Anda di halaman 1dari 20

A.

Maksud dan Tujuan


• Maksud : Untuk melakukan identifikasi partikel penyusun sedimen, terutama pada
sedimen silisiklastik berukuran butir pasir melalui pengamatan secara optik.
• Tujuan : Untuk mengetahui proses-proses geologi yang berperan terhadap
pembentukan dan pengendapan material sedimen tersebut berdasarkan komposisi
penyusunnya.

B. Dasar Teori
Tucker (1991) mengklasifikasikan batuan sedimen berdasarkan proses
pembentukannya menjadi empat kelompok dimana setiap jenis batuan sedimen tersebut
memiliki komposisi partikel sedimen yang berbeda-beda. Kelompok pertama adalah batuan
sedimen silisiklastik yang proses pembentukannya dari proses transportrasi dan deposisi
secara fisik, dengan komposisi penyusunnya berupa fragmen-fragmen batuan yang telah ada
sebelumnya. Kelompok kedua meliputi batugamping, deposit fosfat, batubara, dan chert yang
proses pembentukannya dari hasil kegiatan biogenik, biokimia, dan organik dengan
komposisi penyusunnya berupa mineral karbonat, fosfat, atau silikat. Kelompok ketiga
meliputi deposit evaporit yang proses pembentukannya adalah dari hasil proses kimiawi
dengan komposisi penyusunnya adalah halit atau gypsum. Kelompok keempat adalah
sedimen vulkaniklastik yang proses pembentukannya dari fragmen batuan hasil kegiatan
vulkanik dengan komposisi penyusunnya adalah material vulkaniklastik.
Khusus untuk jenis batuan sedimen silisiklastik, partikel rombakan (detrital) yang
umum dapat berupa fragmen batuan, kuarsa, feldspar, mika dan lempung, mineral berat, atau
partikel lainnya seperti partikel karbonat, fosfat, atau fosil. Dalam hal ini partikel berupa
fragmen batuan, kuarsa, dan feldspar termasuk dalam kelompok mineral ringan yang akan
terapung pada cairan bromoform. Sebaliknya, partikel yang tenggelam dalam cairan
bromoform tersebut dikelompokkan sebagai mineral berat.
Berikut ini adalah jenis partikel rombakan dalam sedimen silisiklastik berdasarkan
Tucker (1991).
Jenis Partikel Keterangan
➢ Butir batuan sedimen & metasedimen
Fragmen Batuan ➢ Butir batuan sedimen silikaan
➢ Butir batuan beku atau metamorf
➢ Paling umum ditemukan karena mineral paling
Kuarsa stabil.
➢ Warna Colorless
➢ Transparant sampai translucent
➢ Tidak ada belahan dan prismatik
➢ Memiliki stabilitas mekanis dan kimiawi yang lebih
rendah dari kuarsa
➢ Umumnya berupa potasium feldspar, ortoklas, dan
Feldspar
mikroklin
➢ Mineral memiliki belahan dan bentuk prismatik
➢ Warna biasanya coklat, abu-abu, merah gelap, dsb.
➢ Merupakan komponen utama dalam mudrock
➢ Mineral berupa lembaran tipis bentuk tabular
Mika dan lempung
➢ Contoh kelompok mineral lempung yang umum
adalah kaolinit, illite, klorit, dan smektit.
➢ Merupakan mineral aksesoris umumnya <1% fraksi
Mineral berat ➢ Berat jenis lebih besar dari 2,9
➢ Dapat berupa mineral opak dan non opak
➢ Dapat berupa fosil
Partikel lainnya ➢ Berupa endapan fosfat
➢ Berupa material karbonat

Partikel mineral berat sendiri masih dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu mineral
opak, mineral ultrastabil, dan mineral metastabil. Kelompok mineral opak tudak dapat
ditembus oleh cahaya bahkan pada sayatan tipis sekalipun contohnya seperti ilmenit, hematit,
magnetit, dan pirit. Kelompok mineral ultrastabil merupakan mineral yang sangat resisten
sehingga paling tahan terhadap proses erosi maupun penghancuran selama proses
transportrasi contohnya adalah zircon, turmalin, dan rutil. Adapun kelompok mineral
metastabil memiliki resistensi yang lebih rendah daripada kelompok ultrastabil dengan contoh
mineralnya adalah olivin, piroksen, garnet, apatit, dan kyanit.
Berikut ini adalah beberapa ciri mineral berat oleh Folk (1968)
Kelompok Mineral Mineral Ciri
➢ Warna hitam besi – coklat gelap
➢ Bentuk seperti lempeng-lempeng
Ilmenit
Mineral opak masif, kadang berupa pasiran
➢ Pecahan konkoidal
Magnetit ➢ Warna hitam besi
➢ Sistem kristal isometrik
➢ Belahan tidak ada
➢ Bentuk granular dan masif
➢ Kilap metalik
➢ Warna abu-abu sampai hitam besi
➢ Sistem kristal heksagonal
Hematit ➢ Belahan tidak ada
➢ Terdapat sisik seperti mika atau
mendaun
➢ Warna kuning perunggu
➢ Bentuk granular
Pirit
➢ Terdapat striasi antar bidang yang
saling tegak lurus
➢ Warna kuning jernih, hijau,biru, &
coklat
➢ Bentuk prismatik dan granular
Zircon
➢ Sistem kristal tetragonal
➢ Kilap kaca sampai damar
➢ Pecahan tidak rata sampai konkoidal
➢ Warna kuning kecoklatan
➢ Bentuk prismatik memanjang
➢ Sistem kristal heksagonal
Turmalin ➢ Striasi memanjang
Mineral Ultrastabil
➢ Kilap kaca sampai damar
➢ Ketembusan cahaya translucent
➢ Pecahan tidak rata sampai konkoidal
➢ Warna coklat sampai coklat
kemerahan
➢ Sistem kristal tetragonal bipiramidal
Rutil ➢ Bentuk ramping, prismatik , dan masif
➢ Striasi memanjang
➢ Kilap submetalik sampai damar
➢ Pecahan tidak rata
➢ Warna hijau kekuningan
Mineral Metastabil Olivin
➢ Bentuk granular
➢ Sistem kristal rombik bipiramidal
➢ Pecahan konkoidal
➢ Kilap kaca
➢ Warna hitam kehijauan/merah
kecoklatan
➢ Bentuk prismatik
Piroksen ➢ Belahan dua arah
➢ Kilap kaca
➢ Pecahan tidak rata sampai sub
konkoidal
➢ Warna kuning atau coklat madu
➢ Bentuk granular
➢ Sistem kristal isometrik
Garnet
➢ Belahan tidak ada
➢ Kilap kaca sampai damar
➢ Pecahan konkoidal
➢ Warna putih jernih kadang kebiruan
➢ Bentuk prismatik granular dan
ramping panjang
Apatit
➢ Belahan satu arah
➢ Kilap kaca sampai damar
➢ Pecahan sub konkoidal
➢ Warna hijau kekuningan sampai hijau
kecoklatan atau kehitaman
➢ Bentuk prismatik dan menyerupai
Epidot papan
➢ Belahan satu arah dan berserat
➢ Kilap kaca sampai lemak
➢ Pecahan tidak rata sampai konkoidal
➢ Warna putih kekuningan
➢ Bentuk tabular panjang dan meniang
➢ Belahan satu arah sempurna
Kyanit
➢ Kilap kaca sampai mutiara
➢ Berserat
➢ Pecahan tidak rata
➢ Warna merah rosa
➢ Bentuk prismatik hampir persegi
empat
Andalusit
➢ Belahan tidak ada
➢ Kilap kaca
➢ Pecahan tidak rata sampai rata
➢ Warna coklat
➢ Bentuk ramping
Silimanit ➢ Belahan satu arah
➢ Kilap buram
➢ Pecahan tidak rata

Selain jenis partikel penyusun sedimen yang berbeda-beda, kelimpahan setiap jenis
partikel tersebut juga tidak sama. Dalam hal ini kelimpahan masing-masing jenis partikel
sedimen tergantung pada ketersediaan jenis partikel tersebut pada daerah asal, durabilitas
mekanik atau ketahanan terhadap abrasi tiap partikel yang dipengaruhi oleh kekerasannya,
serta stabilitas kimiawi atau ketahanan terhadap pelarutan tiap partikel selama proses
sedimentasi. Faktor lain yang juga berpengaruh terkait kondisi daerahnya yakni iklim, relief
dserah asal partikel, dan proses sedimentasi. Iklim akan mempengaruhi proses pelapukan
dimana pelarutan mineral akan lebih intensif pada daerah dengan iklim panas atau lembab.
Relief daerah akan menentukan keterdapatan mineral yang stabil dimana semakin tinggi relief
daerah maka mineral yang ditemukan relatif berupa mineral yang tidak stabil karena selalu
mendapat suplai mineral dari batuan segar di bagian atas. Proses sedimentasi seperti adanya
faktor hidrolik menyebabkan mineral berat terendapkan terlebih dahulu sehingga semakin
jauh dari sumber maka mineral penyusun sedimen akan didominasi mineral ringan.
Pemanfaatan informasi mengenai komposisi partikel sedimen untuk mengetahui
pengaruh dari faktor-faktor tersebut dikenal dengan studi provenance. Definisi dari studi
provenance sendiri adalah studi mengenai asal-usul atau kemunculan sedimen. Dalam hal ini
umumnya digunakan asosiasi dari mineral berat penyusun komposisi sedimen, meskipun
asosiasi mineral ringan seperti kuarsa dan feldspar juga sering digunakan. Kelebihan mineral
berat dalam metoda analisis adalah akurasi dan ketepatan yang baik dalam interpretasi karena
adanya perhitungan secara kuantitatif dari tiap jenis mineral beratnya. Adapun kekurangannya
adalah mineral berat biasa terangkut secara bedload sehingga memungkinkan terjadi abrasi
yang dapat mengurangi kuantitasnya. Selain itu analisis mineral berat membutuhkan alat dan
bahan yang lebih besar daripada dalam analisis mineral ringan.
C. Alat dan Bahan
➢ Sarung tangan dan Masker
➢ Gelas ukur
➢ Tabung Reaksi
➢ Sendok kecil
➢ Kertas saring
➢ Mikroskop sedimen (binokuler)
➢ Jarum atau tusuk gig
➢ Plastik sampel
➢ Sampel pasir berukuran 60 mesh
➢ Larutan Bromoform
➢ Alkohol
➢ Air
➢ Tabel pengamatan mineral
D. Cara Kerja
Penentuan komposisi partikel sedimen yang pertama dilakukan adalah pemisahan
mineral ringan dan mineral berat untuk memudahkan dalam identifikasi mineral
menggunakan mikroskop. Dalam praktikum ini metode yang digunakan adalah menggunakan
larutan dengan berat jenis tinggi berupa bromoform secara manual. Setelah tahap pemisahan
dan pencucian kemudian dilanjutkan dengan tahap pengeringan dan pengamatan.
Berikut ini adalah diagram alir langkah kerja dalam penentuan komposisi partikel
sedimen.

Alat dan bahan yang akan


digunakan disiapkan
• Semua peralatan dibersihkan
• Sampel sedimen yang akan
dianalisis ditimbang

Larutan bromoform dituang pada gelas


ukur yang besar
• Sampel sedimen dimasukkan ke
dalam larutan bromoform
• Tunggu sampai sampel sedimen
terpisah antara partikel yang terapung
dan tenggelam

Kertas saring dipasang pada bagian


atas gelas ukur kecil
• Partikel yang terapung diambil
menggunakan sendok dan diletakkan
pada kertas saring
• Partikel yang tenggelam diambil dan
diletakkan pada kertas saring
berbeda
• Tunggu sampai seluruh larutan
bromoform yang tersisa jatuh ke
gelas ukur kecil

Partikel yang telah dipisahkan dicuci


masing masing menggunakan alkohol
• Pencucian bisa dilanjutkan dengan
menggunakan air untuk
menghilangkan alkohol yang tersisa
• Pembilasan dapat dilakukan dengan
menggunakan air sampai bersih dan
tidak lagi tampak larutan berwarna
putih
Partikel berat dan ringan yang
telah kering lalu ditimbang
ulang
• Catat hasil pengukuran
massa masing - masing
partikel
• Bandingkan total massa
sebelum dipisahan san
setelah dipisahkan
• Pastikan selisih berat
sampel tidak terlalu
signifikan sehingga sampel
masih cukup representatif

Partikel sedimen yang telah bersih


dikeringkan
• Pengeringan dapat dilakukan secara
manual dengan kertas saring
• Pengeringan secara praktis dapat
menggunakan alat berupa oven atau
alat pemanas lainnya.

Partikel berat dan ringan masing-


masing diamati menggunakan
mikroskop
• Jarum atau tusuk gigi dapat
digunakan untuk membantu
memisahkan individu partikel
• Identifikasi jenis dari 25 partikel
setiap satu medan pandang dan catat
dalam tabel pengamatan
• Pengamatan setiap partikel ringan
dan berat masing-masing sepuluh
kali medan pandang

Hasil pengamatan berupa data dalam


tabel digunakan untuk interpretasi dan
dasar analisa
• Total masing-masing jenis partikel
dihitung dan dicari persentasenya
• Simpangan baku ditentukan dengan
diagram van der walls
• Total persentase mineral setelah
ditambah simpangan baku
digunakan untuk data analisis.
E. Tabel Data dan Histogram
Berikut ini adalah tabel data dan histogram dari masing-masing lokasi pengamatan
E.1. Lokasi Pengamatan 1
Tabel 1. Data mineral ringan lokasi pengamatan 1

No. Medan Mineral Ringan


Jumlah
Pandang
Kuarsa Ortoklas Plagioklas litik
1 8 8 9 0 25
2 10 9 4 2 25
3 9 4 9 3 25
4 9 2 13 1 25
5 9 6 10 0 25
6 11 4 10 0 25
7 12 4 8 1 25
8 6 6 13 0 25
9 11 5 9 0 25
10 13 3 8 1 25
Jumlah 98 51 93 8 250

Tabel 2. Data analisa simpangan baku mineral ringan lokasi pengamatan 1

Simpangan % ± Simpangan
No. Mineral Ringan Frekuensi %
Baku (%) Baku
1 Kuarsa 98 39.2 6.5 45.7
2 Ortoklas 51 20.4 5.5 25.9
3 Plagioklas 93 37.2 6.5 43.7
4 litik 8 3.2 1.5 4.7
Jumlah 250 100
E.2. Lokasi Pengamatan 2

Tabel 5. Data mineral ringan lokasi pengamatan 2

No. Medan Mineral Ringan


Jumlah
Pandang
Kuarsa Ortoklas Feldspar
1 9 8 10 27
2 8 5 12 25
3 5 9 11 25
4 8 8 9 25
5 7 8 11 26
6 6 8 11 25
7 6 9 10 25
8 5 10 10 25
9 7 10 10 27
10 6 7 12 25
Jumlah 67 82 106 255

Tabel 6. Data analisa simpangan baku mineral ringan lokasi pengamatan 2

Simpangan % ± Simpangan
No. Mineral Ringan Frekuensi %
Baku (%) Baku

1 Kuarsa 67 26.3 4.5 30.77


2 Ortoklas 82 32.2 6 38.16
3 Feldspar 106 41.6 6.5 48.07
Jumlah 255 100
E.3. Lokasi Pengamatan 3

Tabel 9. Data mineral ringan lokasi pengamatan 3


No. Medan Mineral Ringan
Jumlah
Pandang Kuarsa Ortoklas Feldspar
1 25 15 25 65
2 20 30 24 74
3 23 8 21 52
4 36 16 15 67
5 41 22 14 77
6 30 20 16 66
7 28 18 14 60
8 20 16 14 50
9 23 12 32 67
10 15 12 18 45
Jumlah 261 169 193 623

Tabel 10. Data analisa simpangan baku mineral ringan lokasi pengamatan 3
Simpangan Baku % ± Simpangan
No. Mineral Ringan Frekuensi %
(%) Baku
1 Kuarsa 261 41.9 6 47.89
2 Ortoklas 169 27.1 6 33.13
3 Feldspar 193 31.0 5 35.98
Jumlah 623 100
F. Contoh Perhitungan
Pada Analisis data hasil pengamatan meliputi perhitungan persentase, simpangan baku,
dan total sebenarnya setelah ditambah simpangan baku untuk setiap jenis partikel. Dalam
contoh perhitungan ini digunakan mineral ringan berupa kuarsa dan mineral berat berupa
olivin pada setiap lokasi pengamatan.

F.1. Lokasi Pengamatan 1


a. Mineral ringan : Kuarsa
frekuensi = 98 butir
prosentase = frekuensi : N total x 100% = 98 / 250 x 100% = 39,2 %
simpangan baku = 6,5% (berdasarkan hasil ploting pada diagram van der walls)
prosentase sebenarnya = prosentase + simpangan baku = 39,2% + 6,5% = 45,7%

b. Mineral berat : Hematit


frekuensi = 51 butir
prosentase = frekuensi : N total x 100% = 51 / 255 x 100% = 20 %
simpangan baku = 5% (berdasarkan hasil ploting pada diagram van der walls)
prosentase sebenarnya = prosentase + simpangan baku = 20 % + 5% = 25%

F.1. Lokasi Pengamatan 2


a. Mineral ringan : Kuarsa
frekuensi = 35 butir
prosentase = frekuensi : N total x 100% = 35 / 250 x 100% = 13,06 %
simpangan baku = 4,5% (berdasarkan hasil ploting pada diagram van der walls)
prosentase sebenarnya = prosentase + simpangan baku = 13,6 % + 4,5% = 17,56%

b. Mineral berat : Hematit


frekuensi = 35 butir
prosentase = frekuensi : N total x 100% = 35 / 268 x 100% = 15,6 %
simpangan baku = 4% (berdasarkan hasil ploting pada diagram van der walls)
prosentase sebenarnya = prosentase + simpangan baku = 15,6 % + 4% = 19,6%
F.3. Lokasi Pengamatan 3
a. Mineral ringan : Kuarsa
frekuensi = 261 butir
prosentase = frekuensi : N total x 100% = 261 / 623 x 100% = 41,9 %
simpangan baku = 6% (berdasarkan hasil ploting pada diagram van der walls)
prosentase sebenarnya = prosentase + simpangan baku = 41,9 %+ 6% = 49,9%

b. Mineral berat : Hematit


frekuensi = 57 butir
prosentase = frekuensi : N total x 100% = 57 / 256 x 100% = 22,3 %
simpangan baku = 6,5% (berdasarkan hasil ploting pada diagram van der walls)
prosentase sebenarnya = prosentase + simpangan baku = 22,3 %+ 6,5% = 28,8%

G. Pembahasan dan Interpretasi


Pada analisis komposisi sedimen yang dilakukan dalam praktikum ini difokuskan pada
butir pasir dengan ukuran 60 mesh. Hal yang paling penting dalam analisis komposisi
sedimen adalah sampel sedimen yang diamati. Sampel yang baik akan menghasilkan data
analisis yang relatif baik pula. Untuk pengambilan sampel sendiri dilakukan dengan metode
sampling terpilih (purposeful / opportunistic sampling) yakni pengumpulan sampel yang
diambil berdasarkan keperluan peneliti sesuai dengan tujuan penelitian. Sesuai dengan tujuan
praktikum untuk mengetahui proses-proses geologi yang berperan terhadap pembentukan dan
pengendapan material sedimen tersebut berdasarkan komposisi penyusunnya berdasarkan
komposisi sedimennya maka pengambilan sampel dilakukan pada satu daerah aliran sungai
meliputi daerah hulu ke hilir yakni pada Sungai Opak. Untuk laporan ini sendiri membahas
deposisi pada salah satu titik pengamatan tersebut dimana sampel sedimen diambil pada
Stasiun Titik Amat (STA) 5 di daerah hilir Kali Opak. Pada stasiun pengamatan ini sampling
dilakukan pada 3 titik berbeda yang meliputi lokasi pengamatan 1, lokasi pengamatan 2 dan
lokasi pengamatan 3 dari arah hulu ke hilir dengan jarak antar lokasi sekitar 150 meter.
Dengan asumsi bahwa aliran air sungai dari LP 1 sampai LP 3 tidak terganggu oleh faktor
eksternal yang mempengaruhi karakteristik geologi sungai maka sampel ini dapat dianggap
cukup mewakili endapan Sungai Opak dari hulu ke hilir.
Sampel terpilih yang telah disiapkan kemudian diidentifikasi partikel penyusunnya
dan dikalkulasi kecenderungan jumlah masing-masing jenis partikel tersebut. Sebelum
diamati secara langsung menggunakan mikroskop dilakukan pemisahan terlebih dahulu antara
mineral ringan dan mineral berat untuk mempermudah dalam identifikasi. Dalam praktikum
ini proses pemisahan dilakukan dengan metode heavy liquid menggunakan larutan bromoform
secara manual. Konsep proses pemisahan partikel ringan dan berat ini memanfaatkan hukum
fisika sederhana dimana partikel yang massa jenisnya lebih besar dari larutan bromoform
akan tenggelam dan partikel dengan massa jenis lebih kecil akan terapung. Larutan
bromoform sendiri memiliki berat jenis 2,9 sehingga partikel dengan berat jenis lebih besar
dari 2,9 akan tenggelam dan dikelompokkan dalam mineral berat. Adapun kuarsa dan feldspar
dengan berat jenis 2,6 akan terapung dan dipisahkan sebagai mineral ringan. Pada beberapa
kasus dalam praktikum ini juga ditemukan partikel yang melayang yakni partikel dengan
berat jenis sama dengan berat jenis bromoform yang tidak terapung maupun tenggelam.
Dalam analisis ini, partikel tersebut dikelompokkan sebagai mineral ringan yang terambil
sekaligus ketika pengambilan mineral ringan. Hasil dari proses pemisahan ini kemudian
dikeringkan dan ditimbang.
Proses pengamatan mineral ringan dan berat dilakukan dengan mikroskop binokuler
dengan perbesaran tinggi sehingga partikel dapat diidentifikasi dengan lebih baik. Jenis dan
jumlah partikel penyusun komposisi sedimen untuk masing-masing lokasi penelitian
kemudian dicatat dalam tabel pengamatan. Pada penentuan jenis mineral dilakukan dengan
mengamati partikel secara individu dan dibandingkan dengan ciri khusus partikel penyusun
sedimen.
Berdasarkan pengamatan tersebut didapatkan bahwa mineral ringan penyusun
komposisi sedimen berupa mineral kuarsa, feldspar, dan lithik. Berikut ini adalah total jumlah
masing-masing jenis mineral ringan pada setiap lokasi pengamatan.
Tabel 13. Jumlah Total Mineral Ringan Lokasi Pengamatan 1 sd 3
No Mineral Ringan LP 1 LP 2 LP 3 Jumlah %
1 Kuarsa 98 67 261 426 38.0
2 Ortolklas 51 82 169 302 27.0
3 Feldspar 93 106 193 392 35.0
Jumlah 242 255 623 1120 100.0

Dari data di atas dapat diamati bahwa mineral ringan komposisi sedimen yang paling
dominan adalah kuarsa dengan total 426 butir. Sedangkan jumlah feldspar dan lithik hanya
302 dan 392 butir. Dengan asumsi bahwa tidak ada penambahan partikel mineral ringan
selama proses transportrasi dari LP 1 sampai LP 3 maka dapat diinterpretasikan bahwa
mineral kuarsa adalah partikel yang paling resisten dibandingkan feldspar maupun lithik. Hal
ini sesuai dengan dasar teori dimana mineral kuarsa adalah mineral yang paling umum
ditemukan pada sedimen karena memiliki resistensi yang tinggi. Adapun untuk feldspar dan
lithik yang kurang resisten akan semakin berkurang jumlahnya selama transportrasi dari hulu
ke hilir akibat proses erosi baik secara fisik dengan abrasi maupun kimiawi.

Hal ini dapat diamati pada histogram total mineral ringan untuk lokasi pengamatan 1
sampai 4.
Grafik 7. Histogram Total Mineral Ringan Lokasi Pengamatan 1-3

Komposisi Mineral Ringan Secara


Keseluruhan

300 261
250
193
200 169
Jumlah

150 106
98 93
82
100 67
51
50

0
Kuarsa Ortoklas Feldspar
Komposisi Mineral
LP 1 LP 2 LP 3

Dari histogram tersebut, tampak bahwa jumlah lithik cenderung berkurang dan jumlah
totalnya tidak sebesar jumlah kuarsa. Kecenderungan berkurangnya jumlah lithik ini dapat
diasumsikan akibat adanya proses abrasi (gaya gesek dengan dasar sungai dan tumbukan antar
partikel) dan juga mineral litik kurang resisten sehingga jumlahnya semakin sedikit.
Namun terjadi anomali pada ortoklas dan feldspar yang harusnya berkurang juga karena
proses abrasi saat tertransportasi. Dimana ortoklas dan feldspar memiliki kecenderungan
semakin bertambah jumlahnya dan jumlah total kuarsa yang paling dominan. Adanya anomali
kecenderungan bertambahnya jumlah ortoklas dan feldspar ini dapat diasumsikan akibat
adanya proses abrasi atau pengangkutan kembali material berupa fragmen batuan di sepanjang
sungai. Sehingga jumlah kuarsa dan feldspar yang harusnya berkurang, menjadi bertambah ke
arah hilir.
Untuk mineral berat yang dapat diidentifikasi meliputi beberapa jenis yang cukup banyak.
Dalam pembahasan ini hanya dipilih delapan jenis mineral berat yang paling dominan yakni
magnetit, hematit, rutil. Berikut ini adalah tabel data jumlah seluruh mineral berat pada lokasi
pengamatan 1 sampai lokasi pengamatan 3.
Tabel 14. Jumlah Total Mineral Berat Lokasi Pengamatan 1-3
No Mineral Ringan LP 1 LP 2 LP 3 Jumlah %
1 Rutil 31 35 16 82 16.9
2 Magnetit 53 101 105 259 53.5
3 Hematit 51 35 57 143 29.5
Jumlah 135 171 178 484 100.0

Dari data tersebut dapat diamati bahwa mineral berat yang paling dominan adalah
magnetit, rutil dan hematit dengan total jumlah 82, 256 dan 143. Hal ini terkait dengan
provenance dan sumber material sedimen di daerah pengamatan yang dapat diinterpretasikan
sebagai daerah yang kaya akan mineral magnetit, olivin dan piroksen dengan unsur penyusun
berupa besi (Fe), magnesium (Mg) dan Kalsium (Ca). Adapun secara keseluruhan orientasi
kecenderungan penambahan atau pengurangan jumlah masing-masing jenis partikel berat dari
lokasi pengamatan 1 sampai 3 dapat diamati pada histogram total mineral berat berikut.
Grafik 8. Histogram Total Mineral Berat Lokasi Pengamatan 1-3

Komposisi Mineral Berat Dominan Secara


Keseluruhan

120
101 105
100

80
57
Jumlah

53 51
60

31 35 35
40
16
20

0
Rutil Magnetit Hematit
Komposisi Mineral
LP 1 LP 2 LP 3

Secara umum kelimpahan suatu jenis partikel juga dipengaruhi oleh proses
sedimentasi, relief daerah asal partikel, dan iklim. Untuk daerah pengamatan ini sendiri
partikel sedimen mengalami proses sedimentasi oleh agen berupa air sungai dengan metode
transportrasi berupa bed load, saltasi, dan suspensi dengan dominasi adalah proses saltasi.
Akibat proses transportrasi ini maka memungkinkan terjadi benturan atau impact antar
partikel dan faktor hidrolik yang membuat mineral berat akan terendapkan terlebih dahulu.
Hal ini dapat diamati bahwa pada setiap lokasi pengamatan total mineral berat selalu lebih
sedikit daripada total mineral ringan.
Relief daerah asal partikel dapat diinterpretasikan berupa daerah dengan relief yang
tinggi. Pada komposisi sedimen yang diamati, mineral yang tidak stabil masih ditemukan
cukup banyak seperti feldspar, ortoklas, dan mineral opak seperti magnetit dan hematit dan
mineral ultrastabil seperti rutil yang justru mendominasi jumlah mineral berat. Adanya
mineral stabil yang melimpah ini menunjukkan bahwa partikel sedimen berasal dari daerah
dengan relief tinggi karena ada suplai sedimen mineral dari batuan segar. Dalam hal ini dapat
diasumsikan bahwa daerah asal dengan relief tinggi tersebut adalah daerah di bagian atas
gunung merapi, hal tersebut dikarenakan jalur aliran sungai Opak melewati gunung-gunung
tersebut sehingga kemungkinan mineral-mineral partikel sedimen tersebut dapat berasal dari
gunung-gunung yang telah disebutkan diatas.
No Mineral Ringan LP 1 LP 2 LP 3 Jumlah %
1 Kuarsa 98 67 261 426 38.0
2 Ortolklas 51 82 169 302 27.0
3 Feldspar 93 106 193 392 35.0
Jumlah 242 255 623 1120 100.0

Dari data mineral ringan keseluruhan LP, iklim daerah asal sedimen dapat
diinterpretasi berdasarkan diagram segitiga yang menyatakan komposisi sedimen asal batuan
plutonik dan batuan metamorf yang terbentuk di bawah pengaruh iklim yang berbeda (Suttner
et al, 1981 & Basu,1985 dalam Tucker,1991 )

Dari hasil pengeplotan hasil normalisari persentase jumlah kuarsa, feldspar dan lithik
di atas tampak bahwa daerah asal atau provenance material sedimen berupa plutonic source
yang dapat diinterpretasikan dari batuan plutonik gunung merapi, dengan iklim antara arid
dan humid. Hal ini sesuai dengan iklim tropis di Indonesia yang relatif panas dan kering tetapi
juga memiliki curah hujan yang cukup tinggi sehingga bersifat humid.
Adapun setting tektonik yang menentukan sifat kimiawi komposisi sedimen dapat
diinterpretasikan berdasarkan diagram segitiga yang menunjukkan setting kerangka tektonik
tertentu( Yerino & Maynard, 1984 dalam Tucker,1991)
Dari hasil plotting data tersebut dapat diamati bahwa setting tektonik yang menghasilkan
material sedimen adalah berupa CA (continental margin arc). Hal ini sesuai dengan kerangka
tektonik di daerah pengamatan secara umum yakni dari hasil proses subduksi kerak samudra
bersifat basa pada bagian Selatan pulau jawa yang menghasilkan gunung merapi sebagai
penyedia material sedimen. Batuan yang berasal dari gunung merapi ini umumnya bersifat
basa sampai intermediat sehingga mineral penyusunnya berupa mineral mafik masih
ditemukan seperti contohnya adalah piroksen dan olivin.
Hal ini didukung dengan hasil plotting data pada diagram triangular yang memperlihatkan
komposisi pasir dari beberapa daerah provenance ( Dickinson, 1985 dalam Tucker 1991)

Dari diagram tersebut dapat diamati bahwa tipe daerah provenance utama material
sedimen adalah Magmatic arc dengan setting tektonik berupa island arc atau continental arc.
H. Kesimpulan
Hasil analisis provenance pada daerah pengamatan di Stasiun Titik Amat 5 Kali Opak
menunjukkan bahwa material sedimen berasal dari daerah dengan relief tinggi, iklim antara
arid dan humid, setting tektonik berupa continental arc , dan tipe provenance termasuk
magmatic arc.
Proses – proses geologi yang berperanan terhadap pembentukan dan deposisi sedimen
dapat diketahui berdasarkan analisis data komposisi partikel sedimen. Jenis dan kelimpahan
partikel sedimen akan dipengaruhi oleh ketersediaan jenis partikel tersebut di daerah asal dan
resistensi atau ketahanan mekanik terhadap abrasi maupun ketahanan kimiawi terhadap
pelarutan. Selain itu juga dipengaruhi oleh proses sedimentasi yakni berupa metode
transportrasi saltasi, relief , iklim , dan setting tektonik daerah asal.
Daftar Pustaka

Surjono, S.S. , 2009, Buku Ajar Sedimentologi, Jurusan Teknik Geologi Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Surjono, S.S, Hendra Wijaya, Sarju Winardi, 2010, Panduan Praktikum Sedimentologi,
Jurusan Teknik Geologi - FT UGM, Yogyakarta.
Boggs, Sam. 2006. Principles of Sedimentology and Stratigraphy, Forth Edition. Pearson
Education, Inc. London

Santoso. 2009. Morfologi dan Umur Perpindahan Alur Sungai Opak di Daerah Berbah
Sleman. Vol. 19. Bandung: Pusat Survei Geologi
Surjono, S. S.; Amijaya, D. H.; Winardi, S. 2017. Analisis Sedimentologi. Yogyakarta:
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM

Anda mungkin juga menyukai