejajar sumbu
c di sumbu a dengan garis miring yang
menghubungkan sumbu a dan sumbu c
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi
Jurusan Teknik Geologi (lihat pola yang ada pada kotak kecil) 17
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Langkah 6

 Lalu tarik garis dari garis yang sejajar


sumbu a di sumbu c dengan garis yang
sejajar a di sumbu b.
 Lalu hubungkan perpotongan yang
dibuat oleh garis itu (pada kotak jajaran
genjang).

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 18
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

B. CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL TETRAGONAL

1. Tetragonal Prisma Orde I

Langkah 1

- Membuat perbandingan panjang sumbu


a:b:c = 1:3:6
- Membuat garis a- /b+ =300
- Memberi keterangan pada garis–garisnya
seperti tanda a+, a-,b+,b-
- Memperhatikan gambar disebelah
- Membuat proyeksi garis yang merupakan
pencerminan 1 bagian a+,a-
- Menuju bagian ketiga dari sumbu b+
- Menuju bagian ketiga dari sumbu b-
- Memperhatikan gambar di sebelah

Langkah 2

- Membuat proyeksi bidang dari horizontal


seperti langkah kedua tadi
- Memproyeksikan bidang menuju bagian
ketiga dari sumbu c+
- Memproyeksikan bidang menuju bagian
ketiga dari sumbu c-
- Melengkapi garis seperti gambar disebelah.

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 19
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

2.Tetragonal Bipyramid Orde I

Langkah 1

- Membuat perbandingan panjang sumbu


a:b:c = 1:3:6
- Membuat garis a- /b+ =300
- Memberi keterangan pada garis –
n garisnya seperti tanda a+,a-
,b+,b-
- Perhatikan gambar disebelah
- Membuat garis dengan menghubungkan
3 bagian dari b+ dengan 1 bagian a-
lanjutkan dengan 3 bagian b- lalu ke 1
bagian a +
- Perhatikan gambar disebelah
Langkah 2

- Membuat proyeksi bidang dari horizontal


seperti langkah kedua tadi
- Memproyeksikan bidang menuju bagian
ketiga dari sumbu c+
- Memproyeksikan bidang menuju bagian
ketiga dari sumbu c-
- Melengkapi garis seperti gambar
disebelah.

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 20
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

C. CARA PENGGAMBARAN SISTEM HEXAGONAL

1. Hexagonal Prisma Orde I dan Hexagonal Bipyramid Orde I

Langkah 1

- Buat sumbu a, b, c dan d dengan


ketentuan:
< a+ / b- = 17°
< b + / d- = 39°
b: d : c = 3 : 1 : 6
- Dimana 1 satuan berukuran 1 cm
- Buat garis sejajar dengan sumbu b
melalui titik berukuran 1 pada sumbu
d hingga memotong sumbu a

Langkah 2

Buat garis yg sejajar dengan sumbu a


yang melalui sumbu b pada ukuran 3
dan sumbu d yang berukuran 1

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 21
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Langkah 3

Tarik garis sejajar dengan sumbu c


pada setiap titik-titik sudut dari
bidang segi enam

Langkah 4

Hubungkan setiap titik-titik pada


garis tersebut sehingga membentuk
bidang alas dan atap berbentuk segi
enam pada bangun tersebut.

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 22
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Langkah 5:

Untuk membuat kristal hexagonal


bipyramid orde I kita dapat memodifikasi
dari gambar hexagonal prisma orde I
yaitu dengan menghubungkan titik-titik
sudut dari bidang segi enam pada bagian
tengah kristal ke titik pusat bidang alas
dan atap.
 Beri warna setiap bidang simetri,
gunakan komposisi warna yang
proporsi dan cocok.
 Beri simbol pada setiap bidang
simetri.

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 23
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

2. Hexagonal Prisma Orde II dan Hexagonal Bipyramid Orde II

Langkah 1

- Buat sumbu a, b, c dan d dengan


ketentuan:
< a+ / b- = 17°
< b + / d- = 39°
b: d: c = 3: 1: 6
- Dimana 1 satuan berukuran 1 cm
- Buat garis yg saling
menghubungkan antara titik pada
sumbu b dan d seperti pada gambar
disamping

langkah 2

 Dari hasil penghubungan


titik-titik tersebut didapat
bidang berbentuk segienam
 Tarik garis sejajar dengan
sumbu c pada setiap titik-titik
sudut dari bidang segi enam

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 24
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Langkah 3

Hubungkan setiap titik-titik pada garis


tersebut sehingga membentuk bidang
alas dan atap berbentuk segi enam pada
bangun tersebut
 Beri warna setiap bidang
simetri, gunakan komposisi
warna yang proporsi dan cocok.
 Beri simbol pada setiap bidang
simetri, dengan ketentuan:
= jika bernilai 6
= jika bernilai 2

Langkah 4

 Untuk membuat kristal hexagonal


bipyramid orde II kita dapat
memodifikasi dari gambar
hexagonal prisma orde II yaitu
dengan menghubungkan titik-titik
sudut dari bidang segi enam pada
bagian tengah kristal ke titik
pusat bidang alas dan atap.
 Beri warna setiap bidang simetri,
gunakan komposisi warna yang
proporsi dan cocok.
 Beri simbol pada setiap bidang
simetri, dengan ketentuan
= jika bernilai 6
= jika bernilai 2

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 25
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

D. CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL TRIGONAL

1. Trigonal Bipyramid Orde I

Langkah 1

- Membuat perbandingan panjang


sumbu b:d:c = 3:1:6
- Membuat garis a- /b+=170
- Membuat garis b+/d- =390
- Memberi keterangan pada
garis – garisnya seperti tanda
a+,a-,b+,b-,c+,c-,d+ dan d-
- Memperhatikan gambar disebelah
- Membuat garis sejajar dengan
sumbu a pada 3 bagian sumbu b-.
- Membuat garis sejajar dengan
sumbu b pada 1 bagian sumbu d-.
- Lihat gambar disamping.

Langkah 2

- Membuat garis sejajar


dengan sumbu d pada 3
bagian sumbu b+ sehingga
menampakan bentuk bidang
segitiga.
- Menarik garis lurus yang
sejajar dengan sumbu c di
setiap titik-titik perpotongan
sepanjang 6 bagian.
- Lihat gambar disamping.

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 26
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Langkah 3

- Tarik garis pada setiap


ujung-ujung garis pada
pengerjaan langkah
sebelumnya.
- Lihat gambar disamping.

Langkah 4

- Untuk membuat kristal trigonal


bipyramid orde I kita dapat
memodifikasi dari gambar trigonal
prisma orde I. Tarik garis pada
setiap sudut dari bidang segitiga di
bagian tengah dengan 6 bagian dari
sumbu c+ dan c-.
- Lihat gambar disamping

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 27
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

2. Trigonal Prisma Orde II dan Trigonal Bypiramid Orde II

Langkah 1

- Membuat perbandingan panjang sumbu


b:d:c = 3:1:6
- Membuat garis a- /b+=170
- Membuat garis b+/d- =390
- Memberi keterangan pada garis
– garisnya seperti tanda a+,a-,b+,b-,c+,c-
,d+ dan d-
- Memperhatikan gambar disebelah
- Membuat garis memotong pada 1
bagian sumbu d- dan 2 bagian sumbu
b+.
- Lihat gambar di samping

Langkah 2

- Membuat garis memotong pada 1


bagian sumbu b- dan 3 bagian
sumbu d+ kemudian potongkan
dengan garis sebelumnya.
- Hubungkan kedua garis tersebut
sehingga terbentuk segitiga
- Lihat gambar di samping.

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 28
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Langkah 4

- Menarik garis lurus yang sejajar


dengan sumbu c di setiap titik-titik
perpotongan sepanjang 6 bagian.
- Lihat gambar disamping.

Langkah 5

- Tarik garis pada setiap ujung-ujung


garis pada pengerjaan langkah
sebelumnya.
- Lihat gambar disamping.

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 29
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Langkah 6

- Untuk membuat kristal hexagonal


bipyramid orde II kita dapat
memodifikasi dari gambar Tarik
garis pada setiap sudut dari bidang
segitiga di bagian tengah dengan 6
bagian dari sumbu c+ dan c-.
- Lihat gambar disamping.

E. CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIC


1. Kombinasi Orthorombic Brachy, Makro, Basalt Pinacoid
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 30
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Langkah 1
- Membuat perbandingan panjang sumbu
a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a- /b+ =300
- Memberi keterangan pada garis –
garisnya seperti tanda a+,a-,b+,b-,c+,c-
- Memperhatikan gambar disebelah

Langkah 2

- Membuat proyeksi garis yang merupakan


pencerminan 1 bagian a+,a-
- Menuju bagian keempat dari sumbu b+
dan b-
- Menuju bagian keenam dari sumbu c+
- Menuju bagian keenam dari sumbu c-
- Tarik garis sejajar dengan sumbu b+ dan
b- pada pencerminan 1 bagian a+ dan a-.
- Memperhatikan gambar disebelah
- Hubungkan ujung-ujung pada garis
yang memotong sumbu a+,a-,b+,b-
,c+dan c-.
- Lihat gambar disamping

2. Orthorombic Brachy Dome, Makro, Basalt Pinacoid


Langkah 1
- Membuat perbandingan panjang sumbu
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 31
Jurusan Teknik Geologi
a:b:c = 1:4:6
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau - Membuat garis a- /b+ =300
2016
- Memberi keterangan pada garis
– garisnya seperti tanda a+,a-,b+,b-,c+,c-
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Langkah 2

- Hubungkan ujung-ujung
pada garis yang memotong
sumbu a+,a-,b+,b-,c+danc-.
- Lihat gambar disamping.

F. CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL MONOKLIN

1. Kombinasi Monoklin Clino, Ortho, Basal Pinacoid

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 32
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Langkah 1

- Membuat perbandingan panjang


sumbu a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a- /b+ =450
- Memberi keterangan pada
garis – garisnya seperti tanda a+,a-
,b+,b-
- Memperhatikan gambar disebelah
- Membuat proyeksi garis yang
merupakan pencerminan 1 bagian
a+,a-
- Menuju bagian keenam dari sumbu c+
- Menuju bagian keenam dari sumbu c-
- Memperhatikan gambar disebelah
Langkah 2

- Membuat garis memotong sumbu


b+ sejajar sumbu c sepanjang 6
bagian
- Membuat garis memotong sumbu
b- sejajar sumbu c sepanjang 6
bagian
- Kemudian hubungkan garis garis
tersebut menjadi sebuah bentuk
kristal
- Perhatiakan gambar di samping

2. Monoklin Hemibipyramid

Langkah 1

- Membuat perbandingan panjang


Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 33
Jurusan Teknik Geologi sumbu a:b:c = 1:4:6
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau - Membuat garis a- /b+ =450
2016
- Memberi keterangan pada
garis – garisnya seperti tanda a+,a-
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Langkah 2

- Tarik garis dari pojok bidang


tersebut menuju titik pada 6
bagian c+ dan c-.
- Lihat gambar disamping.

G. CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL TRIKLIN

1. Triklin Hemibipyramid
Langkah 1

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 34
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

- Membuat perbandingan panjang


sumbu a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a+ /c-=450
- Membuat garis b+/c -=800
- Memberi keterangan pada
garis – garisnya seperti tanda a+,a-
,b+,b-
- Memperhatikan gambar disebelah
- Hubungkan titik-titik pada bagian a-
,b-,a+,dan b+ menjadi sebuah bidang.
- Lihat gambar disamping

Langkah 2

- Tarik garis dari pojok bidang


tersebut menuju titik pada 6
bagian c+ dan c-.
- Lihat gambar disamping.

2. Kombinasi Triklin Brachy, Makro, Basalt Pinacoid


Langkah 1

- Membuat perbandingan panjang sumbu


Laboratorium Kristalografi-Mineralogi a:b:c = 1:4:6 35
Jurusan Teknik Geologi
+ - 0
Fakultas Teknologi Mineral - Membuat garis a /c =45
Universitas Islam Riau
2016 - Membuat garis b+/c -=800
- Memberi keterangan pada garis –
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Langkah 2
- Membuat proyeksi garis yang merupakan
pencerminan 1 bagian a+,a-
- Menuju bagian keempat dari sumbu b+
- Menujui bagian keempat dari sumbu b-
- Menuju bagian keenam dari sumbu c+
- Menuju bagian keenam dari sumbu c-
- Memperhatikan gambar disebelah,
Hubungkan garis-tersebut hingga
menampakan bentuk kristal.
- Lihat gambar disamping

BAB II
MINERALOGI FISIK

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 36
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik
dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari sifat-sifat fisik dan
kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.
Mineral adalah suatu zat berbentuk padat yang terbentuk secara alamiah dengan
komposisi kimia tertentu yang memiliki atom yang teratur, dan bersifat anorganik. Mineral
termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai dengan silikat yang
memiliki susunan sangat kompleks dengan ribuan bentuk mineral yang diketahui

2.1 BATASAN-BATASAN DEFINISI MINERAL:


1. Suatu bahan alam
2. Mempunyai sifat fisis dan kimia yang tetap
3. Pada umumnya anorganik
4. Homogen

Mineralogi dibagi menjadi 2 Macam :


1. Mineralogi fisik
2. Mineralogi kimiawi

2.2 PENDESKRIPSIAN MINERAL


2.2.1 Sifat-sifat fisik yang Diselidiki
1. WARNA
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak dapat
diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih dari satu warna,
tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa
dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna.
Faktor yang dapat mempengaruhi warna :
 komposisi kimia
 struktur kristal dan ikatan atom
 pengotor dari mineral

Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas, seperti:
 Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O), Milky Kwartz (Kuarsa
Susu) (SiO2)
 Kuning : Belerang (S)
 Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)
 Hijau : Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu CO3Cu(OH)2)
 Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
 Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)
 Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)
 Abu-abu : Galena (PbS)
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 37
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

 Hitam : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit

2. PERAWAKAN KRISTAL
Istilah perawakan kristal adalah bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang yang
membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut. Perawakan kristal
dipakai untuk penentuan jenis mineral walaupun perawakan bukan merupakan ciri tetap mineral.

Contoh : mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun (foilated).

Perawakan kristal; dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Peral, 1975) yaitu :

A. Elongated habits (meniang/berserabut)

• Meniang (Columnar)
Bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang.
Contoh :

- Tourmaline
- Pyrolusite
- Wollastonite

• Menyerat (fibrous)
Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil.
Contoh :

- Asbestos
- Gypsum
- Silimanite
- Tremolite
- Pyrophyllite

• Menjarum (acicular)
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.
Contoh :

- Natrolite
- Glaucophane

• Menjaring (Reticulate)
Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jaring
Contoh :

- Rutile
- Cerussite

• Membenang (filliform)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang.
Contoh :
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 38
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

- Silver

• Merambut (capillary)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut.
Contoh :

- Cuprite
- Bysolite (variasi dari Actionalite)

• Mondok (stout, stubby, equant)


Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal dengan sumbu c lebih pendek
dad sumbu yang lainnya.
Contoh :

- Zircon

• Membintang (stellated)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang
Contoh:

- Pirofilit

• Menjari (radiated)
Bentuk-bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari.
Contoh :

- Markasit
- NatroHt

B. Flattened habits (lembaran tipis)

• Membilah (bladed) :
Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan perbandingan antara lebar
dengan tebal sangat jauh
Contah :
- Kyanite
- Glaucophane
- Kalaverit

• Memapan (tabular)
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal tidak terlalu jauh.
Contoh:

- Barite - Hematite - Hypersthene

• Membata (blocky)
Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan antara tebal dan lebar hampir
sarna.
Contoh:
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 39
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

- Microline

• Mendaun (foliated)
Bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang mudah dikupas / dipisahkan.
Contoh :

- Mica
- Talc
- Chorite

• Memencar (divergent)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka.
Contoh :

- Gypsum
- Millerite

• Membulu (plumose)
Bentuk kristal yang tersu5un membentuk tumpukan bulu.
Contoh :

- Mica

C. Rounded habits (membutir)

• Mendada (mamilary)
Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buh dada (breast like)
Contoh :

- Malachite
- Opal
- Hemimorphite

• Membulat (colloform):
Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat.
Contoh:

- Glauconite
- Cobaltite
- Bismuth
- Geothite
- Franklinite
- Smallite

• Membulat jari (colloform radial)


Membentuk kristal membulat dengan struktur dalam menyerupai bentuk jari.
Contoh :

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 40
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

- Pyrolorphyte

• Membutir (granular)
Contoh :

- Olivine - Niveolite
- Anhydrite - Cryollite
- Chromite - Cordirite
- Sodalite - Cinabar
- Alunite - Rhodochrosite

• Memisolit (pisolitic)
Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah.
Contoh:

- Opal (variasi Hyalite)


- Gibbsite
- Pisolitic Limestone

• Stalaktif (stalactitic)
Bentuk kristal yang membulat dengan itologi gamping
Contoh :

- Geothite

3. KILAP
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral saat terkena
cahaya
Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi jenis:
a. Kilap Logam (metallic luster) : Bila mineral tersebut mempunyai kilap atau kilapan seperti
logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam:
 Gelena
 Pirit
 Magnetit
 Kalkopirit
 Grafit
 Hematit

b. Kilap Bukan Logam (non metallic luster,) terbagi atas:


 Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
 Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
 Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya terdapat pada mineral
yang mempunyai struktur serat, misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.
 Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada spharelit.
 Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada serpentin,opal dan
nepelin.
 Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit dan limonit.

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 41
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat dipakai dalam
menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan membedakan kilap mineral satu
dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena batas kilap yang
satu dengan yang lainnya tidak begitu tegas.

4.KEKERASAN
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral dapat
membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang
mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar
kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman
dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk
mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .
Skala kekerasan relative mineral dari mohs :
1. Talc Mg3Si4O10(OH)2
2. gypsum CaSO22H2O
3. Calcite CaCO3
4. Fluorite CaF2
5. Apatite Ca5(PO4)3F
6. Orthoclas K(AlSi3O8)
7. Quartz SiO2
8. Topaz Al2SiO4(FOH)2
9. Corondum Al2O3
10. Diamond C
Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan kekerasan dari alat
penguji standar :

Alat Penguji Derajat Kekerasan


Mohs
Kuku manusia 2,5
Kawat Tembaga 3
Paku 5,5
Pecahan Kaca 5,5 – 6
Pisau Baja 5,5 – 6
Kikir Baja 6,5 – 7
Kuarsa 7

5. GORES ( STREAK )
Gores adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat diperoleh
apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau membubuk suatu mineral
kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 42
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

pula berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya
berubah-ubah. Contohnya :
 Pirit : Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan
jejak berwarna hitam.
 Hematit : Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan
jejak berwarna merah kecoklatan.
 Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan
 Biotite : Ceratnya tidak berwarna
 Orthoklase : Ceratnya putih

Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara keseluruhan, sehingga
dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral

6. BELAHAN
Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih arah
tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu membelah yang oleh sini
adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang
licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah
terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam sruktur
kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu
bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang, maka mineral akan
cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka
belahan akan nampak berjajar dan teratur
Ada beberapa istilah yang digunakan :
1. Sempurna (perfect)
2. Baik (good)
3. Jelas (distinct)
4. Tidak jelas (indistinct)
5. Tidak sempurna (imperfect)

7. PECAHAN ( FRACTURE )
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak teratur
apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat dari sifat permukaan
mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat
memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah
dengan tidak teratur
Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:
 Concoidal : bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan pecahan,
seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh Kuarsa.
 Splintery/fibrous : Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos, augit, hipersten

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 43
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

 Even : Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus,


contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.
 Uneven : Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang kasar,
contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
 Hackly : Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan
runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.

8. DAYA TAHAN TERHADAP PUKULAN (TENACITY)

Tenacity adalah kemampuan suatu mineral untuk pecah. Tenacity ini dapat dibagi
menjadi:

 Brittle, bisa dipotong dan hancur menjadi pecahan runcing. Contoh: Kuarsa

 Malleable, dapat ditempa menjadi lapisan pipih dan tanpa pecah. Contoh: Emas

 Sectile, dapat dipotong dengan pisau menjadi keping-keping tipis. Contoh: Gipsum

 Flexible, dapat dibentuk tapi tidak bisa dikembalikan kembali jika gaya ditiadakan.

Contoh: Talc, selenit

 Elastic, dapat dibentuk dan dapat dikembalikan kembali seperti semula. Contoh:

Muskovit

9. BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY)


Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang umum untuk
menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya
beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya
y gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat air
yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.

Berat mineral
BJ =
Volume mineral

10. RASA DAN BAU (TASTE AN ODOUR)


a. Rasa
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 44
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

 Astringet
 Sweetist Astringet
 Alkaline
 Bitter
 Cooling
 Sour
b. Bau
 Alliaceous
 Horse Radish Odour
 Sulphurous
 Bitominous
 Fetid
 Argiilaceous

11. SIFAT KEMAGNETAN


Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Dikatakan sebagai feromagnetic bila mineral
dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang menolak
gaya magnet disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic. Untuk melihat
apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak kita gantungkan pada seutas tali/benang
sebuah magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila
benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya bias kita lihat dari
besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan garis vertical.

12. DERAJAT KETRANSPARAN

Derajat ketransparanan adalah kemampuan mineral untuk meneruskan cahaya. Diaphanety


dapat dibagi menjadi:

 Trasparent, benda dapat tampak bila dipandang melalui suatu mineral. Contoh:

Kuarsa, kalsit, biotit

 Translucent, cahaya dapat diteruskan oleh mineral, namun benda dibalik mineral tidak

tampak jelas. Contoh: Gipsum

 Opaque, tidak ada cahaya yang diteruskan walaupun pada keping tertipis. Contoh:

Magnetik, pirit

 Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (non-transparant)


BAB III
MINERALOGI KIMIAWI
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 45
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

2.3 Mineralogi Kimiawi


Mineralogi Kimiawi adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat kimiawi dari mineral. Meliputi
perubahan yang terjadi bila dipanasi oleh api oksidasi maupun api reduksi mengenai perubahan
warna, sublimasi, pengembunan, penggarangan dan lain-lain, serta mempelajari sistematika mineral
kedalam golongan-golongan atas dasar senyawa kimianya.

A. Maksud dan tujuan


1. Mengetahui sifat-sifat kimia yang penting dari setiap mineral dengan metode yang sesuai.
2. Melengkapi data yang diperoleh dari penyelidikan secara fisis.

B. Alat-alat yang dipergunakan


1. Pipa tiup
2. Lampu spirtus
3. Kawat platina
4. Jarum preparat
5. Gelas arloji
6. Keping gips
7. Bor tangan
8. Buluh tertutup
9. Magnet

C. Nyala Api
a. Struktur nyala api.

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 46
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

d. Pembagian Penyidikan
1. Penyelidikan basah dengan regensia
a. Mutiara borax
Alat-alat : - lampu spirtus
- pipa tiup
- kawat platina
- jarum preparat
- gelas arloji
Regensia : - HCl encer
- Soda
- tepung borax Na2B4O7
Bahan : - pyrolusite (MnO2)
- prusi (CuSO4)
- Magnetit (Fe3O4)
- Kalium bichromat

Cara Penyelidikan
1. Bersihkan kawat platina dengan jalan memasukkannya ke dalam lampu spirtus, supaya cepat bersih,
masukkan ke dalam HCl encer, kemudian dipanaskan. Begitu berulang-ulang sampai bersih
(berwarna putih).
2. Masukkan kawat platina ke dalam tepung borax
3. Panaskan ke dalam api oksidasi sampai terbentuk manik-manik (mutiara borax) yang berwarna jernih
tanpa noda sedikitpun.
4. Masukkan mutiara borax (dalam keadaan panas) ke dalam bubuk mineral yang akan diselidiki.
5. Panaskan dengan api oksidasi.
6. Amati dan catat warna pada waktu panas dan pada waktu dingin.
7. Buatla mutiara borax lagi dan masukkan ke dalam tepung mineral yang akan diselidiki.
8. Panasi dengan api reduksi.
9. Amati dan catat warna pada waktu panas dan pada waktu dingin.
10. Cocokkan dengan tabel Bead Corolation Kranss, maka dapat diketahui unsur yang diselidiki.

Tabel Bead Coloration Kranss

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 47
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

No Oksidasi Borax Bead


dari Nyala api oksidsi Nyala api reduksi
1. Mn Violet kemerahan Tak berwarna
2. Co Biru Biru
3. Cu Biru hijau Merah Opaq
4. Ni Coklat kemerahan Abu-abu Opaq
5. Fe Kuning Hijau pucat
6. Cr Hijau kekuningan Hijau pucat
7. U Kuning Hijau pucat tak berwarna
8. V Hijau kekuningan Hijau cerah
9. Ti Tak berwarna Violet Kecoklatan
10. Mo Tak berwarna Coklat
11. W Tak berwarna Kuning-Coklat kemerahan
12. Si Tak berwarna Tak berwarna

DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 48
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

Berry L.G and Mason B., 1989, Mineralogy, Freeman W. and Co San Francisco

Flint. V.L., Essentials Of Crystalography, Peace Publisher Moscow.

Dana ES., 1960, A Textbook of Mineralogy, John Willey and Sons Inc. New York

Danisworo C. Ir., 1980, Mineralogi (Buku Petunjuk Praktikum), Fakultas Teknik Geologi UPN
“Veteran” Yogyakarta.

Denned Williams H., 1960, Principle of Mineralogy, The Ronald Press Company, New York.

Escher BG., 1949, Algemene Mineralogie en Krystallografie, Oogsqust.

Kraus E., Hunt WF. and Ramsdell LS., 1959, Mineralogy, Mc Graw Hill Book Company Inc. New
York.

Modul Praktikum Kristalografi & Mineralogi., 2012, Fakultas Teknik Geologi UPN”Veteran” :
Yogyakarta.

LABORATORIUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 49
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


2016

Gambar Sistem Kristal Gambar Perawakan Kristal

DESKRIPSI MINERAL
 Warna :
 Sistem Kristal & Perawakan :
 Kilap :
 Kekerasan :
 Gores :
 Belahan :
 Tenacity :
 Berat Jenis :
 Kemagnetan :
 Derajat Ketransparanan :
 Sifat Khas :
 Nama Mineral/Rumus Kimia :
 Kegunaan :

Genesa / Asosiasi Mineral :

LABORATORIUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 50
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2016/2017

2016

PROYEKSI :
 System Kristal :
 Jumlah Unsur Simetri :
 Klas Simetri :
 (HM) :

 (SC) :

 Nama & Simbol Bentuk :


 Contoh Mineral :

NAMA : Tgl. Praktek :

NPM : Ttd. Ass :

PLUG :

Laboratorium Kristalografi-Mineralogi 51
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Islam Riau
2016

Anda mungkin juga menyukai