PENDAHULUAN
A. Fisiografi Sangiran
B. Stratigrafi Sangiran
Lapisan stratigrafi yang ada di Sangiran sangatlah lengkap. Lapian stratigrafi
tersebut mulai dibentuk pada akhir kala pliosen yang pada saat itu merupakan
lingkungan laut dalam (formasi Kalibeng). Di dalam lapisan lempung biru, selain
mengandung foraminifera dan jenis Mollusca laut (turitella, arca, nasar, nasarius, dan
lain-lain) juga ditemukan fosil ikan, kepiting, dan gigi ikan hiu.
Formasi Pucangan (sekitar 1,8jt – 700rb tahun yang lalu) merupakan rawa pantai
dan di dalam lapisan ini terbentuk endapan diatomit yang mengandung cangkan
diatoea laut. Fauna yang ditemukan di lapisan ini antaralain reptile (buaya dan kura-
kura), mamalia, rusa, bovidae, gajah, babi, monyet, domba, fosil kayu.
Lapisan berikutnya adalah Grenzbank (900rb – 500rb tahun yang lalu) terbentuk
karena adanya lipatan di Pegunungan Kendeng sehingga relief baru mengalami erosi
dan membentuk endapan konglomerat gamping. Pada lapisan ini juga ditemukan
fossil mamalia dan gamping koral.
Formasi berituknya adalah Formasi Kabuh (700rb – 500rb tahun lalu). Formasi
ini terbentuk akibat adanya lipatan perbukitan sehingga terendapkan lanau, pasir,
pasir besi bersilang siur dengan konglomerat dan batugamping. Fauna yang dapat
ditemukan pada lapisan ini antara lain fosil harimau, antilopee, dan gajah. Lapisan ini
juga kaya akan fosil manusia Homo Erectus.
Formasi Notopuro (500rb – 250rb tahun yang lalu) dengan litologi breksi laharik
dan batugamping tufaan yang diakibatkan oleh banyaknya aktivitas vulkanik.
Banyak ditemukan artefak batu, kapak perimbas, bola batu, kapak penetak, dan
kapak persegi.
Struktur daerah ini berupa kubah yang membentang dari arah timur laut ke
selatan barat daya. Struktur kubah ini belum beigut lama, sekitar 500.000 tahun yang
lalu, hal ini dilihat dari formasi batuan termuda yang ikut terlipat. Struktur ini akibat
gaya kompresi yang berhubungan dengan proses longsornya Gunung Lawu tua. Aka
tetapi karena adanya proses erosi yang disebabkan oleh sungai cemoro dan sungai
brangkal yang melintasi daerah tersebut, menjadikan struktur kubah sudah tidak ada
lagi.
D. Morfologi Sangiran
Geomorfologi daerah Sangiran merupakan suatu dome. Dome sangiran
merupakan daerah yang tersingkap. Berdasarkan hasil penelitian terbentuknya dome
sangiran merupakan daerah yang mengalami peristiwa geologi yang diawali pada 2,4
juta tahun yang lalu terjadi pengangkatan gerakan lempeng bumi, letusan gunung
berapi, dan adanya masa glasial sehingga terjadi penyusutan air laut yang akhirnya
membuat wilayah Sangiran terangkat, hal ini dibuktikan dengan endapan yang
terdapat di sungai pusen yang tersingkap lapisan lempung biru dari formasi kalibeng
yang merupakan endapan daerah lingkungan laut yang merupakan endapan daerah
lingkungan laut dan hingga sekarang ini banyak dijumpai fosil manusia.
Morfologi sangiran merupakan kubah structural dengan puncak telah tererosi
kuat. Sebagai akibatnya adalah pembentukan pada aliran yang spesifik yaitu
“annular” yaitu aliran trellis yang dominan. Suatu struktur kubah sering kali
memperlihatkan penampang – penampang geologi. Kubah sangiran juga menyingkap
suatu penampang hingga batuan tersier.
BAB II
TUJUAN PRAKTIKUM
2. Formasi Pucangan
b. Batulempung tufaan
Warna : abu – abu
Jenis Batuan : Sedimen Klastik
Tekstur
Ukurang butir : <1/256 mm
Roundness : Rounded
Sortasi : Baik
Kemas : Tertutup
Sturktur : Parallel laminasi
Komposisi : Karbonat
3. Lapisan Grenzbank
4. Formasi Kabuh
b. Batupasir kasar
Warna : abu – abu
Jenis Batuan : Sedimen Klastik
Tekstur
Ukurang butir : Pasir kasar
Roundness : Rounded
Sortasi : Baik
Kemas : Tertutup
Sturktur : Cross laminasi
Komposisi : Non Karbonat
c. Konglomerat
Warna : abu – abu
Jenis Batuan : Sedimen Klastik
Tekstur
Ukurang butir : kerikil
Roundness : Rounded
Sortasi : buruk
Kemas : Terbuka
Sturktur :-
Komposisi : Non Karbonat
5. Formasi Notopuro
Lapisan tanah berusia 1,8 juta tahun merupakan lapisan lahar vulkanik
paling tua di Sangiran, hasil aktivitas erupsi gungu lawu purba. Tidak
memiliki fosil. Singkapan ini merupakan singkapan batu breksi dengan
dimensi panjang 3m dan tinggi 1,5m, memiliki warna abu-abu, besar butir
kerakal, bentuk butir subangular. Memiliki sortasi yang buruk karena tidak
ada keseragaman antar butirnya. Membentang dari timur laut ke tenggara.
Merupakan breksi vulkanik, fasies proximal. Merupakan singkapan pada
formasi Kalibeng atas.
4. Stopsite 3 – Diorama 2
1. Formasi Kalibeng
2. Formasi Pucangan
3. Formasi Kabuh
Formasi notopuro terletak secara tidak selaras diatas formasi kabuh dengan
ketebalan sekitar 47 M. satuan litologinya berupa : kerikil, pasir, lanau, lempung, air
tawar, lahar pumisan dan tuf. Lapisan lahaar yang terkandung dalam lapisan ini,
berdasarkan letaknya dibagi 3 yaitu : lapisan lahar atas, lapisan lahar teratas dan
lapisan pumiceatas. Berdasarkan adanya lapisan lahar tersebut, formasi notopuro
dibedakan menjadi 3 : formasi notopro bawah, formasi notopuro tengah dan formasi
notopuro atas.
Lapisan notopuro bawah dimulai lapisan lahar atas sampai lapisan lahar
teratas, dengan ketebalan antara 3,2- 2,89 M. Kandungan litologinya berupa pasir
tufan dengan kerikil fluvial, lanau, lempung, fragmen kerikil andesit dan formasi tuf
andesit.
Formasi notopuro tengah mulai muncul pada lapisan lahar atas sampai
lapisan lahar teratas, dengan ketebalan maksimum 20M. formasi ini mengandung
pasir bercampur kerikil dan lanau tufan, kecuali pada lapisan lahar yang terletak
didasar. Pada formasi ini tidak ditemukan fosil mammalian sama sekali.
Formasi notopuro atas dimulai dari lapisan pumiceatas secara tidak selaras
terletak diatas formasi notopuro tengah dan bawah, ketebalan formasi ini mencapai
25 M dan tersebar di daerah sangiran sebelah utara dan daerah sangiran sebelah
timur. Kandungan litologinya berupa tuf dan bola-bola pumisan.
B. Sejarah Geologi Sangiran
Menurut sejarah geologi, daearah Sangiran mulai terbentuk pada akhir Kala
Pleistosen. Situs Sangiran terkenal karena mempunyai stratigrafi yang lengkap dan
menjadi yang terlengkap di Benua Asia. Sehingga itu diakui dapat menyumbangkan
data penting bagi pemahaman sejarah evolusi dari lingkungan laut yang berangsur-
angsur berubah menjadi lingkungan daratan, seperti tercermin dari fosl-fosil yang
ditemukan pada masing-masng formasi. Berdasarkan proses terbentuknya dan juga
kandungannya, lapisan tanah situs Sangiran dibedakan menjadi lima lapisan, yaitu :
1. Formasi Kalibeng
Lapisan tanah terbawah dan memiliki umur paling tua, terbentuk pada kala , Pliosen
sekitar 7 juta tahun yang lalu. Mendominasi pusat kubah Sangiran, formasi kalibeng
dicirikan dengan adanya endapan laut dan gamping. Pada lapisan ini tidak ditemukan
fosil mamalia, tetapi fosil Mollusca.
2. Formasi Pucangan
Formasi ini berada di atas lapisam atau formasi Kalibeng. Formasi ini berupa
lempung hitam dan mulai terbentuk sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dari endapan
lahar Gunung Merapi purba dan Gunung Lawu purba. Formasi pucangan banyak
mengandung fosil manusia purba dan hewan mamalia.
3. Grenzbank
Terletak di atas formasi pucangan. Lapisan ini terdiri atas konglomerat silikaan
stadium lanjut, lapisan ini dipakai sebagai tanda batas antara formasi Pucangan
dengan Kabuh. Pada Grenzbank banyak ditemukan hewan mamalia, ditemukan pula
fosil Homo erectus.
4. Formasi Kabuh
Berupa endapan sedimen vulkanik berfasies fluviatil (pasir, silang siur). Endapan ini
terjadi karena aktivitas Gunung Merapi purba dan Gunung Lawu purba yang terjadi
pada kala pleistosen tengah (500-600 ribu tahun yang lalu). Kaya akan temuan fosil
manusia purba ditemukan pada formasi ini.
5. Formasi Notopuro
Berada pada lapisan teratas di situs Sangiran. Terbentuk karena akibat dari aktivitas
gunung berapi pada kala Pleistosen atas (250.000 – 70.000 tahun yang lalu). Lapisan
ini ditandai oleh endapa lahar, breksi, dan pasir juga banyak ditemukan alat serpih
dan fosil kerbau serta kijang.
Sangiran merupakan sebuah kubah yang terbentuk oleh adanya proses
deformasi, baik secara lateral atau vertical. Proses erosi pada puncak kubah telah
menyebabkan terjadinya reverse, kenampakan terbalik, sehigga daerah tersebut
menjadi daerah depresi. Bagian tengah dari kubah sangiran ditoreh oleh kali Cemoro
sebagai sungai enteseden, sehingga menyebabkan formasi batuan tersingkap dan
menunjukan bentuk melingkar. Pada kala Pliosen daerah ini menjadi laut dangkal
kemudian terjadi gunung berapi akibatnya terjadi formasi kalibeng, adanya regresi
lebih lanjut pada daerah ini menyebabkan sangiran menjadi daratan.
1) Diorama 1
1. Lapisan Notopuro adalah hasil pengendapan lumpur vulkanik, batupasir tufaan, dan
material breksi laharik.
2. Lapisan kabuh terbentuk dari larik – larik pasir fluvio-vulkanik (Pasir sungai dari
gunung api) yang saling tumpang tak teratur.
3. Lapisan Grenzbank menyerupai beton semen yang sangat keras, terdiri dari konkresi
konglomeratan / gamping pisoid.
4. Lapisan Pucangan mengandung larik lempung diatome, batu lempung pasiran yang
mengandung Mollusca, lempung hitam, dan material breksi laharik.
5. Lapisan Kalibeng tersusun oleh lempung biru dan batugamping yang kaya fosil
foraminifera
v
2,4 juta tahun yang lalu :
Daerah Sangiran masih merupakan laut terbuka. Benturan lempengan Indo-Australia
(bagian dari Gondwana) dengan lempengan Eurasia secara perlahan mengangkat
dasar laut. Lingkungan laut dan hutan bakau in menghasilkan berturut-turut lapisan
marla pasiran (bawah) dan lempung kebiruan (atas) pada formasi Kalibeng.
1,7 Juta tahun lalu :
Pada kala Plestosen awal, sejak 1,7 juta tahun lalu Sangiran sudah menjadi daratan
terutama karena aktivitas gunung api aktif terus mengisi laut dangkal dengan material
yang dikeluarkannya. Hutan bakau bergeser lebih utara , tetapi di sekitar Sangiran
masih terdapat daerah-daerah rawa belakang yang meninggalkan endapan lempung
hitam pada formasi Pucangan.
1,1 juta tahun lalu :
Rawa belakang yang ada di sekitar Sangiran terus meluas ke utara dan mendesak
hutan bakau bergeser ke utara juga. Laut dangkal menghilang menjadi daratan.
Endapan material kapur meluas dan membentuk lapisan aglomerat berkapur yang
dikenal sebagai lapisan Grenzbank.
0,9 juta – 0,2 juta tahun lalu :
Telah menjadi daratan, kegiatan gunung api terus berjalan. Limpasan air yang
membawa batuan dan sisa-sisa hewan yang memfosil mengendap di Sangiran dan
membentuk formasi Kabuh yang silang siur.
Beberapa Jenis Homo erectus
1. Homo erectus arkaik
Di antara ketika jenis homo erectus yang ada di Indonesia, Homo erectus
arkaik mempunyai ciri fisik yang paling kekar. Dengan gigi geligi yang kuat
dan diduga lebih banyak memakan tumbuhan daripada hewan. Fosilnya
dikenal dengan nama Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus robustus
(Sangiran) , dan Pithecanthropus mojokertoensis (Perning, Mojokerto).
Jenis kedua ini sudah lebih maju disbanding jenis arkaik. Mukanya lebih
mungil, meskipun dahi masih landau dan agak tonggos. Dalam kelompok ini
termasuk temuan fosil Homo erectus pertama oleh Eugene Duboiss di Trinil.
Jenis ini pula yang paling banyak ditemukan di situs-situs di Jawa, terutama
Sangiran , Trinil, Ngawi, Sambungmacan. Karena itulah, jenis ini disebut
Homo erectus tipik (dari typical) atau klasik (classical).
3. Homo erectus progresif
Jenis ini adalah yang paling maju dari ketiga jenis yang ada. Volume otak
lebih besar dan dahi agak meninggi, sementara tonjolan tulang alis tidak
begitu menonjol. Fosilnya banyak ditemukan di situs Ngandong dan lebih
dikenal sebagai Pithecanthropus soloensis. Namun, hingga kini fosilnya
belum ditemukan di Sangiran.
3) Diorama 3
Manusia Flores merupakan salah satu karya Elisabeth Daynes yang paling
akhir, yang saat ini dilihat adalah versi terakhir. Perbedaan dengan versi pertama
(2007) yaitu bahu sedikit ditarik ke depan , pinggul lebih sempit, telapak kaki lebih
panjang. Bersama dengan ratusan patung anthropologis, Elisabeth Daynes telah
menjadi seorang ahli terkemuka dalam proses rekontruksi hominid yang cermat.
Dikenal sebagai seorang pelukis, pematung, dan sekaligus ahli dalam anatomi
komparatif, dia menggabungkan penelitian ilmiah, inovasi teknologi, dan seni,
sebagai upaya menghidupkan kembali nenek moyang kita.
Aspek Kehidupan
Pada kehidupan Homo floresiensis melakukan perburuan dan meramu
makanan pada 30.000 hingga 18.000 tahun yang lalu. Berdasarka penelitian perkakas
dan tulang belulang hewan yang berhasil ditemukan menunjukan bahwa individu-
individu Homo floresiensis berperilaku kompleks. Selain alat-alat batu, mereka
diduga menggunakan alat kayu atau bambu sebagai alat uatama dalam perburuan.
2. Sejarah geologi situs Sangiran dikenal dengan istilah “Sangiran Dome” yang
artinya kubah Sangiran yang merupakan daerah perbukitan dengan struktur
kubah atau dome dibagian tengahnya. Struktur kubah mengalami deformasi
yaitu proses patahan, longsoran, dan erosi. Proses deformasi tersebut
membelah kubah Sangiran dari kaki kubah sampai pusat kubah ditengahnya,
seningga menyingkapkan lapisan tanah purba dengan sisa - sisa kehidupan
purba yang pernah ada.
3. Fosil yang dapat dijumpai di Sangiran sangat banyak mulai dari Mollusca,
reptil seperti buaya, kemudian fosil hewan gajah, rusa, dan kerbau, adapun
fosil manusia purba yang dapat ditemukan di Sangiran adalah Meganthropus
paleojavanicus, Homo soloensis, dan Homo erectus.