Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Fisiografi Sangiran

Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di Jawa Tengah, Indonesia. Sangiran


memiliki area sekitar 48km2. Secara fisiografis Sangiran terletak pada zona central
depression yaitu berupa dataran rendah yang terletak antara gunung api aktif, Merapi
dan Merbabu di sebelah barat serta Lawu di sebelah timur. Secara administrative
Sangiran terletak di Kabupaten Sragen (meliputi tiga kecamatan yaitu Kecamatan
Kalijambe, Gemolong, Plupuh, dan Gondangrejo), dan Kabupaten Karanganyar,
Jawa Tengah. Sangiran terletak di Desa Krikilan, Kec. Kalijambe (140km dari
Sragen atau 17km dari Solo). Situs ini menyimpan puluhan ribu fosil dari zaman
Pleistosen.

B. Stratigrafi Sangiran
Lapisan stratigrafi yang ada di Sangiran sangatlah lengkap. Lapian stratigrafi
tersebut mulai dibentuk pada akhir kala pliosen yang pada saat itu merupakan
lingkungan laut dalam (formasi Kalibeng). Di dalam lapisan lempung biru, selain
mengandung foraminifera dan jenis Mollusca laut (turitella, arca, nasar, nasarius, dan
lain-lain) juga ditemukan fosil ikan, kepiting, dan gigi ikan hiu.
Formasi Pucangan (sekitar 1,8jt – 700rb tahun yang lalu) merupakan rawa pantai
dan di dalam lapisan ini terbentuk endapan diatomit yang mengandung cangkan
diatoea laut. Fauna yang ditemukan di lapisan ini antaralain reptile (buaya dan kura-
kura), mamalia, rusa, bovidae, gajah, babi, monyet, domba, fosil kayu.
Lapisan berikutnya adalah Grenzbank (900rb – 500rb tahun yang lalu) terbentuk
karena adanya lipatan di Pegunungan Kendeng sehingga relief baru mengalami erosi
dan membentuk endapan konglomerat gamping. Pada lapisan ini juga ditemukan
fossil mamalia dan gamping koral.
Formasi berituknya adalah Formasi Kabuh (700rb – 500rb tahun lalu). Formasi
ini terbentuk akibat adanya lipatan perbukitan sehingga terendapkan lanau, pasir,
pasir besi bersilang siur dengan konglomerat dan batugamping. Fauna yang dapat
ditemukan pada lapisan ini antara lain fosil harimau, antilopee, dan gajah. Lapisan ini
juga kaya akan fosil manusia Homo Erectus.
Formasi Notopuro (500rb – 250rb tahun yang lalu) dengan litologi breksi laharik
dan batugamping tufaan yang diakibatkan oleh banyaknya aktivitas vulkanik.
Banyak ditemukan artefak batu, kapak perimbas, bola batu, kapak penetak, dan
kapak persegi.

C. Struktur Geologi Sangiran

Struktur daerah ini berupa kubah yang membentang dari arah timur laut ke
selatan barat daya. Struktur kubah ini belum beigut lama, sekitar 500.000 tahun yang
lalu, hal ini dilihat dari formasi batuan termuda yang ikut terlipat. Struktur ini akibat
gaya kompresi yang berhubungan dengan proses longsornya Gunung Lawu tua. Aka
tetapi karena adanya proses erosi yang disebabkan oleh sungai cemoro dan sungai
brangkal yang melintasi daerah tersebut, menjadikan struktur kubah sudah tidak ada
lagi.

D. Morfologi Sangiran
Geomorfologi daerah Sangiran merupakan suatu dome. Dome sangiran
merupakan daerah yang tersingkap. Berdasarkan hasil penelitian terbentuknya dome
sangiran merupakan daerah yang mengalami peristiwa geologi yang diawali pada 2,4
juta tahun yang lalu terjadi pengangkatan gerakan lempeng bumi, letusan gunung
berapi, dan adanya masa glasial sehingga terjadi penyusutan air laut yang akhirnya
membuat wilayah Sangiran terangkat, hal ini dibuktikan dengan endapan yang
terdapat di sungai pusen yang tersingkap lapisan lempung biru dari formasi kalibeng
yang merupakan endapan daerah lingkungan laut yang merupakan endapan daerah
lingkungan laut dan hingga sekarang ini banyak dijumpai fosil manusia.
Morfologi sangiran merupakan kubah structural dengan puncak telah tererosi
kuat. Sebagai akibatnya adalah pembentukan pada aliran yang spesifik yaitu
“annular” yaitu aliran trellis yang dominan. Suatu struktur kubah sering kali
memperlihatkan penampang – penampang geologi. Kubah sangiran juga menyingkap
suatu penampang hingga batuan tersier.

BAB II
TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun maksud dan tujuan dari praktikum Paleontologi tentang fieldtrip


Sangiran yaitu :
1. Praktikan dapat mengetahui kondisi geologi regional daerah Sangiran
2. Praktikan dapat mengetahui geologi daerah Sangiran
3. Praktikan dapat mengetahui jenis fosil yang terdapat pada daerah Sangiran
BAB III
HASIL PRAKTIKUM

Deskripsi Stopsite Lapangan


1. Formasi Kalibeng

Singkapan dengan titik koordinat 482500/9176427 ini terletak di


daerah Pablengan. Singkapan ini terletak tidak jauh dari pinggir jalan.
Pengamatan terhadap singkapan pada formasi Kalibeng ini pada hari Sabtu,
16 November 2019 dengan cuaca cerah terik, pukul 10.30 WIB. Singkapan
ini membentang dari barat laut – tenggara. Memiliki tinggi kurang lebih 5m.
pada singkapan ini terdapat litologi lempung (paling bawah) kemudian di
atasnya terdapat napal dengan fosil Mollusca. Di bagian atas firnasu kalibeng
terdapat banyak fosil kepiting. Formasi ini berumur sekitar 2,4 – 1,8 juta
tahun lalu. Terdapat juga singkapan diatomic, Mollusca transisi yang
memiliki ciri punya duri. Lingkungan pengendapannya pada luat dalam – laut
dangkal. Lempung yang ditemukan pada singkapan ini yaitu lempung biru.
Batuannya memiliki komposisi karbonatan.
Deskripsi Batuan :
a. Batulempung
Warna : Biru
Jenis Batuan : Sedimen Klastik
Tekstur
Ukurang butir : <1/256 mm
Roundness : Rounded
Sortasi : Baik
Kemas : Tertutup
Sturktur :-
Komposisi : Karbonat
b. Napal
Warna : Abu – abu
Jenis batan : Sedimen Klastik
Tekstur
Ukurang butir : <1/256 mm
Roundness : Rounded
Sortasi : Baik
Kemas : Tertutup
Sturktur : Fosilliferus
Komposisi : Karbonat

2. Formasi Pucangan

Singkapan dengan titik korrdinat 483647 / 9175390 ini terletak di


daerah Demp, Desa Bukuran, Kecamatan Kalijambe. Singkapan ini terletak
di dekat sawah dan cukup jauh dari akses jalan besar. Singkapan ini
membentang dari Barat ke Timur. Pengamatan terhadap singkapan pada
formasi pucangan ini pada hari sabtu, 16 November 2019 dengan cuaca cerah
terik, pukul 11.42 WIB. Singkapan ini memiliki tinggi kurang lebih 10m dan
panjang 25m. terdapat fosil Mollusca. Memiliki struktur parallel laminasi.
Litolongi batuannya batulemoung hitam di bagian bawah, batulempung
tufaan di bagian atas lempung hitam. Lempungnya berwarma hitam karena
mengandung bahan organic. Fosil yang ditemukan bentuknya utuh sehingga
dapat iinterpretasikan fosil ini terbentuk di lingkungan in situ.
Deskripsi Batuan
a. Batu lempung
Warna : hitam
Jenis Batuan : Sedimen Klastik
Tekstur
Ukurang butir : <1/256 mm
Roundness : Rounded
Sortasi : Baik
Kemas : Tertutup
Sturktur :-
Komposisi : Karbonat

b. Batulempung tufaan
Warna : abu – abu
Jenis Batuan : Sedimen Klastik
Tekstur
Ukurang butir : <1/256 mm
Roundness : Rounded
Sortasi : Baik
Kemas : Tertutup
Sturktur : Parallel laminasi
Komposisi : Karbonat

3. Lapisan Grenzbank

Lapisan Grenzbank terletak di daerah Bapang, Bukuran dengan


koordinat 483642/9174749. Singkapan grenzbank yang terletak antara
formasi pucangan dengan kabuh. Terbentuk karena proses pelarutan. Saat air
hujan turun di formasi Kabuh yang permeable sehingga air bisa lolos.
Sedangkan pada formasi pucangan dimana litolognya lepung yang
impermeable sehingga material tersebut larut dab mengendap di antara Kabuh
dan Pucangan. Pada sisipan grenzbank ini litologinya konglomerat yang
memiliki komposisi karbonatan. Memiliki besar butir kerikil. Sisipan
grenzbank ini berwarna abu – abu dengan tebal 30cm.
Deskripsi Batuan :
a. Konglomerat
Warna : abu – abu
Jenis Batuan : Sedimen Klastik
Tekstur
Ukurang butir : kerikil
Roundness : Rounded
Sortasi : Baik
Kemas : Terbuka
Sturktur : Graded Bedding
Komposisi : Karbonat

4. Formasi Kabuh

Singkapan ini terletak di daerah Bapang, Bukuran, Kecamatan


Kalijambe pada koordinat 483660/9174719. Singkapan ini membentang dari
utara ke selatan. Pengamatan terhadap singkapan pada formasi kabuh ini pada
hari sabtu, 16 November 2019 pukul 13.03 WIB. Singkapan ini memiliki
tinggi kurang lebih 7m dan panjang 5m. terdapat litolongi batupasir kasar,
batupasir halus, dan batupasir berfragmen. Terdapat struktur cross laminasi.
Dilihat dari ukuran butir dan komposisinya dapat diinterpretasikan
lingkungan pengendapannya adalah Terestrial. Terdapat juga sisipan
grenzbank dengan litologi gamping yang memiliki komposisi karbonatan.
Deskripsi Batuan :
a. Batupasir halus
Warna : abu – abu
Jenis Batuan : Sedimen Klastik
Tekstur
Ukurang butir : Batupasir halus
Roundness : Rounded
Sortasi : Baik
Kemas : Tertutup
Sturktur : Cross Laminasi
Komposisi : Non Karbonat

b. Batupasir kasar
Warna : abu – abu
Jenis Batuan : Sedimen Klastik
Tekstur
Ukurang butir : Pasir kasar
Roundness : Rounded
Sortasi : Baik
Kemas : Tertutup
Sturktur : Cross laminasi
Komposisi : Non Karbonat

c. Konglomerat
Warna : abu – abu
Jenis Batuan : Sedimen Klastik
Tekstur
Ukurang butir : kerikil
Roundness : Rounded
Sortasi : buruk
Kemas : Terbuka
Sturktur :-
Komposisi : Non Karbonat

5. Formasi Notopuro

Singkapan dengan titik koordinat 480832 / 9176786 ini terletak di


daerah Kalongbali Wetan. Singkapan ini beraeda di sepanjang sungai,
berwarna abu – abu. Membentang dari tenggara ke barat laut. Formasi
notopuro dimana lapisan ini merupakan puncak erupsi gunung api di
Sangiran. Litologinya yaitu breksi laharik. Memiliki ketebalan kurang lebih
35cm dengan komposisi non karbonatan.
Deskripsi Batuan :
a. Breksi
Warna : abu – abu
Jenis Batuan : Sedimen Klastik
Tekstur
Ukurang butir : kerikil
Roundness : Angular
Sortasi : buruk
Kemas : Terbuka
Sturktur :-
Komposisi : Non Karbonat
FORM MUSEUM SANGIRAN
1. Stopsite 1 – Pintu Masuk Museum

Lapisan tanah berusia 1,8 juta tahun merupakan lapisan lahar vulkanik
paling tua di Sangiran, hasil aktivitas erupsi gungu lawu purba. Tidak
memiliki fosil. Singkapan ini merupakan singkapan batu breksi dengan
dimensi panjang 3m dan tinggi 1,5m, memiliki warna abu-abu, besar butir
kerakal, bentuk butir subangular. Memiliki sortasi yang buruk karena tidak
ada keseragaman antar butirnya. Membentang dari timur laut ke tenggara.
Merupakan breksi vulkanik, fasies proximal. Merupakan singkapan pada
formasi Kalibeng atas.

2. Stopsite 2 – Diorama 1.1

Alih rupa alam Sangiran : Seriring terbentuknya daratan Jawa di


sepanjang kala pleistosen, lingkungan Sangiran terus bergerak. Dinamika
alam Sangiran seluruhnya terekam dalam lapis – lapis tanah.
Laut purba sangiran : Di akhir kala pliosen sekitar 2,4 juta tahun yang
lalu, permukaan Sangiran masih tertutup lautan. Hingga pergerakan lempeng
benua, turunnya muka laut dan aktivitas gunung api menjadikan Sangiran
sepenuhnya menjadi daratan.
Lapisan Notopuro adalah hasil pengendapan lumpur vulkanik, bps
tufaan, material breksi laharik. Lapisan Kabuh terbentuk dari larik – larik
pasir fluvio-vulkanik (pasir sungan dari gunung api) yang saling tumpang.
Lapisan grenzbank menyerupai beton semen yang sangat keras terdiri dari
konkresi Konglomeratan / Gamping pisoid. Lapisan Pucangan mengandung
laring lempung diatom.

3. Stopsite 3 – Diorama 1.2

Homo erectus progresif : 200.000 – 100.000 tahun yang lalu, memiliki


volume otak 1.100cc. Homo erectus Arkaik : 1,8jt – 900.000 tahun yang lali,
memiliki volume otak 870cc. fosilnya banyak ditemukan di lapisan pucangan
dan grenzbank, rahang kekar dan gigi geriginya besar. Homo erectus Tipik :
800.000 – 300.000 yang lalu, memiliki volume otak 1.000cc. fosilnya banyan
diteukan di lapisan Kabuh dengan rahan ramping dan gigi geliginya lebih
kecil dibandingka tipe arkaik.
Homo erectus memilih bahan terbaik untuk membuat perkakasnya.
Batuan keras berkadar silica tinggi, seperti Kalsedo. Alat batu massif seperti
kapak perimbas, kapak penetak, bola batu, proto kapak genggam. Alat batu
non massif seperti Serpih, Bilah, dan serut.

4. Stopsite 3 – Diorama 2

Sekitar 12 milyar tahun yang lalu terjadi ledakan besar di ruang


angkasa. Mengakibatkan panas yang sangat tinggi, sehingga bahan – bahan
yang ada terlontar dan bergabung menjadi unsur. Semakin menjauh unsur –
unsur tersebut mendingin dan menggumpal. Gumpalan – gumpalan bersama-
sama dalam suatu orbit membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari.
Sejak terbentuknya 4,4 milyar tahun silam, planet terus bermetamorfosis.
Kehidupan pertama muncul sekitar 600jt tahun yang lalu.
2,4 jt tahun lalu : Masih laut terbuka – Formasi Kalibeng
1,7 jt tahun lalu : sudah menjadi daratan, terdapat daerah rawa – Formasi
Pucangan
1,1 jt tahun lalu : Laut dangkal menghilang menjadi daratan – lapisan
grenzbank
0,9 jt tahun lalu : telah menjadi daratan, kegiatan gunung api terus berjalan.

5. Stopsitek 5 – Diorama 3.1

Manusia Flores merupakan salah satu karya Elisabeth Daynes yang


paling akhir, yang saat ini dilihat adalah versi terakhirnya. Perbedaan dengan
versi pertama yaitu bahy sedikit ditarik ke depan, pinggl lebih sempit, telapak
kaki lebih panjang. Bersama dengan ratuan patung anthrpologis, Elisabeth
Daynes telah menjadi seorang ahli terkemuka dalam proses rekonstruksi
hominid yang cermat. Dikenal sebagai seorang oelukis, pematung, dan
sekaligus ahli dalam anatomi komparatif, dia menggabungkan penelitian
ilmiah, inovasi teknologi dan seni, sebagai upaya menghidupkan kembali
nenek moyang kita. Elisabeth bekerja keras untuk menciptakan manusia purba
yang unik dan spesifik dengan menggunakan informasi yang sedikit dari
tinggalan fosil manusia.
6. Stopsite 6 – Diorama 3.2

Posisi temuan sangiran 17 (Homo erectus) pada formasi Kabuh.


Tengkorak Homo erectus Sangiran 17 ditemukan di lapisan pasir fluvio-
vulkanik, anggota litologi formasi kabuh yang merupakan lapisan tanah yang
didominasi oleh lingkungan sungai yang luas, pada periode 700.000 tahun
yang lalu.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Jelaskan Setiap Formasi yang ada di Sangiran

1. Formasi Kalibeng

Formasi ini terletak di dukuh Ngampon, desa Krikilan, Kecamatan Klaijambe


dan  Kabupaten Sragen. Umur formasi ini adalah Pliosen (2 juta -1,8 juta tahun yang
lalu). Persebaran Dormasi Kalibeng ditemukan disekitar Kubah Sangiran, dan
membentuk perbukitan yang landai. Ketebalan formasi ini mencapai 126,5 m. satuan
litologinya berupa lempung abu-abu kebiruan setebal 107 m, pasir lanau setebal 4,2 –
6,9 m, batu gamping balanus setebal 0 - 10,1M. Pada formasi ini banyak ditemukan
fosil-fosil Foraminifera dan Moluska laut. Antara lain ditemukan : arca (anadara),
arcitectonica, lopha (alectryonia), Conus, Mirex, Chlamis, Pecten, Prunum, Turicula,
renella spinoca, anomia, arcopsis, linopsis, dan turitella acoyana. Fosil-fosil tersebut
merupakan ciri dari lingkungan pengendapan laut dangkal.

2. Formasi Pucangan

Formasi ini terletak di dukuh Ngampon, desa Krikilan, Kecamatan Klaijambe


dan  Kabupaten Sragen. Formasi Pucangan ini terdiri dari dua satuan litologi yaitu
satuan breksi laharik dan satuan napal bercampur batu lempung. Ketebalan formasi
ini mencapai 157,5 m. sedang umur formasi ini adalah plestosen bawah ( 1,8juta-
900ribu).
Satuan breksi laharik, terbentuk akibat pengendapan banjir lahar hujan yang
diselingi pengendapan sungai normal dilingkungan air payau. Ketebalan satuan ini
berkisar antara 0,7-46 m. satruan ini termasuk Formasi Pucangan Bawah, berumur
Plestosen Bawah. Kandungan fosil pada lapisan ini sangat jarang. Namun
diantaranya ditemukan sedikit fosil moluska laut jenis anadara, korbicula, dan murex.
Satuan napal dan batu lempung,  termasuk Formasi Pucangan Atas, yang
berumur plestosen bawah. Satuan ini berwarna abu-abu muda sampai  tua, yang bila
lapuk berwarna hitam. Ketebalan lapisan ini mencapai 113,5 m. pada satuan ini
ditemukan tiga horizon moluska laut yang bercampur dengan gigi ikan hiu, yang
menandakan bahwa pada masa itu pernah terjadi transgresi laut, meskipun mungkin
kejadiannya sangat singkat.
Moluska laut yang lain ditemukan berasosiasi dengan kayu, belerang, peat,
bulus dan buaya yang menunjukkan lingkungan payau-payau tepi laut. Selain
horizon moluska laut, ditemukan juga lapisan tanah Diatome  yang berwarna putih
kecoklatan, dengan penyebaran yang cukup lama.

3. Formasi Kabuh

Formasi ini terletak di dukuh Ngampon, desa Krikilan, Kecamatan Klaijambe


dan  Kabupaten Sragen. Umur formasi ini adalah Plestosen  atas sampai plestosen
tengah (900ribu-200ribu tahun yang lalu).
Formasi kabuh mempunyai ketebalan 5,8 – 58,6 M. lapisan ini mempunyai
kandungan litologi berupa lempung lanau , pasir, besi dan kerikil. Satuan litologi
tersebut ditemukan berselang- seling dengan lapisan konglomerat dan batu lempung
vulkanik (tuf). Dibawah lapisan ini ditemukan lapisan batu pasir, konglomerat
“calcareous” dengan ketebalan lebih dari 2M yang merupakan ciri lingkungan
transisi antara lautan dan daratan.
Lapisan tuf yang terkandung dalam formasi kabuh dibedakan atas lapisan tuf 
bawah, tuf tengah, dan tuf atas. Lapisan tuf bawah terletak pada formasi kabuh
dengan ketebalan 4,2 – 20 M, lapisan tuf tengah terdapat pada formasi kabuh dengan
ketebalan 5,8 – 20M, dan lapisan tuf atas pada formasi kabuh atas dengan ketebalan
3,4-16M.
Kandungan fosil formasi kabuh meliputi hewan vertebrata dan moluska air
payau. Fosil vertebrata yang ditemukan antara lain : bovidae, babi, buaya, bulus,
banteng, gajah dan rusa. Sedang fosil moluska air payau yang ditemukan meliputi
astartea, melania, dan corbicula. Selain itu ditemukan pula fosil cetakan daun.
4. Formasi Notopuro

Formasi notopuro terletak secara tidak selaras diatas formasi kabuh dengan
ketebalan sekitar 47 M. satuan litologinya berupa : kerikil, pasir, lanau, lempung, air
tawar, lahar pumisan dan tuf. Lapisan lahaar yang terkandung dalam lapisan ini,
berdasarkan letaknya dibagi 3 yaitu : lapisan lahar atas, lapisan lahar teratas dan
lapisan pumiceatas. Berdasarkan adanya lapisan lahar tersebut, formasi notopuro
dibedakan menjadi 3 : formasi notopro bawah, formasi notopuro tengah dan formasi
notopuro atas.
Lapisan notopuro bawah dimulai lapisan lahar atas sampai lapisan lahar
teratas, dengan ketebalan antara 3,2- 2,89 M. Kandungan litologinya berupa pasir
tufan dengan kerikil fluvial, lanau, lempung, fragmen kerikil andesit dan formasi tuf
andesit.
Formasi notopuro tengah mulai muncul pada lapisan lahar atas sampai
lapisan lahar teratas, dengan ketebalan maksimum 20M. formasi ini mengandung
pasir bercampur  kerikil dan lanau tufan, kecuali pada lapisan lahar yang terletak
didasar. Pada formasi ini tidak ditemukan fosil mammalian sama sekali.
Formasi notopuro atas dimulai dari lapisan pumiceatas secara tidak selaras
terletak diatas formasi notopuro tengah dan bawah, ketebalan formasi ini mencapai
25 M dan tersebar di daerah sangiran sebelah utara dan daerah sangiran sebelah
timur. Kandungan litologinya berupa tuf dan bola-bola pumisan.
B. Sejarah Geologi Sangiran

Menurut sejarah geologi, daearah Sangiran mulai terbentuk pada akhir Kala
Pleistosen. Situs Sangiran terkenal karena mempunyai stratigrafi yang lengkap dan
menjadi yang terlengkap di Benua Asia. Sehingga itu diakui dapat menyumbangkan
data penting bagi pemahaman sejarah evolusi dari lingkungan laut yang berangsur-
angsur berubah menjadi lingkungan daratan, seperti tercermin dari fosl-fosil yang
ditemukan pada masing-masng formasi. Berdasarkan proses terbentuknya dan juga
kandungannya, lapisan tanah situs Sangiran dibedakan menjadi lima lapisan, yaitu :
1. Formasi Kalibeng
Lapisan tanah terbawah dan memiliki umur paling tua, terbentuk pada kala , Pliosen
sekitar 7 juta tahun yang lalu. Mendominasi pusat kubah Sangiran, formasi kalibeng
dicirikan dengan adanya endapan laut dan gamping. Pada lapisan ini tidak ditemukan
fosil mamalia, tetapi fosil Mollusca.
2. Formasi Pucangan
Formasi ini berada di atas lapisam atau formasi Kalibeng. Formasi ini berupa
lempung hitam dan mulai terbentuk sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dari endapan
lahar Gunung Merapi purba dan Gunung Lawu purba. Formasi pucangan banyak
mengandung fosil manusia purba dan hewan mamalia.
3. Grenzbank
Terletak di atas formasi pucangan. Lapisan ini terdiri atas konglomerat silikaan
stadium lanjut, lapisan ini dipakai sebagai tanda batas antara formasi Pucangan
dengan Kabuh. Pada Grenzbank banyak ditemukan hewan mamalia, ditemukan pula
fosil Homo erectus.
4. Formasi Kabuh
Berupa endapan sedimen vulkanik berfasies fluviatil (pasir, silang siur). Endapan ini
terjadi karena aktivitas Gunung Merapi purba dan Gunung Lawu purba yang terjadi
pada kala pleistosen tengah (500-600 ribu tahun yang lalu). Kaya akan temuan fosil
manusia purba ditemukan pada formasi ini.
5. Formasi Notopuro
Berada pada lapisan teratas di situs Sangiran. Terbentuk karena akibat dari aktivitas
gunung berapi pada kala Pleistosen atas (250.000 – 70.000 tahun yang lalu). Lapisan
ini ditandai oleh endapa lahar, breksi, dan pasir juga banyak ditemukan alat serpih
dan fosil kerbau serta kijang.
Sangiran merupakan sebuah kubah yang terbentuk oleh adanya proses
deformasi, baik secara lateral atau vertical. Proses erosi pada puncak kubah telah
menyebabkan terjadinya reverse, kenampakan terbalik, sehigga daerah tersebut
menjadi daerah depresi. Bagian tengah dari kubah sangiran ditoreh oleh kali Cemoro
sebagai sungai enteseden, sehingga menyebabkan formasi batuan tersingkap dan
menunjukan bentuk melingkar. Pada kala Pliosen daerah ini menjadi laut dangkal
kemudian terjadi gunung berapi akibatnya terjadi formasi kalibeng, adanya regresi
lebih lanjut pada daerah ini menyebabkan sangiran menjadi daratan.

C. Jelaskan Tiga Diorama

1) Diorama 1

Terbentuknya kubah Sangiran :


Tumbukan lempeng tektonik yang terjadi di Selatan Pulau Jawa
menghasilkan gaya yang saling menekan pada perlapisan tanah batuan di Sangiran.
Gaya yang saling menekan mengakibatkan pengangkatan pada permukaan tanahnya.
Proses perlipatan tanah/batuan membentuk menyerupai kubah. Proses pembentukan
kubah biasa diiringi dengan terbentuknya patahan dan rekahan terutama pada bagian
puncaknya. Zona patahan dan rekahan ini merupakan zona lemah sehingga lapisan
tanah atau batuan mudah tererosi, dan memberi jalan air hingga menjadi sungai.
Di balik tanah Sangiran, tersimpan narasi panjang pembentukan daratan
Jawa. Lapisan tanah purba terbentuk dari adonan berbagai material. Ragam
kandungan setiap lapisan menunjukkan dinamika lingkungan Sangiran dan
perubahannya di setiap episode.

1. Lapisan Notopuro adalah hasil pengendapan lumpur vulkanik, batupasir tufaan, dan
material breksi laharik.
2. Lapisan kabuh terbentuk dari larik – larik pasir fluvio-vulkanik (Pasir sungai dari
gunung api) yang saling tumpang tak teratur.
3. Lapisan Grenzbank menyerupai beton semen yang sangat keras, terdiri dari konkresi
konglomeratan / gamping pisoid.
4. Lapisan Pucangan mengandung larik lempung diatome, batu lempung pasiran yang
mengandung Mollusca, lempung hitam, dan material breksi laharik.
5. Lapisan Kalibeng tersusun oleh lempung biru dan batugamping yang kaya fosil
foraminifera

Tiga Gerasi Gajah


1. Mastodon : Memiliki empat gading ; dua berukuran besar, tumbuh di rahang atas dan
dua lainnya berukuran mungil di rahang bawah.
2. Stegodon : Stegodon yang paling banyak ditemukan di Sangiran adalah Stegodon
beratap tengkorak menonjol membentuk segitiga. Ukuran tubuhnya lebih besar
daripada gajah sekarang.
3. Elephas : Elephas adalah generasi ketiga spesies gajah purba. Fosil – fosil banyak
ditemukan di lapisan Kabuh. Tubuhnya mirip dengan gajah sekarang.

Homo Erectus diduga menjadi pendahulu terakhir sebelum berevolusi


menjadi manusia modern, Homo sapies . Hidup pada masa 1,8 juta – 200 ribu tahun
lalu, spesies ini lahir di Afrika Timur kemudian bermigrasi ke seluruh dunia tak
terkecuali Jawa. Di Jawa, terdapat 3 tipe Homo erectus, yaitu :
1. Homo erectus progresif
Kapasitas otak yang besar membuat atap tengkoraknya lebih tinggi
dan lebih membundar daripada 2 tipe pendahulunya.
Rentang kehidupan : 200.000 – 100.000 tahun lalu
Volume otak : 1.100 cc

2. Homo erectus tipik


Homo erectus yang fosilnya banyak ditemukan di lapisan Kabuh
Sangiran, dengan rahang lebih ramping dan gigi geliginya lebih kecil disbanding tipe
arkaik. Rentang kehidupan : 800.000 – 300.000 tahun lalu
Volume otak : 1.000 cc

3. Homo erectus arkaik


Fosilnya banyak ditemukan di lapisan Pucangan dan Grenzbank,
rahang kekar dan gigi geliginya lebih besar.
Rentang kehidupan : 1,8 juta – 900.000 tahun lalu
Volume otak : 1.000 cc
Temuan fosil dengan kapasitas otak semakin besar, semenjak lapisan
Pucangan hingga Notopuro menunjukkan peningkatan peran otak (pengetahuan)
serta kecakapan teknis (teknologi) Homo erectus, selama rentang hidup mereka di
seputar Sangiran. Di lapisan lebih muda seperti Kabuh dan Notopuro, bahkan
tingkat variasi temuan perkakas batu itu lebih tinggi. Sebagaimana kerabat mereka di
belahan lain dunia, Homo erectus Sangiran juga mengenal budaya Acheulian. Ini
tampak dari ujud alat batu massif seperti proto-kapak genggam, kapak dan pahat
genggam, kapak perimbas dan penetak dari bahan batu andesit.
2) Diorama 2

Sekitar 12 milyar tahun lalu terjadi ledakan besar di ruang angkasa.


Ledakan mengakibatkan panas yang sangat tinggi, sehingga bahan – bahan yang ada
terlontar dan bergabung menjadi unsur-unsur hidrogen dan helium, kemudian disusul
oleh unsur-unsur lain yang lebih berat seperti karbon, oksigen, dan besi. Ketika
terlontar, bahan-bahan bergerak menjauh dan berputar membentuk piringan. Gerak
berputar mengakibatkan sebagian gumpalan itu pecah. Ada yang hilang, ada yang
tetap bergerak mengikuti putaran (orbit). Gumpalan yang tetap dalam suatu orbit
membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari.

Kepulauan Indonesia merupakan ‘’The Ring of Fire” di Samudra Hindia,


karena terdiri atas rangkaian gunung api yang muncul dan dasar samudra sebagai
akibat terlipatnya lempengan samudra.
Tahap-tahap perkembangan kawasan Sangiran sejak kala pliosen akhir
hingga kala holosen.

v
2,4 juta tahun yang lalu :
Daerah Sangiran masih merupakan laut terbuka. Benturan lempengan Indo-Australia
(bagian dari Gondwana) dengan lempengan Eurasia secara perlahan mengangkat
dasar laut. Lingkungan laut dan hutan bakau in menghasilkan berturut-turut lapisan
marla pasiran (bawah) dan lempung kebiruan (atas) pada formasi Kalibeng.
1,7 Juta tahun lalu :
Pada kala Plestosen awal, sejak 1,7 juta tahun lalu Sangiran sudah menjadi daratan
terutama karena aktivitas gunung api aktif terus mengisi laut dangkal dengan material
yang dikeluarkannya. Hutan bakau bergeser lebih utara , tetapi di sekitar Sangiran
masih terdapat daerah-daerah rawa belakang yang meninggalkan endapan lempung
hitam pada formasi Pucangan.
1,1 juta tahun lalu :
Rawa belakang yang ada di sekitar Sangiran terus meluas ke utara dan mendesak
hutan bakau bergeser ke utara juga. Laut dangkal menghilang menjadi daratan.
Endapan material kapur meluas dan membentuk lapisan aglomerat berkapur yang
dikenal sebagai lapisan Grenzbank.
0,9 juta – 0,2 juta tahun lalu :
Telah menjadi daratan, kegiatan gunung api terus berjalan. Limpasan air yang
membawa batuan dan sisa-sisa hewan yang memfosil mengendap di Sangiran dan
membentuk formasi Kabuh yang silang siur.
Beberapa Jenis Homo erectus
1. Homo erectus arkaik

Di antara ketika jenis homo erectus yang ada di Indonesia, Homo erectus
arkaik mempunyai ciri fisik yang paling kekar. Dengan gigi geligi yang kuat
dan diduga lebih banyak memakan tumbuhan daripada hewan. Fosilnya
dikenal dengan nama Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus robustus
(Sangiran) , dan Pithecanthropus mojokertoensis (Perning, Mojokerto).

2. Homo erestus tipik

Jenis kedua ini sudah lebih maju disbanding jenis arkaik. Mukanya lebih
mungil, meskipun dahi masih landau dan agak tonggos. Dalam kelompok ini
termasuk temuan fosil Homo erectus pertama oleh Eugene Duboiss di Trinil.
Jenis ini pula yang paling banyak ditemukan di situs-situs di Jawa, terutama
Sangiran , Trinil, Ngawi, Sambungmacan. Karena itulah, jenis ini disebut
Homo erectus tipik (dari typical) atau klasik (classical).
3. Homo erectus progresif

Jenis ini adalah yang paling maju dari ketiga jenis yang ada. Volume otak
lebih besar dan dahi agak meninggi, sementara tonjolan tulang alis tidak
begitu menonjol. Fosilnya banyak ditemukan di situs Ngandong dan lebih
dikenal sebagai Pithecanthropus soloensis. Namun, hingga kini fosilnya
belum ditemukan di Sangiran.

Kedatangan Manusia Modern


Pertengahan kala plestosen akhir menjadi saksi perubahan penting di
Kepulauan Asia Tenggara dengan kedatangan manusia yang secara ragawi dapat
dikatakan sebagai manusia modern. Mereka berasal dari Afrika dan bermigrasi
hingga di Nusantara sekitar 75.000 tahun lalu. Sejak itulah manusia modern
menghuni kepulauan ini menggantikan Homo erectus yang punah.

Asal-usul Bangsa Indonesia

Mayoritas bangsa-bangsa yang kini tinggal di kepulauan nusantara adalah


para pendatang baru. Mereka adalah orang-orang yang berbahaya Austronesia,
tetapi darimana asal para pendatang ini masih diperdebatkan. Pada sekitar 5.000
tahun lalu, penduduk Formosa yang berbahasa Austronesia mulai bermigrasi ke
Kepulauan Filipina, untuk selanjutnya menghuni Borneo dan Sulawesi sekitar 4.500
tahun lalu. Dari sini mereka menyebar ke barat (Sumatra), selatan (Jawa), timur
(Maluku dan Papua), ke tenggara (Nusa Tenggara) sehingga sekitar 4.000 tahun lalu
Kepulauan Nusantara telah dihuni para penutur Austronesia yang kemudian menjadi
cikal bakal bangsa Indonesia.

3) Diorama 3

Manusia Flores merupakan salah satu karya Elisabeth Daynes yang paling
akhir, yang saat ini dilihat adalah versi terakhir. Perbedaan dengan versi pertama
(2007) yaitu bahu sedikit ditarik ke depan , pinggul lebih sempit, telapak kaki lebih
panjang. Bersama dengan ratusan patung anthropologis, Elisabeth Daynes telah
menjadi seorang ahli terkemuka dalam proses rekontruksi hominid yang cermat.
Dikenal sebagai seorang pelukis, pematung, dan sekaligus ahli dalam anatomi
komparatif, dia menggabungkan penelitian ilmiah, inovasi teknologi, dan seni,
sebagai upaya menghidupkan kembali nenek moyang kita.

Ciri-ciri Morfologi Homo Floresiensis & Chimpanse


Homo Floresiensis merupakan individu yang sangat mungil dengan tinggi
badan 106 cm. tengkoraknya panjang dan rendah, berukuran kecil dengan volume
otak 380 cc. kapasitas otak jauh lebih kecil dibandingkan Homo erectus dan Homo
sapiens bahkan lebih kecil dibandingkan dengan volume otak Chimpanse yang
berukuran 450 cc. Meskipun demikian proporsi muka dan gigi-geligi, alat-alat
kunyah dan intrakranialnya yang secara relative menyerupai imanusia modern. Maka
temuan ini dianggap sebagai milik genus homo. Kecilnya ukuran tinggi dan proporsi
tubuhnya dianggap sebagai hasil proses pengkredilan akibat implikasi endemic.

Aspek Kehidupan
Pada kehidupan Homo floresiensis melakukan perburuan dan meramu
makanan pada 30.000 hingga 18.000 tahun yang lalu. Berdasarka penelitian perkakas
dan tulang belulang hewan yang berhasil ditemukan menunjukan bahwa individu-
individu Homo floresiensis berperilaku kompleks. Selain alat-alat batu, mereka
diduga menggunakan alat kayu atau bambu sebagai alat uatama dalam perburuan.

Litologi, Stratigrafi, dan Lingkungan Purba Sangiran

Tengkorak Homo erectus Sangiran 17 ditemukan di lapisan pasir fluvio-


vulkanik, anggota litologi formasi kabuh yang merupakan lapisan tanah yang
didominasi oleh lingkungan sungai yang luas, pada periode 700.000 tahun yang lalu.
BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum Paleontologi tentang fieldtrip Sangiran, yaitu :


1. Berdasarkan hasil pengamatan morfologi Sangiran ini adalah perbukitan
rendah yang memanjang dari Tilur Laut ke Barat Daya. Daerah Sangiran
disebut sebagai depresi tengah pulau Jawa (Zona Solo), zona depresi ini
berbatasan dengan Pegunungan Kendeng di sebelah Utara dan di sebelah
Selatan berbatasan dengan Pegunungan Selatan.

2. Sejarah geologi situs Sangiran dikenal dengan istilah “Sangiran Dome” yang
artinya kubah Sangiran yang merupakan daerah perbukitan dengan struktur
kubah atau dome dibagian tengahnya. Struktur kubah mengalami deformasi
yaitu proses patahan, longsoran, dan erosi. Proses deformasi tersebut
membelah kubah Sangiran dari kaki kubah sampai pusat kubah ditengahnya,
seningga menyingkapkan lapisan tanah purba dengan sisa - sisa kehidupan
purba yang pernah ada.

3. Fosil yang dapat dijumpai di Sangiran sangat banyak mulai dari Mollusca,
reptil seperti buaya, kemudian fosil hewan gajah, rusa, dan kerbau, adapun
fosil manusia purba yang dapat ditemukan di Sangiran adalah Meganthropus
paleojavanicus, Homo soloensis, dan Homo erectus.

Anda mungkin juga menyukai