Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI UMUM

ACARA I: BATUAN BEKU I

AFIF AHSANUL HILMAN

D111211057

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga Penyusun dapat menyusun laporan
praktikum Batuan beku 1 ini dengan baik. Adapun tujuan dari Penyusunan laporan ini
adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Petrologi Umum dan laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Batuan Beku dalam kehidupan sehari-
hari bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.
Penyusun mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan Bapak Dr. Ir
Irzal Nur, MT selaku dosen mata kuliah Petrologi Umum, asisten lab, serta kepada
berbagai pihak yang ikut berkonstribusi dalam Penyusunan laporan ini, sehingga
Penyusun dapat menyelesaikan laporan ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Pada laporan ini, penyusun menyadari bahwa hasil laporan praktikum ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata semoga laporan praktikum ini
dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Gowa, September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum..........................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup Praktikum..............................................................................2
1.4 Manfaat Praktikum........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................3
2.1 Pengertian Batuan Beku................................................................................3
2.2 Proses Pembentukan Batuan Beku.................................................................4
2.3 Struktur Batuan Beku....................................................................................9
2.4 Tekstur Batuan Beku...................................................................................10
2.5 Klasifikasi Batuan Beku................................................................................10
2.6 Batuan Beku Asam......................................................................................10
2.7 Batuan Beku Intermediet.............................................................................10
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM..................................................................12
3.1 Alat dan Bahan...........................................................................................12
3.2 Prosedur Praktikum.....................................................................................16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................19
4.1 Stasiun 1....................................................................................................19
4.2 Stasiun 2....................................................................................................21
4.3 Stasiun 3....................................................................................................21
4.4 Stasiun 4....................................................................................................21
4.5 Stasiun 5....................................................................................................21
4.6 Stasiun 6....................................................................................................21
4.7 Stasiun 7....................................................................................................21
4.8 Stasiun 8....................................................................................................21
.

BAB V PENUTUP.................................................................................................25

iii
5.1 Kesimpulan.................................................................................................25
5.2 Saran.........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Bowen,s Reaction Series (Syam, 2020) .................................................................

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Penggolongan Ukuran krostal fanerik (Zuhdi, 2019) ......................................


2.2 Visibilitas Mineral Afanitik (Zuhdi, 2019).......................................................

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi adalah Ilmu sains yang mempelajari komposisi bumi, struktur, sifat-
sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya. Orang yang mempelajari ilmu geologi
disebut geolog atau ahli geologi. Cabang-cabang ilmu geologi tersebut diantaranya
mineralogi, petrologi, stratigrafi, paleontologi, geologi struktur. Pada saat ini kita akan
berfokus pada salah satu cabang ilmu geologi dasar, yaitu petrologi. Petrologi adalah
bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi
pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan, yaitu
petrologi batuan batuan beku, petrologi batuan metamorf, dan petrologi batuan
sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata bahasa Yunani petra, yang berarti
batu (Noor,2009).
Petrologi ini memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis,
dan analisis kimia untuk menggambarkan suatu komposisi dan tekstur batuan. Ahli
petrologi modern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan
kecenderungan dan siklus geokimia dan penggunaan data termodinamika dan
eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan. Batuan adalah material alam yang
tersusun atas kumpulan mineral baik yang terkonsolidasi maupun yang tidak
terkonsolidasi yang merupakan penyusun utama kerak bumi serta terbentuk sebagai
hasil proses alam. Batuan bisa mengandung satu atau beberapa mineral. Batuan
dikelompokkan menjadi tiga yaitu batuan beku, sedimen dan batuan metamorf
(Syam,2020).
Setiap batuan terkandung beberapa mineral didalamnya dengan bentuk yang
beraneka ragam, dan bervariasi tergantung unsur pembentuknya. Mineral tersebut
memiliki warna, tesktur, sifat kristalinitas, dan granularitas yang berbeda. Oleh karena
itu, maka dilaksanakannya praktikum ini agar kita dapat mengetahui dan dapat
membedakan mineral-mineral yang terkandung didalam suatu batuan dan juga kita
dapat menentukan nama dan kegunaan dari batuan yang diteliti.

1
1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut.


1. Mempelajari dan memahami tentang batuan beku felsik dan intermediet serta
mendeskripsikannya berdasarkan tingkat kristanilitas, granualitas, dan fabrik.
2. Menentukan nama batuan beku felsik dan intermediet serta komposisi
mineralnya berdasarkan tingkat kristanilitas, granualitas, dan fabrik.
1.3 Ruang Lingkup

Praktikum Petrologi Umum dengan judul acara yaitu batuan beku 1, praktikan
mengamati batuan yang telah disediakan lalu menentukan sifat-sifat fisiknya, setelah itu
dapat menentukan nama batuan tersebut. Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 17
September 2022 pukul 07.00 Wita sampai 12.00 Wita di Laboratorium Analisis
Pengolahan Bahan Galian, Gedung Jurusan Geologi, Fakultas Teknik, Universitas
Hasanuddin.

1.4 Manfaat Praktikum

Pelaksanaan Praktikum Petrologi Umum acara I Batuan Beku 1 praktikan bisa


mengamati secara langsung dan melakukan kegiatan deskripsi dan identifikasi sampel
batuan yang telah disediakan di setiap stasiun mulai dari stasiun pertama hingga pada
stasiun kedelapan. Diharapkan praktikan kemudian mampu mendeskripsikan batuan
beku dengan baik dan mampu mengidentifikasikannya dari segi warna, tekstur, dan
struktur. Praktikan juga memahami siklus pembentukan batuan pada batuan beku dan
mampu menjelaskannya baik ditinjau dari segi fisik maupun kimiawi batuan beku
tersebut.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Batuan Beku

Batuan beku (Igneous rock) merupakan batuan yang berasal dari hasil proses
pembekuan magma dan merupakan kumpulan interlocking Agregat mineral mineral
silikat hasil pendinginan magma, terjadinya batuan beku dapat didalam bumi yaitu
batuan beku plutonik atau batuan beku intrusive maupun dapat terjadi dekat
permukaan atau dipermukaan bumi yaitu batuan beku vulkanik , atau batuan beku
ekstrusif. Igneous berasal dari kata ignis yang berarti api atau pijar,karena magma
merupakan material silikat yang panas dan pijar yang terdapat di dalam bumi
(Mujstagfirin, 2014)
Magma merupakan material silikat yang sangat panas yang terdapat di dalam
bumi dengan temperatur berkisar antara 600˚C sampai 1500˚C. Magma disusun oleh
bahan yang berupa gas (volatil) seperti H2O dan CO2, dan bukan gas yang umumnya
terdiri dari Si, O, Fe, Al , Ca , K , Mg, Na , dan minor element seperti V, Sr, Rb, dll.
Magma terdapat dalam rongga di dalam bumi yang disebut dapur magma
(magmachamber). Karena magma relatif lebih ringan dari batuan yang ada
disekitarnya dan komposisi magma yang mengandung gas, maka magma akan
bergerak naik ke atas (mustagfirin, 2014).
Dalam mempelajari batuan beku ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, di
antaranya struktur, tekstur, dan komposisi mineral dari suatu batuan beku. Struktur
batuan beku akan menentukan kondisi saat batuan beku tersebut terbentuk,
sedangkan tekstur batuan beku akan memberikan informasi mengenai lama waktu dan
proses-proses yang terjadi pada saat pembekuan magma menjadi batuan beku.
Komposisi mineral pada suatu batuan beku mencerminkan komposisi kimia dari
magma yang membentuknya, serta akan sangat berguna dalam menafsirkan
lingkungan tekntonik dan asal-usul dari magma tersebut (Maulana, 2019).
Gerakan dari magma ke atas ini kadang-kadang di sertai oleh tekanan yang
besar dari magma itu sendiri atau dari tekanan disekitar dapur magma, yang
menyebabkan terjadinya erupsi gunung api. 36 Erupsi gunung api ini kadang-kadang
hanya menghasilkan lelehan lava atau disertai dengan letusan yang hebat (eksplosif).

3
Lava merupakan magma yang telah mencapai permukaan bumi, dan mempunyai
komposisi yang sama dengan magma, hanya kandungan gasnya relatif lebih kecil
dibandingkan magma. Lava yang membeku akan menghasilkan batuan beku luar
(ekstrusif) atau batuan vulkanik. Magma yang tidak berhasil mencapai permukaan
bumi dan membeku di dalam bumi akan membentuk batuan beku dalam (intrusif) atau
batuan beku plutonik (Mustagfirin, 2014).

2.2 Proses Pembentukan Batuan Beku

Batuan beku merupakan kumpulan (aggregate) dari bahan yang lebur yang
berasal dari selubung bumi (mantel). Sumber panas yang diperlukan untuk meleburkan
bahan ini berasal dari dalam bumi, dimana temperatur pada umumnya bertambah
dengan 30oC setiap kilometer kedalaman (geothermal gradien). Bahan yang lebur ini,
atau magma, adalah larutan yang kompleks, terdiri dari silikat dan air, dan berbagai
jenis gas. Magma dapat mencapai permuakaan, dikeluarkan (ekstrusi) sebagai lava,
dan membeku di dalam bumi disebut batuan beku intrusif dan yang membeku
dipermukaan disebut sebagai batuan beku ekstrusif. Komposisi dari magma tergantung
pada komposisi batuan yang dileburkan pada saat pembentukan magma. Jenis batuan
beku yang terbentuk tergantung dari berbagai faktor diantaranya, komposisi asal dari
peleburan magma, kecepatan pendinginan dan reaksi yang terjadi didalam magma
ditempat proses pendinginan berlangsung. Pada saat magma mengalami pendinginan
akan terjadi kristalisasi dari berbagai mineral utama yang mengikuti suatu urutan atau
orde, umumnya dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen, Seri reaksi seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.1 (Noor,2012).

Gambar 2.1 Bowen’s Reaction Series (Syam, 2020)

Magma merupakan cairan yang panas, maka ion-ion penyusunnya akan


bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan,
pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun dan ion-ion tersebut akan

4
mulai mengatur dirinya menyusun bentuk yang teratur. Ion-ion tersebut akan
membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal yang teratur. Proses ini disebut
kristalisasi. Kecepatan pendinginan magma akan sangat berpengaruh terhadap proses
kristalisasi, terutama pada ukuran kristal. Apabila pendinginan magma berlangsung
dengan lambat maka ion-ion mempunyi kesempatan untuk mengembangkan dirinya
sehingga akan menghasilkan bentuk kristal yang besar. Sebaliknya apabila pendinginan
berlangsung cepat maka ion-ion tersebut tidak memiliki kesempatan untuk
mengembangkan dirinya sehingga akan membentuk kristal yang kecil. Apabila
pendinginan berlangsung sangat cepat maka tidak ada kesempatan bagi ion-ion untuk
membentuk kristal, sehingga hasil pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak
beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas. Pada saat magma
mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon akan saling mengikat pertama
kali untuk membentuk tetrahedral oksigen-silikon. Kemudian tetrahedral-tetrahedral
oksigen silikon tersebut akan saling bergabung dan dengan ion-ion lainnya akan
membentuk inti kristal dari bermacam mineral silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan
membentuk jaringan kristalin yang tidak berubah. Mineral yang menyusun magma tidak
terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu
akan mengkristal pada temperatur yang lebih tinggi dari mineral yang lainnya, sehingga
kadang-kadang magma mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material
yang masih cair. Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahan folatil juga
mempengaruhi proses kristalisasi. Magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka
kenampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi (Noor,2012).

2.3 Struktur Batuan Beku

Magma memiliki bahan-bahan yang terlarut di dalamnya yang bersifat volatile


gas (antara lain air, CO2, chlorine, fluorine, iro, sulphur dan bahan lainnya) yang
magma dapat bergerak, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk
mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku. Dalam perjalanan menuju bumi
magma mengalami penurunan suhu, sehingga mineral-mineral pun akan terbentuk.
Peristiwa ini disebut dengan peristiwa penghabluran. Sebagian besar struktur batuan
beku hanya dapat dilihat di lapangan saja, berikut dibawah beberapa struktur batuan
beku (Meiyer, 2016)
1. Pillow lava atau lava bantal yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik
bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.

5
2. Skoria yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi
lubanglubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
3. Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-
mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
4. Xenolitis yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan
lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan strukturstruktur
yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar ( joint) atau rekahan (fracture) dan
pembekuan magma, misalnya columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar
berlembar) (Meiyer, 2016).
1. Joint struktur merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang
tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat
dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample).
2. Masif yaitu jika tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak
menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen
lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
3. Vesikuler yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya
gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan
arah yang teratur.
Struktur bentuk batuan beku Batuan Plutonik dan batuan Vulkanik adalah istilah
untuk setiap massa batuan intrusif yang membeku dibawah permukaan bumi. Ada tiga
golongan besar bentuk struktur batuan intrusive yaitu lakolith, lopolith dan batholith.
Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan
yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai.
Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses geologi, baik
oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapat tersingka di
permukaan. Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan
bawahnya cekung ke atas (Sapiie, 2006).

2.4 Tekstur Batuan Beku

Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral
sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang

6
membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan
oleh tiga hal yang penting, yaitu kristalinitas, granularitas, bentuk kristal dan hubungan
antar kristal. Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas digunakan untuk menunjukkan berapa
banyak kristal yang berbentuk dan yang tidak berbentuk, selain itu juga dapat
mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya
berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya
berlangsung cepat maka kristalnya akan halus. Granularitas didefinisikan sebagai besar
butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran
butir, yaitu Fanerik atau fanerokristalin dan afanitik. Fanerik/fanerokristalin memiliki
ukuran kristal yang dapat dibedakan satu sama lain dengan mata telanjang. Kristal
jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi halus, sedang, kasar dan sangat kasar
sebagaimana ditunjukkan tabel 1.1 (Zuhdi, 2019)

Tabel 2.1 Penggolongan Ukuran krostal fanerik (Zuhdi, 2019)

Penggolongan Ukuran Kristal Fanerik Ukuran Kristal


halus (fine) < 1 mm
sedang (medium) 1 - 5 mm
kasar (coarse) 5 - 30 mm
sangat kasar (very coarse) < 30 mm

Afanitik memiliki ukuran kristal yang tidak dapat dibedakan dengan mata
telanjang sehingga diperlukan bantuan lensa pembesar. Batuan dengan tekstur 13
afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisa mikroskopis
dapat dibedakan:mikrokristalin, kriptokristalin dan amorf. Visibilitas ukuran kristal
ditunjukkan oleh tabel 1.2 (Zuhdi, 2019).

Tabel 2.2 Visibilitas Mineral Afanitik (Zuhdi, 2019)

Istilah Ukuran Kristal Visibilitas Ukuran


mikrokristalin dapat dilihat dengan mikroskop 0,1-0,01 mm
kriptokristalin sulit dilihat dengan mikroskop 0,01-0.002 mm
amorf tak dapat dibedakan < 0,002 mm

Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan
antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis
besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: Ekuigranular dan Inekuigranular.

7
Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan
berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristalkristalnya, maka equigranular
dibagi menjadi tiga, yaitu: Panidiomorfik, Hipidiomorfik dan allotriomorfik.
Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari
mineral-mineral yang euhedral.Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar
mineralmineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.Allotriomorfik granular,
yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang
anhedral. Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk
batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut
massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas (Zuhdi, 2019).
Batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan yang tinggi di
bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama maka mineral-mineral
penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem kristal tertentu dengan ukuran
mineral yang relatif besar. Sedangkan pada kondisi pembekuan dengan temperatur
dan tekanan permukaan yang rendah, mineral-mineral penyusun batuan beku tidak
sempat membentuk sistem kristal tertentu, sehingga terbentuklah gelas (obsidian)
yang tidak memiliki sistem kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran
relatif kecil. Berdasarkan hal di atas tekstur batuan beku dapat dibedakan berdasarkan
(Noor, 2009):
1. Tingkat kristalisasi
a). Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh kristal
b). Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas
c). Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas
2. Ukuran butir
a). Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh
mineral mineral yang berukuran kasar.
b). Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral
berukuran halus.
3. Bentuk kristal Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk
pertama kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir
biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk
mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
a). Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna.
b). Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna.

8
c). Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
4. Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya
a). Unidiomorf yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang kristal atau
bentuk kristal euhedral (sempurna).
b). Hypidiomorf yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk euhedral dan
subhedral.
c). Xenomorf sebagian besar penyusunnya merupakan kristal yang berbentuk
anhedral.
5. Berdasarkan keseragaman antar butirnya
a). Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama.
b). Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama.
Tekstur batuan menggambarkan kenampakan keseluruhan dari suatu batuan
yang didasarkan kepada ukuran, bentuk dan pengaturan butir-butir mineral dalam
masa batuan tersebut. Tekstur batuan beku berkembang terutama dalam kaitannya
dengan komposisi dan laju pendinginan magma. Magma yang lokasinya dalam akan
membeku sangat lambat. Individu-individu kristal akan kurang lebih seragam dengan
diameter cukup besar. Sebaliknya, magma yang membeku dekat atau di atas
permukaan bumi kristal-kristalnya hanya memiliki waktu yang pendek untuk tumbuh
karena proses pembekuan berlangsung dengan cepat. Kristal yang berasal dari magma
semacam ini umumnya sangat kecil, sehingga sukar dilihat tanpa bantuan mikroskop.
Batuan yang terbentuk umumnya nampak masif. Pada proses pembekuan yang
ekstrim cepat, seperti terjadi pada lava yang mengalir ke laut atau danau, lava akan
padam dan kristal akan memiliki sedikit atau tidak sama sekali waktu untuk tumbuh
(Zuhdi, 2018).

Batuan yang dihasilkan dari proses semacam ini akan memiliki tekstur gelas
alami. Tipe pembekuan lainnya yang lebih komplek menyangkut periode pembekuan
yang lambat kemudian diikuti oleh periode pembekuan yang lebih cepat. Pada tipe ini
akan berkembang dua kristal yang berbeda. Kristal-kristal besar, yang disebut fenokris
atau kristal sulung, terbentuk selama periode pendinginan yang lambat dan dikelilingi
oleh kristal-kristal lebih kecil yang terbentuk selama periode pendinginan cepat. Ukuran
butir kristal juga dipengaruhi oleh derajat kekentalan magma. Hasil studi eksperimen
dan pengamatan lapang menunjukkan bahwa magma kaya silika dicirikan oleh magma
yang kental dan membentuk kristal-kristal berukuran kecil, sedangkan magma dengan
kandungan silika sedikit akan lebih encer, sehingga mampu membentuk kristal-kristal

9
berukuran besar Magma yang mengandung bahan-bahan mudah menguap dalam
jumlah besar akan lebih encer dan membentuk kristal lebih besar (Zuhdi, 2018).

2.5 Klasifikasi Batuan Beku

Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya, warna, kimia,


tekstur, dan mineraloginya (Noor, 2012)
1. Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dibedakan atas:
a) Batuan beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di perut bumi.
b) Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentu tidak jauh dari
permukaan bumi.
c) Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi
Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua yaitu
mineral mafic (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotit, dan
mineral felsic (terang) seperti Feldspar, muskovit, kuarsa dan feldspatoid.
2. Klasifikasi batuan beku berdasarkan warnanya yaitu:
a. Leucocratic rock, kandungan mineral mafic < 30%
b. Mesocratic rock, kandungan mineral mafic 30% - 60%
c. Melanocratic rock, kandungan mineral mafic 60% - 90%
d. Hypermalanic rock, kandungan mineral mafic > 90%
3. Berdasarkan kandungan kimianya yaitu kandungan SiO 2-nya batuan beku
diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
a) Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2 > 65%, contohnya Granit,
Ryolit.
b) Batuan beku menengah (intermediat), kandungan SiO2 65% - 52%.
Contohnya Diorit, Andesit
c) Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% - 45%, contohnya Gabro,
Basalt
d) Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 30%

2.6 Batuan Beku Asam

Batuan beku Asam adalah batuan beku yang bersifat asam, memiliki
kandungan SiO2 > 60%, memiliki indeks warna < 20%. Terbentuk langsung dari
pembekuan magma yang merupakan proses perubahan fase dari cair menjadi padat di

10
daerah vulkanik dengan temperature tinggi. Pada umumnya batuan beku asam
memiliki warna terang, karena terletak pada golongan felsik. Berasal dari magma asam
kaya kuarsa, sedangkan kandungan oksida magnesiumnya rendah (Wilson, 2010).
Mineral felsik, yaitu mineral primer atau mineral utama pembentuk batuan beku
yang berwarna terang, dimana tersusun oleh unsure-unsur Al, Ca, dan K. Kata felsic
adalah istilah yang digunakan dalam geologi untuk merujuk mineral silikat , magma,
dan batuan yang diperkaya dalam unsur-unsur ringan seperti silikon, oksigen,
aluminium, natrium, dan kalium. Mereka biasanya ringan dalam warna dan memiliki
berat jenis kurang dari 3. Batu felsic yang paling umum adalah granit, tetapi yang lain
termasuk Kuarsa , Muskovit , Orthoclase , dan natrium kaya Plagioklas Feldspar .
Dalam hal kimia, batu felsic berada di sisi lain dari spektrum batu dari mafik batu
(Vanino, 2012).
Batuan asam tersusun atas biotit, muskovit, plagioklas kaya natrium, feldspar,
potassium feldspar dan kuarsa. Magma asam atau felsik jauh lebih kental dibanding
magma intermediete. Selain itu magma felsik punya kandungan gas sangat tinggi.
Granit adalah contoh batuan batuan intrusif, riolit adalah batuan felsik ekstrusif.
Batuan asam banyak dibentuk di batas konvergen lempeng samudera ke dalam
samudera. Karena viskositasnya tinggi maka magma asam jarang sampai ke atas
permukaan bumi. Namun karena kadar gas tinggi, maka erupsi magma ini sangat
eksplosif menyebabkan muntahan tuffa dan breksi vulkanik. Viskositas magma asam
menghambat pertumbuhan kristal seperti obsidian yang merupakan pendingan lava
asam (Ahmad, 2006).
Batuan beku asam dapat dibagi dalam beberapa macam batuan antara lain
(Kaharuddin, 1988):
1. Granit, termasuk dalam batuan beku plutonik berbutir sedang hingga kasar.
Tekstur hypidiomorfik granular atau granitic mineral utama adalah kuarsa,
orthoklas, sedikit plagioklas asam (albit-oligoklas). Accessory yaitu biotit dan
kadang-kadang amphibole. Minor accessory yaitu apatit, zircon, magnetit,
ilmenit, titanit dan lain-lain. Bila komposisi mineral kuarsanya lebih besar 60%,
potash feldspar 30%, dimana kedua mineral ini saling intergrowth disebut
graphic-granite. Batuan ini mengandung kuarsa lebih besar 10%, potash
feldspar 30-60%, plagioklas asam lebih kecil 35%, mafic mineral ( biotit-
hornblende) (10-35%).

11
2. Aplit, termasuk dalam batuan beku plutonik. Tekstur allotriomorfic granular
atau aplitis. Mineral utama yaitu kuarsa, alkali feldspar, biotit, plagioklas asam.
Accessory yaitu garnet, zircon, tourmaline, topaz, lepidolit.

3. Pegmatite, termasuk dalam batuan plutonik berbutir amat kasar. Tekstur


holokristalin, kaya akan mineral-mineral yang jarang terdapat, terutama
pneumatolitic mineral. Mineral utama: sama dengan aplit. Accessory yaitu lebih
banyak dari pada aplit.

4. Rhyolite, merupakan batuan beku lelehan dari granit. Tekstur aphanitic atau
porphyroaphanitic, holohyalin. Mineral utama yaitu ortoklas atau sanidin dan
kuarsa, atau komposisinya sama dengan granit.

5. Obsidian, termasuk dalam batuan beku lelehan. Tekstur holohyaline. Terbentuk


dari magma yang bersifat rhyolitis, dasitis, andesitis. Mengandung air kurang
dari 1%. Bila kandungan airnya kira-kira 10% maka disebut pitchstone.

6. Pumice, termasuk dalam batuan beku lelehan, tekstur dan komposisi sama
dengan obsidian, mengandung banyak lubang-lubang bekas keluarnya gas
selama pembekuannya. Batuan ini merupakan lapisan terluar dari batuan
obsidian, rhyolitis atau lava.

7. Syenite, termasuk dalam batuan beku plutonik, tekstur hypidiomorphic granular


seperti granit, demikian pula komposisi mineralnya, akan tetapi kandungan
kuarsanya lebih kecil dari 10%. Komposisinya yaitu potash feldspar 30-80%,
sodicplagioklas (plagioklas asam) 5 – 25%, mafic mineral (biotit, hornblende,
piroksin) 10-40%.

8. Trachyte, termasuk dalam batuan beku lelehan (effusive) dari batuan beku
syenite. Tekstur afanitik atau porfiroafanatik. Komposisi mineralnya sama atau
hampir sama dengan syenite, mengandung mineral foida (feldspartoid) lebih
kecil 10%. Trachyte yang mengandung mineral foida lebih dari 10% disebut
fonolit.

2.7 Batuan Beku Intermediet

Batuan beku Intermediet merupakan batuan beku yang memiliki kandungan


silika antara 52 - 66%. Batuan beku intermediet sering memperlihatkan kenampakan

12
pelapukan spheroidal karena banyak mengandung mineral feldspar. Mineral-mineral
feldspar yang telah mengalami pelapukan tersebut dapat berubah menjadi mineral
kaoli. Ciri khas batuan ini yakni warna batuan dari terang hingga agak gelap,
perbandingan antara mineral alkali, kapur dan ferromagnesium sudah mulai nampak.
Misalnya diorit, dasit dan lain sebagainya (Syam, 2020).
Batuan intermediet yang biasa kita kenal adalah andesit dan diorit. Andesit
adalah batuan vulkanik menengah dalam komposisi antara basal dan granit. Hal ini
umumnya abu-abu atau hijau dan terdiri dari plagioklas dan mineral gelap (biasanya
biotit, amphibole, atau piroksen). Ini adalah nama untuk Pegunungan Andes, rantai
gunung berapi di ujung barat Amerika Selatan, di mana ia berlimpah. Karena
gunungapi, andesit biasanya sangat halus berbutir. Diorit adalah setara plutonik dari
andesit. Itu bentuk dari magma yang sama seperti andesit dan akibatnya sering
mendasari andesit seperti rantai pegunungan sebagai Andes. Andesit adalah batuan
beku yang terutama terdiri dari ekstrusif feldspars plagioklas piroksen ditambah dan /
atau hornblende. Biotit, magnetit, kuarsa dan sphene adalah unsur umum (Graha,
1987).
Batuan beku intermediate komposisi 52 – 63% kandunagan sio2, seperti
andesit dan diorit, bentuk dengan proses serupa dengan yang menghasilkan magma
granit. Magma mereka mengandung silika kurang dari granit, baik karena mereka
merupakan oleh leleh kerak benua yang lebih rendah dalam silika atau karena magma
basaltik dari mantel telah terkontaminasi magma granit (Graha, 1987).
Batuan beku intermediet plutonik merupakan batuan yang terbentuk dari
pembekuan megma secara intrusi atau hasil pembekuan di daerah dalam dimana
proses pembekuan berada di daerah plutonik (di perut bumi) proses pembekuan
memerlukan waktu cukup lama dengan temperatur yang tinggi sehingga umumnya
butiran pada batuan ini lebih kasar (karena terjadi proses kristalisasi). Contoh batuan
beku intermediet plutonik. Diorit adalah batuan beku plutonik feldspar terdiri terutama
dari plagioklas, biotit, hornblende, dan piroksen. Hal ini abu-abu untuk abu-abu gelap
(bahkan hamper hitam) dan mungkin memiliki warna biru atau hijau. Ini digunakan
sebagai batu dan batu-batuan perkerasan structural. Ini juga telah digunakan untuk
patung-patung, dan dapat mengambil polish tinggi. Syenite adalah batuan beku
plutonik mirip dengan granit kuarsa, tetapi sedikit atau tidak memiliki. Menjadi
plutonik, Kristal individu relative besar. Monzonite adalah batuan beku plutonik yang
terdiri dari jumlah yang kira-kira sama daru plagioklas dan feldspars orthoclase.

13
Monzonite mirip dengan Syenite tetapi dengan orthoclase kurang atau feldspar kalium.
Dengan plagioklas lebih yang mengandung kapur dan mineral akan mafik sebuah Diorit
(Kaharuddin, 1988)
Berdasarkan presentase feldspar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
(Kabaruddin,1988).
1. Batuan dengan komposisi orthoklas dengan plagioklas sama/hampir sama.
Biasanya batuan lelehannya dikelompokkan dalam batuan latite.
a. Granodiorit, termasuk batuan beku plutonik, tekstur hypidiomorfik granular
berbutir medium – kasar. Mineral utamanya yaitu plagioklas (andesin), kuarsa,
orthoklas, hornblende. Accessory: biotit, piroksin (augit). Minor accessory yaitu
mineral-mineral bijih, apatite, sphene.
b. Dasite, merupakan batuan ekstrusif dari granodiorit atau kuarsa diorite.
Tekstur porfiroafanitik. Mineral utama hampir sama dengan
granodiorit/kuarsa sadiorit yaitu yaitu orthoklas, oligoklas, kuarsa. Accessory
yaitu hornblende, biotit, piroksin. Minor accessory sama dengan granodiorit.
c. Adamellit, merupakan batuan beku plutonik, disebut juga kuarsa monzonite.
Tekstur sama dengan granit. Komposisinya agak berbeda dengan
granodiorit, karena mengandung lebih banyak alkali feldspar dan biotit.
Selain itu sifat-sifatnya sama dengan granodiorit.
d. Monzonite, merupakan batuan beku plutonik yang sifatnya intermediet
antara syenit dan diorite. Teksturnya hypidiomorphik granular, kandungan
kuarsanya lebih kecil dari 10%. Mineral utama yaitu plagioklas, piroksin.
Accessory yaitu hornblende, biotit. Minor accessory yaitu ore, apatit, zircon,
shene dan kuarsa. Prosentase mineral penyusunnya yaitu mafik mineral (15
– 60%), sodik plagioklas (30 – 50%), potash feldspar (20 – 45%).
2. Batuan beku intermediet yang komposisi plagioklasnya dominan daripada
orthoklas.
a. Diorit, merupakan batuan beku plutonik, tekstur hypidiomorphic
granular/allotriomorphic granular. Mineral utama: plagioklas, hornblende,
biotit dan pyroxene. Accessory yaitu apatite, zircon, sphene, iron ore.
Batuan ini mengandung kuarsa lebih kecil 10%. Kalau kandungan
kuarsanya lebih besar 10% disebut kuarsa diorite (tonalith).
b. Anorthosite, merupakan batuan beku plutonik, mengandung plagioklas
antara (90 – 100%). Tekstur sama dengan diorit. Andesit, merupakan

14
batuan beku lelehan dari diorite. Tekstur afanitik atau porfiritik.
Komposisinya sama atau hampir sama dengan diorit.

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat Dan Bahan

Dalam praktikum kali ini membutuhkan berbagai alat yang khusus digunakan
untuk mempermudah kegiatan para praktikan. Adapun alat yang digunakan oleh
praktikan dalam praktikum kali ini sebagai berikut:
1. Buku Rocks and Minerals
Buku Rocks and Minerals digunakan sebagai buku panduan dan referensi
untuk pencarian jenis-jenis batuan dalam praktikum.

Gambar 3.1 Buku Rocks and Minerals

2. Lup Geologi
Lup Geologi digunakan untuk melihat komposisi mineral batuan yang
ukurannya sangat kecil sehingga sulit untuk dilihat dengan mata.

15
Gambar 3.2 Lup Geologi
3. Handphone
Handphone digunakan untuk melakukan dokumentasi terhadap setiap sampel
yang telah diberikan.

Gambar 3.3 Handphone

Dalam praktikum kali ini membutuhkan berbagai bahan yang khusus digunakan
untuk mempermudah kegiatan para praktikan. Adapun alat yang digunakan oleh
praktikan dalam praktikum kali ini sebagai berikut:
1. Sampel Batuan
Sampel Batuan digunakan sebagai objek yang diidentifikasi dan dideskripsi
selama praktikum

16
Gambar 3.4 Sampel Batuan

2. Lembar Deskripsi
Lembar Deskripsi digunakan sebagai tempat untuk mencatat semua data-data
yang telah didapatkan selama mendeskripsi sampel batuan mulai dari warna
segar, warna lapuk, kristalinitas, granularitas, bentuk, relasi, nama batuan,
genesa, serta kegunaannya dalam aspek kehidupan.

Gambar 3.5 Lembar Deskripsi

3. Kertas HVS
Kertas HVS digunakan sebagai tempat untuk mencatat pembahasan
berdasarkan lembar deskripsi yang telah diisi dengan deskripsi sampel batuan

17
Gambar 3.6 Kertas HVS

3.2 Metode Praktikum

Metode pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:


1. Mendeskripsi sampel berdasarkan lembar deskripsi menggunakan alat
praktikum yang diperlukan.
2. Menentukan nama dari batuan yang telah di deskripsi
3. Mengulangi langkah 1 – 2 pada sampel berikutnya
4. Membuat laporan sementara

18
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Stasiun 1

Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, pada sampel batuan beku
stasiun ketiga ini kami dapat menyimpulkan bahwa batuan beku ini adalah granit.
Batuan beku ini termasuk batuan beku intrusive dimana batu ini mengalami
pembekuan magma dibawah permukaan bumi. Granit Sebagian besar terdiri dari dua
mineral yaitu Kuarsa dan Ortoklas Feldspar yang kaya kalium. Kuarsa harus
membentuk setidaknya 20% batuan dan ortoklas setidaknya 35%. Batu granit
merupakan salah satu batu alam dengan tampilan yang cantik dan memiliki banyak
warna dan corak. Salah satu karakteristik dari batu ini memiliki lempengan yang sangat
unik dan berbeda meskipun berasal dari tambang yang sama. Batu granit ini memiliki

warna segar coklat ke abu - abuan dengan ukuran kristal fanerik. Berikut ini gambar
batuan pada stasiun satu yang dapat dilihat pada gambar 4.1

Gambar 4.1 Batu Granit

4.2 Stasiun 2

Sampel BB-02, praktikan mengidentifikasi sifat fisik dari batuan sampel


tersebut memiliki warna segar putih dengan warna lapuknya kuning, serta tekstur
pada batuan nya memiliki kristalinitas yaitu holohialin dan granularitasnya euhedal.

19
Bentuk dari batuan ini adalah faneritik dengan relasinya yaitu faneritik. Berdasarkan
sifat fisik yang didapat, maka batuan tersebut dinamai dengan batu Diorit yang dapat
digunakan sebagai bahan bangunan serta Ganesa pada batuan tersebut adalah
vulkanik. Berikut ini gambar batuan pada stasiun satu yang dapat dilihat pada gambar
4.2

Gambar 4.2 Batu Diorit


4.3 Stasiun 3

Sampel BB-02, praktikan mengidentifikasi sifat fisik dari batuan sampel


tersebut memiliki warna segar putih dengan warna lapuknya kuning, serta tekstur
pada batuan nya memiliki kristalinitas yaitu holohialin dan granularitasnya euhedal.
Bentuk dari batuan ini adalah faneritik dengan relasinya yaitu faneritik. Berdasarkan
sifat fisik yang didapat, maka batuan tersebut dinamai dengan batu Syenit yang dapat
digunakan sebagai bahan bangunan serta Ganesa pada batuan tersebut adalah
vulkanik. Berikut ini gambar batuan pada stasiun satu yang dapat dilihat pada gambar
4.3

20
Gambar 4.3 Batu Syenit

4.4 Stasiun 4

Sampel BB-02, praktikan mengidentifikasi sifat fisik dari batuan sampel


tersebut memiliki warna segar putih dengan warna lapuknya kuning, serta tekstur
pada batuan nya memiliki kristalinitas yaitu holohialin dan granularitasnya euhedal.
Bentuk dari batuan ini adalah faneritik dengan relasinya yaitu faneritik. Berdasarkan
sifat fisik yang didapat, maka batuan tersebut dinamai dengan batu granodiorit yang
dapat digunakan sebagai bahan bangunan serta Ganesa pada batuan tersebut adalah
vulkanik. Berikut ini gambar batuan pada stasiun satu yang dapat dilihat pada gambar
4.4

Gambar 4.4 Batu Granodiorit

21
4.5 Stasiun 5

Sampel BB-02, praktikan mengidentifikasi sifat fisik dari batuan sampel


tersebut memiliki warna segar putih dengan warna lapuknya kuning, serta tekstur
pada batuan nya memiliki kristalinitas yaitu holohialin dan granularitasnya euhedal.
Bentuk dari batuan ini adalah faneritik dengan relasinya yaitu faneritik. Berdasarkan
sifat fisik yang didapat, maka batuan tersebut dinamai dengan batu Dasit yang dapat
digunakan sebagai bahan bangunan serta Ganesa pada batuan tersebut adalah
vulkanik. Berikut ini gambar batuan pada stasiun satu yang dapat dilihat pada gambar
4.5

Gambar 4.5 Batu Dasit

4.6 Stasiun 6

Sampel BB-02, praktikan mengidentifikasi sifat fisik dari batuan sampel


tersebut memiliki warna segar putih dengan warna lapuknya kuning, serta tekstur
pada batuan nya memiliki kristalinitas yaitu holohialin dan granularitasnya euhedal.
Bentuk dari batuan ini adalah faneritik dengan relasinya yaitu faneritik. Berdasarkan
sifat fisik yang didapat, maka batuan tersebut dinamai dengan batu Dasit yang dapat
digunakan sebagai bahan bangunan serta Ganesa pada batuan tersebut adalah
vulkanik. Berikut ini gambar batuan pada stasiun satu yang dapat dilihat pada gambar
4.6

22
Gambar 4.6 Batu Dasit

4.7 Stasiun 7

Sampel BB-02, praktikan mengidentifikasi sifat fisik dari batuan sampel


tersebut memiliki warna segar putih dengan warna lapuknya kuning, serta tekstur
pada batuan nya memiliki kristalinitas yaitu holohialin dan granularitasnya euhedal.
Bentuk dari batuan ini adalah faneritik dengan relasinya yaitu faneritik. Berdasarkan
sifat fisik yang didapat, maka batuan tersebut dinamai dengan batu Trakit yang dapat
digunakan sebagai bahan bangunan serta Ganesa pada batuan tersebut adalah
vulkanik. Berikut ini gambar batuan pada stasiun satu yang dapat dilihat pada gambar
4.7

Gambar 4.7 Batu Trakit


4.8 Stasiun 8

Sampel BB-02, praktikan mengidentifikasi sifat fisik dari batuan sampel


tersebut memiliki warna segar putih dengan warna lapuknya kuning, serta tekstur

23
pada batuan nya memiliki kristalinitas yaitu holohialin dan granularitasnya euhedal.
Bentuk dari batuan ini adalah faneritik dengan relasinya yaitu faneritik. Berdasarkan
sifat fisik yang didapat, maka batuan tersebut dinamai dengan batu Dasit yang dapat
digunakan sebagai bahan bangunan serta Ganesa pada batuan tersebut adalah
vulkanik. Berikut ini gambar batuan pada stasiun satu yang dapat dilihat pada gambar
4.8

Gambar 4.8 Batu Dasit


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini yaitu:


1. Batuan beku felsik adalah batuan beku yang banyak mengandung mineral
felsik yang bersifat asam yang umumnya memiliki kandungan silika lebih dari
66%, mineral mafik kurang dari 30%, dan memiliki warna yang cerah dengan
indeks warna antara 10%-40%. Batuan beku intermediet adalah batuan beku
yang banyak mengandung mineral-mineral yang bersifat lebih basah dari
mineral-mineral felsik yang umumnya memiliki kandungan silika 52%-66%,
mineral mafik 30%-60%, dan memiliki warna yang gelap dengan indeks warna
40%-70%.
2. Dapat ditemukan nama-nama batuan yang ingin dideskripsikan.

5.2 Saran

24
5.1.1 Laboratorium
Saran untuk laboratoium agar memperluas meja tempat dilaksanakannya
praktikum kristalografi ini, dan juga menambah waktu untuk mengamati sampel pada
setiap stasiun.
5.1.2 Praktikan
Kepada Praktikan agar menepati waktu praktikum yang tealh disepakati, dan
membawa alat dan bahan yang dibutuhkan untuk praktikum ini.
5.1.3 Asisten
Saran untuk asisten agar tidak meninggalkan Praktikannya selama praktikum
berlangsung supaya apabila ada yang tidak paham praktikan bisa langsung bertanya
apabila ada yang tidak mengerti.

25
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Mustagfirin. 2014. Batuan. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik


Indonesia Semester 2 Kelas X
Graha, D. S., 1987, Batuan dan Mineral, Bandung: Nova
Noor,Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Edisi Pertama. Program Studi Teknik,
Universitas Pakuan: Bogor
Noor,Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Edisi Kedua. Program Studi Teknik,
Universitas Pakuan: Bogor
Maulana, A., Kaharuddin, K., & Syiam, P. (2020). Studi Petrografi dan Alterasi Batuan
Diabas sebagai Batuan Samping (Wall-Rock) pada Daerah Pationgi Kecamatan
Patimpeng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Jurnal Geomine, 7(3), 229.
Meiyer. 2106. Studi Sistem Manajemen Pada Kegiatan Penambangan Batuan Beku
Ultra Basa Dikampung Yoka Kota Jayapura. Teknik Pertambangan, Universitas
Cendrawasih: Jayapura
Sapiie, B. 2006. Modul Praktikum Geology Dasar. Jakarta: Erlangga.
Syam, Rexy. 2020. Studi Karakterisasi Mineral batuan Beku Parangloe. Departemen
Geofisika, FMIPA, Universitas Hasanuddin: Makassar
Zuhdi,Muhammad. 2009. Buku Ajar Pengantar Geologi. Duta Pustaka Ilmu: Mataram

26
LAMPIRAN

27

Anda mungkin juga menyukai