Anda di halaman 1dari 13

1.

SIFAT OPTIK MINERAL ALTERASI


Alterasi hidrotermal merupakan perubahan fisika, kimia, maupun mineralogi
pada komposisi dari komposisi batuan akibat interaksi fluida hidrotermal – batuan
(Pirajno, 2009).
a. Kuarsa Sekunder
 Tidak berwarna di PPL dan berwarna putih hingga kuning kemerahan di
XPL
 Relief rendah di PPL
 Tidak memiliki belahan dan pleokroisme
 Memiliki bentuk polikristalin dan gelapan bergelombang

b. Biotit Sekunder
 Intrusion related, pleokroik hijau – coklat, bias rangkap > chlorite,
anhedral, asosiasi rutil.

 mesothermal, tabular, mottled extinction, belahan 1 arah, occur as


folliated / shreddy

c. K-Feldspar Sekunder
 cloudy inclusion, asosiasi feldspar primer
d. Andalusit
 bertindak sebagai agregat di sekitar feldspar (ubahan feldspar (AlSiO))

e. Aktinolit
 pleokroik
 colorless – hijau/kuning,
 belahan mirip ampibole,
 tabular/fibrous/columnar/bladed (ubahan mafik mineral)

Gambar : cavity filling prismatik actinolit dan chlorite

f. Albit (Plagioklas sekunder)


 clear tabular –> patchwork –> chessboard –> irregular albit –> untwinned
(derajat alterasi) (ubahan plagioklas Na)
Gambar : Chessboard albit (kanan)
g. Alunit
 Thin tabular,
 bias rangkap orde 1 (abu2, kadang biru dan oren)
 (ubahan K feldspar)

Gambar = tabular alunit dan massa dasar qz


h. Kalsit
 Kalsit : relif berubah dari tinggi – rendah saat diputar, bias rangkap tinggi
(ubahan Ca mineral)

Gambar : Kalsit filling vug


i. Anhidrit
 Anhidrit sebagai vein/vug, belahan 2 arah, bias rangkap moderate.
 Jika sebagai massa dasar, abu abu coklat fibrous dengan bias rangkap
rendah (dari endapan larutan, asosiasi intrusi diorit)

Gambar = kiri (anhidrit mengisi sekitar garnet),


kanan (anhidrit mengisi sekitar apatit)
j. Klorit
 Berwarna kecoklatan hingga kehitaman di PPL dan XPL (kadang
kehijauan)
 Relief sangat tinggi
 Memiliki bentuk menjarum / berserabut
 Memiliki belahan 1 arah dan pleokroisme sedang
 Memiliki gelapan sejajar
k. Epidot
 Tidak berwarna hingga hijau kekuningan pada PPL dan merah hingga
biru di XPL
 Relief tinggi
 Bentuk poligon / prismatik
 Memiliki belahan 1 arah dan pleokroisme lemah
 Memiliki gelapan sejajar
l. Muskovit
 coarse grain, radiating, bias rangkap tinggi, mika

m. Rutil
 agregat subhedral,
 relif tinggi, kecoklatan,
 bias rangkap tinggi (dari titanium bearing mineral kaya bt, titanit, ilmenit)

n. Gipsum
 Tidak berwarna pada PPL dan putih keabuan di XPL
 Relief rendah
 Bentuk prismatik
 Memiliki belahan 2-3 arah
 Memiliki gelapan bergelombang

o. Illite
 gelapan sejajar, flaky (ubahan vulkanik rock)

p. Serisit
 Tidak berwarna hingga abu-abu pucat pada PPL dan putih hingga
colorless/pale yellow/pale green, fine grain, anhedral euhedral, mika
(ubahan feldspar)
 kemerahan di XPL
 Berbentuk seperti gula pasir (saccaroidal) atau terkadang
menjarum/meruncing
 Memiliki gelapan
q. Adularia
 Tidak berwarna pada PPL
 Relief rendah
 Bentuk anhedral / euhedral rhombik
 Tidak memiliki pecahan dan belahan serta pleokroisme
 Gelapan bergelombang
Mineral asal Mineral pengganti
Gelas vulkanik Keluarga zeolit, kristobalit, kuarsa, kalsit, monmorilonit

Magnetit, ilmenit, Pirit, leukoksen, titanit, pirhotit, hematite


titanomagnetit
Olivine, piroksen, Klorit, ilit, kuarsa, pirit, kalsit, anhidrit
amfibol, biotit
Plagioklas Ca Kalsit, albit, adularia, wairakit, Qz, anhidrit, klorit, ilit,
kaolin, monmorilonit, epidot, prehnit

Anortoklas, sanidin, Adularia, ilit


ortoklas

2. ZONA ALTERASI
Beberapa hal yang menjadi faktor yang mempengaruhi pembentukan mineral
dalam sistem hidrotermal meliputi: Karakter batuan samping, karakter fluida (Eh, ph),
kondisi tekanan maupun temperatur pada saat reaksi berlangsung (Guilbert dan Park,
1986). Konsentrasi serta lamanya aktivitas hidrotermal (Browne, 1991 op. cit. Corbett
dan Leach, 1997). Temperatur dan kimia fluida (Corbett dan Leach, 1997).
Berdasarkan suhu pembentukannya, sistem hidrotermal dibagi menjadi tiga model,
yaitu hipotermal, mesotermal dan epitermal. Hipotermal merupakan endapan
hidrotermal yang terbentuk pada tekanan dan temperatur tinggi. Temperatur
pembentukannya berkisar antara 3000 -5000 Sedangkan mesotermal terbentuk pada
temperatur dan tekanan menengah, mempunyai kisaran 200 0C (Lindgren, 1922 op.
cit. Corbett dan Leach, 1997).
Klasifikasi tipe alterasi hidrotermal pada endapan telah banyak dilakukan
olehpara ahli, antara lain Creassey (1956,1966). Lowell dan Guilbert (1970), Rose
(1970), Meyerdan Hemley (1967) serta Thomson dan Thomson (1996). Lowell dan
Guilbert membagi tipealterasi kedalam potasik (K-feldspar, biotit, serisit,klorit,
kuarsa),filik(kuarsa,serisit,pirithidromika,klorit), argilik (kaolinit,monmorilonit,klorit)
dan propilitik (klorit,epidot).

1. Potassic
• Terdiri dari asosiasi mineral pada kondisi pH netral hingga tinggi (6 - 9)
• Temperatur tinggi (>300℃)
• Dicirikan oleh kehadiran mineral biotit atau K-feldspar dengan/ tanpa
magnetit, aktinolit, dan klinopiroksen
2. Phylic
• Terdiri dari asosiasi mineral pada kondisi pH rendah (4 - 5)
• Temperatur rendah – tinggi (220° - 400℃)
• Dicirikan oleh kehadiran mineral serisit / muskovit dan kadang hadir
mineral piropilit-andalusit dan klorit.
3. Propilitic
• Terdiri dari asosiasi mineral pada kondisi pH netral (~6)
• Temperatur rendah – tinggi (<250° - >280℃)
• Secara umum dicirikan oleh grup klorit dan epidot
4. Argilic
• Terdiri dari asosiasi mineral pada kondisi pH rendah (4 - 5)
• Temperatur relatif rendah (200° - 250℃

Berdasarkan hubungan antara temperatur dan ph larutan, Corbett dan Leach


(1997) telah membuat zona alterasi yang ditunjukkan oleh himpunan mineral tertentu
dan tipe mineralisasinya. Himpunan mineral alterasi dalam sistem porfiri hingga
ephithermal (Corbett dan Leach, 1997)
a. Argilik Lanjut:
merupakan zona alterasi yang terbentuk pada fluida asam pH <4.
Mineral penciri adalah alunit, kuarsa, diaspor, dan/atau pirofilit.
b. Argilik :
merupakan suatu zona yang ditandai dengan pembentukan mineral
lempung yang bertemperatur rendah seperti kalolinit, mornmorilonit, dan
illit. Temperatur pembentukan relatif rendah (<200°C-250°C) dengan pH 4-
5.
c. Filik
merupakan zona ubahan yang ditandai dengan kehadiran mineral
ubahan seperti serisit, ilit, kuarsa, pirit, dan anhidrit. Terbentuk pada pH
yang sama dengan zona Argilik namun dengan temperatur yang sedikit
lebih tinggi (>200°C-250°C). Biasanya terbentuk pada daerah permeabel
dan dekat dengan jalur urat.
d. Propilitik
merupakan zona ubahan yang terbentuk pada pH netral hingga alkali
dengan temperatur (<200°C- 300°C). Mineral penciri adalah klorit, dengan
epidot, kuarsa, albit, kalsit, dan anhidrit. Zona subpropilitk hadir pada
temperatur rendah (<200 - 250°C) dan dicirikan oleh ketidakhadiran epidot.
e. Potasik
merupakan zona alterasi yang berada dekat dengan intrusi
dengantemperatur larutan hidrotermal lebih dari 300° dengan salinitas yang
tinggi.Dicirikan dengan kehadiran biotit, ortoklas, kuarsa, dan magnetit.
f. Skarn
merupakan zona yang berada didekat kontak antara intrusi larutan
hidroterma dengan litologi gampingan. Terbentuk pada temperature 300°C-
700°C. Mineral penciri adalah garnet, klinopiroksen, vesuvianit, skapolit,
epidot, amfibol, magnetit, dan kalsit

DAFTAR PUSTAKA
Corbett, G.J., dan Leach, T.M., 1996, Southwest Pacific Rim Gold-Copper System:
Structure, Alteration, and Mineralization, Manual Kursus Singkat Eksplorasi
di Baguio, Philippines.
Guilbert, J. M., Park, C. F., 1986, The Geology of Ore Deposits, W.H.Freeman and
Company, New York.
Pirajno, F., 2009, Hydrothremal Processes and Mineral Systems , Springer, Western
Australia, Perth, WA, Australia.
Thompson, A. J. B., Thompson, J. F. H., & Dunne, K. P. E. (1996). Atlas of
alteration: a field and petrographic guide to hydrothermal alteration
minerals. Geological Association of Canada. Mineral Deposits Division,
119.

Anda mungkin juga menyukai