Anda di halaman 1dari 19

A.

Maksud dan Tujuan


Praktikum sedimentologi acara ukuran butir sedimen bermaksud untuk
melakukan analisis distribusi ukuran butir sedimen dengan metode-metode
tertentu.
Praktikum sedimentologi acara ukuran butir sedimen bertujuan
diadakannya praktikum sedimentologi acara ukuran butir ini adalah untuk
mengetahui proses-proses geologi yang berperan terhadap pembentukan dan
deposisi sedimen berdasarkan variasi ukuran butirnya.

B. Dasar teori
Material pembentuk batuan sedimen dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis
yaitu material yang tertransport secara fisik dalam bentuk padatan sebelum
terendapkan (partikel) dan material yang berasal dari suatu larutan yang kemudian
terpresipitasi in situ dan tidak mengalami transportasi secara fisik sebagai objek
padatan (kristal).
Ada beberapa skala yang digunakan dalam analisis ukuran butir, namun
skala yang paling sering digunakan adalah skala ukuran butir Udden-Wenworth.
Skala ini menggunakan nilai 1 mm sebagai standar dan menggunakan faktor
pengali atau pembagi 2. Pada tahun 1934, Krumbein mengenalkan suatu
transformasi logaritmik dalam skala tersebut, yakni skala phi (Ф), dengan rumus:
Ф = -log2 d
dengan d adalah diameter partikel dalam mm.
Kemudian oleh McManus(1963) rumus ini diperbaiki menjadi :

Ф = -log2 d
do

dengan d adalah diameter partikel dalam mm dan do adalah ukuran butir standar
(1mm).

1
Ada beberapa metode dalam pengukuran butir sedimen, yang digunakan
sesuai ukuran butir sedimen yang akan dianalisis. Beberapa cara pengukuran butir
tersebut antara lain :
 Metode pengukuran langsung
Pada metode ini cara yang digunakan tergolong sederhana dan alat yang
digunakan adalah kpiler atau penggaris, umumnya terdapat 3 parameter yang
di ukur untuk pengukuran besar butir sedimen secara langsung yaitu diameter
terpanjang (dL), diameter menengah (dI) dan diameter terpendek (dS).
 Metode pengayakan kering
Pada metode ini digunakan ayakan dengan ukuran lubang ayakan yang
sudah dikonversi dengan skala ukuran butir Udden-Wenworth dengan ukuran
lubang yang mendekati 4√2 skala Udden-Wentworth. Sebelum dilakukan
pengayakan, maka untuk mendapatkan distribusi ukuran butir yang merata dan
sampel yang mewakili, maka dilakukan splitting, ada beberapa macam cara
splitting, yakni :
1. Coning & quartering, yaitu dengan menuangkan sampel pada bidang datar
sehingga membentuk kerucut. Kemudian dengan menggunakan karton,
kerucut dibagi menjadi 4 kuadran. Setelah itu, 2 kuadran yang berhadapan
disingkirkan dan 2 kuadran sisanya dicampur lagi untuk dilakukan
splitting lagi sampai memperoleh berat yang diinginkan.

2
2. Quartering, sampel dituangkan melalui suatu corong di atas karton yang
disilangkan saling tegak lurus sehingga sample akan terbagi menjadi 4
kuadran, dan proses selanjutnya sama seperti cara di atas.
3. Mechanical splitting, dengan cara menuangkan sampel pada splitter, yang
kemudian alat akan membagi sample menjadi 2 bagian. Separuh bagian
dari sampel disingkirkan dan sisanya dimasukkan lagi ke dalam alat.
Proses ini di ulang-ulang sampai diperoleh berat yang diinginkan.
 Metode pipet
Metode pengayakan ini digunakan untuk analisis ukuran butir lanau dan
lempung. Dengan memanfaatkan perhitungan kecepatan pengendapan butir
partikel berdasarkan Hukum Stokes.

Beberapa parameter yang digunakan pada proses pengolahan data pada


acara analisis ukuran butir ini yaitu, antara lain:
 Median
Median merupakan ukuran butir partikel yang tepat pada tengah-tengah
populasi, yang berarti separuh dari berat keseluruhan partikel adalah lebih halus
dan separuh lainnya lebih kasar dari ukuran butir tersebut. Median dapat dilihat
secara langsung dari kurva kumulatif, yakni pada nilai phi dimana kurva
kumulatif memotong angka 50%.
 Mode
Mode merupakan ukuran butir yang frekuensi kemunculannya paling banyak,
dengan demikian nilai mode adalah nilai phi pada titik tertinggi kurva frekuensi.
 Mean
Mean adalah nilai rata-rata ukuran butir. Secara grafis mean (rata-rata) dapat
dihitung dengan rumus,

 Sortasi
Sortasi merupakan nilai standar deviasi distribusi ukuran butir (sebaran nilai di
sekitar mean, dimana parameter ini menunjukkan tingkat keseragaman butir.
Secara grafis sortasi dapat dihitung dengan rumus,

3
Klasifikasi sortasi (σ1):
<0,35Ф very well sorted
0,35 – 0,50Ф well sorted
0,50 – 0,71Ф moderately well sorted
0,71 – 1,00Ф moderately sorted
1,00 – 2,00Ф poorly sorted
2,00 – 4,00Ф very poorly sorted
> 4,00Ф extremely poorly sorted

 Skewness
Skewness merupakan nilai kesimetrian kurva frekuensi, jika nilai skewness
cenderung memuncak di sebelah kiri mean, artinya bahwa material sedimen
tersebut didominasi oleh partikel dengan ukuran butir yang lebih kasar dan begitu
pula sebaliknya. Secara grafis sortasi dapat dihitung dengan rumus,

Klasifikasi Sk1 :
+1,0 - very fine-skewed
+0,3
+0,3 - fine-skewed
+0,1
+0,1 - -0,1 near-symmetrical
-0,1 - -0,3 coarse-skewed
-0,3 - -1,0 very coarse-skewed

 Kurtosis
Kurtosis merupakan nilai yang menunjukkan kepuncakan kurva. Sebuah kurva
disebut kurva normal ( mesokurtic) jika sebaran distribusi diantara 5% dan 95%
adalah 2,44 kali sebaran distribusi diantara 25% dan 95%. Secara grafis kurtosis
dapat dihitung dengan rumus,
∅ 95+ ∅ 5
KG=
2.44 ( ∅ 75−∅ 25)

Klasifikasi kurtosis:
< 0,67 very platykurtic

4
0,67 – 0,90 platykurtic
0,90 – 1,11 mesokurtic
1,11 – 1,50 leptokurtic
1,50 - 3,00 very leptokurtic
> 3,00 extremely
leptokurtic

C. Alat dan Bahan


1. Tahap Pengambilan Sampel
 Alat tulis
 OHP marker
 GPS
 Kamera
 Sekop
 Plastik sampel besar
2. Pengolahan Sampel
 Cahaya matahari
 Kertas karton
 Corong
 Saringan ayakan, dengan nilai mesh 18, 35, 60, 120, 270, dan
>270.
 Mesin pengayak.
 Stopwatch
 Kuas
 Plastic sampel kecil
 Timbangan sampel
 Kalkulator

D. Langkah kerja
 Sampel tiap LP yang telah diambil dari lapangan dibersihkan dan
dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari.

5
 Sampel yang telah dibersihkan dan dikeringkan, dilakukan splitting untuk
mendapatkan sampel yang mewakili dan dalam praktikum kali ini
dilakukan cara Quartering, proses ini dilakukan untuk tiap LP.
 Timbang sampel hasil splitting hingga didapatkan berat yang diinginkan,
yaitu 100 gram untuk tiap LP.
 Kemudian, susun saringan ayakan secara sedemikian rupa sehingga
saringan dengan nilai mesh rendah berada pada posisi paling atas dan
semakin ke bawah saringan memiliki nilai mesh yang semakin tinggi. Pada
praktikum kali ini urutan saringan dari atas ke bawah adalah mulai dari
mesh yang bernilai 18, 35, 60, 120, 270,> 270.
 Lalu sampel yang telah ditimbang yaitu sebanyak 100 gram pada tiap LP
dimasukkan kedalam saringan ayakan paling atas. Kemudian tutup
saringan dengan penutupnya dan lakukan pengayakan dengan
menggunakan mesin pengayak sekitar 5 – 10 menit.
 Setelah itu, pisahkan sampel hasil ayakan per nilai mesh nya, dan
masukkan ke dalam plastik sampel kecil dengan menggunakan kuas untuk
tiap nilai mesh, sehingga didapatkan 6 jenis sampel dari tiap LP.
 Timbang dan catat tiap tiap sampel yang telah diayak, lalu jumlahkan total
berat sampel setelah diayak. Kehilangan berat akibat pengayakan
sebaiknya tidak melebihi 5 %, dalam praktikum kali ini minimal berat
sampel setelah diayak 95 gram.
 Catat data data yang telah diperoleh selama praktikum ini untuk membuat
perhitungan secara grafis dan matematis yang kemudian akan di analisi
dan diinterpretasi.

E. Data
 Data Grafis

6

Kurva Frekuensi
Kurva Kumulatif
Frekuensi LP 1 LP 1 
45
120 
40 41.12
100 98.89 100 
35 34.4 87.76 
30
80
25 
60
20 
46.64
40
15

10 10.63 11.13
20 
5 12.24
0 1.6
1.6 1.1 
<0 0-1 1-
1- 22 22 --33 44- -4.25
4.25 >>4.25
4.25

STA 4 LP 1
Frekuensi (% Frekuensi
No Nilai mesh Phi Berat fraksi
berat) Komulatif
1 18 <0 1,6 gram 1,604 % 1,604
2 35 0-1 10,6 gram 10,631 % 12,235
3 60 1-2 34,4 gram 34,403 % 46,638
4 120 2-3 41 gram 41,123 % 87,761
5 270 4 - 4,25 11,1 gram 11,133 % 98,894
6 >270 >4 1,1 gram 1,103 % 100
Jumlah 99,8 gram 100 % 100
Diketahui:
Ø5 = 0,6 Ø50 = 1,6 Ø95 = 3,7
Ø16 = 0,7 Ø75 = 2,5
Ø25 = 1,6 Ø84 = 2,4
∅ 16+ ∅ 50+ ∅ 84
 Mean =
3
0,7+1,6+2,4
=
3
= 1.6 phi
∅ 84−∅ 16 ∅ 95−∅ 5
 Sortasi = +
4 6,6
2,4−0,7 3,7−0
= +
4 6,6
= 0 , 425+ 0,6
= 1,025phi (poorly sorted)
∅ 84 +∅ 16−2. ∅ 50 ∅ 95+∅ 5−2. ∅ 50
 Skewness = +
2( ∅ 84−∅ 16) 2(∅ 95−∅ 5)

7
2,4+0,7−2 x 1,6 3,7+0−2 x 1,6
= +
2(2,4−0,7) 2(3,7−0)
−0,1 0,5
= +
3,4 7,4
= 0,038 phi(near symmetrical)
∅ 95−∅ 5
 Kurtosis =
2,44(∅ 75−∅ 25)
3,7−0
=
2,44(2,5−1,6)
3,7
=
2,2
= 1,68 phi (platykurtic)

 STA 4 LP 2
Frekuensi (% Frekuensi
No Nilai mesh Phi Berat fraksi
berat) Komulatif
1 18 <0 36,8 gram 37, 059 % 37,059
2 35 0-1 39,4 gram 39,698 % 76,757
3 60 1-2 15,6 gram 15,709 % 92,466
4 120 2-3 6,4 gram 6,445 % 98,911
5 270 4 - 4,25 1 gram 1,007 % 99,918
6 >270 >4 0,1 gram 0,101 % 100
Jumlah 99,3 gram 100 % 100

KurvaKurva
Frekuensi
Frekuensi
Kumulatif
LP 2 LP 2
12045

10040 37.06 39.7


98.92 99.92 100
35 92.47
8030 76.76
25
60
20
401537.06 15.71
10
20 6.45
5
1.01 0.1
0 0
< 0< 0 0 -01- 1 1 -12- 2 2 -2 3- 3 4 - 4.25
4 - 4.25 > 4.25
> 4.25

Diketahui:
Ø5 = -0,5 Ø50 = -0,7 Ø95 = 1,8
Ø16 = -0,5 Ø75 = 0,8
Ø25 = -0,6 Ø84 = 0,9
∅ 16+ ∅ 50+ ∅ 84
 Mean =
3

8
(−0,5)+(−0,7)+0,9
=
3
= −0,1 phi
∅ 84−∅ 16 ∅ 95−∅ 5
 Sortasi = +
4 6,6
0,9−(−0,5) 1,8−(−0,5)
= +
4 6,6
= 0 , 35+0,35
= 0,7 phi (moderatelly sorted)
∅ 84 +∅ 16−2. ∅ 50 ∅ 95+∅ 5−2. ∅ 50
 Skewness = +
2( ∅ 84−∅ 16) 2(∅ 95−∅ 5)
0,9+(−0,5)−2 x (−0,7)
=
2¿ ¿
= -0,37 + (-0,02)
= -0,39 phi (very coarse skewed)
∅ 95−∅ 5
 Kurtosis =
2,44(∅ 75−∅ 25)
1,8−(−0,5)
=
2,44(2,5−(−0,6))
2,3
=
7,6
= 0,3 phi (very platykurtic)

 STA 4 LP 3
Frekuensi (% Frekuensi
No Nilai mesh Phi Berat fraksi
berat) Komulatif
1 18 <0 12,2 gram 12,188 % 12,188
2 35 0-1 10,7 gram 10,698 % 22,877
3 60 1-2 18,8 gram 18,781 % 41,658
4 120 2-3 39,5 gram 39,460 % 81,118
5 270 4 - 4,25 15,9 gram 18,884 % 97,002
6 >270 >4 3 gram 2,997 % 100
Jumlah 100,1 gram 100 % 100

Kurva Frekuensi LP 3
45
40 39.46
35
30
25
20 18.78 18.88
15
12.19 10.69
10
5 9 3
0
<0 0-1 1-2 2-3 4 - 4.25 > 4.25
Kurva Frekuensi Kumulatif LP 3
120

100 97 100

80 81.12

60

40 41.66

20 22.88
12.19
0
<0 0-1 1-2 2-3 4 - 4.25 > 4.25

Diketahui:
Ø5 = -0,5 Ø50 = 1,7 Ø95 = 4,1
Ø16 = 0 Ø75 = 2,4
Ø25 = 0,7 Ø84 = 2,6
∅ 16+ ∅ 50+ ∅ 84
 Mean =
3
0+1,7+2,6
=
3
= 1.43 phi
∅ 84−∅ 16 ∅ 95−∅ 5
 Sortasi = +
4 6,6
2,6−1,7 4,1−(−0,5)
= +
4 6,6
= 0 , 225+0,69
= 0,915 phi (moderatelly sorted)
∅ 84 +∅ 16−2. ∅ 50 ∅ 95+∅ 5−2. ∅ 50
 Skewness = +
2( ∅ 84−∅ 16) 2(∅ 95−∅ 5)
2,6+0−2 x 1,7 4,1+(−0,5)−2 x 1,7
= +
2(2,6−0) 2(4,1−(−0,5))
= (-0,15) + 0,021
= -0,129 phi (coarse skewed)
∅ 95−∅ 5
 Kurtosis =
2,44(∅ 75−∅ 25)

10
4,1−(−0,5)
=
2,44(2,4−07)
4,6
=
4,15
= 1,1 phi (mesokurtic)

 Data Matematis
 STA 4 LP 1
Kelas Nilai Ber fm Devias (m- f(m-x)2 (m- f(m- (m- f(m-
Interv Tenga at i (m-x) x)2 x)3 x)3 x)4 x)4
al h (m) (f)
<0 -0,5 1,6 -0,8 -2,52 6,36 10,18 -16,1 -25,68 40,5 64,78

0-1.0 0,5 10,6 5,3 -1,52 2,32 24,57 -3,53 -37,41 5,37 56,96

1.0- 1,5 34,3 51,45 -0,52 0,27 9,36 -0,14 -4,89 0,07 2,56
2.0
2.0- 2,5 41,0 102,5 0,47 0,23 9,35 0,11 4,46 0,05 2,13
3.0
3.0- 3,5 11,1 38,85 1,47 2,18 24,23 3,22 35,80 4,77 52,90
4.0
>4.0 4,5 1,1 4,95 2,47 6,14 6,75 15,21 16,73 37,7 41,44

Total 100 202 84,45 -10,99 220,8

 Mean, xø =
∑ ( fm¿¿ n) ¿ = 202,25
= 2,02 (fine sand)
N 100
∑ f (m−x ø )2 = 84,45
 Sortasi, σø =
√ 100
∑ f ( m−x ø ) = 3
√ 100
= 0,99 (moderately sorted)
−10,99
 Skewness, SKø = 3 3 = -0,08 (near-symmetrical)
100 σ ø 100(1.10)
∑ f ( m−x ø )4 220,76
 Kurtosis, Kø = 4 = 100(1.1) 4
= 1,51 (very leptokurtic)
100 σ ø

 STA 4 LP 2
Kelas Nilai Berat fm Devia (m- f(m-x)2 (m- f(m- (m- f(m-
Interv Tengah (f) si (m- x)2 x)3 x)3 x)4 x)4
al (m) x)
<0 -0,5 36,8 -18,4 -0,95 0,9 32,97 -0,85 -31,20 0,80 29,53

0-1.0 0,5 39,4 19,7 0,05 0,01 0,11 0,01 0,01 8,19 0,01

11
1.0- 1,5 15,6 23,4 1,05 1,11 17,31 1,17 18,24 1,23 19,22
2.0
2.0- 2,5 6,4 16,0 2,05 4,22 26,99 8,66 55,42 17,78 113,8
3.0
3.0- 3,5 1,0 3,5 3,05 9,32 9,32 28,47 28,47 86,93 86,93
4.0
>4.0 4,5 0,1 0,45 4,05 16,4 1,64 66,6 6,66 270 27,00

Total 100 44,6 88,35 77,59 276,4


5 9

 Mean, xø =
∑ ( fm¿¿ n) ¿ = 44,65
= 0,45 (coarse sand)
N 100
∑ f (m−x ø )2 = 88,35
 Sortasi, σø =
√ 100
∑ f ( m−x ø ) = 3
√ 100
= 0,94 (moderately sorted)
77,59
 Skewness, SKø = 3 3 = 0,57 (very fine-skewed)
100 σ ø 100(1.11)
∑ f ( m−x ø )4 276,49
 Kurtosis, Kø = 4 = 100(1.11)4
= 1,82 (very leptokurtic)
100 σ ø

 STA 4 LP 3
Kelas Nilai Berat fm Devias (m- f(m-x)2 (m- f(m-x)3 (m- f(m-x)4
Interv Tenga (f) i (m-x) x)2 x)3 x)4
al h(m)
<0 -0,5 12,2 -6,10 -2,45 6,02 73,44 -14,8 -180,2 36,24 442,08

0-1.0 0,5 10,7 5,35 -1,45 2,11 22,61 -3,07 -32,86 4,46 47,76

1.0- 1,5 18,8 28,20 -0,45 0,206 3,87 -0,09 -1,75 0,04 0,80
2.0
2.0- 2,5 39,5 98,75 0,55 0,30 11,80 0,16 6,45 0,09 3,52
3.0
3.0- 3,5 15,9 55,65 1,55 2,39 38,03 3,70 58,81 5,73 90,95
4.0
>4.0 4,5 3,00 13,50 2,55 6,48 19,45 16,51 49,54 42,05 126,15

Total 100 195,4 169,19 -99,99 711,26

 Mean, xø =
∑ ( fm¿¿ n) ¿ = 195,35
= 1,95 (medium sand)
N 100
∑ f (m−x ø )2 = 169,19
 Sortasi, σø =
√ 100
∑ f (m−x ø )3 =
√ 100
= 1,3 (poorly sorted)
−99,99
 Skewness, SKø = 3 = -0,73 (very coarse-
100 σ 3 ø
100(1.11)
skewed)

12
∑ f ( m−x ø )4 711,26
 Kurtosis, Kø = 4 = 4 = 4,69 (extremely leptokurtic)
100(1.11)❑
100 σ ø

F. Pembahasan dan Interpretasi


LP 1 LP 2 LP 3
Grafis Matematis Grafis Matematis Grafis Matematis
Poorly Moderately Moderatelly Moderatell Moderate Poorly
Sortasi sorted sorted sorted y sorted lly sorted sorted
Near
Skewn symetrica Very fine Very coarsed Very fine Coarse Very coarsed
ess l skewed skewed skewed skewed skewed
Kurtos Platykurti Very Very Mesokurti Extremely
is c leptokurtic Platykurtic leptokurtic c Leptokurtic
Medium Medium – Very coarse Coarse Medium
Mean sand fine sand sand sand sand Medium sand
STA 4 secara administrasi berada di Kecamatan Nanggulan, Kabupaten
Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu berupa pinggiran Sungai
Progo. Pengamatan dan pengambilan data serta sample pada lokasi ini
dilakukan pada 3 lokasi yang berbeda yaitu LP 1, LP 2 dan LP 3. Sungai Progo
memiliki lebar 25 meter dan memiliki aliran air yang mengalir dari arah utara
ke selatan sehingga daerah STA 4 ini termasuk ke dalam Bentang Alam
Fluvial. Pada sungai ini terlihat kenampakan morfologi morfologi sungai
seperti channel bar dan point bar serta terdapat meandering sehingga dapat
disimpulkan bahwa sungai ini memiliki stadia dewasa.

 STA 4 LP 1
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil praktikum, dari
perhitungan grafis, dapat diketahui Mean data Lokasi Pengamatan 1 berada
pada nilai phi 1,6 yang menunjukan tekstur ukuran butir rata rata medium sand.
Nilai skewness yang didapat menunjukkan kurva frekuensi yang memuncak di
kanan Mean dan didominasi butir yang lebih halus dari medium sand. Sortasi
yang tampak adalah poorly sorted yang mempunyai nilai indusive graphic
standard deviation yaitu sebesar 1,02.

13
Sedangkan berdasarkan perhitungan matematis, didapat nilai mean
2,02 phi yang menandakan bahwa ukuran butir partikel adalah medium – fine
sand. Sedangkan perhitungan sortasi didapat nilai sortasi yaitu 0,99 phi yang
berarti partikel tersebut tersortasi moderately sorted. Nilai skewness yang
didapat adalah -0.08 yang menunjukkan near-symmetrical. Serta diapat nilai
kurtosis sebesar 1,51 yaitu very leptokurtic.
Jika dibandingkan antara hasil perhitungan grafis dan matematis, dapat
disimpulkan bahwa ukuran butir partikel adalah medium sand. Partikel di LP
ini tersortasi secara moderate – poorly sorted. Nilai skewness yang negative
menunjukkan adanya tambahan partikel yang berukuran lebih kasar dari
medium sand.
Berdasarkan data yang didapat juga dapat diketahui bahwa sampel
pada LP 1 berasal dari material hasil erupsi Gunung Merapi dan erupsi gunung
berapi di sekitar sungai progo dan tertransport yang cukup kuat oleh aliran
sungai sehingga ukuran butir pada daerah tersebut yang dominan medium sand.
Setelah tertransport, energy tersebut melemah dan material sedimen tersebut
terdeposisi pada point bar dan arus yang membawa partikel cukup tidak stabil
sehingga bersifat poorly sorted (dominan kasar).
Berdasarkan mekanika transportasinya partikel sedimen mempunyai
ukuran butir dari -1 – 1 phi yang berukuran very coarse sand tertransport secara
rolling dan sliding. Ukuran butir dari 1 – 2,5 phi yang berukuran medium sand
– fine sand tertranport secara saltasi. Sedangkan ukuran butir 2,5 – 4 phi yang
berukuran fine sand – coarse silt tertranport secara saltasi – suspensi. Mekanika
transportasi ini juga terlihat pada kurva frekuensi kumulatif yang telah
disajikan dalam bagian Data. Lingkungan pengendapan partikel sedimen
berada di lingkungan fluvial.

 STA 4 LP 2
Berdasarkan perhitungan data secara grafis, dapat diketahui bahwa
nilai Mean adalah (-0,1) yang menunjukan tekstur ukuran butir rata rata
memiliki ukuran butir very coarse sand. Nilai Skewness yang didapatkan dari
data LP 2 ini adalah – 0,39 sehingga pada kurva terjadi kecenderungan

14
puncaknya berada pada sebelah kanan Mean dan didominasi oleh ukuran butir
coarse sand hingga medium sand. Pada Lokasi Pengamatan ini sortasinya
adalah Moderatly sorted yang dapat dilihat dari nilai indusive graphic standard
deviation yaitu 0,7 phi.
Sedangkan berdasarkan perhitungan matematis, didapat nilai mean
0,45 phi yang menandakan bahwa ukuran butir partikel adalah coase sand.
Sedangkan perhitungan sortasi didapat nilai sortasi yaitu 0,94 phi yang berarti
partikel tersebut tersortasi moderately sorted. Nilai skewness yang didapat
adalah 0,57 yang menunjukkan Very fine skewed. Serta diapat nilai kurtosis
sebesar 1,82 yaitu very leptokurtic.
Jika dibandingkan antara hasil perhitungan grafis dan matematis, dapat
disimpulkan bahwa ukuran butir partikel adalah very coarse - coarse sand.
Partikel di LP ini tersortasi secara moderatelly sorted. Nilai skewness yang
pada data grafis adalah negative sedangkan pada data matematis adalah positif
yang menunjukkan adanya tambahan partikel yang berukuran lebih halus serta
lebih kasar dari medium sand.
Sama seperti LP 1 material sedimen yang terendapkan pada lokasi ini
juga diperkirakan berasal dari hasil erupsi Gurung Merapi dan gunung berapi
lainnya yang berada pada sekitar Sungai Progo. Material sedimen tersebut
tertransport oleh air yang tidak cukup kuat sehingga didominasi oleh ukuran
butir very coarse sand. Jika dibandingkan dengan LP 1, ukuran butir pada
lokasi ini dominan lebih kasar, namun bila ditinjau menurut teorinya
seharusnya semakin kearah hulu butir sedimen akan semakin halus. Anomali
ini diperkirakan dikarenakan oleh adanya factor factor yang dipengaruhi oleh
kegiatan manusia (antropogenik), seperti tambang pasir, dll.
Mekanika transportasi pada Lokasi Pengamatan ini yaitu pada ukuran
butir dengan nilai phi -1 – 1 material sedimen akan tertransport dengan cara
rolling dan sliding. Untuk material sedimen yang memiliki ukuran butir dengan
nilai phi 0 – 3 material sedimen tertransport dengan cara saltasion. Sedangkan
untuk ukuran buit yang memiliki nilai phi 3 – 4,25 material sedimen akan
tertransport dengan cara suspension. Lingkungan pengendapan partikel
sedimen berada di lingkungan fluvial.

15
 STA 4 LP 3
Berdasarkan perhitungan data secara grafis, dapat diketahui bahwa nilai
Mean adalah 1,43 phi yang menunjukan bahwa tekstur rata rata ukuran butir
memiliki ukuran butir medium sand dan nilai Skewness bernilai negative
yaitu (-0,42)sehingga pada kurva terjadi kecenderungan puncaknya berada
pada sebelah kanan Mean yang berarti bahwa sedimen tersebut didominasi
oleh partikel sedimen dengan ukuran butir halus. Pada Lokasi Pengamatan ini
sortasinya adalah Moderatly sorted yang dicirikan oleh keseragaman butir
yang cukup baik yang dapat dilihat dari nilai indusive graphic standard
deviation yaitu 0,915 phi.
Sedangkan berdasarkan perhitungan matematis, didapat nilai mean
1,95 phi yang menandakan bahwa ukuran butir partikel adalah medium sand.
Sedangkan perhitungan sortasi didapat nilai sortasi yaitu 1,3 phi yang berarti
partikel tersebut tersortasi poorly sorted. Nilai skewness yang didapat adalah
0,73 yang menunjukkan Very coarse skewed. Serta diapat nilai kurtosis sebesar
1,82 yaitu very Extremely leptokurtic.
Jika dibandingkan antara hasil perhitungan grafis dan matematis, dapat
disimpulkan bahwa ukuran butir partikel adalah medium sand. Partikel di LP
ini tersortasi secara moderatelly sorted – poorly sorted. Nilai skewness yang
negative menunjukkan adanya tambahan partikel yang berukuran lebih kasar
dari medium sand.
Sama seperti LP 1 dan LP 2 material sedimen pada lokasi ini juga
diperkirakan berasal dari hasil erupsi Gurung Merapi dan gunung berapi
lainnya yang berada pada sekitar Sungai Progo. Arus yang membawa material
sedimen ini bersifat lemah, material sedimen ini telah tertransport cukup jauh
sehingga mencapai ukuran butir medium sand. Bila dibandingkan dengan
material sedimen ada LP1 dan LP 2, material sedimen pada lokasi
pengamatan ini memiliki ukuran butir yang relative lebih halus.
Mekanika transportasi pada Lokasi Pengamatan ini yaitu pada ukuran
butir dengan nilai phi -0,5 – 0,5 yaitu material sedimen dengan ukuran very

16
coarse sand – coarse sand akan tertransport secara rolling dan sliding. Untuk
material sedimen yang memiliki ukuran butir dengan nilai phi 0,5 – 2,5 yaitu
material sedimen dengan ukuran coarse sand – fine sand akan tertransport
dengan cara saltasion dan untuk ukuran butir yang memiliki nilai phi 3 – 4,25
yaitu material sedimen dengan ukuran fine sand – coase silt akan tertransport
dengan cara suspension. Lingkungan pengendapan partikel sedimen berada di
lingkungan fluvial.
Bila dilihat secara teori pengendapan butiran sedimen yang
sebelumnya sudah disinggung, yaitu teori bahwa semakin kearah hilir maka
ukuran butiran akan semakin halus, maka setelah mengkorelasikan antara
ukuran butir antara LP 1, LP 2 dan LP 3 dapat disimpulkan bahwa
pengendapan ukuran material sedimen pada STA 4 ini sesuai dengan teori
pengendapan material sedimen yang berdasarkan ukuran sedimen.

17
G. Kesimpulan
Berdasarkan data dari hasil praktikum, pembahasan dan interpretasi,
dapat disimpulkan beberapa hal mengenai STA 4, yaitu antara lain :
 Material sedimen yang terendapkan pada STA 4 ini diperkirakan
berasal dari hasil erupsi Gunung Merapi dan beberapa gunung api yang
berada di sekitar Sungai Progo.
 Pada LP 1, material sedimen yang ditemukan dominan memiliki
ukuran butir medium sand – coarse sand, sortasinya poorly sorted –
moderately sorted, memiliki skewness Near Symmertrical – Very fine
skewed dan kurtosis nya termasuk Platykurtic – Very leptokurtic. Material
sedimen pada LP 1 tertransport secara cukup kuat oleh aliran sungai
sehingga ukuran butir pada daerah tersebut dapat mencapai medium sand.
 Pada LP 2, material sedimen yang ditemukan dominan memiliki
ukuran butir very coase sand – coarse sand, sortasinya moderatelly sorted,
memiliki skewness Very coarsed skewed – very fine skewed dan kurtosis
nya termasuk Platykurtic – Very leptokurtic. Pada lokasi pengamatan ini
transportasi material sedimen yang tidak terlalu kuat terjadi oleh aliran
sungai sehingga didominasi oleh material sedimen dengan ukuran butir
very coarse sand
 Pada LP 3, material sedimen yang ditemukan dominan memiliki
ukuran butir medium sand, sortasinya moderately sorted – poorly sorted,
memiliki skewness Coarsed skewed – Very coarsed skeweddan kurtosis
nya termasuk Mesokurtic – Extremly leptokurtic. Transportasi material
sedimen pada lokasi pengamatan ini bersifat lemah, namun memiliki
ukuran medium sand yang dikarenakan material sedimen ini telah
tertransportasi cukup jauh.
 Berdasarkan mekanika transportasinya partikel sedimen yang
mempunyai ukuran butir dari -1 – 1 phi yaitu yang berukuran very coarse
sand tertransport secara rolling dan sliding, material sedimen yang
berukuran butir dari 1 – 2,5 phi yaitu yang berukuran medium sand – fine

18
sand tertranport secara saltasi dan material sedimen yang berukuran butir
2,5 – 4 phi yaitu yang berukuran fine sand – coarse silt tertransport secara
saltasi – suspensi. Dan Lingkungan pengendapan partikel sedimen pada
STA 4 ini berada di lingkungan pengendapan fluvial.
Daftar Pustaka

Surjono, Sugeng. S, D. Hendra Amijaya dan Sarju Winardi. 2010, “Analisis


Sedimentologi”. Yogyakarta : Pustaka Geo

19

Anda mungkin juga menyukai