DISUSUN OLEH :
DINA MUSTIKA S
(18/425074/TK/46769)
Hari, Romb/ Kel: Senin (09.00-10.40)
ASISTEN ACARA:
YOGYAKARTA
APRIL
2020
A. DASAR TEORI
Metode geolistrik adalah suatu metode yang memanfaatkan sifat-sifat kelistrikan untuk
menginterpretasi karakteristik suatu batuan di bawah permukaan bumi. Sumber-sumber listrik
tersebut bisa aktif maupun pasif. Metode geolistrik resistivitas adalah metode geolistrik aktif
dimana kita menginputkan arus listrik frekuensi rendah kedalam tanah lalu distribusi potensial
listriknya diukur menggunakan elektroda potensial. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi mengenai nilai resistivitas formasi batuan yang berada di dalam tanah.
Dalam metode geolistrik, terdapat beberapa konfigurasi elektroda yang bisa digunakan.
Geometri dari konfigurasi (K) akan mempengaruhi nilai resistivitas Konfigurasi yang biasa
digunakan adalah konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Wenner, konfigurasi Wenner-
Schlumberger, konfigurasi Dipole-dipole, konfigurasi Pole-dipole, dan konfigurasi Square.
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode schlumberger.
Konfigurasi Schlumberger adalah konfigurasi dengan 4 eletkroda dimana jarak atara elektroda
A dan elektroda C tidak sama dengan jarak antara elektroda C dan elektroda D. Jarak antara
elektroda A dan elektroda C sama dengan jarak antara elektroda D dan elektroda B yaitu sebesar
(L-a)/2, dimana L adalah jarak antara elektroda A dan elektroda B, dan a adalah jarak antara
elektroda C dan elektroda D. Sedangkan jarak antara elektroda C dan elektroda B adalah sebesar
(L+a)/2.
Beberapa hal yang mempengaruhi nilai resistivitas semu adalah sebagai berikut (Prasetiawati,
2004):
a. Ukuran butir penyusun batuan, semakin kecil besar butir maka kelolosan arus akan
semakin baik, sehingga mereduksi nilai tahanan jenis.
b. Komposisi mineral dari batuan, semakin meningkat kandungan mineral clay akan
mengakibatkan menurunnya nilai resisivitas.
c. Kandungan air, air tanah atau air permukaan merupakan media yang mereduksi nilai
tahanan jenis.
d. Kelarutan garam dalam air di dalam batuan akan mengakibatkan meningkatnya kandungan
ion dalam air sehingga berfungsi sebagai konduktor.
K
No. R (V/I) [π {(b2/a) – (a/4)}] P (KxR)
Topsoil, Gravel,
Weathered
Bedrock,
Sandstone,
P1 2,4 1800 0,15 0,15 0,36 0,36 270
Granit, Basalt,
Graphitic Schist,
Cassiterit,
Hematit.
Topsoil, Clay,
H
Pirit, Magnetit,
P2 4,4 450 0,2 0,7 3,08 2,72 90
Basalt, Graphitic
Schist, Galena,
Cassiterit,
Hematit.
Topsoil, Clay,
Pirit, Magnetit,
P3 10 130 0,5 3 30 27,28 65
Basalt, Graphitic
Schist, Galena,
Cassiterit,
Hematit.
Berdasarkan penampang litologi yang dihasilkan oleh software , pda bagian resistivity
cross section dihasilkan 4 warna. Masing-masing warna menandakan litologi tertentu.
Perbedaan litologi yang tergambar menandakan adanya perbedaan tahanan jenis yang
disebabkan oleh adanya perbedaan tahanan jenis di lapangan. Perbedaan tahanan jenis
dapat terjadi karena adanya pengaruh kandungan mineral logam, kandungan elektrolit
dan juga dipengaruhi oleh tekstur, porositas, permeabilitas dan temperatur. Apabila
mineral yang menyusun batuan adalah mineral yang mudah menghatarkan listrik
(mineral besi), maka nilai resistivitasnya akan rendah. Sebaliknya apabila mineral sulit
menghantarkan listrik, maka nilai resistivitasnya akan tinggi.
Dari penampang dapat kita ketahui bahwa warna kuning memiliki tahanan jenis sebesar
2000 – 5000 Ωm pada kedalaman 0 – 2,5 meter.Warna biru memiliki tahanan jenis 200
– 500 Ωm pada kedalaman 2,5 – 10 meter. Warna hitam memilki tahanan jenis 0 – 50
Ωm pada kedalaman 10 – 30 meter .Warna ungu memiliki tahanan jenis 10000 – 20000
Ωm pada kedalaman 30 – 32,5 meter. Warna-warna tersebut dapat diinterpretasikan
sebagai litologi yang berbeda-beda:
Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan dan pengeplotan pada kurva standar dan kurva
bantu, didapati nilai tahanan jenis yang berbeda dengan software. Adapun nilai tahanan
jenis P1 sebesar 1800 Ωm, berdasarkan klasifikasi Milsom (1989) dapat diinterpretasikan
litologinya berupa Topsoil, Gravel, Weathered Bedrock, Sandstone, Granit, Basalt,
Graphitic Schist, Cassiterit, Hematit. Nilai tahanan jenis pada P2 sebesar 270 Ωm,
berdasarkan klasifikasi Milsom (1989) dapat diinterpretasikan litologinya berupa Topsoil,
Clay, Pirit, Magnetit, Basalt, Graphitic Schist, Galena, Cassiterit, Hematit. Nilai tahanan
jenis dari P3 sebesar 90 Ωm, berdasarkan klasifikasi Milsom (1989) dapat diinterpretasikan
litologinya berupa Topsoil, Clay, Pirit, Magnetit, Basalt, Graphitic Schist, Galena,
Cassiterit, Hematit.
Perbedaan pengerjaan sistem manual dan menggunakan software adalah pengerjaan sistem
manual cenderung memiliki tingkat error yang lebih tinggi dikarenakan adanya perbedaan
setiap pengamat dalam pengeplotan data pada kurva yang ada. Namun pengerjaan software
juga dapat menghasilkan perbedaan karena kita dapat mengubah presentase error.
DAFTAR PUSTAKA