Anda di halaman 1dari 31

sedikit tentang metamorf…..

(Metamorfisme, Batuan
metamorf, dan tekstur berserta strukturnya)
Posted on June 19, 2012 by seni mencintai batuan apa adanya

Saat kau tak ada


Atau kau tak disini
Terpenjara sepi
Kunikmati sendiri
Tak terhitung waktu
Tuk melupakanmu
Aku tak pernah bisa
Aku tak pernah bisa

begini ilustrasinya pak dhe…. :p

selengkapnya disini pak dhe… http://www.youtube.com/watch?v=3ik903vkXks

Pola Banded dan swirled (yang nantinya kita kenal sebagai foliasi) merupakan ciri yang khas
pada batuan metamorf. Batuan ini telah mengalami perubahan (meta-) dari bentuknya (morf-)
dari batuan asalnya: beku, sedimen, dan metamorf (juga). Umum dijumpai di inti rangakaian
gunung api (mountain range di zona tumbukan purba macam orogenic belt), atau daerah
manapun yang mencirikan jejak jejak adanya agen agen metamorfisme macam panas,
tekanan, fluida kimia aktif, dan deformasi (nanti kita jelasin). Sama seperti halnya batuan
beku dan sedimen batuan ini juga memiliki ciri (tekstural dan struktural) yang menjelaskan
sejarah keterbentukannya.

menurut wikipedia: Metamorphism is the solid-state recrystallization of pre-


existing rocks due to changes in physical and chemical conditions, primarily heat, pressure,
and the introduction of chemically active fluids. Mineralogical, chemical
and crystallographic changes can occur during this process. Changes at or just beneath
Earth’s surface due to weathering and/or diagenesis are not classified as metamorphism.[1]

artinya: rekristalisasi pada kondisi solid-state pada batuan yang sudah ada sebelumnya akibat
perubahan kondisi kimia dan fisika, panas, tekanan, dan masuknya fluida aktif secara kimia.
perubahan mineralogi, kimia, dan kristalografi dapat terjadi selama proses ini. perubahan
dibawah permukaan akibat pelapukan dan/atau diagenesis tidak masuk ke dalam kategori
metamorfisme. —– (definisi ini hampir mirip kayak definisi dari IUGS-SCMR)

jadi batuan metamorf adalah jenis batuan yang telah mengalami proses metamorfisme dari
batuan sebelumnya karena kondisi kondisi yang disebutin tadi.

Tapi jika sejarah batuan metamorf telah dipahami secara menyeluruh, kita mesti juga
memahami kimia dari batuannya dan mengenali; mineralogi, struktur, dan tekstur yang hadir
dari batuan induk premetamorfik atau dikenal juga sebagai protolith. Dengan data data ini
petrologis dapat lebih komprehensip menguraikan sejarah dari batuan emtamorf, yang
lumayan komplek dan sukar diamati (data data protolithnya tadi) ini.

Definisi antara: metamorfisme dan batuan metamorf

Oke, metamorfisme adalah suatu rangkaian dari proses proses yang menghasilkan perubahan
tekstural, mineralogi atau keduanya dalam batuan di bumi pada kondisi antara diagensis,
weathering (lower limit), dan melting (upper limit) (Raymond, 2002). artinya metamorfisme
ini prosesnya hampir mirip dengan definisi tadi tapi tidak sampai mengalami hal yang sama,
maksudnya?? Oke, diagensis itu kan terjadi karena burial (kompaksi batuan setelah
pengendapan karena terbebani batuan diatasnya), pelapukan itu kan disintegrasi batuan, dan
melting itu kan batuan melebur menjadi magma lagi.. sedangkan pada metamorfisme itu
batuan mengalami hal hal ini tapi gak sampe terdisintegrasi (hancur), melebur (melting jadi
magma) dan mengalami diagensis (pembebanan dan kompaksi) tapi menghasilkan tekstur
baru yang khas (sedangkan diagensis tidak Cuma kompak kompak doang tekstur dan struktur
awal biasanya dipertahankan meski mineral baru macam semen dan autigenik mineral juga
hadir).

Jangan pusing sob…. Santai ah!

Proses perubahan tekstur dapat terjadi tanpa diikuti dengan perubahan mineralogi dan proses
ini dibagi dalam dua tipe: kataklasis dan neokristalisasi (cataclasis and neocrystallization).
Kataklasis adalah hancurnya dan remuknya butiran butiran dari batuan (hampir sama kayak
proses pematangan hidrokarbon yang kita jelasin sebelumnya). Rekristalisasi ini merupakan
proeses dimana terjadi reorganisasi dari kisi mineral dan hubungan antar butir karena migrasi
ion dan deformasi kisi dari mineral, tanpa diikuti dengan breaking (pengahncuran dan
remuknya butiran batuan or mineral tadi). Rekristalisasi umumnya terjadi (artinya tidak
semua) pada batuan monomineralic macam batugamping (pure limestone), arenit kuarsa, atau
dunit. Hal ini dapat juga terjadi ketika stress langsung (directed stress atau devriatoric nanti
kita bahas) pada batuan pada konsdii tekanan, temperatur, dan komposisi dari mienral
mineral yang ada di batuan dalam kondisi stabil (stabil dalam artian yaah.. mineralnya ‘tabah’
dan kuat om kalo macem garam garam evaporit belum kena aja udah mencret pasti dia :D).
ada satu istilah lagi namanya neokristalisasi adalah proses dimana formasi mineral baru yang
hadir pada batuan yang sebelumnya mineral ini tidak ada saat batuan kebentuk (di batuan
metamorf juga bisa terjadi intinya ketika kondisi gak stabil lagi bisa membawa fase mineral
baru). Nah.. maka metamorfisme ini sebenernya sama dengan diagenesis, tapi memiliki
batasan lebih ‘gede dikit’ dari tekanannya (lebih dalam dari permukaan), temperaturanya
(lebih tinggi), dan stress limit (batas tekannanya yang lebih tinggi) dari diagensis.

Batuan metamorf adalah batuan dengan tekstur, mineral, atau keduanya yang mecncirikan
adanya kataklasis, rekristalisasi, atau neokristalisasi karena mengalami kondisi kondisi yang
berbebeda dari batuan batuan lain yang mengalami diagensis dan anateksis (berada pada
batas itu pak dhe… diagensis kan sedimen kompak, anateksis batuan ‘hampir-hampir’
mengalami melting nah metamorf berada diantarnaya) (kata pak Loren R Raymond sih,
2002).

Sama kayak batuan beku dan sedimen presipitasi batuan metamorf ini juga memiliki ciri yang
khas menerangkan kondisi fisika dan kimianya, maka oleh karenanya, strudi lebih dalam
mengenai batuan metamorf ini adlah mengenai kimia dan fisikanya yang dijelaskan
dalam….. diagram fasa (phase rule).

Agen agen metamorfisme dan jenisnya

Langsung aja, Agen agen metamorfisme adalah tekanan, temperatur, directed stress
(deviatoric stress), dan fluida kimia aktif (chemically active fluid). Secara umum ketika
batuan mengalami transformasi ke kondisi dimana akan mengalami kestabilan dan
kestidakstabilan, maka mineral mineral, tekstur atau keduanya berada diluar ekilibrium
(kesetimbangan awal saat batuan terbentuk) (artinya bisa rusak). Maka perlu energi (agen
agen tadi) untuk membuat batuan batuan ini beserta mineral dan teksturnya ke kondisi
eklibirium yang baru. Batuan metamorf di permukaan bumi meskipun tidak eklibrium dengan
kondisinya bisa saja terbentuk, tapi jarang.. maka batuan metamorf kalo mau dicari.. carilah
lokasi dengan setting geologi yang mendukung eklibrium mereka…. (di zona subduk, batas
batas lempeng, upper mantle, dan lain lain…. Jejak jejaknya lah istilahnya.. yang purba dan
kesingkap kalo ada)…

Kita akan jelasin satu satu agen agen metamorfisme ini

Pressure

Stress (σ atau tegangan) didefnisikan sebagai gaya per unit luas (σ=F/A) (dalam satu bidang).
sedangkan tekanan (pressure) adalah stress yang seragam (dalam satu tubuh or vulume). Dan
hal ini terjadi pada tubuh batuan dalam berbagai arah. Fase fluida yang terperangkap macam
H2O, CO2, dapat menghasilkan pressure dan pressure ini disingkat dengan huruf P fluid, PH2O,
atau PCO2. Selain itu Pressure dihasilkan oleh pembebanan batuan yang berdada diatasnya
diartikan sebagai Pload, atau lithostatic stress.
Mengingat bahwa Pload dalam kerak menignkat sektiar 1 Gpa untuk tiap 3.3 km pada burial
seringn bertambahnya kedalaman (0.1 Gpa= 1 kb= 3.3 km). pressure pada kisaran
metamorfisme mulai dari kurang dari 0.1 Gpa sampai belasan gigapaskal yang hadir di
kedalaman mantel dan inti (Raymond, 2002). Karena massa batuan yang terekspos
dipermukaan hanya pada kerak dan uppermantle, tapi petrologis (metamorfphic petrologist)
beranggapan bahwa kisaran pressure untuk metamorfisme ini berada pada kisaran 0.1 Gpa (1
kilobar) sampai sekitar 3.0 Gpa (10 kb).

Deviatoric stress

Selain pressure stress langsung atau deviatoric stress terjadi pada arah tertentu (atau lebih ke
arah hubungan vektor vektor gaya yang bekerja secara langsung pada batuan). Stress ini
dapat menyerupai: (1) stress langsng dengan arah berlwaran dari satu titik menghasilkan
regangan (tension), (2) sepanjang garis dari arah berlawanan ke arah satu titik menghasilkan
compression, (3) arah berlwarnan dengan garis yang sejajar menghasilkan couple atau
atendant compression, tension dan shearing.
ilustrasi stress dan strain pada batuan metamorf (sori gambernya burem langsung scan dari
buku soalnya)
Foliasi merupakan karakter khas dari batuan metamorf yang menujukan ciri kenampakan
planar (kelurusan). Merupakan hasil dari kelurusan paralel dan subparalel dari (biasanya)
butiran butiran mineral yang inequant (ukurannya tidak sama) (Rarymond, 2002). biasanya
disusun oleh buiran mineral mika atau amfibol (or apa aja). foliasi ini genetiknya masih
diperdebatkan (kata Raymond 2002 hal 467), tapi setidaknya diketahui pemicunya karena
deviatoric stress ini.

Temperatur

saat batuan akan termetamorfkan ada istilah dikenal dengan batas atas (upper limit) dan batas
bawah (lower limit ).. yang ketika batuan berada pada pada batas diantara keduanya
metamorfisme mulai terjadi (pengecualian proses diagenesis meski mengalami perubahan
komposisi dan tekstur tetap TIDAK dianggap sebagai proses metamorfisme).

tiap batuan memiliki derajat melting (peleburan) yang berbeda beda, sebagai contoh batuan
granitik dengan kandungan kuarsa-feldspar-mika, memiliki minimum batas atas
metamorfisme (upper limit). batas lower limit (metamorfisme mulai terjadi) ketika
temperatur berada pada kisran 100-150° C, tapi jenis protolith (batuan asal) yang
termatamorfkan hanya batuan yang tidak stabil. menurut Raymond (2002) zeolit dan prehnite
terbentuk di kerak samudra pada temperatur dibawah 100° C (zeolit ini termasuk ke dalam
mineral-mineral penyususun batuan metamorf yaitu fasiesnya dan kumpulannya nanti kita
jelasin) melihat hal ini zeolit bisa terbentuk pada temperatur tinggi dan rendah (arbitrary alias
sembarang) maka zeolite ini bisa masuk sebagai fase yang hadir pada lingkungan diagenetik
(karena temperatur rendah dibawah 100) dan bisa masuk ke dalam kategori batas bawah
metamorfisme or lower limit metamorphism (nah ini yang kontroversi itu mengenai batasan
metamorfisme tadi). menurut raymond juga metamorfisme terbentuk pada batas temperatur
100 dan 750 (upper limit).

pertanyaannya bagaimana jenis batuan yang berada di upper limit yang tidak mengalami
melting (melebur) menjadi magma atau batuan beku??? ini juga masih kontroversi, ada jenis
batuan namanya migmatit, dia teksturnya sangat kasar sekali. kondisi keterbentukannya
(genetiknya) pada kondisi temperatur sangat tinggi tapi tidak membuatnya melting
sepenuhnya (hanay sebagian alias partial melting) maka membuat batuan bersifat ductile,
sehingga tekstur dan pertumbuhan kristal (nucleasi) tejradi cukup baik meski dalam fase semi
solid.

perubahan temperatur pada batuan metamorf (agak analog dengan magma sebagaimana
dijelasin sebelumnya) menurut Raymond (2002) diketahui berasal dari hasil: (1) peningkatan
tekanan seiring bertambahnya kedalalman, (2) peluruhan radioaktif, (3) deformasi dan (4)
migrasi dari magma.

secara umum penginkatan temperatur ini meningkat diiringi dengan tekanan dan peluruhan
radioaktif. selain itu secara logal maupun regional batuan sekitar dapat terpanaskan oleh
magma yang bermigrasi menerobos batuan. maka banyak kasusu disekitar intrusi ditemukan
batuan termetamorfkan secara lokal. selain itu meski tidak banyak ditemukan, intrusi yang
besar terjadi di mountain belst (sabuk gungung api) yang menyediakan panas pada kaki
gunungm, menyebaban pemansan regional dan terjadi metamorfisme (metamorfisme regional
contohnya orogenic belt). selain itu secara lokal juga panas dan tekanan bisa terjadi di
sepanjang aktivitas shearing pada fault zone. (Raymond, 2002).
distingsi lower limit dan upper limit pada metamorfisme

implikasi dari perubahan temperatur ini mengakibatkan: rekristalisasi (bertambahnya ukuran


butir), transformasi mineral yang tidak stabil menjadi mineral yang lebih stabil pada kondisi
tersebut (endothermic reaction), dan kinetic barrier.

Fluida kimia aktif

pada area area tertentu dalam tubuh batuan yang termetamorfkan ada yang bersifat permeable
yang mampu menyimpan fluida (kecuali yang impermeable). fase yang kaya akan volatil ini
dinamakan fluida karena berada dalam kondisi P-T yang mendektati metamorfisme, fase
volatil ini berbeda dengan fluida di permukaan karena mengalami P-T yang tinggi dan
memicu terjadinya metamorfisme (secara lokal) pada batuan yang dilewatinya atau tempat si
fluida ini berada.

beberap bukti bahwa kehadiran fase fluid amemicu metamorfisme adalah:

1. inklusi fuida dalam mineral mineral metamorf (Touret dan Dietvorst, 1983)

2. Formasi fase (senyawa-senyawa) metamorf termasuk CO2 (misalnya kalsit), H2O, dan
komponen lain (S, N2, F, Cl, B) yang memerlukan kehadiran fase fluida (Ferry dan Burt,
1982).

3. analisis kesluruhan batuan pada batuanmetamorf menunjukant erjadinya volatile depletion


(hilangnya volatil) pda kondsii P dan T (metamorfisme) pada kondisi lower grade (Ferry dan
Burt).

4. studi isotop menunjukan keterlibatan fluida selama metamorfisme (Losh, 1989).


5. kehadiran urat dalam batuan metamorf menunjukan bahwa fluida hadir selama
metamorfisme (Bucher-Nurminen, 1981).

6. raksi metamorfik yang umumnya mencakup reaksi dehidrasi dan dekarboniasi yang
menghasilkan fase fluida (Bowen 1941).

7. metamorfisem aktif yang terjadi sekarang berhubungan dengan daerah dearh yang
mengalmi geotermal aktif (Muffler dan White, 1969).

8. hasil penelitian Drilling yang dilakukan menunjukan adanya zona kaya fluida dan
chlatrates (es gas-air yang mengandung air, metana, dan CO2 buset baru denger gua yang
ini).

data data diatas merupakan data empiris diatas menurut Raymond (2002) dari berbagai
peneliti yang menjelaskan adanya kontrol fluida ‘aktif’ yang ikut memicu terjadinya
metamorfisme.

biasanya fluida didominasi oleh H2O, tapi CO2, CH4, N2, Cl, S, B, Na, K, dan komponen
lain bisa saja hadir selain H2O yang dominan. fase fluida pada tubuh batuan yang berfase
solid akan bereaksi dan terjadi perubahan komposisi saat disekilibrium terjadi antara batuan
dan fluida. batuan akan mengalami perubahan mineralogi, tekstural amupun keduanya untuk
membentuk eklibrium baru. fase fluida menjadi ‘aktif’ karena batuan akan berinteraksi
dengannya.

jumlah peristiwa dapat terjadi saat aktivasi fluida terjadi. fluida ini akan bermigrasi dari satu
massa batuan ke massa lainnya karena pengaruh perubahan temperatur, tekanan, atau stress.
migrasi fluida inilah yang mengakibatkan fluida menjadi berubah komposisinya (karena
melewati komposisi batuan yang berbeda), beberapa migrasi fluida-teraktivasi dapat
berasoiasi dengan zona alterasi yang juga berhubungan dengan intrusi endapan bijih
ekonomis dan perubahan perubahan (fasies) batuan metamorf lainnya (Ferry, 1983a).

aktivasi ini dapat terjadi insitu. intrusi batuan beku pada suatu area tertentu dapat menambah
fluida baru atau komponen baru dalam fase fluida, dan merubah komposisinya kemudian
mengaktivasi fluida tersebut (Burnham, 1959).

beberapa zona alterasi hadir disekitar pluton dihasilkan melalui proses ini. pada akhirnya,
reaksi metamorfik itu sendiri, dan perubahan tekanan atau temperatur yang terjadi secara
lokal maupun regional yang nantinya akan merubah kimia dari fase fluida.

jenis jenis metamorfisme

metamorfisme biasanya dibagi berdasarkan sifat kimia dari metamorfisme itu sendiri, agen
yang memicu metmorfisme secara dominan, dan atau area (besarnya or luasnya) yang
mengalami metamorfisme. dikenal istilah metamorfisme lokal (kurang dari 100 km3) dan
metamorfimse regional yaitu batuan yang mengalami metamorfisme mencapai rbiuan
kilometer kubik.

sub pembagian dari jenis metamorfisme ini berdasarkan agennya dibagi kedalam: tipe
metamorfiems ayng didominasi oleh agen temperatur dikenal sebagai metamorfisme kontak,
ketika intrusi batuan beku menerobos country rock (batuan samping yang udah ada
sebelumnya) dan terjadilah metamorfisme pada batuan country tock ini disekitar kontak
dengan massa intrusi batuan beku, biasanya pada kedalaman rendah, tekanan rendah (LP),
maka terkadang metamorfisme kontak ini karena lebih dominan di picu oleh perubahan
tempertur ketimbang tekanan maka kerap kali disebut sebagai LP-contact metamorphism, di
kedalman lebih dalam lagi (lokasinya) dinamakan MP-contact metamorphism dan HP-contact
metamorphism (yang ini jarang).. (*LP, MP, HP itu artinya ’P'nya pressure L,M,H= low,
medium, high).

metamorfisme yang dipicu oleh deviatoric stress dinamakan metamorfisme dinamik. menurut
Raymond (2002) metamorfisme dinamik lokal dan regional itu dibedakan. metamorfisme
dinamik lokal berkembang sepanjang fault zone, di metamorphic core complex, dan area
yang mengalami meteorite impact (kena hantam meteor), sedangkan metamorfisme dinamik
regional hadir di mantle dan mountain belt yang sedang berkembang (khususnya di komplek
akresi pada convergent plate margin dimana deviatoric stress terdistribusi pada region yang
cukup luas dan besar. distribusi deviatoric stress secara regional pada temperatur yang sedang
sampai tinggi diketahui pada sabuk milonit regional, dan pada tremperatur rendah yang
dihasilkan di area tectoni melange.

pressure, merupakan agen yang paling umum pada metamorfisme dalam skala regional,
metamorfisme ini dikenal sebagai static metamorphism (metamorfisme statik). metamorfimse
statik ini dikenal terjadi pada kedalman, di tubuh batuan sedimen yang tebal di continetal dan
forearc basin, trench, da prisma sedimen disepanjang passive continental margin. structural
burial, dimana penampang tebal dari batuan terangkat (thrusted) diatas massa batuan lainnya
juga menghasilkan static metamorphism. metamorfisme lokal disebabkan oleh pressure juga
hadir dibawah kondisi natural.

fluida aktif secara kimia menghasilkan jenis metamorfimse tersendiri yang dikenal sebagai
metasomatisme, merupakan proses yang didominasi oleh perubahan kimia. area disekitar
pluton (pada kontaknya), metasomatisme lokal dapat terjadi. metasomatisme ini biasanya
dikenal sebagai alterasi, yang juga berasoiasi dengan endapan bijih ekonmis. skala regional,
dan keberadaannya (dalam skala regional) masih diperdebatkan. beberapa geologis
menganggap jenis metasomatisme ini cuikup signifikan (banyak) karena alterasi regional,
granitisasi, basifikasi bisa saja terjadi.

metamorfisme dinamotermal, merupakan jenismetamorfisme yang terdistribusi secara luas,


adalah jenis metamorfisme yang dipicu oleh kombinasi pressure dan temperatur. di beberap
teks isitlah regional dan dynamothermal digunakan secara bergantian. karena pada awalnya
(oleh para geologis jaman jebot) jenis metamorfisme dikenal hanya dua jenis yaitu yang
thermal (kontak) dan regional (dinamotermal) (Harker, 1932).

dalam banyak bentuk metamorfisme regional-dinamotermal, metamorfisme regional,


metasomatisme regional-dan metamorfisme statik- fluda merupakan komponen ayng penting.
dalam kasus metamorfisme dinamotermal. fluida dapat memainkan peranan yang sama
dengan pressure dan temperature (Grambling, 1986).

metamorfisme juga dibagi berdsarakan ciri proses kimia yang terjadi. maka ada istilah
isochemical metamorphism adalah metamorfisme yang aman tidak ada perubahan kimia
secara dominan pada keseluruhan volume batuan. perubahan kandungan air pasti terjadi tapi
hal ini diabaikan (kata Raymond, 2002). metamorfisme alokemikal (Allochemical
metamorfphism, meraupkan jenis metamorfisme yang megnalmai perubahan kimia secara
dominan, dan metasomatisme merupakan jenis atau proses allochemical metamorphism.

perubahan metamorfimse isokemikal dan alokemikal

gambar diatas mengilustrasikan mekanisme (distingsi) metamorfisme isokemikal dan


alokemikal dimana domain A (sebelum mengalami metamorfisme dan domain B yang ada di
dalamnya), titik titik menggambarkan kandungan kimia. sebelum dan sesudah metamorfimse
terjadi domain A tetap tidak berubah alias komponen kimianya tidak bertambah banyak
meski berkurang sedikit (titik titik di gambar) tapi domain B (lingkarang kecil di dalam)
penuh dengan komponen kimia dari domain A (titik titiknya jadi banyak hasil migrasi dari
komponen A), maka A dikatakan mengalami isochemical metamorphism dan B mengalami
allochemical metamorphism.

dua istilah yang dipakai untuk menjelaskan sejarah metamorphisme pada suatu tubuh batuan
dikenal istilah metamorfisme prograde dan retrograde. secara sederhana, metamorfisme
prograde adalah jenis metamorfisme yang menjelaskan perubahan temperatur dan tekanan
dari rendah ke tinggi. sedangkan retrograde sebaliknya.

mineral mineral yang tidak stabil pada temperatur tinggi akan tergantikan oleh mineral baru
yang lebih stabil nah mineral baru ini namanya fase metamorfisme prograde, makanya ada
istilah zona zona prograde ditubuh batuan metamorf yang berisi mineral mienral stabil tadi.
sedangkan retrograde merupakan kondisi re-metamorfisme yang terbentuk akibat perubahan
temperatur dari tinggi ke rendah. biasanya metamorfisme retrograde mencirkan replacement
yang tidak sempurna atau pseudomorphic dari mienral mineral stabil pada temperatur tinggi
oleh mienral mineral yang stabil pada temperatur rendah.

Struktur dan Teksur batuan metamorf

banyak batuan metamorf dapat dikenali di lapangan berdasarkan struktur strutkur dan
teksturnya yang begitu distingtif (beda sendiri). kebanyakan berfoliasi, kayak kebanyakan
batuan beku dan sedimen (seperti dibahas dipostingan sebelumnya di dieu dan di dieu),
layering pada batuan metamorf ini bisanya disii oleh perulangan kelurusan kristal kristal
berukuran mikroskopis berupa filosilikat, inosilikat atau inequant mineral grain lainnya.

batuan metamorf juga distingtif (beda) dari batuan lain karena struktur mesoskopis
(handspesimen) yang ada dilapangan yaitu berupa struktur strukur minor yang nampak
dilapangan berupa fold, vein, dan rock cleavage (belahan pada batuan). cuctile shear zone,
boudin, dan struktur lainnya umum dijumpai dalam outcrop batuan metamorf, yang nanitnya
akan digunakan untuk membedakan apakah ini batuan metamorf (yang terbentuk karena di
trigger oleh P-T condition) ataukah ini hanya batuan sedimen dan batuan beku yang tidak
menunjukan jejak deformasi (P dan T) saat keterbentukannya.

kita bahas strukurnya dulu ya Om….

Struktur dalam batuan metamorf dapat dilihat lansung pada skala handspecimen atau skala
yang lebih gede lagi dalam satu tubuh batuan metamorf. yang pasti semua bro bro sekalian
udah pada paham apa beda struktur dan tekstur itu: strutkur itu adalah kenampakan pada
batuan yang ukurannya lebih besar (melebihi ukuran butiran alias mineral yang ada dibatuan)
sedangkan tekstur adalah ciri ciri (feature) yang ada pada batuan yang berhubungan langsung
dengan butiran mulai dari: bentuk butiran, orientasi butiran, distribusi butiran, dan hubungan
antar butir.

banyak tekstur sifatnya penetratif (mengisi rata seluruh specimen batuan), api ada juga yang
non penetratif (macam mineral mineral yang tumbuh jadi gede di bagian tertentu pada
batuan).

lupakan tekstur sejenak, struktur yang hadir pada batuan metamorf umumnya berhubungan
dengan stress dan deformasi yang terjadi dan menghasilkan: belahan (cleavage), fold (lipatan-
lipatan), vein (urat), layer (perlapisan), band (kink band), boudin, mullion, dan lain
sebagainya (pola contorted dan lain lain). biasanya disertai dengan adanya patahan (sesar)
pada batuan metamorf tertentu yang membawa struktur milonitik.

yang menarik menurut Kurt Bucher dan Rodney Grapes (2011) struktur pada batuan
metamorf ini cukup penting karena bisa dipakai untuk pengklasifikasian batuan metamorf.
sementara Raymond (2002) menggunakan kriteria tekstural untuk penentuan nama dari
batuan metamorf (semoga kita bahas suatu saat di postingan berikutnya aamiin).

kemas (fabrik) batuan pada metamorf mengacu kepada seluruh ciri tekstral dan struktural
pada batuan yang menjelaskan sejarah deformasi yang digambarkan oleh karakter geometris
pada batuan (Raymond, 2002). batuan dengan fabrik yang menggambarkan sejarah deformasi
dinamakan tektonit (Turner dan Weiss, 1963).

tectonite ini cemacem jenisnya ada tipe S (S-tectonite) merupakan jenis tectonite yang
dicirikan oleh orientasi butiran mineral (fabriknya) planar (datar sejajar), ada uga L-tectonite
yaitu tectonite memiliki pola foliasi linear (lineasi), ada juga tipe LS-tectonite yaitu
kombinasi anatara keduanya, S-F tectonite merupakan tectonite dengan fabrik yang dikontrol
oleh brittle fracture atau shear sepanjang permukaan pervasive (‘nyemplak’), anastomosing,
subparalel, atau paralel dinamakan SF-tectonite (Raymond, 1975 dalam Raymond, 2002), ada
juga B tectonite yaitu jenis fabric tectonite yang lebih menggambarkan lineasi arah sumbu
daripada arah slip (deviatoric stress), ada juga R-tectonite yaitu fabriknya dihasilkan akibat
rotasi.

cleavage (belahan)

rock cleavage (belahan batuan), kecenderungan batuan untuk patah (retak) secara paralel
dengan permukaan akan menghasilkan rock cleavage, pola ini akan sejajar seiring dengan
bertambahnya deformasi dan struktur ini (rock cleavage) atau belahan batuan ini merupakan
struktur yang banyak dijumpai pada batuan metamorf. cleavege menggambarkan kelurusan
tekstural dari butiran mineral dikenal sebagai preferred orientation, atau subparallel
arragnement dari diskontinuitas (perubahan tegas komponen fisik) dalam batuan. secara
umum cleavage ini diklasifikasikan dalam berbagai tipe tapi dua jenis yang paling umum:
Fracture cleavage dan flow cleavage (Raymond, 2002). dua tipe ini sesuati dengan tipe
tektonit, yaitu tektonit SF yang dicirkan oleh fracture cleavage dan tektonit-S yang dicirikan
oleh flow cleavage (Raymond, 2002).

C.M Powell (1979) membagi cleavage dalam dua jenis berdasarkan spasi dari clavege
domain: continues cleavage dan spaced cleavage. cleavage kontinu ini dikategorikan jika
spasi antar clavage <0.01 mm dari orientasi mineral mineral filosilikat atau mineral lainnya,
sementara yang spaced cleavage jika >0.01 mm. continues cleavage dibagi lagi berdasarkan
jenis butiran yang menyusunnya (continues cleavage kasar butirannya >1 mm dan cleavage
halus <0.1 mm).

terus ada juga, crenulation cleavage merupakan jenis cleavage yang bergelombang pada
batuan yang memiliki planar fabric, yaitu fabric yang sudah ada sebelumnya (liat ilustrasi b
dibawah). disjunctive cleavage (liat ilustrasi c dibawah) merupakan jenis lain lagi yang dari
fracture cleavage dibagi empat: stylitic, anastomosing, rough, dan smooth silahkan lihat
ilustrasi dibawah. sedangkan jenis disjunctive, crenulation, dan continues cleavage mrupakan
tipe flow cleavage (Raymond, 2002).
jenis jenis cleavage: (a) skema klasifikasi cleavage dari Powell (1979), (b) sketsa
mikroskopik dari crenulation cleavage, (c) empat jenis disjunctive cleavage yang terdiri dari
empat jenis: styolitic, anastomosing, rough, dan smooth.

origin dari jenis jenis cleavage ini telah dibahas oleh penulis penulis lainnya (J.C Moore dan
Geigle, 1974; D.S Wood, 1974; J.C Mawell, 1962; D.S Wood, 1974; Groshong, 1976 dan
lain lain) bahwa cleavage ini hadir bermacam macam karena proses yang membawanya juga
macam macam (originnya). Styolitic disjunctive dan crenulation space cleavage hadir akibat
solution (larutan) yang tertekan (under pressure) dan pergerakan dari material (diffusion)
yang keluar dari celavage (belahan) domain atau batas cleavage (Wanless, 1979). residu dari
mateiral terlarut tertinggal dalam domain mencirikan permukaan cleavage.

spaced cleavage (jarak antar celavage >0.01 mm) disitu ada bitotit (yang gelap) hadir sebagai
domian cleavage (batas antar cleavage)

anastomosing, disjunctive-spaced cleavage hdir pada scaly clay (lempung bersisik banyak di
daerah melange), beberapa anastomosing cleavage hadir juga diakibatkan oleh shearing yang
dipicu oleh gravitasi di submarine da subareial slide deposits. selain itu cleavage ini juga
disebabkan oleh stress akibat gaya tektonik (Raymond, 2002). studi lebih detil menyebutkan
bahwa rotasi mekanis dari butiran filosilikat menuju bidang cleavage dan proses cataclasis
dari butiran merupakan proses prose lain yang mengontrol perkembangan cleavage ini (J.C
Moore et al, 1986)
origin dari disjunctive-spaced cleavage dan cleavage kontinu ini telah dilakukan oleh banyak
ahli dan mengundang banyak perdebatan :D. cleavege disjunctive dan yang kontinu ini salah
satun contohnya ‘slaty cleavage’ merupakan hasil dari beberapa proses:

1. rotasi mekanis daeri buriran filosilikat.

2. pressure solution, diikuti oleh rotasi dari residu butiran filosilikat menuju bidang dari
cleavage.

3. rekristalisasi syntektonik, akibat perlautan butiran filosilikat dan minera lainnya dan
rekstalisasi atau neokristaliasi dari filosilikat dan butiran lainnya, arah cleavage yang paralel
terhadap devormasi (J.C Maxwell, 1962).

semua proses dapat menjadi bagain perkembangan ceavage di batuan metamorf. roatasi
merupakan bagian yang penting saat perkembangan tahap pertama cleavage, tapi,
pertumbuhnan bidang cleavage akan bertambah akibat rekristalisasi syntektonik (syntectonic
recrystallization), khususnya batuan metamorf dengan grade tinggi (W.J Gregg, 1985).

Layer dan transposisi dari bedding

batuan metamorf memiliki layer mesoskopis. layer ini mengndung banding (bengkok
bengkok) yang disusun oleh komposisi dan tekstur mineral yang berbeda (misalnya ukuran
butiran). secara fisik, layer metamorf ini dapat terdiri dari beberapa milimeter sampai
beberapa meter tebalnya. untuk ketebalan kurang dari 1 mm namanya microlayers, dan
ketebalan diatas 1 m namanya mega layer, dan jika batuan metamorf berada pada ketebalan
dalam kisaran itu (1 mm-1 m) dikatakan batuan tersebut memiliki strutktur gneissic. gneeiss
adalah jenis batuan metamorf terfoliasi (foliated metamorphic rock bersama slate, filit, dan
lain lain). struktur banded yang hadir diisi oleh layer layer akumulasi kelompok mineral yang
berbeda.

komposisi layer pada batuan metamorf ini bervariasi dalam originnya (asal usulnya),
beberapa banding yang hadir berasal dari layering primer (relict bedding) yaitu struktur
perlapisan dari batuan protolith (batuan sebelumnya), di kasus lain bading dapt hadir dalam
bentuk dike atau vein yang menerobos host rock yang kemudian nantinya akan mengalami
metamorfisme disepanjang atau sekitar intrusi dan membentuk banding. banding juga bisa
hadir hasil proses migrasi kimia yang disebut sebgai diferensiasi metamorfik (metamorphic
differentiation kita bahas lain waktu).

komposisi baru dari banding dalam batuan metamorf juga hasil daeri formasi cleavage yang
mengalami transposisi daeir bedding atau ciri planar lainnya yang hadir kemudian. pada
proses in layering dipotong oleh sudut cleavage (dianggap S1). kaerna S1 berkembang
(cleavage ini) bedding dipisahkan oleh segmen yang secara fisika terotasi atau terdeformasi
oleh aliran, atau keduanya. artinya cleavage yang berkembang ini akan terus bertahan karena
stress (misalnya) akan merubah (terotasi) dengan sumbu akhir sejajar dengan cleavage.
bayangkan ketika anda memiliki rekahan (joint) dan kompresi berlanjut dengan catatan sifat
material yang terkompresi ‘sedikit’ plastis (ductile) kemudian akan menyisakan suatu nodul
nodul atau lensa yang sejajar dibatasi oleh cleavage (joint) tadi,,, bila bingung bagaimana
memikirkan transposisi (evolusi perubahan layering asli ini) silahkan lihat ilustrasi dibawah.
perhatikan mekanisme transposisi dari bidang satu (So) atau bedding dan bidang dua (S1)
dari cleavage yang dihasilkan oleh streess yang beralwanan.. saat deformasi berlanjut
(metamorfisme terjadi) maka bedding asli akan berubah dan rekahan rekahan pada batas
cleavage yang memotong bedding (layering) akan terotasi alias mengalami transposisi
membentuk lensa lensa fragmen yang sejajar dengan cleavage (S1) dan bila hal ini berlanjut
(gambar c) maka bedding asli hilang dan tidak diketahui…

Struktur lainnya

jumlah strutkur yang secara lokal penting dalam batuan metamrof adalah forld, kik band,
boudin, mullion, rods, fault (sesar juga masuk) terutama di zona shear, ductile joint, dan vein.
Kebanyakan dihasilkan oleh deformasi ductile (untuk fold, kink band, boudin, mullion, rod
dan ductile shear zone). adapun beberapa boudin, brittle fault , dan joint dihasilkan oleh
deofrmasi brittle. vein dan banding hadir karena pengaruh migrasi kimia dari material
(Raymond, 2002).

fold (lipatan) merupakan bed pada strutkur planar pada batuan, hadir dalam bedding, foliasi,
vein, dan ciri lainnya, termasuk lipatan yang sudah ada sebelumnya (antiklin batuan asli dari
protolith sedimen). ukuran struktur fold ini ada yang mikroskopis sampai makroskopis yang
menutupi puluhan sampai ratusan kilomoter. fold terbentuk akibat stress kompresional atau
shearing yang terjadi paralel dan atau membentuk sudut terhadap paerlapisan batuan
(Raymond, 2002).

kink band ukurannya lebih kecil di batuan metamorf, merupakan tipe lipatan yang terganggu
pada batuan yang telah memiliki fabrik. tentunya kink band agak berbeda di metamorf dari
kink band yang biasa di batuan sedimen. kink band umum dijumpai pada batuan metamorf
bertekstru hlus kayak filit, tapi juga kadang hadir di gneiss (Raymond, 2002).

Boudin (bahasa prancisnya saus) merupakan massa batuan ayng silindris, hadir pada single
bed atau layer hasil streched dan pull apart (extension). mullion danrod hampir mirip dengan
boudin bentuknya panjang, dan silindris. Mullion merpakan kolom berukuran 2 cm sampai 2
m diameternya terdiri dari counry rock dari batuan metamorfik bagian luar dari kolom
menyduut sampai membundar umumnya halus atau terstriasi (kasar), dalam Ken Mclay (the
mapping of geological structure, 1987) mengilustrasikan mullion itu lebih rapat dan lebih
silindris dari boudin yang renggang dan agak kotak kotak.
ilustrasi boudin dan mullion dalam Ken Mclay (1987). S0 adalah bedding perlapisan

rod hampir miriip dengan mullion, hanya saja mengadnung material yang memotongnya atau
tersegregasi (kayk dike atau vein) biasanya berupa kuarsa.

joint ini adalah racture yang belum mengalami pergerakan paralel secara signifikan terhadap
bidang struktur (Raymond, 2002). deformasi Brittle, brittle-ductile, dan ductile fault hadir di
btuan metamorf (J.G Ramsay, 1980). paa zona tertentu (sepanjang patahan) terdapat juga
suatu strutkur permukaan yang halus dan bergores (scratch) yaitu slickensid atau zona
kaklastik yang dicirkan juga dengan kehadiran breksi (alias breksi sesar) disini ada mineral
metamorfik dikenal dengan milonit yaitu mineral lempung yang mengalmai rekristalisasi dan
neokristalisasi dikakibat shearing stress.

tectonic melange dimana isinya batuan batuan yang ada di zona subduksi bercampur aduk
disitu juga kaya akan batuan metamorf, strutkur struktur raksasa (mega breksi) ada yang
berjenis exotic dan native block dari semua ukuran tertanam dalam matrik halus (Raymond,
1984) native block ini bagian dari material batuan asli dalam cekungan, sedangkan exotic
block dibawa dari tempat lain dan tergabung dalam zona melange.

vein merupakan joint yang berbentuk tabular atau fault filling dari satu jenis material atau
lebih. beda antara vein dan dike (dike ini lebih banyak dikenal sebagai struktur pada batuan
beku intrusif atau plutonik tapi di metamorf juga ada), intinya material ‘intrusi’ yang mengisi
rekahan biasanya teridri dari monomineralik, bimineralik, atau mineral bijih. dike hampir
mirip genetiknya dengan vein cuma bentuknya lebih iregular. dan istilah dike lebih banyak
dipakai untuk batuan beku.
Tekstur metamorf….

tekstur merupakan fungsi dari ukuran butiran, bentuk butiran, hubungan antar butiran,
distribusi butiran, dan orientasi butiran (Spry, 1969 p 5). agak beda sedikit istilah tekstural
dilapangan sama di sayatan tipis petrografi (Raymond, 2002).

jensi jenis tekstur di metamorf

tekstur metamorfik dapat dibagi dalam lima tipe-tekstru foliasi, tekstur granoblastik, tekstur
diabasik, kataklastik, dan tekstur relict. relict kayat yang terkahir itu maksudnya adalah
tekstur yang dipertahankan dari protolith. maka ada suffix (kata tambahan) yang dimasukin di
tekstru metamorf bila tekstru batuan protolith masih dipertahankan seperti suffix blast- atau
blasto- misalnya blastoporphyritic mengindikasikan tekstru batuan metamorfik, yang masih
mempertahankan struktru relic berupa porfiritik.

tiap tekstur umumnya dicirikan oleh bentuk dan oirientasi butir, tekstur terfoliasi or foliated
texture (masuk ke dalam tekstur juga) adalah tekstur yang dicirikan oleh alignment
(kelurusan) dari butiran mineral dengan sedemikian rupa akanmembuat batuan mudah
‘tersplit’ (terpisah) membentuk keping layering layering datar. tekstru granoblastik
emrupakan merupakan tekstur mienral dengan ukuran ekidimensional (dimensinya or
ukurannya sama). tekstur kataklastik (cataclastic texture) merupakan tekstur nonfoliasi
dicirkan oleh material dan mineral batuan ter’farcture’ (terkekarkan). tiap tekstur utama ini
dibagi lagi ke dalam dua atau lebih tipe subdivisinya masing masing (lihat tabel dibawah
dibuat oleh Raymond 2002). tekstur porpiroblastik bisa terfoliasi atau membentuk tekstrur
granoblastik.

mungkin yang paling penting di batuan metamrof ada tekstur foliasi, dua jenis tekstur foliasi
ini: tekstur terfoliasi kuat dan tekstur terfoliasi lemah; yang terfoliasi kuat terdiri dari: (1)
batuan yang didominasi oleh mineral mineral mineral yang secara mineralogi; (2) batuan
terdeformasi dan membentuk perluasan (pemanjangan) terutama mineral mineral yang
resisten (jarang sekali terdeformasi) seperti kuarsa tapi mengalami pemanjangan (elongated)
yang paralel terhadap foliasi dan membetuk cleavage yang baik, dan (3) batuan yang dicirkan
oleh segregasi, microlithon, atau spaced cleavage. di batuan yang terfoliasi kuat cleavage
(belahan) kontinu, spaced crenulation cleavage, disjunctive spaced yang smoootg, rough,
anastomosing semuanya berkembang cukup baik.

dibatuan terfoliasi leemah hadir: (1) linear tapi tidak planar dari susunan butiran yang
berbentuk bladed (gepeng membelah) sampai acicular (menjarum) pada butiran mendominasi
tekstur, (2) butiran yang equant (sama ukurannya) sampai inequant (gak sama) dari butiran
kuarsa, dan felspar atau mineral lainnnya hadir mengisi ciri tekstur batuan, (3) mineral
mienral platy (lempengan) sampai bladed, seperti mienral mienral filosilikat hadir tapi hanya
terlinasi lemah (memiliki kelurusan yang lemah tidak begitu jelas). di strutkur struktur
belahan, disjunctive cleavage dan microlithon bisa menagndung butiran yang tidak memiliki
orientasi yang jelas (semakin nyusahin).
ringkasan tekstur batuan metamorf secara umum (klik gambarnya biar jelas)
lanjutan tabel tekstur metamorf diatas
contoh beberapa ilustrasi tekstur metamorf terfoliasi (Raymond, 1984)
contoh beberapa ilustrasi tekstur non foliasi pada batuan metamorf (Raymond, 1984)

Mekanisme perkembangan tekstur di batuan metamorf (rekristaliasi, neokristliasi, nukleasi,


dan pertumbuhan kristal)

perkembangan tekstur di metamorf hampir sama kayak di batuan beku. neokristalisasi


menyangkut nukleasi dan pertumbuhan kristal., seperti halnya pertumbuhan tekstur di batuan
beku. di batuan metamorf terjadi difusi (migrasi) dari spesies spesies kimia ke aerah
pertumbuhan kristal yang hadir pada batuan kristalin, dibandingkan mereka akan mengalami
melting secara penuh (tidak melebur atau pada kondisi ini batuan bersifat sedikit ductile),
selain itu, rekristalisasi dari fase fase yang sudah ada (mineral yang udah ada), juga terjadi
secara simultan (berbarengan) sama neokristalisasi yang hdir secara bebas (terbentuk baru
beda dari mineral sebelumnya). di kasus lain rkristalisasi ini meliputi nukleasi dan
pertumbuhan kristal yang sama beda sama neokristalisasi menghasilkan kristal baru yang
beda dengan kristal yang ada sebelumnya (atau rekristalisasi membentuk pertumbuhan kristal
dan nukleasi sedangkan neokristalisasi menghasilkan kristal baru).

reaksi dan proses metamorf (neokristalisasi dan pertumbuhan kristal) memberikan bentuk
pertumbuhan kristal baru yang tereorientasi, dengan tekstru baru dn sistem ekilibrium baru
pada kondisi metamorfisme. kondisi ini umumnya beda sama kondisi eklibrium saat batuan
terbentuk. batuan akan cenderung mempertahankan energi terendah saat kondisi perluasan
terjadi.

semua proses proeses dan reaksi metamorfik termasuk nukleasi, difusi, dan pertumbuhan,
diaktivasi oleh energi atau secara spesifik melalui tingkat energi (Vernon, 1976). reksi kimia
(proses neokristalisasi) berusaha mengurangi energi termodinamik (dikenal sebagai Gibbs
free energy atau energi bebas Gibbs) dari sistem. sama halnya, rekristalisasi meliputi
perkembangan kearah penurunan atau energi bebas dari sistem, khususnya energi yang
berasosiasi dengan batas tiap fase, energi permukaan. energi permukaan bebas hasil dari fakta
bahwa atom pada permukaan dari kristal, selama diikati secara internal oleh atom lainnya,
tidak diikat oleh atom lain yang menghadap ke permukaan kristal. maka, sisi dan permukaan
memiliki energi yang lebih besar., ketika permukaan bertambah energi permukaan juga
bertambah, karena butiran yang lebih besar memiliki permukaan yang lebih kecil (maskudnya
saking gedenya tidak bereaksi cepat mengenai seluruh permukaan beda ama yang kecil) maka
memiliki surface free energy (energi bebas permukaan) yang kecil. baik nukleasi dan
rekristaliasi membantu sistem (batuan) dalam progres ke arah ekilibrium, yaitu mengarah ke
batas terbawah dari free energy.

Nukleasi dan pertumbuhan

nukleasi metarmof sifatrnya heterogen, karena kisi kristal yang sudah ada dan mienral baru
dpat terbentuk. nukleasi terjadi dimana: (1) atom yang pantas ada untuk membentuk nucleus,
(2) kondisi yang pantas hadir dan mempertahankan nuclei.

ketika nukleus terbentuk, pertumbuhan dapat terjadi kemudian. pertumbuhan hadir sepanjang
tingkat energi yang mendukungnnya, yaitu dengan perbedaan besar dalam energi bebas, dan
kehadiran ion ion yang mendukng pertumbuhan. butiran yang tegang atau secara relatif
memiliki surface area yang besar (buitrannya kecil) cenderugn terekristaliasi untuk
mengurangi energi bebasnya. mineral baru dapat terbentuk dimana fase baru akan lebih stabil
dari mineral yang sudah ada pada kondisi termal ang berbeda. kehadiran ion ion bergantung
pada kehadiran meraka yang sudah ada di batuan sekitarnnya dan kemampuannya bermigrasi
ke groth site (lingkungan pertumbuhan). maka, difusi juga penting.

Difusi

difusi merupakan proses yang penting dalam pertumbuhan tekstru metamorfik. baik nukleasi
dan pertumbuhan kristal bergantng pada proses ini. difusi diartikan sebagai sutu proses yang
mana spesies kimia bermigrasi, dalam fase larutan, dibawah pengaruh gradien potensial
kimia di dua lokasi (Jensen, 1965). gradien potensial kimia mewakili perbedaan kimia, juga
perbedaan temperatur dan/atau tekanan, antara dua bagian dari sistem. volume batuan yang
kecil, perbedaan di kimianya hadir dimana perbedaan fase mineral hadir berdampingan satu
sama lain. perbedaan tekanan hadir karena tekanan akan tinggi pada kontak butiran, tapi
umumnya rendah di void yang berdekatan. secara umum, perbedaan temperatur tidak hadir
pada skala mesoskopis (jejaknya tidak terlihat). di fase terlarut pada batuan metamorfik dapat
hadir sebagai kristal atau fluida pori.

dalam kristal, difusi hadir dimana atom atom melompat dari posisi satu kisi ke posis kisi
lainnya (Condit, 1985). di batuan, difusi hadir sepanjang batas kristal dan sepanjang cacat
linera dan planar dalam kristal (Spry, 1969). kehadiran fase fluida dalam batas kristal sangat
memudahkan proses difusi, karena ion ion bermigrasi lebih muda melewati fluida.

Rekristalisasi

rekristalisasi prosesnya bergantung pada difusi, dan leibh mudah dipahami daripada
neokristalisasi, karena neokristalisasi dan perubahan kimianya tidak disetai degan perubahan
tekstural. batuan yang mengalami hal ini dianggap sifatnya monomineralic. dengan
pertimbangan rekristaliasi terjadi karena batuan emgnalami metamorfisme dan imbasnya
berupa perubahan ukuran butiran, bentuknya, dan orientasinya.

di kasus kontak metamorfisme LP, stress bukan faktor penting, dan rekristalisasi dapat
dianggap terjadi karena pengaruh temperatur. reorientasi umum dari buitran tidak mungkin
terjadi, sehingga ukuran butiran dan bentuk butiran berubah diharapkan karena pengaruh
metmorfisme. metamorfisme akan rusak dan membentuk kembeli ikatan, nukleasi heterogen,
difusi ion dan lokasi lokasi ternukleasi, dan pertubmuhan btiran. peurbahan ni memudahakn
sistem batuan untuk berubah ke tahap energi rendah. batuan dengan jumlah banyak dari area
permukaan butiran cenderung rentan mengalami rekristalisasi. terjadi pada batuan berbutir
halus, bentuk butiran tidak beraturan, atau porositasnya tinggi, rekristalisasi akan mendorong
suatu reduksi di energi bebas permukaan.

kita bisa mengamati rekristalisasi pada batuan dengan melihat dua aspek yang tampak:
peningkatan ukuran butyir dan mengahlusnya batas butir (tepi butiran) (Josten, 1983 hasil
pengamatannya di metamorfisme LP-contact di christmas moutnain Texas). pada penelitian
(Josten, 1983) ia menemukan gabbro mengintrusi nodule chert bersama batugamping,
semakin mendekati kontak tempertur meningkat (dari batuan yang diterobos), tekstur dari
chert berubah dari ‘mosaic texture’ (granoblastic-polysutured texture) menjadi ‘granoblastic
polygonal microstructure’ (euigranular-mosaic texture). rata rata ukuran butirannya berkisar
0.0075 mm pada 101.7 m dari kontak dan 1.06 mm pada 1.8 m dari kontak (makin kasar
makin deket sama kontak).
perububahan ukuran butiran menjauhi dan mendektai kontak metamorfisme (Josesten, 1983)

kemudian beberapa esprimen telah dilakukan untuk membuat model metamorfisme batuan
monomineralaik dengan ukuranbutiran yang seragam, batas butiran dari dua jenis butiran
apapun diharapkan memiliki surface anergy yang sama, hasilnya, pada kondisi ekilibrium
(akhir) akan bertemu pada kondisi equidistant (sama jauhnya) dan akhirnya bertemu pda tiga
titik, dan membentuk sudut muka satu sama lain (setelah kondisi ekilibrium) sekitar 120°
(lihat ilustrasi dibawah). inilah yang dinamakan konfiturasi energi terendah dari batas
butitran. menghasilkan tekstur poligonal granoblastik (tekstur mosaik ekigranular). setiap
konfigurasi ini berkembang, lebih lanjut lagi akan ada reduksi energi permukaan dan
mempertahankan penignkatan ukuran butiran.

ketika mineral kedua masuk ke dalam agregat (mineral sekunder), energi bebas permukaan
akan bervatriasi, dan menginaktkan sudtut kotak antar buitran tadi (gambar 21.14 c liat
ilustrasi dibawah) (Vernon, 1976). teksturnya juga akan berupa equigranular jika butira
butiran dengan ukuran sama dominan hadir. (gambar 21.4 d ilustrasi dibawah). pada batuan
dengan bentuk mineral acicular (kayak jarum) atau platy mineral (mineralnya gepeng kayak
lempengan) dominan hadir maka teksturnya akan berbentuk diablastic.
konfigurasi ekilibrium batas butiran pada tekstur tekstur batuan metamorf. (Raymond, 2002)
selain itu stress deviatorik sebagai variable effect dalam sistem menghasilkan perkembangan
rientasi dari butiran dua arah roientasi yang umum hadir (mernurut Vernon, 1976).
dimenstional prefered orientation atau Shape Preferred Orientation (SPO) merupakan suatu
tekstrur yang menunjukan alignment (kelurusan ) dari bentuk butiran yang memajang
(elongated) atau tabular (kayak tabung lonjong), butirannya bisa saja inequant (tidak seragam
ukurannya) memiliki kecenderungan memiliki alighment paralel. preffered orientation yang
hadir ini jika terliaht oleh mata telanjjang dikneal sebagai foliasi atau lineasi. dan tipe
oreintasi yang kedua dikenal sebagai Latice perfered orientation (LPO) merupakan tekstur
yang khas pada bautan metamorf dimana orientasi (kelurusan) susunan butirannya berbeda
dari SPO (yang paralel or lurus) tipe ini lebih spesial mengikuti sumbu optik dan kristalografi
butiran mineralnya. umumnya orientasi ini tidak bisa dilihat dengan mata telanjang tapi
dibawah mikroskop bisa dilihat.

di batuan monomineralik atau hampir monomineralik, rekristalisasi hadir dipengaruhi oleh


stress deviatorik pada temperatur mmoderate menghasilkan sikuen progresif dari ciri dan
perubahan tekstural berupa:

1.butiran menunjkan ciri ciri adanya deformasi, seperti band, dan serrated boundary (liat
gambar dibawah 21.15b).

2. poligonasi buitan hadir (suatu proses dimana butiran yang besar dan mengalami teganan
(strained) tersusun dalam berjumlah kecil, strain-free grain, dan secra khas memiliki batas
yang tidak teratur atau bergerigi) dimulai sepanajng batas buitran dan are terdeformasi dari
host grain (liat ilustrasi dibawah 21.15c). beberapa rotasi buitr terjadi, tapi secra kesluruhan
akanmembnetuk tekstur porphyroclastic.

3. pola pengkasaran dari ukuran butir dan kelurusan pada batas butiran diikuti dengan
eliminasi dari butiran yang lebih tua, terdefromasi, dan menghasilkan tekstru granoblastik-
polysutured.

4. poligonal granoblastik (equigranular mosaic) merupakan tekstur yang berkembang


membentuk butiran yang melebar dari sudut antar muka (interfacial angle) 120° (gambar
21.15d dibawah).
sikuen ideal dari perubahan tekstural pada batuan monomineralik karena stress deviatorik

perubahan tekstural, dari dapat bervatriasi, bergantung pada tekanan, temperatur, strain rate,
dan nature dari stressnya. disecara khusus, kisi dari orientasi yang hadir bervaraisi secara
substansial pada kondisi yang berbeda. tahap empat dari penjelasan diatas diikuti juga dengan
perkembangan tekstur porphyroblastic-granoblastic-polygonal, dengan porphyroblast sekitar
1 cm atau lebih panjangnya (C.J.L Wilson, 1973). lebih jauh lagi pertumbuhan butiran akan
menghasilkan tekstur kasar dari granoblastic-polysutured (Raymond, 2002). pada tempertur
tinggi, rekristalisasi dan flattening (perataan atau ‘pengempengan’) butiran dapat tejradi
(Dell’Angelo dan Tullis, 1996). pada kasus strain rate t9inggi, mylonitic texture akan
terbentuk ketimbang granoblastic (C. Simpson, 1983).

semua proses ini dipengaruhi oleh perubahan fase dan kehadiran fase baru.Wilson (1973)
menemukan contoh dimana kehadiran fase baru menghalangi perkembangan buitran menjadi
lebih besar. tapi Hickey dan bell (1996) berpendaata kehadiran mienral baru yang mengalmai
reaksi metamorfik bisa hadir sebagai katalis subreaksi dan membentu pertumbuhan. selain
itu, kehadiran nuclei dari fase terntentu dapat hadir sebagai hasil perkembangan tekstur
porfiroblastik tadi dengan fase porphyroblasatnya tertanam dalam fase matrik yang berbeda.

Diferensiasi metamorfik

perkembangan struktur genessic, dan tekstur gneissose, seperti poligonisasi. proses ini sekilas
berlawanan dengan arah dari energi bebas. secara umum, metamorfisme diharapkan tejradi
membentuk suatu tubu h baan yang homogen (karena homogenisasi mengeliminasi potensial
kimia menghasilkan perbedaan komposisi). maka, btuan homogen cenderung merupakan
batuan dengan enerrgi bebas lebih rendah. komposisi layering nyatanya cukup bervariasi di
batuan metamorf. di banyak kasusu layering masih menunjukan relict (struktur asli) dari ciri
btuan protolith tapi tidak semuanya (perhatikan ilustrasi ilustrasi sebelumnya tentang
transposisi butiran).

diferensiasi metmaorfik ini merupakan proses yang menyebabkan perkembangan dari pola
egrasi banded atau lencticular darimineral mienral dari batuan yang pada walnya homogen
(pola susunan mienralnya). proses daeir diferensiasi metamorfik ini didiskusikan oleh
petrologis, hingga kini banyak penjelasan telah diajukan untuk mejelaskan mekanisme ini: (1)
band menunjukan zona reaksi yang berkembang secara kimia tidak kompatibel pada jenis
batuan tertentu. (2) band menunjukan synmetamorfik dike atau vein, di bebarapa kasusu
berkatian dengan anatexis (Sawyer dan Robin, 1986). (3) band berkembang karena nucleasi
preferential dari fase terentu dalam zona styruktural yang sudah ada (bramwel, 1985l)
(4)band terjadi melalui beberapa kombinasi shearing (gesekan) atau flow (aliran), solution
(larutan), transport larutan, dan presipitasi (M.B Stephens, Glasson, dan Keays, 1979).

model model diatas dapat saja mungkin trjadi pada kassus tertneut, pada dua model pertama
metamorfisme dapat dianggap homogen pada batuan, karena sebenarnya tidak menjabarkan
diferensiasi metamorfik secara pasti, pada hipotesis 3 dan 5 menggambarkan aplikasi model
model dan diferensiasi metamorifik secara lebih luas. band dihasilakn dan dipicu oleh proses
metamorfisme, pada kasusi ni, starin dpat menyebabkan gradien potensial kimia dari
perbedan kimia bautan. di kasus lain, tingkat kelarutan dan presipitai dpat bervariasi dan
meningkatkan layer filosilikat melalui pertumbuhan perbedaan fisik (misalnya perbedaan
porositas) antar layer layer (Stephens, Glasson dan Keays, 1979)

Anda mungkin juga menyukai