STAFF ASISTEN
Anisa Hanif
Ananta Rizki Dewanggana
Dandhy Bramantya Putra
Devon Sena Thorffata
Fauzan Atyanta Mahardisatia
Muhammad Iqbal Septiandi
Dzikra Fathir
Elkana Amelia
Muhammad Ghifary Askaria
Reza Rizki Mahdema
Rois Naimudin
Rozi Kurnia Rusandi
ii
KATA PENGANTAR
Penyusun
3
TATA TERTIB
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI MINERALOGI
1. Praktikan harus berpakaian rapi dan sopan selama praktikum berlangsung. Tidak
diperbolehkan memakai sandal, sepatu sandal, kaos oblong, dan celana sobek.
2. Praktikan yang terlambat 15 menit tidak diperkenankan mengikuti acara praktikum
pada hari tersebut dan dinyatakan INHAL.
3. Jika 15 menit asisten tidak hadir, praktikan dipersilahkan pulang dan berhak untuk
menentukan hari pengganti.
4. Praktikan wajib membawa alat tulis, buku panduan & modul praktikum milik
sendiri.
5. Praktikan dilarang meninggalkan ruangan tanpa izin dari asisten selama
praktikum berlangsung.
6. Praktikan dilarang: makan, minum, merokok, membawa senjata tajam, senjata api,
barang-barang yang dapat membahayakan orang lain, dan narkoba selama praktikum
berlangsung serta dilarang mengikuti acara praktikum dalam keadaan mabuk.
7. Setiap tugas & syarat masuk yang diberikan setiap minggunya WAJIB
dikumpulkan saat acara praktikum berlangsung .
8. Praktikan yang tidak membawa tugas mingguan & syarat masuk tidak
diperkenankan mengikuti acara praktikum.
9. Jika berhalangan masuk atau sakit, wajib memberikan surat keterangan kepada
koor plug masing-masing dan mengumpulkan tugas mingguan pada pertemuan
berikutnya. Bila tidak masuk tanpa adanya surat keterangan, maka dinyatakan
INHAL.
10. Dilarang berpindah-pindah plug.
11. Praktikan dinyatakan GUGUR apabila 2 kali tidak hadir tanpa ada keterangan
apapun.
12. Setiap praktikan WAJIB menyelesaikan urusan administrasi Laboraturium paling
lambat 1 minggu setelah asistensi berlangsung atau nilai tidak akan dikeluarkan di
papan pengumuman/mading lab.
13. Hal-hal yang belum tercantum di atas akan ditetapkan kemudian.
4
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
TIM PENYUSUN
KATA PENGANTAR
TATA TERTIB PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI MINERALOGI
BAB I. KRISTALOGRAFI
5
2. 5. KEGUNAAN MINERAL................................................................................. 34
2. 6. MINERAL PERMATA .................................................................................... 35
2. 7. CONTOH MINERAL PERMATA................................................................... 35
2. 8. CONTOH MINERAL-MINERAL PERHIASAN ............................................ 37
2. 9. CONTOH MINERAL PENGHASIL LOGAM ATAU MINERAL BIJIH ...... 40
2. 10. MINERAL UNTUK INDUSTRI KIMIA ......................................................... 46
2. 11. PENDESKRIPSIAN MINERAL ...................................................................... 46
2. 12. GOLONGAN MINERAL................................................................................. 63
BAB III. ROCK FORMING MINERAL
3. 1. DEFINISI ........................................................................................................... 68
3. 2. REAKSI BOWEN ............................................................................................. 69
3. 3. MINERAL-MINERAL PEMBENTUK BATUAN ........................................... 70
3. 4. PELAPUKAN BATUAN (WEATHERING ROCK) ........................................ 80
BAB IV. MINERALOGI KIMIAWI
4. 1. DASAR TEORI................................................................................................. 82
6
Buku Panduan Praktikum 2018/2019
BAB I
KRISTALOGRAFI
1. 1. DASAR TEORI
Kristalografi adalah Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat
geometri dari kristal, terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk
luar, struktur dalam (internal), dan sifat-sifat fisis lainnya.
Sifat geometri,
Memberikan pengertian letak, panjang, dan jumlah sumbu kristalografi yang
menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah, serta bentuk bidang luar
yang membatasinya.
Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk luar,
Mempelajari kombinasi perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk
luar selain bentuk-bentuk dasar pada suatu bidang permukaan.
Struktur dalam,
Mempelajari tentang susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal, juga
menghitung parameter dan parameter rasio.
Sifat fisis kristal,
Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya
kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-
bidang kristal, sehingga akan dikenal 2 zat, yaitu kristalin dan non kristalin.
(Hk0)
Gambar 1.2
Tujuh Prinsip Letak Bidang Kristal Terhadap Susunan Sumbu Kristalografi
1. 3. SISTEM-SISTEM KRISTALOGRAFI
1. 3. 1. Sistem Reguler (Cubic = Isometric = Tesseral = Tessular)
Ketentuan: Sumbu : a = b = c
Sudut : α = β = γ = 900
Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka
disebut juga Sb a.
Cara Menggambar:
∠ a- / b+ = 300
a : b¯: c = 1 : 3 : 3
Ketentuan: Sumbu : a = b ≠ c
Sudut : α = β = γ = 900
Karena Sb a = Sb b, maka dapat
disebut juga Sb a. Sb c bisa lebih
panjang atau lebih pendek dari Sb a
atau b.
Bila Sb c lebih panjang dari Sb a
dan Sb b disebut bentuk Columnar
Bila Sb c lebih pendek dari Sb a
dan Sb b disebut bentuk Stout
Cara menggambar:
∠ a + / b-- = 30o
a:b:c=1:3:6
Gambar sistem kristal Tetragonal yang termasuk dalam nama kristal Tetragonal
Prisma Orde I dengan contoh mineral Chalcopyrite (CuFeS2), Cassiterite (SnO2),
Zircon (ZrSiO4), Khatyrkite [(Cu,Zn)Al2], Chromatite (CaCrO4), Xenotime (YPO4),
Marialite [Na4(Al3Si9O24)Cl], dan Anatase (TiO2).
Marialite Chalcopyrite
Xenotime
Ketentuan:
Ada 4 sumbu yaitu a, b, c, d Sumbu : a
= b = d ≠ c Sudut : β1 = β2 = β3 =
900 Sudut : γ1 = γ2 = γ3 = 1200
Sb a, b, dan d terletak dalam bidang
horisontal/lateral dan membentuk ∠
600.
Sb c dapat lebih panjang atau
lebih pendek dari Sb a.
Cara menggambar:
∠ a+ / b¯ = 170
∠ b+ / d¯ = 390
b:d:c:=3:1:6
Contoh Mineral : Apatite
[Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]
Gambar sistem kristal Hexagonal yang termasuk dalam nama kristal Hexagonal
Prisma Orde I dengan contoh mineral Kuarsa (SiO2), Moissanite (SiC), Graphite (C),
Beryl (Be3Al2Si6O18), Molybdenite (MoS2), dan Nickeline (NiAs).
Orde I
Orde III
Orde II
Ketentuan
Sumbu : a = b = d ≠ c
Sudut : β1 = β2 = β3 = 900
Sudut : γ1 = γ2 = γ3 = 1200
Cara menggambar:
Sama dengan sistem Hexagonal,
perbedaannya hanya pada Sb c
bernilai 3.
Penarikan Sb a sama dengan pada
Sistem Hexagonal.
Gambar sistem kristal Trigonal yang termasuk dalam nama kristal Trigonal
Prisma Orde I dengan contoh mineral Millerite (NiS), Dolomite [CaMg(CO3)2],
Siderite (FeCO3), Hematite (Fe2O3), Ilmenite (FeTiO3), dan Melonite (NiTe2).
Ketentuan: Sumbu
:a≠b≠c
Sudut α = β = γ = 900
Sb c adalah sumbu terpanjang
Sb a adalah sumbu terpendek
Sb a disebut Sb Brachy
Sb b disebut Sb Macro
Sb c disebut Sb Basal
Cara menggambar:
∠ a- / b+ = 300
a:b:c=1:4:6
Marcasite Barite
Diasphore
1. 3. 6. Sistem Monoklin
(Oblique = Monosymetric = Clinorhombic = Hemiprismatik =
Monoclinohedral)
Ketentuan: Sumbu
:a≠b≠c
Sudut : α = γ = 900, β ≠ 900
Sb a disebut sumbu Clino
Sb b disebut sumbu Ortho
Sb c disebut sumbu Basal
Cara menggambar
∠ a- / b + = 450
a:b:c=1:4:6
Sb c adalah sumbu terpanjang
Sb a adalah sumbu terpendek
Ketentuan: Sumbu : a ≠ b ≠ c
Sudut : α ≠ β ≠ γ ≠ 900
Semua Sb a, b, c saling berpotongan
dan membuat sudut miring tidak
sama besar.
Sb a disebut Sb Brachy
Sb b disebut Sb Macro
Sb c disebut Sb Basal
Cara menggambar:
∠ a+ / c¯ = 450
∠ b- / c += 800
a:b:c=1:4:6
1. 4. SIMBOL KRISTALOGRAFI
1. 4. 1. Parameter dan Parameter Rasio
Satuan ukur
Simbol Miller =
Bagian yang terpotong
Simbol Miller dipakai sebagai simbol bidang dan simbol bentuk suatu
kristal.
1. 5. KLASSIMETRI
1. 5. 1. Pengelompokkan Klassimetri
Pengelompokan kelas simetri didasarkan pada unsur- unsur simetri. Unsur- unsur
simetri tersebut antara lain :
1. Sumbu Simetri
2. Bidang Simetri
3. Titik Simetri atau Pusat Simetri
1. 5. 1. 1. Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal, dimana
apabila kristal tersebut diputar sebesar 3600 dengan garis tersebut sebagai poros
perputarannya, maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukkan
kenampakan-kenampakan yang sama seperti semula.
Ada 3 jenis Sumbu Simetri yaitu:
I. 1. Sumbu Simetri Gyre
a. Sumbu Simetri Gyre Polair
b. Sumbu Simetri Gyre Dipolair/ Bipolair
I. 2. Sumbu Cermin Putar = Gyroide
I. 3. Sumbu Inversi Putar
1. 5. 1. 2. Bidang Simetri
Bidang Simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan
membelah kristal menjadi dua bagian sama besar, di mana bagian yang satu
merupakan pencerminan dari bagian belahan yang lain.
Bidang simetri dinotasikan dengan P (Plane) atau m (mirror).
Bidang simetri dikelompokan menjadi dua :
1. 5. 1. 2. 1. Bidang Simetri Utama
Bidang Simetri Utama adalah bidang yang dibuat melalui 2 buah sumbu
simetri utama kristal dan membagi bagian yang sama besar.
Bidang simetri utama ini ada 2 yaitu:
Y Bidang simetri utama horisontal dinotasikan dengan h (Bidang ABCD)
Y Bidang simetri utama vertikal dinotasikan v (bidang KLMN dan OPQR).
dengan jarak yang sama, dijumpai kenampakan yang sama (rusuk, sudut, bidang).
Pusat Simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum tentu
merupakan pusat simetri.
1. 6. PENENTUAN KLASSIMETRI
Penentuan Klassimetri berdasarkan pada kandungan unsur-unsur simetri yang
dimiliki oleh setiap bentuk kristal. Ada beberapa cara untuk menentukan klas simetri
suatu bentuk kristal, diantaranya yang umum digunakan:
1. 6. 1. Menurut Herman Mauguin
SISTEM REGULER
D Bagian I : Menerangkan nilai sumbu a (Sumbu a, b, c), mungkin bernilai 4
atau 2 dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a
tersebut.
4 2
Bagian ini dinotasikan dengan : , 4, 4, ,2
m m
4 2 4 2
3 3
• Klas Hexoctahedral................................. m m m m
43m
2 2
• Klas Dyakisdodecahedral ....................... m3 m3
• Klas Tetratohedris................................... 2 3 2 3 -
SISTEM TETRAGONAL
D Bagian I : Menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai
dan ada tidaknya bidang simetri horizontal yang tegak lurus sumbu c.
4
Bagian ini dinotasikan : ,4,4
m
D Bagian II : Menerangkan nilai sumbu lateral (sb. a dan sb. b) dan ada tidaknya
bidang simetri vertikal yang tegak lurus terhadap sumbu lateral
tersebut.
2
Bagian ini dinotasikan : , 2 , m atau tidak ada.
m
4 2 2 4 2 2
• Klas Ditetragonal bipyramidal .................. m m m m m m
4 4
− −
• Klas Tetragonal bipyramidal..................... m m
D Bagian III : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada tidaknya
bidang simetri vertikal yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet
tersebut.
2
Bagian ini dinotasikan : , 2 , m atau tidak ada
m
Contoh :
6 2 2 6 2 2
• Klas Dihexagonal bipyramidal ................... m m m m m m
6 6
• Klas Hexagonal bipyramidal....................... − −
m m
6 2 m 6 2 m
• Klas
• Klas Ditrigonal scalenohedral.....................
trapezohedral
....................................
.. 2 2
3 3 −
m m
3 2 3 2 −
3 m 3 − m
SISTEM ORTHOROMBIC
D Bagian I : Menerangkan nilai sumbu a dan ada tidaknya bidang yang tegak lurus
terhadap sumbu a tersebut .
2
Dinotasikan : ,2 , m
m
D Bagian II : Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut.
2
Bagian ini dinotasikan : ,2 , m
m
D Bagian III : Menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simteri yang
tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
2
Dinotasikan : ,2
m
Contoh :
2 2 2 2 2 2
SISTEM MONOKLIN
D Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.
Contoh :
2
• Klas Prismatik ...............................................
m
SISTEM TRIKLIN
Sistem ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu:
1. 6. 2. Menurut Schoenflish
SISTEM REGULER
D Bagian I : Menerangkan nilai c. Ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c
bernilai 4 atau bernilai 2.
• Apabila sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O
(Octaeder), karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk
sumbu c bernilai 4 adalah Octahedron.
• Apabila sumbu c bernilai 2 dinotasikan dengan huruf T
(Tetraeder), karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk
sumbu c bernilai 2 adalah bentuk Tetrahedron.
Contoh :
1. Klas Hexoctahedral …………………………………..…..Oh
2. Klas Pentagonal Icositetrahedral …………………..….….O
3. Klas Hextetrahedral ………………………………………Td
4. Klas Dyakisdodecahedral…………………………………Th
5. Klas Tetrahedral Pentagonal Dodecahedral…….....………T
Contoh :
1. Klas Ditetragonal Pyramidal ............................................................ C4v
2. Klas Ditetragonal Bipyramidal ....................................................... D4h
3. Klas Tetragonal Scalenohedral ....................................................... D2d
4. Klas Tetragonal Trapezohedral ...........................................................D
5. Klas Tetragonal Bipyramidal .......................................................... C4h
6. Klas Tetragonal Pyramidal ................................................................ C4
7. Klas Tetragonal Bispenoidal .......................................................S4/ C4
8. Klas Dihexagonal Pyramidal ........................................................... C6h
9. Klas Dihexagonal Bipyramidal ...................................................... D6h
10. Klas Hexagonal Trapezohedral ......................................................... D6
11. Klas Hexagonal Bipyramidal .......................................................... C6h
12. Klas Hexagonal Pyramidal ................................................................ C6
13. Klas Trigonal Bipyramidal .............................................................. C3h
14. Klas Trigonal Trapezohedral ............................................................. D3
15. Klas Trigonal Rhombohedral ........................................................... 3Ci
16. Klas Trigonal Pyramidal ................................................................... C3
17. Klas Ditrigonal Scalenohedral ........................................................ D3d
18. Klas Ditrigonal Bipyramidal .......................................................... D3h
19. Klas Ditrigonal Pyramidal ............................................................... C3v
20. Klas Orthorombic Pyramidal .......................................................... C2v
21. Klas Orthorombic Bisphenoidal ....................................................... D2
22. Klas Orthorombic Bipyramidal ...................................................... D2h
23. Klas Prismatik ................................................................................. C2h
24. Klas Spenoidal .................................................................................. C2
25. Klas Domatic .................................................................................. C1h
26. Klas Pinacoidal .................................................................................. Ci
27. Klas Asymetric.................................................................................... -
1. 7. BENTUK-BENTUK KRISTAL
a. Bentuk Tunggal
Kristal yang dibatasi oleh bidang-bidang datar / bidang-bidang kristal dengan
bentuk dan ukuran yang sama. Sering disebut sebagai bentuk dasar.
Contoh :
- 4 bidang Kristal ......................................... Tetrahedron
- 6 bidang Kristal ......................................... Hexahedron
b. Bentuk Kombinasi
Merupakan bentuk-bentuk kristal yang terjadi dari penggabungan dua atau
lebih bentuk tunggal yang tidak sama.
Contoh :
- Kombinasi Hexahedron (100) + Octahedron (111).
c. Bentuk Pertumbuhan
Pertumbuhan secara teratur antara dua atau lebih bentuk kristal tunggal atau
kombinasi dari bentuk yang sama, sehingga akan didapatkan unsur-unsur
simetri persekutuan yang sama. Tetapi bila kumpulan dari bentuk-bentuk
tersebut tidak beraturan maka kumpulan bentuk kristal tersebut disebut
kelompok atau kumpulan kristal (Crystal Agregate).
Contoh :
- Tetrakishexahedron (210)
- Triakisoktahedron (211)
BAB II
MINERALOGI
2. 1. DEFINISI MINERAL
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,
antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik sifat-sifat kimia, cara
terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.
Definisi mineral menurut beberapa ahli:
1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959
“Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat dialam terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun teratur”.
Di daerah kapur sering terjadi pelarutan CaCO3 yang banyak dan selanjutnya
diendapkan di gua-gua dalam bentuk stalagmit dan stalaktit. Bentuk bentuk ini kita
jumpai umpamanya di daerah Gua Tabuhan (Punung, Wonogiri), Gua Cermin
(Wonosari), daerah Nusa Kambangan, dan lain-lain. Sering pula terjadi
pengendapan di dekat mata air atau tepi sungai yang disebut Tuff Kapur.
Travertin merupakan hasil pelarutan dari batugamping di permukaan.
3. Penurunan suhu dan tekanan
Larutan air magma terbentuk dalam keadaan dengan tekanan dan suhu yang
tinggi, sehingga banyak bahan yang terlarut di dalamnya. Bila suhu dan tekanan
berkurang, maka diendapkanlah mineral-mineral hidrotermal, sumber-sumber air
panas dan geyser terdapat pada daerah- daerah di mana terdapat intrusi- intrusi
magma yang mendekati permukaan bumi. Air tanah yang bergerak ini akan
mengalami kenaikan suhu dan tekanan sehingga akan lebih banyak bahan-bahan
mineral yang terlarut di dalamnya dibandingkan dengan keadaan biasa. Maka di
daerah-daerah ini akan banyak diendapkan Tuff Kapur dan Travertin, sinter silika.
4. Interaksi larutan-larutan
Larutan CaSO4 akan bertemu dengan BaCO3 yang mudah larut ini, dengan
langsung akan terbentuk BaSO4 (mineral Barit). Keadaan tersebut sering terjadi
dengan memberikan endapan-endapan mineral sebagai akibat pencampuran air
magmatis yang satu dengan yang lain, atau air magmatis dengan air permukaan dan
lain-lain.
5. Interaksi larutan dengan bahan padat
Larutan yang mengandung ZnSO4 bila melalui daerah kapur akan
menyebabkan terbentuknya ZnCO3 (mineral Smithsonit) dan CaSO4 (mineral
Anhidrit dan Gypsum). Umumnya suatu larutan melarutkan sesuatu mineral,
selanjutnya mengendapkan mineral lain ditempatnya. Maka mineral Galena (PbS)
dan sulfida lain diendapkan dari larutan dan sekaligus menempati/mengganti
batuan kapurnya dimana larutan saling berhubungan.
Tekstur atau struktur mineral yang terganggu, umumnya dipertahankan oleh
mineral yang menggantikannya. Contoh lain adalah pengisian bahan- bahan
silisium (silikasi) kayu-kayu, di mana larutan silisium mengganti bahan selulosa
dengan opal, tetapi dengan strukturnya seperti kayu. Keadaan ini umpamanya
kita jumpai di Kali Baksoka (Punung Wonogiri). Proses ini disebut
metasomatisme dan penting sekali pada pembentukan mineral-mineral bijih.
6. Interaksi gas-gas dengan larutan-larutan
Air yang mengandung H2S akan memberikan sulfida-sulfida bila berhubungan
dengan larutan sisa kegiatan tambang yang mengandung Zn, Cu, Fe dan lain-lain.
7. Pengaruh atau pekerjaan makhluk (biota) dalam larutan
Moluska, Crinoida, dan lain-lain akan menyerap CaCO3 dari air laut dan
mengeluarkannya lagi dalam bentuk bahan- bahan pelindungnya (cangkang),
dalam bentuk Aragonite atau Kalsit. Radiolaria dan bunga-bunga karang (spons)
mengeluarkan bahan silisium dan membentuk diatome. Diatome ini dapat
ditemukan di daerah Sangiran, Sragen. Limonit dan belerang dapat terjadi karena
pengaruh bakteri dalam air yang mengandung besi atau sulfat (di Gunung Ijen).
2. 2. 2 Magma
Banyak mineral mineral (bijih - bijih) yang penting seperti Magnetite,
Ilmenite, Chromite, Pyrrotite, Chalcopyrite, dan lain-lain berasal dari magma, ini
disebut mineral-mineral primer. Banyak bahan-bahan yang mudah menguap terlarut
dalam magma seperti uap air, Chlor, Fluor, Sulfur, Barium, CO2 dan lain-lain. Adanya
bahan-bahan ini akan menurunkan suhu penghabluran dan menurunkan kekentalan
atau viskositas magma dan dapat ikut menjadi persenyawaan yang sedang terbentuk
karenanya, baik besar maupun susunan mineral. Gas- gas yang keluar dapat
memberikan mineral- mineral baru. Hasil dari penyelidikan- penyelidikan mikroskop
terhadap banyak batuan ternyata sering menunjukan adanya urutan-urutan tertentu
dalam pembentukan mineral magmatis. Deretan yang disederhanakan ini akan terdiri
dari:
a. Bagian-bagian tambahan/aksesoris
Apatite Ca5(F,Cl,OH)(PO4)3CaF2
Zircon ZrSiO4
Magnetite Fe3O4
Hematite Fe2O3
Pyrite FeS2
b. Silikat-silikat dengan kadar Fe, Mg yang tinggi :
Olivine, Pyroxene, Amphibole, dan Biotite.
c. Silikat - silikat dengan kadar Ca yang tinggi :
Bagian Anorthite dari deret Plagioklas
d. Silikat-silikat yang kaya akan alkali :
Orthoclase dan bagian Albite dari deret Plagioklas atau pengganti Feldspar seperti
Leucite dan Nepheline (Feldspatoid).
e. Kadang-kadang kuarsa apabila dalam magma masih cukup asam silikat :
Karenanya maka mineral mineral ubahan yang menghablur lebih dahulu ini akan
selalu mendapat kesempatan untuk mendapatkan bentuknya sendiri, mereka ini
berbentuk sempurna atau idiomorf.
2. 2. 3 Sublimasi
Mineral-mineral yang terbentuk dari proses penghablur dari uap atau gas,
tetapi juga sebagai hasil interaksi gas yang lain atau gas dengan batuan . Contoh yang
umum dari sublimasi ialah pembentukan salju, sebagai hasil penghabluran uap air,
yang langsung terjadi seperti Halite, Salmoniak (NH4Cl), Belerang, Asam Borat,
Ferri Klorida dan lain-lain.
Di dekat lubang kepundan sering kita jumpai Hematite dalam lubang-lubang
lahar sebagai hasil interaksi Ferri Klorida dan uap air menurut ;
2FeCl3 + 3H2O Fe2O3 + 6 HCl
yang lebih penting lagi ialah mineral-mineral yang terbentuk sebagai hasil reaksi gas-
gas (Cl ,B, S, H2O dan lain-lain) dengan batuan yang berdekatan (intrusi- intrusi
magma granitik). Mineral yang terbentuk dengan jalan ini disebut sebagai hasil proses
Pneumatolistis. Sebagai contoh ialah pembentukan Cassiterite (SnO2) yang sering
bersama sama dengan Fluorite (CaF2), menurut reaksi :
Uap air dan SnF4 yang mudah menguap itu mengadakan interaksi, maka
terbentuklah Cassiterite dan asam fluor dan asam ini yang merupakan bahan larutan
kimia, maka akan merubah sifat, struktur, dan susunan mineral baru bila berhubungan
dengan bahan atau batuan lain. Mineral-mineral lain yang terjadi sebagai hasil
pneumatolisis ialah Tourmaline, Topaz, Apatite, Scapolite dan Phlogopite.
2. 2. 4 Metamorfisme
Metamorfisme terjadi akibat faktor- faktor tertentu seperti panas uap air,
tekanan, dan pengaruh kimia larutan maka batuan beku maupun batuan endapan akan
mengalami perubahan tanpa adanya perubahan fase (dari padat ke padat). Perubahan
yang terjadi di bagian luar saja disebut metamorfisme lokal, thermal, atau kontak.
Tipe metamorfisme ini jelas dekat dengan batholith, stock, tiang-tiang intrusi/dyke
dan lain-lain,
dan terjadi pada batuan- batuan yang tua, terutama yang tidak mudah terkena
pengaruh intrusi.
Perubahan ini dapat pula meliputi daerah yang luas yang umumnya karena
pengaruh- pengaruh orogenetis atau pembentukan pegunungan- pegunungan.
Perubahan-perubahan ini adalah akibat metamorfisme regional atau metamorfisme
dinamo.
2. 3. TERDAPATNYA MINERAL
Mineral tersebar di antara mineral atau batuan yang lain atau terikat sebagai
kristal-kristal atau kerak pada mineral atau batuan lain. Bila tersebar, mereka ini
memberikan bentuk- bentuk kristalnya meskipun dalam bentuk butir- butir, misalnya
mineral Pyrite dalam urat Quartz. Pecahan-pecahan atau celah-celah yang terisi
mineral disebut urat atau vein dan jika terikat macam- macam mineral yang
diendapkan secara berlapis disebut urat yang berlapis-lapis. Bangun serta sifat fisis
yang umum bagi urat-urat tergantung dari bentuk celah di mana mineral-mineral
diendapkan.
Dalam batuan yang padat dan homogen seperti Granite, maka celah tadi
cukup teratur dan halus permukaannya. Bila batuan mudah pecah atau berbutir-
butir seperti pada Schist, maka kita dapatkan celah- celah saja, sedangkan pada
batuan- batuan yang mudah larut/lapuk seperti pada batuan kapur, maka bentuk
celah tidak teratur lagi. Urat yang khas terdiri atas endapan-endapan mineral yang
mengisi celah-celah dengan batas-batasnya yang jelas (berlapis-lapis).
Kandungan mineral dalam urat-urat tergantung dari susunan kimiawi larutan
dimana mineral-mineral dihablurkan. Banyak sekali macam-macam urat sehinga
pengumpulan atau asosiasi mineral akan bermacam- macam juga. Tetapi terdapat
mineral-mineral tertentu dan pencampuran yang sering terdapat didalamnya.
Sulfida merupakan mineral yang umum dalam urat-urat. Mineral-mineral urat
yang umum ialah : Pyrite (FeS2), Chalcopyrite (CuFeS2), Galena (PbS), Sphalerite
(ZnS), Chalcocite (Cu2S), Bornite (Cu5FeS4), Marcasite (FeS2), Arsenopyrite
(FeAsS), Stibnite (Sb2S3), Tetrahedrite [Cu6[Cu4(Fe,Zn)2]Sb4S13] dan lain-lain.
Selain itu terdapat juga mineral-mineral bukan logam yang kurang penting
dalam arti komersial yang disebut mineral-mineral tambahan, seperti Quartz (SiO2),
Urat Pb - Zn
Mineral mineral Pb dan Zn terendapkan secara bersamaan terutama pada
endapan-endapan yang terdapat dalam batuan kapur. Mineral-mineral utama dari
endapan ini ialah Galena, Sphalerite, Marcasite, Chalcopyrite, Smithsonite
(ZnCO3), Calamine, dan lain-lain
Urat Cu - Fe
Sulfida- sulfida Cu dan Fe agak umum bersama- sama dan mineral- mineral
utama dalam urat- urat ini ialah Pyrite, Chalcopyrite, Chalcocite, Bornite,
Tetrahedrite, Enargite dan lain-lain
2. 5. KEGUNAAN MINERAL
Kegunaan mineral apabila dilihat dari sudut ekonomis maka mineral-mineral
merupakan bahan yang sangat penting karena bahan sehari-hari yang berupa bahan
organik umumnya berupa mineral atau bahan yang berasal dari mineral.
2. 6. MINERAL PERMATA
Sifat fisis mineral yang berdasar atas warna, kilap, dan kekerasannya adalah
penentu nilai mineral sebagai permata. Pada beberapa mineral permata, penilaian
sebagai permata berdasarkan salah satu sifat fisis tadi misalnya pada Turquoise kita
nilai mengingat warnanya, tetapi pada mineral-mineral lain seperti Intan, Saphire,
Zamrud dan lain-lain mempunyai campuran sifat-sifat fisis tadi sehingga penilaian kita
terhadapnya akan lebih tinggi. Harga yang mahal dijumpai pula apabila mineral yang
bersangkutan jarang atau sukar didapatkan, juga karena banyaknya permintaan.
Corundum
Ruby dan Sapphire merupakan varietas Corundum, Ruby berwarna merah dan yang
mahal berwarna merah tua agak ungu. Sapphire berwarna biru, tetapi pada umumnya
jenis yang tidak berwarna merah disebut Sapphire.
Beryl
Emerald/Zamrud merupakan salah satu varietas Beryl yang berwarna hijau.
Aquamarine merupakan varietas Beryl yang berwarna biru atau hijau kebiruan.
Morganite berwarna merah muda, sedangkan Golden Beryl berwarna kuning.
Tourmaline
Jenis yang bernilai permata ialah yang berwarna dan jernih. Tourmaline sendiri
umumnya berwarna hijau, sedang yang merah atau merah muda kita kenal sebagai
Rubelitte, biru tua sebagai Indicolit, sedang yang hijau kita kenal sebagai Brazillian
Emerald.
Topaz
Topaz yang tidak berwarna atau bening bernilai ekonomi relatif kecil, sedangkan
Topaz yang bernilai tinggi umumnya yang berwarna biru muda, coklat, kuning emas
atau merah muda.
Zircon
Zircon yang berwarna ialah yang termasuk mineral permata, varietas-varietas yang
merah, kuning dan coklat disebut Hyacinth, sedang selain warna tersebut disebut
Yargon.
Quartz
Banyak varietas Quartz yang termasuk mineral permata walaupun relatif kecil nilai
ekonominya. Misalnya Amethyst yang berwarna ungu, kemudian coklat tua atau
hitam disebut Smoky Quartz, Quartz yang terisi Rutile, Aventurine ialah Quartz yang
terisi mineral-mineral Hematite atau Mika. Varietas-varietas dengan kristal-kristal
yang halus kita kenal sebagai Carnelian ialah Kalsedon Merah, Chrysopras ialah
Kalsedon hijau, Heliotrop atau Bloodstone ialah Kalsedon hijau dengan titik merah
di dalamnya, dan lain-lain.
Graphite yang dicampur bahan lempung yang tahan api banyak digunakan
di industri baja, dalam bentuk cetakan atau cawan- cawan.
Bauxite yang di campur bahan perekat lain, sesudah diberi bentuk tertentu
banyak digunakan dalam industri-industri berat, walaupun lebih mahal
dari bahan-bahan lempung tetapi lebih tahan terhadap api dan gosokan.
Contoh mineral sebagai bahan baku pembuatan pot, gelas dan email :
Lempung, walaupun banyak macam lempung, tetapi dapat dipilih sesuai
dengan tujuan pemakaiannya. Lempung banyak digunakan dalam
industri karena dalam keadaan basah dapat dibentuk sesuai keinginan
secara mudah dan sesudah dipanasi akan memberikan bahan-bahan yang
kuat atau tahan lama. Banyak digunakan dalam pembuatan batu merah,
alat- alat keperluan rumah tangga, alat alat listrik dan lain-lain.
Quartz dalam bentuk pasir atau batuan pasir banyak digunakan dalam
industri gelas dan kaca.
Feldspar banyak digunakan dalam industri- industri gelas juga, khususnya
mengingat kandungan Al nya, kini banyak diganti oleh Nephelin.
Fluorite banyak digunakan dalam pembuatan kaca yang tidak tembus
cahaya atau yang kurang dapat ditembus cahaya, begitu juga untuk kaca
yang berwarna.
Arsen
unsur Cu, Au, Pb dan Ag. Banyak juga didapatkan dari peleburan bijih-bijih
Cu dari mineral Enargite (CuAsS4).
Arsenopyrite kerasnya 6 Skala Mohs, berat jenis sekitar 6 g/cm3, warna
kelabu sampai putih seperti perak, kilat logam, cerat hitam kelabu tua,
bentuk kristalnya yang khas berupa bijih dari sistem rhombis.
Bismuth
Bismuth, Bi
Bismuthinite, Bi2S3
Penghasil Bi yang utama adalah mineral Bismuth, tetapi mengingat
sedikitnya yang kita dapatkan di alam, maka Bi banyak berasal dari peleburan
untuk Au dan Ag.
Cadmium
Greenockite, CdS
Greenockite yang merupakan salah satu mineral Cd hanya sedikit kita jumpai
di alam. Logam Cd yang banyak kita gunakan berasal dari peleburan bijih
bijih Zn yang mengandung sedikit Cd.
Chromium
Chromite, FeCr2O4
Crocoite, PbCrO4
Chromite merupakan sumber Cr yang utama.
Cobalt
Tembaga
Tembaga, Cu Cuprite, Cu2O
Chalcocite, Cu2S Atacamite, Cu2Cl(OH)3
Bornite, Cu5FeS4 Malachite, Cu2CO3(OH)2
Chalcopyrite, CuFeS2 Azurite, Cu3(CO3) 2(OH)2
Cobelite, CuS Antlerite, Cu3SO4(OH)4
Tetrahedrite, (Cu,Fe,Zn,Ag) 12Sb4S13
Chalcanthite, CuSO4.5h2o
Enargite, Cu3AvsS4
Chrysocola, CuSiO3.2H2O
Chalcopyrite dan Bornite merupakan penghasil Cu yang utama sedang
Chalcocite yang merupakan hasil perkayaan sekunder dalam urat banyak pula
digunakan.
Emas
Emas sering tercampur dengan sedikit Ag
Calaverite, AuTe2 Krennerite, AuTe2
Petzite, (Ag,Au)2Te Sylvanite, AuAgTe4
Sumber utama bagi emas terdapat pada mineral emas itu sendiri. Sering kita
jumpai juga pada mineral-mineral telluride
Besi
Timbal
Galena, PbS Vanadinite, Pb5Cl(VO4) 3
Cerrusite, PbCO3 Anglesite, PbSO3
Phosgenite, Pb2Cl2CO3 Crocoite, PbCrO4
Pyromorphite Pb5Cl(PO4) 3 Wulfenite, PbMoO4
Mimetite, PbCl(AsO4) 3
Sumber utama bagi Pb adalah Galena, sedang Cerrusite dan Anglesite dapat
juga kita pakai. Galena sering kita jumpai bersama-sama dengan bijih - bijih
Zn, Sphalerite dan juga bijih-bijih Ag.
Magnesium
Carnallite, KMgC13.6H2O
Mg kita jumpai juga dalam mineral - mineral Magnesite dan Dolomite dalam
jumlah yang cukup banyak, namun Mg yang kita pakai umumnya berasal dari
Elektrolisis MgCl2 dan Carnallite.
Mangan
Franklinite, (Fe,Zn,Mn,)(Fe,Mn) 2O4
Alabandite, MnS Psilomelane, H4R2Mn8O20
Pyrolusite, MnO2 Rhodonite, MnSiO3
Manganite, MnO(OH) Braunite, Mn(Mn,Si)O3
Rhodochrosite, MnCO3
Mn kita jumpai di mana-mana dalam jumlah sedikit, yang banyak kita jumpai
dalam bentuk silikat, oksida dan karbonat karbonat. Bentuk oksida yang
terbanyak kita jumpai, dan dari oksida-oksida inilah Mn dihasilkan. Endapan
Mn umumnya bersifat sekunder. Mn dari silikat-silikat pembentuk batuan
karena pelapukan akan berubah menjadi oksida.
Bijih Mn yang dapat dipertimbangkan secara menguntungkan ialah yang
berkadar minimum 40% Mn dan kandungan P serta SiO2 harus rendah.
Air Raksa
Cinnabar, HgS
Hg tidak begitu banyak kita jumpai di alam. Sumber Hg yang utama adalah
Cinnabar.
Molybdenum
Molybdenite, MoS2 Wulfenite, PbMoO4
Molybdenite merupakan penghasil utama logam Mo, terkadang juga
digunakan Wulfenite.
Nikel
Platina
Platina, Pt
Sperrylite, PtAs2
Penghasil logam ini ialah mineral dalam bentuk unsur Platina. Kadang-
kadang juga Sperrylite.
Perak
Syl
van
ite,
(Au
,Ag
)Te
2
Cer
arg
yrit
e,
Ag
Cl
Timah
Stannite, Cu2FeSnS4
Cassiterite, SnO2
Cassiterite merupakan penghasil Sn yang utama.
Titanium
Ilminite, FeTiO3 Brookite, TiO2
Rutile, TiO2 Sphene, CaTiSiO5
Ti merupakan unsur jarang tetapi kita dapatkan secara luas di alam. Penghasil
Ti ialah Rutile dan Ilminite.
Tungsten/Wolframium
Wolframite, (Fe,Mn)WO4 Huebnerite, MnWO4
Ferberite, FeWO4 Scheelite, CaWO4
Penghasil W adalah Wolframite dan Scheelite.
Zincum/Seng
Sphalerite, ZnS Smithsonite, ZnCO3
Zincite, ZnO Nemimorfite, Zn4Si2O7(OH) 2
Willemite, Zn2SiO4
Franklinite, (Fe,Zn,Mn)(Fe,Mn) 2O4
Sphalerite merupakan bijih Zn yang utama
1. WARNA
Apabila suatu mineral dikenai cahaya, maka cahaya yang mengenai permukaan
mineral tersebut sebagian akan diserap dan sebagian akan dipantulkan. Warna
penting untuk membedakan antara mineral akibat pengotoran dan warna asli (tetap)
yang berasal dari elemen utama pada mineral tersebut.
Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada
mineral disebut dengan nama Idiochromatic.
Misal : sulfur berwarna kuning dan magnetit berwarna hitam.
Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur lain, sehingga
memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan
nama Allochromatic.
Misal :
Halite, warnanya dapat berubah menjadi :
• abu-abu
• biru bervariasi
• kuning
• coklat gelap
• merah muda
Quartz tak berwarna, tetapi karena ada pengotor, warna dapat berubah
menjadi :
• ungu
• merah muda
• coklat gelap
kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada mineral
disebut denga nama Chromophores.
Misal : ion-ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan Chromophores dalam
mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau (Malachite) dan biru
(Azurite).
2. PERAWAKAN KRISTAL
Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka
mineral akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Tetapi bentuk ini jarang
didapatkan karena di alam gangguan-gangguan tersebut pasti ada. Mineral yang
dijumpai di alam sering bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya,
sehingga sulit untuk mengelompokkan mineral dalam sistem kristalografi. Sebagai
gantinya, dipakai istilah perawakan kristal. Bentuk khas mineral ditentukan
oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-
bidang tersebut. Kita perlu mengenal beberapa perawakan kristal yang terdapat
pada jenis mineral tertentu, sehingga perawakan kristal dapat dipakai untuk
penentuan jenis mineral, walaupun perawakan kristal bukan merupakan ciri
tetap mineral.
A. Elongated habits
1. Meniang (Columnar)
Bentuk kristal prismatik yang menyerupai betuk tiang
Contoh : Tourmaline, Pyrolusite, Wollastonite
2. Menyerat (Fibrous)
Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil
Contoh : Asbestos, Gypsum, Tremolite, Silimanite
3. Menjarum (Acicular)
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil
Contoh : Natrolite, Glaucophane, Rutile
4. Menjaring (reticulate)
Bentuk kristal yang kecil panjang tersusun menyerupai jarring
Contoh : Cerussite
5. Membenang (Filliform)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang
Contoh : Silver, Zeolite
6. Merambut (Capilery)
Bentuk kristal kecil-keil yang menyerupai rambut
Contoh : Cuprite, Bysolit
7. Mondok (Stout)
Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal dengan
sumbu c lebih pendek dari sumbu yang lainnya.
Contoh : Zircon, Garnet
8. Membintang (Stellated)
Bentuk kristal yang menyerupai bintang
Contoh : Pyrophyllite, Aragonite
9. Menjari (Radiated)
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk jari
Contoh : Marcasite, Wavellite
B. Flattened habits
1. Membilah (bladed)
Bentuk kristal yang panjang, tipis menyerupai bilah kayu
Contoh : Actinolite, Kyanite, Calaverite
2. Memapan (tabular)
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk papan, dengan perbandingan
antara tebal dan lebar tidak terlalu jauh
Contoh : Barite, Topaz
3. Membata (blocky)
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk bata
Contoh : Microcline, Feldspar, Calcite
4. Mendaun (foliated)
Bentuk kristal pipih yang berlapis
Contoh : Mika, Chlorite
5. Memencar (divergent)
Bentuk kristal yang menyerupai kipas terbuka
Contoh : Aragonite
6. Membulu (plumose)
Bentuk kristal yang menyerupai tumbukan bulu
Contoh : Mika, Aurichalcite, Mottramite
C. Rounded habits
1. Mendada (mamillary)
Bentuk kristal yang menyerupai buah dada
Contoh : Malachite, Opal, Hemimorphite
2. Membulat (colloform)
Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat
Contoh :Bismuth, Smalite, Pyrolusite
A. ELONGATED HABITS
B. FLATTENED HABITS
C. ROUNDED HABITS
7. Mengginjal ( Reniform)
Contoh : - Hematite
3. KILAP
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah
mineral, yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan
pembiasan (refraksi). Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari
mineral. Nilai ekonomis mineral kadang-kadang ditentukan oleh kilapnya.
Macam-macam kilap :
• Kilap logam
Mineral-mineral Opaque yang mempunyai indeks bias lebih dari 3
contoh : Galena, Native metal, Sulfide, Pyrite
• Kilap sub metallic
Terdapat pada mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6 sampai 3
Contoh : Cuprite, Cinnabar, Hematite
• Kilap bukan logam
Mineral-mineral yang mempunyai warna terang dan dapat membiaskan,
dengan indeks bias kurang dari 2,5
Gores dari mineral-mineral ini biasanya tak berwarna atau berwarna muda.
4. KEKERASAN
Kekerasan mineral pada umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral
terhadap goresan. Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan cara
menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standar dari skala
Mohs yang sudah diketahui kekerasannya.
Skala kekerasan mutlak/absolut mineral dari Mohs :
1. Talc Mg3Si4O10(OH)2
2. Gypsum CaSO42H2O
3. Calcite CaCO3
4. Fluorite CaF2
5. Apatite Ca5(PO4)3F
6. Orthoclas K(Al2Si3O8)
7. Quartz SiO2
8. Topaz Al2SiO4(FOH)2
9. Corondum Al2O3
10. Diamond C
Misal suatu mineral digores dengan Kalsit (H = 3) ternyata mineral itu tidak
tergores, tetapi dapat tergores oleh Fluorite (H = 4), maka mineral tersebut
mempunyai kekerasan antara 3 dan 4.
Dapat pula penentuan kekerasan relatif mineral dengan mempergunakan alat-
alat sederhana yang sering terdepat di sekitar kita.
Misal :
• Kuku jari manusia H = 2,5
• Kawat tembaga H=3
• Pecahan kaca H = 5,5
• Pisau baja H = 5,5
• Kikir baja H = 6,5
• Lempeng baja H=7
Bilamana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh
kawat tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.
h
a-,
Railo-baCIO S<>mo FCNKWnMiaZ. or M...,.Iogy&n<l G
A Knoop 11nC1enter
-=: Hardness of minerals 1: the Mohs scale
;::!
Mlneralogl,sts conventionally characterize the hardness of
minerals by the Mohs Scale.which was dev sed by the German Diamond
..,· 8000 mlnoraloglst Friedrich Mohsin 1812. This scale runs from 1at
the softest to 10 at the hardest.and any mineral assigned a
greater value can scratch any mineral with a lessi;Jr value. 1500
Common minerals denne lhe integer values on U1is sc;ale,asis
A VICkl!ra rKIIBl tll
shown here. Common substances like glass ;and the lnuman
fingernail provide add tional benchmarks convenient to
measuring hardness according to the Mohs scale
r
The Mohs scale Is not linear,the integers assi!1nftd to key
;:: minerals do not allow determlnatlon of non-Integer Intermediate · - 15_,/
0000 values. and the procedure fo:r "scratching" was not well defined. 0
Moro qut: ntltatlve schemes to measure hardness Include the
Knoop scale,devised by Frederick Knoop of the U.S.National
Bureau of Standards In 1939. Knoop,hardness of a substance Is
r -<::> J.:...;::;
determined by measuring the erea of a "diamond-shaped"
:"r' Indentation made by a particular set of facets of a dla1nond 1000 I::V .,:·;...h•.r.. 1022.
a. pressed Into the substance at a set pressure for a set time Grun<Jrln dot Mtno,-,lo(/1<1 (two
vo umes, 1822' ond 1824) Or.Wen
s
0
8 9 10 C"yt>tJI•ns: W MW goocllleo.
lti1CIO(lt
4 cornlunr..,.-bkklen_geolouyt
rocll_p<opert 1eo.n1m
Steel or a pocket knife Window glass Steel file Mohs Hardness lBR HardnocaTrc"dc29 112000 ;::!
8
'--'\
Buku Panduan Praktikum 2018/2019
5. GORES (STREAK)
Gores adalah warna asli dari mineral apabila mineral ditumbuk sampai halus.
Gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan karena selalu stabil dan penting
untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi goresnya berbeda.
Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskannya pada keping porselin, tetapi
apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka dapat dicari dengan
cara menumbuk sampai halus menjadi tepung.
Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.
Contoh : Quartz = putih atau tidak berwarna
Gypsum = Putih atau tidak berwarna
Calcite = tak berwarna
Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih
terang daipada warna mineralnya sendiri.
Contoh : Leucite = warna abu-abu, gores putih
Dolomite = warna kuning, gores putih
Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempnyai gores yang
lebih gelap daripada warna mineralnya sendiri.
Contoh : Pyrite = warna kuning, gores hitam
Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan warna yang
sama.
Contoh : Cinnabar = warna dan gores merah
Magnetite = warna dan gores hitam
6. BELAHAN
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastisitas
dan plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah, dengan bentuk
teratur mengikuti bidang belah.
Belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal yang
rata, karena belahan merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal.
Belahan tersebut akan menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian yang kecil,
yang setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata.
Berdasarkan dari bagus atau tidaknya permukaan bidang belahannya, belahan
dapat dibagi menjadi :
1. Sempurna (perfect)
yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang
merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang
belahannya. (contoh : Calcite, Muscovite, Galena, Halite).
2. Baik (good)
yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang
merupakan bidang yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui
bidang belahannya.(contoh : Feldspar, Diopsite, Augite, Rhodonite).
3. Jelas (distnict)
yaitu apabila belahan mineral terlihat dengan jelas tetapi mineral tersebut
sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata. (ex :
Staurolite, Scapolite, Hornblende, Feldspar)
4. Tidak jelas (indistinct)
yaitu apabila arah belahannya masih terlihat tetapi kemungkinan untuk
membentuk belahan dan pecahan sama besar. (ex : Corondum, Platina,
Gold, Magnetite).
5. Tidak sempurna (imperfect)
yaitu apabila mineral sudah tidak dapat terlihat lagi belahannya dan
mineral akan pecah dengan permukan yang tidak rata. ( ex : Apatite,
Native Sulfur)
7. PECAHAN (FRACTURE)
Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas
elastisitas dan plastisnya, maka mineral akan pecah membentuk retakan-
retakan yang tidak teratur.
1. Conchoidal : pecahan yang menyerupai pecahan botol dan kulit bawang.
(ex : Quartz, Obsidian, Rutile)
2. Hackly : pecahan yang runcing-runcing tajam, serta kasar tak beraturan
atau bergerigi. (ex : Copper, Platinum, Silver, Gold)
3. Even : pecahan dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan
ujung pecahan masih mendekati bidang datar. (ex : Muscovite, Talc,
Biotite, Mineral lempung)
4. Uneven : pecahan yang menunjukkan permukaan bidang pecahnya kasar
dan tidak teratur. Sebagian besar mineral mempunyai pecahan uneven.
(ex : Calcite, Orthoclase, Sulfur)
5. Splintery : pecahan yang hancur menjadi kecil-kecil dan tajam
memyerupai benang atau berserabut. (ex : Fluorite, Anhydrite)
6. Earthy : pecahan mineral yang hancur seperti tanah. ( ex : Kaolin, Biotit,
Muscovit, Talc).
Berat mineral
BJ =
Volume mineral
Cara 1 :
Dengan mempergunakan gelas ukur dan timbangan analitik. Mineral di
masukkan ke dalam gelas ukur yang telah diisi oleh air, dan jumlah air telah
diketahui dengan pasti.
Besarnya air yang tumpah atau kenaikan air pada gelas ukur dapat dibaca.
Berat jenis dapat diukur dengan berat mineral yang telah ditimbang dibagi
dengan volume air yang tumpah.
Cara 2 :
Dengan menggunakan alat piknometer dan timbangan analitik. Jika mineral
dalam bentuk butiran atau fragmen kecil maka untuk menentukan berat jenis
dengan menggunakan piknometer. Botol diisi dengan air destilasi hingga penuh,
kemudian botol tersebut diisi mineral, volume air yang tumpah merupakan
volume mineral tersebut. Untuk menentukan massa mineral dilakukan
penimbangan. Densitas mineral tersebut didapatkan dari hasil bagi antara
massa mineral dengan volume mineral (volume air tumpah).
2. Mineral Oksida
Terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur
tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida
umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka
juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida
adalah besi, kromium, mangan, timah dan aluminium.
• Ilmenite (FeTiO3)
• Titanomagnetite (TiO2)
• Limonite (Fe2O2)
• Magnetite (Fe3O4)
• Manganite (MnO(OH))
• Hematite (Fe2O3)
• Oker merah (Fe2O3)
• Cassiterite (SnO2)
3. Mineral Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini
terbentuk dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang).
Pada umumnya unsur utamanya adalah logam (metal).
Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk di sekitar
wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses
mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur.
Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma,
kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada di sekitarnya. Pembentukan
mineralnya biasanya terjadi di bawah kondisi air tempat terendapnya unsur
sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan
sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal (air panas).
• Chalcopyrite (CuFeS2)
• Pyrite (FeS2)
• Galena (PbS)
• Cinnabar (HgS)
• Chalcocite (Cu2S)
• Sphalerite (ZnS)
• Alabaster (CaSO4.nH2O)
• Gypsum (CaSO4.2H2O)
• Anhydrite (CaSO4)
• Baryte (BaSO4)
• Celestite (SrSO4)
5. Mineral Karbonat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO32-), dan disebut karbonat,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat,
CaCO3 dikenal sebagai mineral kalsit. Mineral ini merupakan susunan
utama yang membentuk batuan sedimen. Karbonat terbentuk pada
lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Karbonat juga terbentuk
pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua
(caves), stalaktit, dan stalagmit.
• Dolomite [CaMg(CO3)2]
• Aragonite (CaCO3)
• Calcite (CaCO3)
• Siderite (FeCO3)
• Malachite [Cu2CO3(OH)2]
• Azurite [Cu3(CO3)2(OH)2]
• Fluorite (CaF2)
• Halite (NaCl)
• Sylvite (KCl)
• Atacamite [Cu2(OH)3Cl]
• Cerargyrite (AgCl)
• Cryolite (Na3AlF6)
7. Mineral Fosfat
a. Fosfat primer terbentuk dari pembekuan magma alkali yang
bersusunan nefelin, syenit, dan trakhit, mengandung mineral fosfat
Apatite, terutama Fluorapatite [Ca5(PO4)3F] dalam keadaan murni
mengandung 42 % (P2O52-) dan 3,8 % F2.
b. Fosfat sedimenter (marin), merupakan endapan fosfat sedimen yang
terendapkan di laut dalam, pada lingkungan alkali dan suasana tenang.
c. Fosfat guano, merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan
dan kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batugamping karena
pengaruh air hujan dan air tanah.
• Phospate (FeMg)Al2(PO4)2(OH)2
BAB III
ROCK FORMING MINERAL
(MINERAL PEMBENTUK BATUAN)
3. 1. DEFINISI
Batuan merupakan satuan pembentuk kulit Bumi atau Outer shell dari
bumi, sementara mineral merupakan satuan pembentuk batuan. Kemungkinan 99%
dari kulit Bumi terdiri atas 20 mineral utama dari ribuan mineral yang ada di Bumi.
Keberadaan mineral Feldspar tidak hanya dominan dalam mineral Silikat, tetapi
juga dominan sebagai mineral-mineral pembentuk batuan. Walaupun ada ratusan
mineral tetapi hanya ada beberapa yang dijumpai mineral-mineral pembentuk
batuan yang sebagian besar adalah pembentuk batuan beku dan batuan sedimen.
Untuk batuan metamorf sendiri secara kimiawi sama dengan batuan beku dan
sedimen.
Unsur-unsur utama penyusun kerak Bumi
Nama Unsur Berat No. Atom Volume
Oxygen 46,6 62,6 93,3
Silika 27,7 21,2 0,9
Alumunium 8,1 6,5 0,5
Besi 5 1,9 0,4
Kalsium 3,6 1,9 1
Sodium 2,8 2,6 1,3
Potasium 2,6 1,4 1,8
Magnesium 2,1 1,9 0,3
Elemen lain 1,5 - -
3. 2. REAKSI BOWEN
Mineral-mineral yang penting dalam pembentukan kulit bumi adalah pada seri
Reaksi Bowen :
Ca Rich
Na Rich
Gambar IV.2
Discontinuous Series :
– Mineral yang terbentuk secara tidak terus-menerus. Pada suhu yang tinggi terbentuk
mineral Olivine. Kemudian suhu menurun terus - menerus hingga terbentuk
mineral Piroksen dimana mineral Olivine sudah tidak terbentuk lagi. Begitu
seterusnya sampai terbentuknya mineral Biotite.
- Didominasi oleh mineral-mineral Mafic (mineral Gelap).
Continuous Series :
– Mineral terbentuk secara terus menerus. Pada suhu yang tinggi terbentuk mineral
Anorthite ( Plagioklas Ca ). Kemudian suhu menurun terus menerus hingga
terbentuk mineral Bitownit, tetapi mineral Anorthite masih terbentuk. Begitu
seterusnya sampai terbentuk Mineral Albite.
– Disebut Juga dengan Kelompok Plagioklas.
– Didominasi Oleh mineral Felsik ( Mineral terang ). Sampai pada suhu yang rendah
± 5700 Mineral Biotite dan Mineral albite saling bertemu dan terbentuklah mineral
K.Feldspar lalu Muskovit dan Quartz.
• Industri gelas.
• Industri Refractory.
• Industri Pengecoran Logam.
• Industri glass-wool.
• Industri Amplas.
• Industri Bangunan dan semen
Variasi :
B. Feldspar
Dibagi dalam 2 golongan :
• Alkali Feldspar, terdiri dari :
Orthoclase.
Anorthoclase.
Sanidine.
Microcline.
Adularia.
• Plagioclase , terdiri dari :
Albite (Sodic).
Oligoclase.
Andesine.
Labradorite.
Bytownite.
Anorthite ( Calcic ).
Praktikum Megaskopis hanya dapat membedakan Kalium Felspar (didominasi
Orthoklas dengan Plagioklas ).
• Orthoclase ( KAlSi3O8 )
Merupakan Feldspar Sumber utama dari unsur K yang ada dalam tanah.
Berat Jenis : 2,6 g/cm3.
Kekerasan : 6 Skala Mohs.
Warna : Abu-abu kemerahan atau tak berwarna.
Sistem Kristal : Monoklin , Prismatik, memanjang atau sejajar atau
membutir dan massif.
Kilap : Vitreous Luster dengan kenampakan Transparan
atau Translucent
Penggunaan : Karena sifatnya yang tidak stabil, jarang dijumpai Orthoclase
yang terkonsentarsi dalam keadaan segar, tetapi
ditemukan dalam keadaan alterasi menjadi Serisit dan
merupakan bahan dasar Industri Keramik
Orthoclase sebagian besar terdapat pada batuan beku asam.
• Plagioclase (NaCaAl2Si3O8).
Dalam penentuan Albite sampai Anorthite, volume persentase 100% dari An +
Ab . Jadi antara Albite sampai Anorthite merupakan Anggota Isomorphorus series.
Sistem Kristal : Triklin.
Berat Jenis : Albite = 2,26, Anorthite = 2,276.
Kekerasan : 6 Skala Mohs.
C. Feldspatoid (Foid)
Mineral ini sebagai pengganti Feldspar. Feldspatoid akan terbentuk dalam suatu
batuan apabila dalam batuan tersebut tidak cukup terdapat SiO2 bebas. Feldspar dan
Feldspatoid tidak akan ditemukan dan terbentuk secara bersamaan dalam satu tubuh
batuan yang sama.
Mineral Yang termasuk, dalam Feldspatoid adalah :
• Nepheline (KNaAl2Si2O4) • Scapolite (Ca4(Al2Si2O8)3(CO3))
• Leucite (KAlSi2O6) • Cancrinite (Na3Ca(Al3Si3O12)CO3(OH2 ))
• Sodalite (NaAl3Si3O12) • Analcite Na ( AlSi2O6 ) H2O )
Tetapi dari keenam jenis mineral ini hanya 2 yang umum dan sering di jumpai
yaitu Nepheline dan Leucite.
• Nepheline ( KNaAl2Si2O4 )
Warna : Putih kuning ,tetapi yang massif warnanya bervariasi, abu– abu
merah
Sistem Kristal : Hexagonal.
Berat Jenis : 2,255-2,66 g/cm3.
Kekerasan : 5,5, - 6,0 Skala Mohs
Kilap : Greasy Luster.
Nefeline berupa Rock- Forming Mineral yang sering dijumpai pada batuan beku
dalam bentuk dyke.
• Leucite ( KalSi2O6 )
Warna : Putih abu-abu.
Sistem Kristal : Pseudo Isometric dalam bentuk Pezehedron.
Berat Jenis : 2,45-2,50 g/cm3.
Kekerasan : 5,50-6,00 Skala Mohs.
Leucite mempunyai bentuk halus dan kecil terkenal dengan nama Fine Grain
Matrix.
Umumnya terdapat dalam batuan beku basa. Contoh : Gabbro, Basalt, Peridotite,
Dunite).
Fosterite Fayalite
Mg2SiO4 Fe2SiO4
OLIVINE
B. Kelompok Pyroxene
Merupakan kelompok mineral silikat kompleks dan mempunyai hubungan erat
dalam struktur kristal, sifat-sifat fisik dan komposisi kimia walaupun mereka
mengkristal dalam dua sistem yang berbeda yaitu Orthorombik dan Monoklin.
Secara struktur, piroksen terdiri dari mata rantai yang tidak ada habisnya dan
tetrahedral SiO4 yang diikat bersama-sama secara lateral oleh ion-ion logam Mg dan
Ca yang berikatan dengan oksigen, tetapi secara tidak langsung dengan silikon.
Setiap ion silikon berikatan dengan ion oksigen dan setiap oksigen dengan silikon
lainya atau ion logam menghasilkan rasio Si:O = 1 : 3 dan memberikan rumus kimia
Piroksen MgSiO3 atau CaMg(SiO3)2. Bentuk kristal Piroksen adalah prismatik sedang
belahan spesifik. Komposisi kimia piroksen secara umum adalah W1p(W1Y)1+pZ2O6
dimana symbol W, X, Y, Z menunjukan unsur yang mempunyai jari-jari ion yang
sama dan dapat menggantikan yang satu terhadap yang lainya dalam struktur.
W = Na,Ca X = Mg,Fe,Li,Mn
Y = Al,Fe,Ti Z = Si dan Al dalam jumlah yang kecil
Ukuran atom dari W ke Z berkurang. Karena subtitusi atom maka rumus kimia
Piroksen bervariasi. Dari rumus diatas p adalah 0 atau mendekati 0 untuk Diopside
Hedenbergite dan Gegirite Vodeite Series.
• P = 1 atau hampir untuk Piroksen Orthorombik
• P = variasi untuk Piroksen monoklin dan Pigeonit
Unsur-unsur yang lebih lengkap dari piroksen mungkin sebagai contoh adalah:
o Orthopiroksen MgFe+2Fe+3Al(SiAlO3)2
o Diopside Hedenbregite CaMgFe(SiO3)2
o Augite (CaMgFe+2)(MgFe+2AlFe+3)(SiAlO3)2
Unsur-unsur yang digarisbawahi adalah unsur yang penting. Dalam tubuh batuan
vulkanik, piroksen adalah Augite calcic rendah atau Pigeonite. Sedang dalam batuan
plutonik, piroksen adalah Augit atau piroksen orthorhombik, kalsium hampir bebas.
Dalam petrologi, biasanya secara megaskopis disebut saja piroksen dengan ciri
warna hijau sampai hijau kehitaman mempunyai belahan dengan sudut lebih kurang
900.
C. Kelompok Amphibole
Amphibole mungkin dapat dibagi menjadi lima seri yaitu: Antophyllite,
Cumingtonite-Qrunerite, Tremolite-Actionolite, Alluminian Amphibole, Sodic
Amphibole. Mereka ada hubunganya dalam sifat-sifat Kristalografi, sifat kimia dan
fisik.
Struktur amphibole adalah type Tetrahedral SiO4 dalam struktur rantai ganda,
berupa dua mata rantai tunggal dengan disela-sela Tetragonal dihubungkan oleh bagian
dari Oksigen,memberi rasio Si : O = 4 : 11 pengganti 1 : 3 dalam mata rantai
tunggal. Dalam struktur mata rantai ganda menempati sejajar sumbu C dan diikat bersa
secara lateral oleh ion logam. Kekuatan ikatan antara rantai-rantai tidak akan sekuat
ikatan Si-O, direfleksikan dalam serat yang berkembang baik atau keadaan prismatic
dari Amphibole dan dalam belahan prismatic.
Umumnya Amphibole membentuk seri isomorf dan replacement yang intensif
dari satu ion oleh ion-ion lainya mempunyai ukuran yang sama sehingga sangat
kompleks variasi komposisi kimianya.
Secara megaskopis untuk Amphibole disebut juga Hornblende dengan warna
variasi hitam, coklat, hijau dan mempunyai belahan membentuk sudut 540 dan
1260.
Amphibole dan Piroksen mempunyai persamaan dalam batuan beku yang bersifat
basa,dengan perbedaan adalah:
D. Kelompok Mika
Struktur mika adalah type Tetrahedron dalam lembar-lembar. Tiap SiO4
mempunyai tiga oksigen dan satu oksigen bebas, sehingga komposisi dan valensinya
diwakili oleh (Si4O10)4-
Jumlah oksigen dalam mika dua diantaranya membentuk kelompok hidroksil. F
adalah unsur minor yang konstan dalam Mika, ia mengganti OH dan mungkin
sebesar 6% dari Mika-mika Lithia.
Kelompok hidroksil diikat oleh Al, Mg, atau Fe sendiri. Struktur ini membutuhkan
lembar-lembar ganda dengan K ion terletak diantaranya. Struktur direfleksikan oleh
belahan bawah pada semua mika adalah elastic dan bisa dibedakan Chlorite yang
brittle.
Rumus umum Mika dapat ditulis :
W(XY)2-3Z4O10(OH,F)2
Di mana : W = K(Na) dalam Paragonite mineral yang sangat baik pada sekiot).
X&Y = Al, Li, Mg, Fe
Z = Si, Al
Analisis kimia batuan telah membuktikan bahwa hanya beberapa unsur saja yang
bertanggung jawab membentuk kerak bumi. Empat orang ahli mengadakan analisa
kimia sebanyak 5159 analisa batuan yaitu oleh : Washington, Nigli, Clarke, Daly
dengan unsur-unsur yang ada dalam kerak bumi :
O = 24% Fe = 5 % K = 2.5%
Si = 27% Ca = 3.5% Mg = 2.5 %
Al = 8% Na = 2.3%
Ternyata jumlahnya baru 98% sedangkan yang 2% lainya terdiri dari unsur -unsur
yang jarang tersebut. Sehingga berdasarkan jumlah terdapatnya dalam batuan,mineral
dapat dibedakan :
• Mineral Utama : Yaitu mineral yang mendominasi dalam suatu komposisi batuan
dan jumlahnya lebih dari 10% di mana mineral ini mempengaruhi
penamaan batuan.
Contoh : Kuarsa, Orthoklas, Plagioklas, Foid, Feldspar, Biotit (mika),
Hornblende, Piroksen, Olivin, Kalsit, Grafit.
• Mineral Tambahan : Mineral yang punya persentase sedikit dalam batuan
tetapi selalu dijumpai. Mineral ini jumlahnya kurang dari
seluruh komposisi batuan.
Contoh : Rutil, Zirkon, Turmalin.
• Mineral Sekunder : Mineral yang dibentuk dari mineral utama yang
disebabkan oleh proses alterasi.
Bentuk dan
Nama Mineral Warna Belahan Keterangan
Perawakan Kristal
Tidak teratur, Tidak
Olivin Hijau Kilap kaca
membutir dan massif sempurna
Tidak teratur,
Kuarsa Tidak berwarna 3 arah Kilap kaca/lemak
membutir dan massif
Coklat merah-
Garnet Poligonal, membutir Tidak ada Kilap kaca/mutiara
hitam
Tidak berwarna,
Kubus, masif,
Halit putih kekuningan, Sempurna Sebagai garam evaporite
membutir
merah
Tidak berwarna, Memapan, Lembar-lembar tipis
Gypsum Sempurna
putih membutir, menyerat terjadi karena evaporasi
Putih, abu-abu,
Anhidrit Massif, membutir Sempurna Karena evaporasi
biru pucat
Proses Mekanik :
- Pembekuan dan pencairan
- Insolasi
- Organisme
- Rain Drops
- Spheroidal Weathering
Proses kimiawi adalah proses pelapukan yang menyolok yang terdapat di iklim tropis
seperti halnya Indonesia.
Terdiri atas dua proses: - Larutan
- Aktivitas organisme
Larutan yang menyolok di Indonesia pada Batugamping dan Feldspar.
Larutan Batugamping :
Prosesnya dipengaruhi larutan yang mengandung H2O + CO2 yang bila hujan akan
membentuk Asam Karbonat (H2CO3) yaitu larutan yang mudah terpisah jadi ion-ion H+
dan HCO3-.
Jika kedua ion itu mengenai batu gamping(CaCO3) akan menjadi:
H++HCO3-+CaCO3 H2O+CO2+HCO3+CaO
Dalam batugamping akan terjadi topografi karst.
Larutan Feldspar
Yaitu mineral yang penting di dalam batuan beku
Contoh:
KAlSi3O8 + H2CO3 + H2O Al2Si2O5 + K2CO3 + Si2
BAB IV
MINERALOGI KIMIAWI
C. Nyala Api
a. Struktur nyala api.
D. Pembagian Penyidikan
a. Penyelidikan basah dengan regensia
1. Mutiara borax
Alat-alat : - lampu spirtus
- pipa tiup
- kawat platina
- jarum preparat
- gelas arloji
Regensia : - HCl encer
- Soda
- tepung borax Na2B4O7
Bahan : - pyrolusite (MnO2)
- prusi (CuSO4)
- Magnetit (Fe3O4)
- Kalium bichromat
Cara Penyelidikan
1. Bersihkan kawat platina dengan jalan memasukkannya ke dalam lampu spirtus,
supaya cepat bersih, masukkan ke dalam HCl encer, kemudian dipanaskan.
Begitu berulang-ulang sampai bersih (berwarna putih).
2. Masukkan kawat platina ke dalam tepung borax
3. Panaskan ke dalam api oksidasi sampai terbentuk manik-manik (mutiara borax)
yang berwarna jernih tanpa noda sedikitpun.
4. Masukkan mutiara borax (dalam keadaan panas) ke dalam bubuk mineral yang
akan diselidiki.
5. Panaskan dengan api oksidasi.
6. Amati dan catat warna pada waktu panas dan pada waktu dingin.
7. Buatla mutiara borax lagi dan masukkan ke dalam tepung mineral yang akan
diselidiki.
8. Panasi dengan api reduksi.
9. Amati dan catat warna pada waktu panas dan pada waktu dingin.
10. Cocokkan dengan tabel Bead Corolation Kranss, maka dapat diketahui unsur
yang diselidiki.
Berry L.G and Mason B., 1989, Mineralogy, Freeman W. and Co San Francisco
Dana ES., 1960, A Textbook of Mineralogy, John Willey and Sons Inc. New York
Danisworo C. Ir., 1980, Mineralogi (Buku Petunjuk Praktikum), Fakultas Teknik Geologi
UPN “Veteran” Yogyakarta.
Denned Williams H., 1960, Principle of Mineralogy, The Ronald Press Company, New York.
James Dwight Dana., 1887, Mineralogy and Petrography, John Willey and Sons Inc. New
York
Kraus E., Hunt WF. and Ramsdell LS., 1959, Mineralogy, Mc Graw Hill Book Company Inc.
New York.
LAMPIRAN
Cara Gambar Kristal
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL REGULER
1. Hexahedron
Langkah 1
Langkah 4
Keterangan :
- Bidang yang terlihat dari depan maka garis dibuat tegas sedangkan bidang yang tidak tampak dari
pandangan depan maka garis dibuat putus-putus. ( Berlaku untuk semua penggambaran sistem
kristal )
2. Pentagonal Dodecahedron
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 4
Langkah 6
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 4
Langkah 1
langkah 2
Langkah 4
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 4
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 5
Langkah 2
Langkah 2
- Hubungkan ujung-ujung
pada garis yang memotong
sumbu a+,a-,b+,b-,c+danc-.
- Lihat gambar disamping.
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL MONOKLIN
1. Kombinasi Monoklin Clino, Ortho, Basal Pinacoid
Langkah 1
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 2
Langkah 2
- Membuat proyeksi garis yang merupakan
pencerminan 1 bagian a+,a-
- Menuju bagian keempat dari sumbu b+
- Menujui bagian keempat dari sumbu b-
- Menuju bagian keenam dari sumbu c+
- Menuju bagian keenam dari sumbu c-
- Memperhatikan gambar disebelah,
Hubungkan garis-tersebut hingga
menampakan bentuk kristal.
- Lihat gambar disamping