Anda di halaman 1dari 17

A.

MAKSUD DAN TUJUAN


Praktikum Sedimentologi acara “Morfologi Butir Pasir” bermaksud untuk melakukan
analisis morfologi butir sedimen berukuran kerakal dengan metode-metode tertentu.
Praktikum Sedimentologi acara “Morfologi Butir Pasir” bertujuan untuk mengetahui
proses-proses geologi dan faktor - faktor yang mempengaruhi bentuk butir tersebut.

B. DASAR TEORI
Morfologi butir merupakan aspek tekstur sedimen yang paling utama, dimana tekstur
ini basanya dibicarakan setelah membahas ukuran butir dan aspek yang terkait dengannya
terutama adalah sortasi baik pada sedimen maupun pada batuan sedimen.
Menurut Tucker (1991), aspek morfologi butir yaitu antara lain bentuk (form), derajat
kebolaan (sphericity), dan derajat kebundaran (roundness). Sementara itu, menurut Pettijohn
(1975) dan Boggs (1992), aspek morfologi butir yaitu antara lain bentuk (form), derajat
kebundaran (roundness) dan tekstur permukaan. Dalam hal ini mereka mengangggap bahwa
sphericity adalah suatu metode untuk menyatakan bentuk butir suatu butiran. Sejauh ini
analisa yang sering dilakukan oleh kebanyakan ahli sedimenologi adalah analisis terhadap
aspek bentuk, derajat kebolaan dan derajat kebundaran, karena pengamatan terhadap tekstur
permukaan butir biasanya mengacu pada kenampakan relief mikro kenampakan butir
sehingga diperlukan peralatan khusus. Sejauh ini, pengamatan tekstur butir yang banyak
dilakukan adalah pengamatan pada butir kuarsa, dengan alat SEM (Scanning Electron
Microscope) untuk menganalisis butiran kuarsa pada berbagai lingkungan pengendapan.
 Bentuk Butir
Bentuk butir (form atau shape) merupakan keseluruhan kenampakkan partikel secara 3
dimensi yang berkaitan dengan perbandingan panjang antara sumbu terpanjang, menengah
dan pendeknya. Dalam mendefinisikan bentuk butir ini ada berbagai cara, cara yang paling
sederhana adalah yang dikenalkan oleh Zingg (1935), yakni dengan cara menggunakan
perbandingan b/a dan c/b yang kemudian membaginya menjadi 4 kelas, yakni menjadi oblate,
bladed, equant dan prolate, dimana a adalah panjang (sumbu terpanjang), b adalah lebar
(sumbu menengah dan c adalah tebal/tinggi (sumbu terpendek).

Klasifikasi bentuk butir menurut Zingg (1935)


Pengkelasan bentuk butir ini biasanya digunakan untuk butiran berukuran kerakal
sampai berangkal karena butiran dengan ukuran tersebut memungkinkan untuk dilakukan
pengukuran secara tiga dimensi. Pengukuran pada bongkah jarang dilakukan karena
keterbatasan alat dan cara yang harus dilakukan. Pada butiran berukuran pasir yang dapat
diamati secara tiga dimensi, misalnya dengan pendekatan secara kualitatif (misalnya dengan
menggunakan metode visual comparison) bisa juga dilakukan untuk menentukan bentuk butir
meskipun tingkat akurasinya rendah.

 Sphericity
Sphericity (Ψ) didefinisikan sebagai ukuran dimana suatu butiran mendekati bentuk
bola, dimana butiran berbentuk menyerupai bentuk bola akan mempunyai nilai sphericity
yang tinggi. Wadell (1932) mendefinisikan sphericity yang sebenarnya (true sphericity)
sebagai luas permukaan butir dibagi dengan luas permukaan bola yang keduanya mempunyai
volume yang sama. Namun, Lewis dan McConchie (1994) mengatakan bahwa rumusan ini
sangat sulit untuk dipraktekkan. Sebagai pendekatan, perbandingan luas permukaan tersebut
dianggap sebanding dengan perbandingan volume, sehingga rumus sphericity menurut Wadell
(1932) adalah :
Vp
❑ p=

3

V cs
dimana, Vp : volume butiran yang diukur
Vcs: volume terkecil suatu bola yang melingkupi partikel tersebut
(circumscribing sphere)
Krumbein (1941) kemudian menyempurnakan rumus tersebut dengan memberikan
nilai volume bola dengan π/6D3 , dimana D adalah diameter bola. Dengan asumsi bahwa
butiran secara 3 dimensi dapat diukur panjang sumbu-sumbunya, maka diameter butiran
dijabarkan dalam bentuk DL, DI, dan DS, dengan L, I, S adalah panjang sumbu terpanjang (
length), menengah ( intermediet), dan terpendek ( short), sehingga diperoleh rumusan sebagai
berikut :

6 π DL DI DS DI DS
❑I = 3
√ 6 π D3L √
=3
D 2L

Rumus yang diusulkan Krumbein(1941) tersebut kemudian disebut dengan intercept


sphericity (Ψ1). Sneed & Folk (1958) mengatakan bahwa intercept sphericity tidak dapat
menggambarkan secara tepat perilaku butiran ketika diendapkan. Butiran yang diproyeksikan
secara maksimum mestinya diendapkan lebih cepat, misalnya bentuk prolate mestiinya
diendapkan lebih cepat dibandingkan bentuk oblate, namun dengan rumus ( Ψ1) justru
didapatkan sebaliknya. Untuk itu, mereka mengusulkan rumus tersendiri pada sphericity yang
dikenal dengan maximum projection sphericity ( Ψp), yang secara matematis dirumuskan
sebagai perbandingan antara area proyeksi maksimum bola dengan proyeksi maksimum
partikel yang mempunyai volume yang sama, atau dapat ditulis:

D2S

Ψp ¿ 3
D L DI
Dalam hal ini, L, I dan S adalah sumbu-sumbu panjang, menengah dan pendek
sebagaimana dalam rumus Krumbein (1941). Menurut Boggs (1987), rumusan yang
diajukan oleh Sneed & Folk (1958) tidak lebih valid dari intercept sphericity terutama jika
diaplikasikan pada endapan sedimen yang oleh aliran gravitasi dan es.
Analisa sphericity butir pasir Hitungan Kelas
didasarkan pada visual pembanding matematis
< 0,60 Very elongate
0,60-0,63 Elongate
0,63-0,66 Subelongate
0,66-0,69 Intermediet shape
0,69-0,72 Subequent
0,72-0,75 Equent
>0,75 Very equent

Rittenhouse (1943) dan dilanjutkan dengan pengkonversian kepada klasifikasi Folk (1968)
sebagai berikut :

Bentuk butir ukuran kerakal atau yang lebih besar dipengaruhi oleh bentuk asalnya
dari batuan sumber, namun demikian butiran dengan ukuran ini akan lebih banyak mengalami
perubahan bentuk karena abrasi dan pemecahan yang terjadi selama transportasi dibandingkan
dengan butiran yang berukuran pasir. Untuk butiran yang berukuran pasir atau lebih kecil,
bentuk butir juga lebih banyak dipengaruhi oleh bentuk asal mineralnya. Pada prakteknya,
analisa bentuk butir yang berukuran pasir biasanya dilakukan pada mineral kuarsa, hal ini
disebabkan sifat dari mineral kuarsa yang keras dan tahan terhadap pelapukan, kemudian juga

Visual pembanding sphericity menurut Klasifikasi sphericity menurut Folk (1968)


Rittenhouse (1943)
karena jumlahnya yang melimpah pada sedimen. Dengan demikina, untuk membuat
perbandingan bentuk butiran setelah mengalami, pengamatan bentuk butir pada mineral lain
maupun fragmen batuan (lithic) boleh juga dilakukan.
Bentuk butir akan berpengaruh pada kecepatan pengendapan. Secara umum, batuan
yang bentuknya tidak spheris cenderung mempunyai kecepatan pengendapan yang lebih
rendah. Dengan demikian bentuk butir akan mempengaruhi tingkat transportasinya pada
system suspensi ( Boggs, 1987). Butiran yang bentuknya tidak spheris cenderung tertahan
lebih lama dari pada media suspensi dibandingkan dengan yang spheris .Bentuk juga akan
mempengaruhi transportasi sedimen secara bedload, dimana secara umum butiran yang
bentuknya prolate dan spheris akan lebih mudah tertransport dibandingkan bnetuk oblate dan
bladed.
 Roundness
Roundness merupakan morfologi butir yang berkaitan dengan ketajaman pinggir dan
sudut suatu partikel sedimen klastik. Secara matematis, Wadell (1932) mendefinisikan
roundness sebagai rata-rata aritmetik roundness masing-masing sudut butiran pada bidang
pengukuran. Roundness masing-masing sudut diukur dengan membandingkan jari-jari
lengkungan sudut tersebut dengan jari-jari lingkaran maksimum yang dapat dimasukkan pada
butiran tersebut, secara matematis dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:
r
∑ ( R ) ∑ (r )
Rw = =
N RN

dengan, r = jari-jari kurva setiap sudut


R = jari-jari maksimum bola yang dapat masuk ke dalam butir
N = banyaknya sudut yang diukur
Dikarenakan pengukuran secara matematis yang diusulkan oleh Wadell (1932) sulit
dipraktekkan, maka analisa roundness lebih banyak dilakukan dengan membandingkan
kenampakan visual antara kerakal atau butir pasir dengan tabel visual secara sketsa
( Krumbein, 1941) dan /atau tabel visual foto (Powers, 1953).
Tabel visual roundness secara sketsa ( Krumbein, 1941 dengan modifikasi)

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
 OHP Marker
 Kalkulator
 Alat tulis (pena, pensil, penghapus dan penggaris)
 Mikroskop Binokuler
 Jarum
 Kamera
Bahan :
 Sampel pasir 3 LP yang berukuran mesh 60
 Kertas HVS

D. LANGKAH KERJA
Sampel pasir dengan ukuran mesh 60 Sampel tiap LP diamati di bawah
disiapkan untuk tiap LP dan mikroskop polarisasi dan
dipastikan dalam keadaan kering dipisahkan 25 butir kuarsa, 25 butir
feldspar dan 25 butir litik untuk tiap
LP

Masing masing kelompok butir kuarsa, feldspar dan litik untuk tiap LP difoto kemudian
diamati dan dikelompokkan sesuai kelas bentuk butir, Spherecity dan Roundness nya

 Penentuan bentuk butir

Masing-masing bentuk butir pasir


Masing masing butir pasir tiap LP
tiap LP diamati dengan
dikelompokkan sesuai kelas bentuk
membandingkannya pada gambar
butirnya dalam tabel tabulasi data.
visual menurut klasifikasi
Zingg (1935)
 Penentuan sphericity

Masing-masing butir pasir tiap LP diamati berdasarkan tingkat Sphericity nya dengan
membandingkan pada gambar visual pembanding menurut klasifikasi
Rittenhouse (1943)

Masing – masing angka untuk


Masing masing butir pasir tiap LP
menentukan kelas Sphericity butir
dikelompokkan sesuai kelas
pasir di konversikan ke dalam kelas
Sphericity dalam tabel tabulasi data
Sphericity

 Penentuan roundness

Masing-masing butir pasir tiap LP


diamati berdasarkan tingkat roundness Masing masing butir pasir tiap LP
nya dengan membandingkan pada dikelompokkan sesuai kelas
gambar visual pembanding menurut roundness dalam tabel tabulasi data
klasifikasi Powers (1953)

E. ANALISIS DATA
 Tabel dan kurva kumulatif bentuk butir
 LP 1
o Tabel tabulasi data
Mineral
Bentuk
Kuarsa Feldspar Litik
(a)
F fk f fk f fk
Oblate 11 11 11 11 9 9
Prolate 4 15 2 13 7 16
Bladed 3 18 5 18 2 18
Equant 7 25 7 25 7 25
Jumlah 25 25 25

o Kurva frekuensi kumulatif


 LP 2
o Tabel tabulasi data
Mineral
Bentuk
Kuarsa Feldspar Litik
(a)
F fk f fk f fk
Oblate 8 8 5 5 6 6
Prolate 5 13 7 12 6 12
Bladed 3 16 0 12 5 17
Equant 9 25 13 25 8 25
Jumlah 25 25 25
o Kurva frekuensi kumulatif

 LP 3
o Tabel tabulasi data
Mineral
Bentuk
Kuarsa Feldspar Litik
(a)
f fk f fk f fk
Oblate 3 3 4 4 8 8
Prolate 6 9 9 13 7 15
Bladed 7 16 7 20 5 20
Equant 9 25 5 25 5 25
Jumlah 25 25 25
o Kurva frekuensi kumulatif

 Tabel dan kurva kumulatif sphericity


 LP 1
o Tabel tabulasi data
Kuarsa Feldspar Litik
Sphericity A
f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f
0.45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.51 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Very Elongate
0.53 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.55 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.57 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.59 1 1 1 0.59 0 0 0 0 1 1 1 0.59
Elongate 0.61 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 2 0.61
0.63 3 9 4 1.89 0 0 0 0 1 1 3 0.63
Subelongate
0.65 0 0 4 0 2 4 2 1.3 1 1 4 0.65
0.67 2 4 6 1.34 2 4 4 1.3 1 1 5 0.67
Intermediate
1
Shape 0.69 5 25 11 3.45 4 16 8 2.8 7 49 4.83
2
1 1
Subequant 0.71 5 25 16 3.55 6 36 4.3 2 4 1.42
4 4
1 1
0.73 2 4 18 1.46 1 1 0.7 0 0 0
5 4
Equant
1 1
0.75 0 0 18 0 3 9 2.3 2 4 1.5
8 6
Very equant 2 1
0.77 3 9 21 2.31 3 9 2.3 3 9 2.31
1 9
2 2
0.79 2 4 23 1.58 1 1 0.8 3 9 2.37
2 2
2 2
0.81 0 0 23 0 1 1 0.8 2 4 1.62
3 4
2 2
0.83 0 0 23 0 2 4 1.7 0 0 0
5 4
0.85 1 1 24 0.85 0 0 2 0 1 1 2 0.85
5 5
2 2
0.87 1 1 25 0.87 0 0 0 0 0 0
5 5
2 2
0.89 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0
5 5
2 2
0.91 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0
5 5
2 2
0.93 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0
5 5
2 2
0.95 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0
5 5
2 2
0.97 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0
5 5
2 2
Jumlah 25 83 17.89 85 18 85 18.1
5 5
Mean 0.7156 0.7284 0.722
Ralat 0.0744 0.0753 0.0753
o Kurva frekuensi kumulatif

 LP 2
o Tabel tabulasi data
Kuarsa Feldspar Litik
Sphericity a
f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f
0.45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.51 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Very Elongate
0.53 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.55 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.57 0 0 0 0 1 1 1 0.57 0 0 0 0
0.59 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
Elongate 0.61 3 9 3 1.83 0 0 1 0 0 0 0 0
0.63 2 4 5 1.26 0 0 1 0 0 0 0 0
Subelongate 1
0.65 4 9 2.6 2 4 3 1.3 0 0 0 0
6
1
0.67 0 0 9 0 1 1 4 0.67 4 4 2.68
Intermediate 6
Shape 1 1
0.69 4 2.76 3 9 7 2.07 1 1 5 0.69
6 3
1
Subequant 0.71 1 1 0.71 3 9 10 2.13 3 9 8 2.13
4
1
0.73 1 1 0.73 1 1 11 0.73 1 1 9 0.73
5
Equant
1
0.75 1 1 0.75 1 1 12 0.75 3 9 12 2.25
6
1
0.77 2 4 1.54 2 4 14 1.54 2 4 14 1.54
8
2 2
0.79 2 4 1.58 3 9 17 2.37 5 19 3.95
0 5
2
0.81 2 4 1.62 1 1 18 0.81 1 1 20 0.81
2
2
0.83 1 1 0.83 1 1 19 0.83 2 4 22 1.66
3
2
0.85 0 0 0 2 4 21 1.7 2 4 24 1.7
3
2
Very Equant 0.87 0 0 0 4 16 25 3.48 0 0 24 0
3
2
0.89 1 1 0.89 0 0 25 0 1 1 25 0.89
4
2
0.91 0 0 0 0 0 25 0 0 0 25 0
4
2
0.93 0 0 0 0 0 25 0 0 0 25 0
4
2
0.95 1 1 0.95 0 0 25 0 0 0 25 0
5
2
0.97 0 0 0 0 0 25 0 0 0 25 0
5
2 6 18.0 18.9 7
Jumlah 25 61 25 19.03
5 3 5 5 5
Mean 0.722 0.758 0.7612
Ralat 0.065 0.064 0.071
o Kurva frekuensi kumulatif

 LP 3
o Tabel tabulasi data
Kuarsa Feldspar Litik
Sphericity a
f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f
0.45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.51 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Very Elongate
0.53 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.55 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.57 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.59 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Elongate 0.61 0 0 0 0 3 9 3 1.83 0 0 0 0
0.63 1 1 1 0.63 3 9 6 1.89 2 4 2 1.26
Subelongate
0.65 3 9 4 1.95 2 4 8 1.3 3 9 5 1.95
0.67 4 16 8 2.68 1 1 9 0.67 5 25 10 3.35
Intermediate
1
Shape 0.69 4 16 2.76 1 1 10 0.69 3 9 13 2.07
2
1
Subequant 0.71 2 4 1.42 5 25 15 3.55 3 9 16 2.13
4
1
0.73 1 1 0.73 2 4 17 1.46 0 0 16 0
5
Equant
1
0.75 4 16 3 5 25 22 3.75 6 36 22 4.5
9
2
0.77 2 4 1.54 0 0 22 0 3 9 25 2.31
1
2
0.79 2 4 1.58 0 0 22 0 0 0 25 0
3
2
0.81 1 1 0.81 0 0 22 0 0 0 25 0
4
2
0.83 1 1 0.83 2 4 24 1.66 0 0 25 0
5
2
0.85 0 0 0 0 0 24 0 0 0 25 0
5
2
Very equant 0.87 0 0 0 0 0 24 0 0 0 25 0
5
2
0.89 0 0 0 1 1 25 0.89 0 0 25 0
5
2
0.91 0 0 0 0 0 25 0 0 0 25 0
5
2
0.93 0 0 0 0 0 25 0 0 0 25 0
5
2
0.95 0 0 0 0 0 25 0 0 0 25 0
5
2
0.97 0 0 0 0 0 25 0 0 0 25 0
5
2 17.9 17.6
Jumlah 73 25 83 25 101 17.57
5 3 9
Mean 0.7172 0.7076 0.7028
Ralat 0.0698 0.0744 0.082
o
o Kurva frekuensi kumulatif

 Tabel dan kurva kumulatif roundness


 LP 1
o Tabel tabulasi data

Roundnes Kuarsa Feldspar Litik


a
s f f2 fk A*f f f2 fk af f f2 fk af
Very 0.1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Angular 5 o
1.
Angular 0.2 7 49 7 1.4 10 100 10 2 7 49 7 K
4
Sub 12 2.
0.3 11 18 3.3 8 64 18 2.4 8 64 15
angular 1 4
Sub 3.
0.4 7 49 25 2.8 7 49 25 2.8 8 64 23
rounded 2
1.
Rounded 0.6 0 0 25 0 0 0 25 0 2 4 25
2
Well 0.8
0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
Rounded 5
21 18 8.
Jumlah 25 7.5 25 213 7.2 25
9 1 2
Mean 0.3 0.288 0.328
Ralat 0.121 0.119 0.11

urva frekuensi kumulatif

 LP 2
o Tabel tabulasi data

Roundnes Kuarsa Feldspar Litik


a
s F F2 Fk Af F F2 Fk Af F F2 Fk Af
Very
0.15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Angular
Angular 0.2 9 81 9 1.8 0 0 0 0 3 9 3 0.6
Sub
0.3 9 81 18 2.7 10 100 10 3 7 49 10 2.1
Angular
Sub
0.4 7 49 25 2.8 11 121 21 4.4 11 121 21 4.4
rounded
Rounded 0.6 0 0 25 0 2 4 23 1.2 4 16 25 2.4
Well
0.85 0 0 25 0 2 4 25 1.7 0 0 25 0
Rounded
21 2
Jumlah 25 7.3 229 10.3 25 195 9.5
1 5
Mean 0.292 0.412 0.38
Ralat 0.098 0.124 0.098

o Kurva frekuensi kumulatif

 LP 3
o Tabel tabulasi data
Roundnes Kuarsa Feldspar Litik
a
s f f2 fk af f f2 fk af f f2 fk af
Very 0.1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Angular 5
Angular 0.2 5 25 5 1 0 0 0 0 5 25 5 1
Sub 1 1
0.3 9 81 2.7 13 169 3.9 11 121 16 3.3
Angular 4 3
Sub 12 2 1
0.4 11 4.4 5 25 2 8 64 24 3.2
rounded 1 5 8
2 2
Rounded 0.6 0 0 0 5 25 3 1 1 25 0.6
5 3
Well 0.8 2 2
0 0 0 2 4 1.7 0 0 25 0
Rounded 5 5 5
Jumlah 25 22 211 8.1 10.6 25 211 8.1
7
Mean 0.324 0.424 0.324
Ralat 0.123 0.1219 0.1186

o Kurva frekuensi kumulatif

F. PERHITUNGAN DAN RALAT


 Perhitungan Mean
Perhitungan Mean Spherecity Perhitungan Mean Roundness
Σa . f Σa . f
LP 1 : Mean kuarsa = LP 1 : Mean kuarsa =
N N

17.89 7,5
Mea n = =
25 25
Mea n = 0. 7156 = 0,3
Σa . f Σa . f
Mean feldspar = Mean feldspar =
N N

18 7,2
Mean = =
25 25
Mean = 0. 7284 = 0,288
Σa . f Σa . f
Mean litik = Mean litik =
N N

18.1 8,2
Mean = =
25 25
Mean = 0. 722 = 0,328
Σa . f Σa . f
LP 2 : Mean kuarsa = LP 2 : Mean kuarsa =
N N

18,05 7,3
Mea n = =
25 25
Mea n = 0. 722 = 0,292
Σa . f Σa . f
Mean feldspar = Mean feldspar =
N N

18,95 10,3
Mean = =
25 25
Mean = 0. 758 = 0,412
Σa . f Σa . f
Mean litik = Mean litik =
N N

19.03 9,5
Mean = =
25 25
Mean = 0. 7612 = 0,38
Σa . f Σa . f
LP 3 : Mean kuarsa = LP 3 : Mean kuarsa =
N N

17.93 8,1
Mea n = =
25 25
Mea n = 0. 7172 = 0,324
Σa . f Σa . f
Mean feldspar = Mean feldspar =
N N

17,69 10,6
Mean = =
25 25
Mean = 0. 7076 = 0,424
Σa . f Σa . f
Mean litik = Mean litik =
N N

17,57 8,1
Mean = =
25 25
Mean = 0. 7028 = 0,324
 Perhitungan Ralat
Perhitungan Ralat Sphericity Perhitungan Ralat Roundness
1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2 1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2
LP 1 : Ralat kuarsa = LP 1 : Ralat kuarsa =
N−1 N−1
1/25 √( 25 X 83)−(25)2 1/25 √(25 X 219)−(25)2
= =
25−1 25−1
1/25 √2075−625 1/25 √ 5475−625
= =
24 24
1/25 √1450 1/25 √ 4850
= =
24 24
= 0.0744 = 0.121
1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2 1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2
Ralat feldspar = Ralat feldspar =
N−1 N−1
1/25 √( 25 X 85)−(25)2 1/25 √( 25 X 213)−(25)2
= =
25−1 25−1
1/25 √2125−625 1/25 √ 5325−625
= =
24 24
1/25 √1500 1/25 √ 4700
= =
24 24
= 0.0753 = 0,119
1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2 1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2
Ralat litik = Ralat litik =
N−1 N−1
1/25 √( 25 X 85)−(25)2 1/25 √(25 X 181)−(25)2
= =
25−1 25−1
1/25 √2125−625 1/25 √ 4525−625
= =
24 24
1/25 √1500 1/25 √ 4460
= =
24 24
= 0.0753 = 0,11
1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2 1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2
LP 2 : Ralat kuarsa = LP 2 : Ralat kuarsa =
N−1 N−1
1/25 √(25 X 63)−(25)2 1/25 √(25 X 211)−(25)2
= =
25−1 25−1
1/25 √2075−625 1/25 √ 5275−625
= =
24 24
1/25 √ 950 1/25 √ 4650
= =
24 24
= 0.065 = 0.098
1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2 1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2
Ralat feldspar = Ralat feldspar =
N−1 N−1
1/25 √(25 X 61)−(25)2 1/25 √(25 X 229)−(25)2
= =
25−1 25−1
1/25 √1525−625 1/25 √ 5725−625
= =
24 24
1/25 √900 1/25 √5100
= =
24 24
= 0.064 = 0.124
1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2 1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2
Ralat litik = Ralat litik =
N−1 N−1
1/25 √(25 X 75)−(25)2 1/25 √(25 X 195)−(25)2
= =
25−1 25−1
1/25 √ 1875−625 1/25 √ 4875−625
= =
24 24
1/25 √1250 1/25 √ 4250
= =
24 24
= 0.071 = 0.098
1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2 1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2
LP 3 : Ralat kuarsa = LP 3 : Ralat kuarsa =
N−1 N−1
1/25 √(25 X 73)−(25)2 1/25 √(25 X 227)−(25)2
= =
25−1 25−1
1/25 √ 1825−625 1/25 √ 5675−625
= =
24 24
1/25 √1200 1/25 √5050
= =
24 24
= 0.0698 = 0.123
1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2 1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2
Ralat feldspar = Ralat feldspar =
N−1 N−1
1/25 √( 25 X 83)−(25)2 1/25 √( 25 X 223)−(25)2
= =
25−1 25−1
1/25 √2075−625 1/25 √ 5575−625
= =
24 24
1/25 √1450 1/25 √ 4950
= =
24 24
= 0.0744 = 0.1219
1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2 1/N √ NΣ f 2−Σ (f )2
Ralat litik = Ralat litik =
N−1 N−1
1/25 √(25 X 101)−(25)2 1/25 √(25 X 211)−(25)2
= =
25−1 25−1
1/25 √2525−625 1/25 √ 5275−625
= =
24 24
1/25 √1900 1/25 √ 4650
= =
24 24
= 0.082 = 0.1186

Anda mungkin juga menyukai