Anda di halaman 1dari 5

Batuan Beku Basa dan Ultrabasa

Kulsum Hotimah

ABSTRAK

Batuan beku adalah batuan hasil proses pembekuan dan pendinginan magma. Magma merupakan
zat cair atau liat atau pijar yang merupakan senyawa silikat dan ada di bawah kondisi tekanan dan
suhu tinggi di dalam tubuh bumi (mantle or crust), ketika magma mencapai permukaan yang lebih
tinggi di dalam kerak bumi maka mama akan mulai terjadi kristalisasi atau penghabluran menjadi
minera pengkristalan mineral pada batuan beku dikenalkan oleh Norman L Bowen pada tahun
1929 - 1930 terdiri dari deret continuous and Discontinuous. Secara pembagian kimia batuan beku
terdiri dari batuan asam, intermediet, basa dan ultrabasa.

Kata Kunci : Batuan beku, batuan beku basa, batuan beku ultrabasa, Bowen’s
reaction Series

PENDAHULUAN 2017). Pada penelitian ( Nandi, 2010)


Batuan merupakan kumpulan atau menuliskan contoh batuan beku ultra basa
agregasi ilmiah dari beberapa mineral yang dan basa. Untuk beku ultra contohnya adalah
terdapat pada kerak bumi. Terdapat tiga batuan peridotit mempunyai karakteristik
jenis batuan utama berdasarkan proses dan warna yang gelap, berat jenisnya 3 -
lingkungan pembentukannya yaitu batuan 3,3.Mineral pembentuk batuannya adalah :
beku (igneous), sedimen (sedimentary) dan mineral mafis (olivin, piroksen, hornblenda).
metamorf atau metamorphic (Atimi & Sedangkan, pada batuan basa contoh
Sartika, 2022) batuannya Gabro yang termasuk dalam
Dalam kajian ilmu petrologi proses batuan beku intrusif umumnya berwarna
batuan, tercakup dalam satu teori yang hitam, mineralnya berbutir kasar hingga
dikenal dengan “teori magma” saat magma sedang, dengan berat jenisnya 2,9 hingga
pijar terkena tekanan akibat tekanan dari gas 3,21. Mempunyai komposisi mineral
yang larut didalamnya magma akan keluar pembentuk Plagioklas ( labradorit atau
mencari tempat - tempat yang lemah seperti bitownit) dengan persentase 70 - 45 %, dan
rekahan ataupun patahan, magma yang mineral mafis 25 - 50 %.
keluar akan mencapai permukaan bumi Dari penjelasan sebelumnya mengenai
melalui pipa gunung api ada 2 materi yang batuan beku ultrabasa dan basa penerapan
keluar ketika magma mencapai permukaan praktek sangatlah dibutuhkan dikarenakan
bumi, magma akan keluar melalui pipa dan beragam jenis batuan yang terbentuk dari
menjadi lava, dan ada pula magma yang proses alami memiliki ciri khas tertentu dari
kemudian membeku jauh didalam bumi ciri tekstur, warna, dan kandungan mineral
yang disebut batuan beku (Puturuhu, 2015). untuk itu dalam pengidentifikasian ini harus
Batuan beku terbagi menjadi beberapa dilakukan secara pengamatan langsung
jenis dalam pembagiannya yaitu pembagian dengan cermat (Atimi & Sartika, 2022)
secara genetik batuan beku terdiri dari
batuan plutonik, batuan gang dan batuan TINJAUAN PUSTAKA
vulkanik, yang kedua pembagian batuan Batuan beku atau igneous rock berasal
beku secara kimia terdiri dari batuan asam, dari bahasa latin inis = fire yang memiliki
intermediet, basa dan ultrabasa (Soetoto, arti api, hal ini dikarenakan batuan beku
terjadi dari materi yang kental (larutan silika Batuan beku terbentuk langsung dari
cair dan pijar) yang berasa dari dalam bumi, pembekuan magma. Magma merupakan zat
dikenal juga dengan magma (Puturuhu, cair atau liat atau pijar yang merupakan
2015). Batuan merupakan batuan hasil senyawa silikat dan ada di bawah kondisi
pendinginan kumpulan mineral dan tekanan dan suhu tinggi di dalam tubuh
solidifikasi magma yang berada di bagian bumi (mantle or crust), beberapa pendapat
bawah kerak bumi atau dikenal dengan bahwa magma asal mempunyai susunan
mantel bumi (Atimi & Sartika, 2022). basal dan kemudian dikarenakan adanya
Pembagian batuan beku berdasarkan proses asimilasi dan diferensiasi
kandungan kimianya diantaranya adalah menyebabkan susunan magma berbeda -
batuan basa dan ultrabasa. beda dan membeku menjadi batuan beku
Batuan beku basa adalah batuan beku yang berbeda - beda pula, dan ketika magma
yang didalamnya terkandung 45 – 52% mencapai permukaan yang lebih tinggi di
silika, batuan ini akan memiliki warna hitam dalam kerak bumi maka mama akan mulai
kehijauan karena terdapat kandungan terjadi kristalisasi atau penghabluran
mineral olivine, contoh batuan ini adalah menjadi mineral ( Soetoto, 2017). Urutan
Gabro dan Basalt. Sedangkan batuan pengkristalan mineral selama pembekuan
ultrabasa merupakan batuan beku yang magma dinyatakan oleh Bowen dan dikenal
mengandung 45% SiO2 . Dengan warna dengan Bowen’s Reaction Series (Gambar 3)
batuan hijau kelam dikarenakan tidak dalam reaksi bowen, proses kristalisasi
terdapat silika bebas sebagai kuarsa, mengakibatkan adanya ketersalingan untuk
contohnya terdapat pada Peridotit dan Dunit saling mempertahankan keseimbangan padat
(Marlina, 2019) dan cair. Magma yang bertemu dengan
Salah satu contoh batuan beku asam kristal-kristal yang terbentuk akan bereaksi.
terdapat pada batuan Basalt (Gambar 1.) Mineral plagioklas akan mempertahankan
batuan ini merupakan batuan aliran gabro reaksi kristalisasi secara terus -menerus
bertekstur aphanitic atau porphyritic- sehingga disebut Continuous Reaction
aphanitic. Sedangkan pada batuan beku Series . disisi lain, mineral-mineral lainnya
Ultrabasa contohnya terdapat pada batu mengalami kristalisasi ferromagnesium
peridotit (Gambar 2.) batuan ini memiliki hingga terjadi Discontinuous Reaction
komposisi olive yang dominan dan piroksen Series.
dengan kadar silika kurang dari 45%
mengandung feldspar-color indices lebih
dari 70 dengan warna gelap

Gambar 1. Batuan Basalt


(Sumber : Antijamuri.net)
Gambar 4. Bowen’s reaction series
(Sumber : Buku Geologi Dasar, Soetoto 2017)
Mineral-mineral yang terbentuk dari
proses tersebut akan saling bertemu dan
mengikat satu sama lain hingga menjadi
batuan beku. Batuan-batuan beku tersebut
Gambar 1. Batuan Peridotit dapat dibedakan dari komponen dan
komposisi mineralnya pembentuknya , mulai
(Sumber : Alibaba.com)
dari tekstur, struktur, warna dan lainnya Peraga Serpentinit dalam keadaan segar
sehingga kemudian batuan dapat bewarna abu - abu kehitaman dan kuning
diklasifikasikan. kecoklatan keadaan lapuk. Batuan ini
memiliki tekstur kristalinitas holowyalin
METODE PENELITIAN dengan tingkat granularitas afanitik,
Penelitian dilakukan di ruangan Lantai 2 mempunyai bentuk anhedral dengan relasi
Jurusan Geografi Universitas Negeri inequigranular serta berstruktur masiv.
Makassar pada Sabtu, 4 Maret 2023 pukul Komposisi mineralnya antara lain Plagioklas
09.15-12.00 WITA. Metode yang digunakan dan massa dasar.
pada praktikum ini mengacu pada Analisis
Megaskopis. Analisis megaskopis Berdasarkan ciri fisik diatas, menurut
merupakan proses mengidentifikasi sampel klasifikasi Fenton 1940, batuan ini bernama
secara langsung yang bertujuan untuk Gabro Porphyri
mendapatkan karakteristik sampel dari
bagian yang tampak (Hanum et al, 2013). Sampel 2
Metode ini menggunakan alat bantu lup
geologi atau kaca pembesar untuk
membantu proses identifikasi serta kamera
yang dijadikan alat dokumentasi. Analisis
klasifikasi berdasarkan klasifikasi Fenton
1940. Proses identifikasi sampel secara
singkat dapat dilihat pada diagram alir
berikut.

Persiapan Masuk Lab Pembuatan laporan Sampel ke dua dengan no peraga 14 dalam
(Studi literatur, Materi dan peralatan)
keadaan segar bewarna abu - abu dan abu –
abu kecoklatan keadaan lapuk. Batuan ini
memiliki tekstur kristalinitas hippokristalin
Identifikasi batuan sampel dengan tingkat granularitas
phorphyroapanitik, mempunyai bentuk
subhedral dengan relasi inequigranular serta
Analisis batuan sampel berstruktur skoria. Komposisi mineralnya
terdiri dari plagioklas, horndblane dan massa
dasar.
Kesimpulan
Berdasarkan ciri fisik diatas, menurut
klasifikasi Fenton 1940, batuan ini bernama
Basalt Porphyri
Pembuatan laporan
Sampel 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel 1

Sampel ke tiga dengan no peraga 43


mempunyai warna segar abu - abu dan abu –
abu kecoklatan keadaan lapuk. Batuan ini lapuk kuning kecoklatan. Memiliki tekstur
memiliki tekstur kristalinitas hippokristalin holowkristalin, dengan granularitas faneritik,
dengan tingkat granularitas bentuk euhedral, serta relasi inequigranular
phorphyroapanitik, mempunyai bentuk memiliki stuktur massif. Kandungan
subhedral dengan relasi inequigranular serta mineralnya antara lain Plagioklas, piroksin.
berstruktur skoria. Komposisi mineralnya kuarsa, horndblande, dan orthoklas
terdiri dari plagioklas, piroksin, horndblane berdasarkan
dan massa dasar.
Berdasarkan ciri fisik diatas, menurut
Berdasarkan ciri fisik diatas, menurut klasifikasi Fenton 1940, batuan ini bernama
klasifikasi Fenton 1940, batuan ini bernama Gabro
Basalt Porphyri
Sampel 6
Sampel 4

Peraga no.23 berwarna segar abu – abu


Peraga no. 31 (Andhesit) dengan warna kehitaman dan lapuk kuning kecoklatan.
lapuk coklat kehitaman dan warna segar biru Memiliki tekstur kristalinitas holowyalin dan
kehitaman memiliki kristalinitas holowyalin granularitas afanitik dengan bentuk anhedral
dan granularitas afanitik, memiliki bentuk dan relasi inequigranular berstruktur masif.
Anhedral, serta relasi iquigranular. Mineral yang terkandungan antara lain
Berstruktur masif dengan kandungan plagioklas, dan massa dasar
mineral olivine, plagioklas, piroksin, dan
massa dasar Berdasarkan ciri fisik diatas, menurut
klasifikasi Fenton 1940, batuan ini bernama
Berdasarkan ciri fisik diatas, menurut Basalt
klasifikasi Fenton 1940, batuan ini bernama
Basalt KESIMPULAN

Sampel 5 Berdasarkan data hasil praktikum dengan


metode analisis megaskopis diatas, dapat
diperoleh kesimpulan bahwa dalam
pencirian mineral untuk mengklasifikasikan
batuan beku basa dan ultrbasa dapat dilihat
dari warna batuan baik dari warna segar
maupun lapuk, melihat tekstur dari
kristalinitas, granularitas, bentuk dan relasi
serta struktur kristal mineral dalam batuan
tersebut sehingga dapat diperoleh pencirian
yang jelas berdasarkan klasifikasi Fenton
1940.

DAFTAR PUSTAKA
Atimi, R. L., & Sartika. (2022).
Sampel ke lima dengan peraga no.14 dengan Implementasi Forward Chaining
warna segar abu-abu kehitaman dan warna Methoduntuk Analisis Klasifikasi
Mineralogi Batuan Beku. Jurnal
Edukasi Dan Penelitian Informatika,
8(1), 80–86.
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jepi
n/article/download/52374/7567659289
3
Hanum, L. M., Widada, S., Atmodjo, W., &
Wijaya, P. H. (2013). Studi Sebaran
Sedimen di Perairan Sub-cekungan
Tarakan Kalimantan Timur. Journal of
Oceanography, 2(3), 265-273.

Puturuhu, F. (2015). Geologi Ilmu Tanah


dan Sumber Daya Lahan. Yogyakarta:
Ombak (Anggota IKAPI).
Soetoto. (2017). Geologi Dasar.
Yogyakarta: Ombak (Anggota IKAPI).
Marlina. (2019). Analisis Pengaruh Batuan
Dasar Sebagai Pembentuk Keasaman
Di Sekitar Lokasi Penambangan
Batubara Di Pt Bnjm Site Bahalang
Desa Lalap Kabupaten Barito Timur
Marlina. 19(2), 69–72.
Nandi. (2010). Handouts Geologi
Lingkungan ( GG405 ).

Anda mungkin juga menyukai