b. Biotit Sekunder
Intrusion related, pleokroik hijau – coklat, bias rangkap > chlorite,
anhedral, asosiasi rutil.
c. K-Feldspar Sekunder
cloudy inclusion, asosiasi feldspar primer
d. Andalusit
bertindak sebagai agregat di sekitar feldspar (ubahan feldspar (AlSiO))
e. Aktinolit
pleokroik
colorless – hijau/kuning,
belahan mirip ampibole,
tabular/fibrous/columnar/bladed (ubahan mafik mineral)
m. Rutil
agregat subhedral,
relif tinggi, kecoklatan,
bias rangkap tinggi (dari titanium bearing mineral kaya bt, titanit, ilmenit)
n. Gipsum
Tidak berwarna pada PPL dan putih keabuan di XPL
Relief rendah
Bentuk prismatik
Memiliki belahan 2-3 arah
Memiliki gelapan bergelombang
o. Illite
gelapan sejajar, flaky (ubahan vulkanik rock)
p. Serisit
Tidak berwarna hingga abu-abu pucat pada PPL dan putih hingga
colorless/pale yellow/pale green, fine grain, anhedral euhedral, mika
(ubahan feldspar)
kemerahan di XPL
Berbentuk seperti gula pasir (saccaroidal) atau terkadang
menjarum/meruncing
Memiliki gelapan
q. Adularia
Tidak berwarna pada PPL
Relief rendah
Bentuk anhedral / euhedral rhombik
Tidak memiliki pecahan dan belahan serta pleokroisme
Gelapan bergelombang
Mineral asal Mineral pengganti
Gelas vulkanik Keluarga zeolit, kristobalit, kuarsa, kalsit, monmorilonit
2. ZONA ALTERASI
Beberapa hal yang menjadi faktor yang mempengaruhi pembentukan mineral
dalam sistem hidrotermal meliputi: Karakter batuan samping, karakter fluida (Eh, ph),
kondisi tekanan maupun temperatur pada saat reaksi berlangsung (Guilbert dan Park,
1986). Konsentrasi serta lamanya aktivitas hidrotermal (Browne, 1991 op. cit. Corbett
dan Leach, 1997). Temperatur dan kimia fluida (Corbett dan Leach, 1997).
Berdasarkan suhu pembentukannya, sistem hidrotermal dibagi menjadi tiga model,
yaitu hipotermal, mesotermal dan epitermal. Hipotermal merupakan endapan
hidrotermal yang terbentuk pada tekanan dan temperatur tinggi. Temperatur
pembentukannya berkisar antara 3000 -5000 Sedangkan mesotermal terbentuk pada
temperatur dan tekanan menengah, mempunyai kisaran 200 0C (Lindgren, 1922 op.
cit. Corbett dan Leach, 1997).
Klasifikasi tipe alterasi hidrotermal pada endapan telah banyak dilakukan
olehpara ahli, antara lain Creassey (1956,1966). Lowell dan Guilbert (1970), Rose
(1970), Meyerdan Hemley (1967) serta Thomson dan Thomson (1996). Lowell dan
Guilbert membagi tipealterasi kedalam potasik (K-feldspar, biotit, serisit,klorit,
kuarsa),filik(kuarsa,serisit,pirithidromika,klorit), argilik (kaolinit,monmorilonit,klorit)
dan propilitik (klorit,epidot).
1. Potassic
• Terdiri dari asosiasi mineral pada kondisi pH netral hingga tinggi (6 - 9)
• Temperatur tinggi (>300℃)
• Dicirikan oleh kehadiran mineral biotit atau K-feldspar dengan/ tanpa
magnetit, aktinolit, dan klinopiroksen
2. Phylic
• Terdiri dari asosiasi mineral pada kondisi pH rendah (4 - 5)
• Temperatur rendah – tinggi (220° - 400℃)
• Dicirikan oleh kehadiran mineral serisit / muskovit dan kadang hadir
mineral piropilit-andalusit dan klorit.
3. Propilitic
• Terdiri dari asosiasi mineral pada kondisi pH netral (~6)
• Temperatur rendah – tinggi (<250° - >280℃)
• Secara umum dicirikan oleh grup klorit dan epidot
4. Argilic
• Terdiri dari asosiasi mineral pada kondisi pH rendah (4 - 5)
• Temperatur relatif rendah (200° - 250℃
DAFTAR PUSTAKA
Corbett, G.J., dan Leach, T.M., 1996, Southwest Pacific Rim Gold-Copper System:
Structure, Alteration, and Mineralization, Manual Kursus Singkat Eksplorasi
di Baguio, Philippines.
Guilbert, J. M., Park, C. F., 1986, The Geology of Ore Deposits, W.H.Freeman and
Company, New York.
Pirajno, F., 2009, Hydrothremal Processes and Mineral Systems , Springer, Western
Australia, Perth, WA, Australia.
Thompson, A. J. B., Thompson, J. F. H., & Dunne, K. P. E. (1996). Atlas of
alteration: a field and petrographic guide to hydrothermal alteration
minerals. Geological Association of Canada. Mineral Deposits Division,
119.