Anda di halaman 1dari 19

Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

BATUAN BEKU

1. PENDAHULUAN
Petrologi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang batuan sebagai
penyusun kerak bumi. Bumi yang kita tempati ini disusun oleh berbagai jenis batuan.
Mempelajari batuan merupakan pengetahuan dasar untuk mempelajari geologi serta
untuk mengetahui sifat dan sejarah bumi kita. Batuan adalah agregat padat yang terdiri
dari mineral-mineral, gelas, ubahan material organik atau kombinasi dari komponen-
komponen tersebut yang terjadi secara alamiah. Pembentukan berbagai macam mineral
di alam akan menghasilkan berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa
berbeda-beda dan membentuk berbagai jenis batuan yang berbeda. Batuan di alam
dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu
• batuan beku (igneous rock) : batuan yang terbentuk dari pembekuan dan kristalisasi
magma baik di dalam bumi maupun di permukaan bumi.
• batuan piroklastik (pyroclastic rock) : batuan yang disusun oleh material-material
yang dihasilkan oleh letusan gunung api.
• batuan sedimen (sedimentary rock) : batuan yang terbentuk dari sedimen hasil
rombakan batuan yang telah ada, akumulasi dari material organik atau hasil
penguapan dari larutan.
• batuan metamorf (metamorphic rock) : batuan yang terbentuk akibat proses
perubahan tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya dimana batuan memasuki
kesetimbangan baru tanpa adanya perubahan komposisi kimia (isokimia) dan tanpa
melalui fasa cair (dalam keadaan padat), dengan temperatur berkisar antara 200-
8000C.

Kerak bumi ini bersifat dinamik, dan merupakan tempat berlangsungnya berbagai
proses yang mempengaruhi pembentukan keempat jenis batuan tersebut. Sepanjang
kurun waktu dan akibat dari proses-proses ini, suatu batuan akan berubah menjadi jenis
batuan yang lain, seperti terlihat dalam siklus batuan pada gambar 1.

1
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

Gambar 1. Siklus batuan.

2. BATUAN BEKU
2.1. Pendahuluan
Batuan beku terbentuk karena proses pendinginan magma yang dapat terdiri atas
berbagai jenis batuan tergantung pada komposisi mineralnya. Magma merupakan
cairan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, mempunyai temperatur yang tinggi
(900o-1600oC) dan berasal dari bagian dalam bumi yang disebut selubung bumi
(mantel) bagian atas.

Komposisi magma terdiri dari 8 unsur utama yaitu O, Si, Al, Fe, Ca, Mg, Na, K dan juga
mengandung senyawa H2O dan CO2 serta beberapa komponen gas H2S, HCl, CH4 dan
CO. Pada berbagai kondisi temperatur, magma dapat berdiferensiasi atau mengalami
kristalisasi membentuk berbagai asosiasi mineral berupa berbagai jenis batuan beku.
Pada saat magma mengalami pendinginan akan terjadi kristalisasi dari berbagai mineral
utama yang mengikuti suatu urutan yang dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen (Gambar
2).

– 2
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

Gambar 2. Seri Reaksi Bowen.

Pada seri reaksi Bowen terjadi dua deret kristalisasi mineral yaitu reaksi menerus dan
reaksi tidak menerus. Seri reaksi menerus pada plagioklas artinya kristalisasi plagioklas
Ca yang pertama (anortit) menerus bereaksi dengan sisa larutan selama pendinginan
berlangsung, dan berubah komposisinya ke arah plagioklas Na, disini terjadi substitusi
sodium (Na) terhadap kalsium (Ca). Seri reaksi menerus pada plagioklas merupakan
deret larutan padat (solid solution) yang menerus. Seri reaksi tidak menerus terdiri dari
mineral-mineral feromagnesian (Fe-Mg). Mineral pertama yang terbentuk adalah olivin.
Hasil reaksi selanjutnya antara olivin dan sisa larutannya membentuk piroksen. Proses
ini berlanjut hingga terbentuk biotit. Seri reaksi tidak menerus bersifat incongruent
melting.

Mineral-mineral yang terbentuk pada seri reaksi Bowen dapat dibagi menjadi 2
kelompok yaitu :
• Mineral felsik : umumnya berwarna cerah, mengandung Mg dan Fe yang rendah
dan silika yang tinggi, misalnya plagioklas, k-felspar, muskovit dan kuarsa.
• Mineral mafik : umumnya berwarna gelap, mengandung Mg dan Fe yang tinggi dan
silika yang rendah, misalnya olivin, piroksen, hornblenda, dan biotit.

Ciri-ciri mineral seri bowen dan mineral-mineral pembentuk batuan beku, yang sering
ditemukan pada beberapa jenis batuan di alam secara megaskopis (pengamatan
dengan mata telanjang atau dengan lup) dapat dilihat pada tabel 1.

– 3
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

Tabel 1. Ciri-ciri mineral pembentuk batuan beku

– 4
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

Tabel 1. Ciri-ciri mineral pembentuk batuan beku (lanjutan)

– 5
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

2.2. Bentuk dan Keberadaan Batuan Beku


Batuan beku berdasarkan genesa atau tempat terbentuknya dapat dibedakan menjadi 2
kelompok yaitu :
• Batuan beku intrusi : batuan beku yang membeku di dalam bumi, yang
menghasilkan 2 jenis batuan beku yaitu :
o Batuan hypabisal : batuan beku yang membeku di dalam bumi pada kedalaman
menengah-dangkal sehingga menghasilkan batuan beku bertekstur sedang
atau percampuran antara kasar-halus.
o Batuan plutonik : batuan beku yang membeku jauh di dalam bumi sehingga
menghasilkan batuan beku bertekstur kasar-sangat kasar.
• Batuan beku ekstrusi : batuan beku yang membeku di permukaan/di dekat
permukaan bumi, yang menghasilkan batuan beku volkanik yang bertekstur sangat
halus-halus.

Bentuk-bentuk batuan beku yang umum dijumpai di alam ditunjukan pada gambar 3.
dan tabel 2.

2.3. Pengenalan Batuan Beku


Dalam pengamatan/deskripsi batuan beku, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :
warna batuan, komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan.

2.3.1. Warna Batuan


Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral
penyusun batuan dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari warna
dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang bertekstur
gelasan.
• Batuan beku yang berwarna cerah, umumnya adalah batuan beku asam yang
tersusun oleh mineral-mineral felsik
• Batuan beku yang berwarna gelap-hitam, umumnya adalah batuan beku intermedier
yang tersusun oleh mineral-mineral felsik dan mineral mafik hampir sama banyak
• Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan, umumnya adalah batuan beku basa
yang tersusun oleh mineral-mineral mafik
• Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik, umumnya
adalah batuan beku ultrabasa yang tersusun oleh hampir seluruhnya mineral-
mineral mafik.

– 6
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

Tabel 2. Bentuk-bentuk umum tubuh batuan beku pada kerak bumi


Batuan Beku Bentuk Keterangan
Diskordan Memotong perlapisan/arah struktur tubuh batuan

- Batolit Dimensi 100 km2 atau lebih, geometri melebar ke bawah,


batuan beku asam (granitoid)
- Stock Dimensi kurang dari 100 km 2, geometri melebar ke bawah,
batuan beku asam (granitoid)
- Dike Memotong perlapisan, bentuk tabular, mengisi retakan,
batuan beku intermedier-asam
Intrusi Konkordan Sejajar perlapisan/arah struktur tubuh batuan
- Lakolit Berbentuk seperti jamur, diameter 1-8 km, tebal 1000 m,
kedalaman dangkal, batuan beku asam-menengah
- Lopolit Berbentuk lentikuler, cekung ke bawah, diameter puluhan-
ratusan kilometer, tebal ribuan meter, bagian bawah batuan
beku basa-ultrabasa, bagian atas batuan beku asam
- Pakolit Terdapat di daerah terlipat, di daerah antiklin dan sinklin,
magma mengisi bagian yang terbuka/permeabel selama
perlipatan
- Sill Selaras dengan perlapisan, sebaran tipis (300 m), luas
ratusan ribu km2, dekat permukaan, batuan beku basa
Ekstrusi Efusif Lelehan lava, yang menghasilkan aliran lava (lava flow)
Eksplosif Letusan, yang menghasilkan batuan piroklastik

Gambar 3. Bentuk umum tubuh batuan beku pada kerak bumi.

– 7
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

2.3.2. Komposisi Mineral


Komposisi mineral mencerminkan informasi tentang magma asal batuan tersebut dan
posisi tektonik (berhubungan struktur kerak bumi dan mantel) tempat kejadian magma
tersebut. Mineral pembentuk batuan dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :
• Mineral utama (essential minerals) : mineral yang terbentuk dari kristalisasi magma,
yang biasanya hadir dalam jumlah yang cukup banyak dan menentukan nama/sifat
batuan. Contoh : mineral-mineral Seri Bowen (olivin, piroksen, hornblenda, biotit,
plagioklas, k-felspar, muskovit, kuarsa) dan felspathoid.
• Mineral tambahan (accessory minerals) : mineral yang terbentuk dari kristalisasi
magma, tetapi kehadirannya relatif sedikit (< 5%), dan tidak menentukan nama/sifat
batuan. Contoh : apatit, zirkon, magnetit, hematit, rutil, dll.
• Mineral sekunder (secondary minerals) : mineral hasil ubahan dari mineral-mineral
primer karena pelapukan, alterasi hidrotermal atau metamorfosa. Contoh : klorit,
epidot, serisit, kaolin, aktinolit, garnet, dll.

2.3.3. Tekstur
Tekstur adalah kenampakan dari batuan (ukuran, bentuk dan hubungan keteraturan
mineral dalam batuan) yang dapat merefleksikan sejarah pembentukan dan
keterdapatannya.
Pengamatan tekstur batuan beku meliputi :
a. Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi batuan beku tergantung dari proses pembekuan magma. Pada
pembekuan magma yang berlangsung lambat maka akan terbentuk kristal-kristal yang
berukuran kasar-sedang, bila berlangsung cepat akan terbentuk kristal-kristal yang
berukuran halus, dan bila berlangsung sangat cepat akan terbentuk gelas. Derajat
kristalisasi batuan beku dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
• Holokristalin : batuan beku terdiri dari kristal seluruhnya
• Hipokristalin : batuan beku terdiri dari sebagian kristal dan sebagian gelas
• Holohyalin : batuan beku terdiri dari gelas seluruhnya

b. Granulitas/Besar butir

Granulitas/besar butir batuan beku dapat dibagi menjadi 3 yaitu :


• Fanerik : kristal-kristalnya dapat dilihat dengan mata biasa
Ukuran butir/kristal untuk batuan bertekstur fanerik dapat dibagi menjadi 4 yaitu :
o Halus : besar butir < 1 mm

– 8
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

o Sedang : besar butir 1 mm - 5 mm


o Kasar : besar butir 5 mm – 30 mm
o Sangat kasar : besar butir > 30 mm
• Afanitik : kristal-kristalnya sangat halus, tidak dapat dilihat dengan mata biasa,
hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Jika batuan bertekstur porfiritik maka ukuran
fenokris dan masa dasar dipisahkan.
• Gelasan (glassy) : batuan beku semuanya tersusun oleh gelas.

c. Kemas/fabric

Kemas/fabric batuan beku dapat dibagi menjadi 2 yaitu :


• Equigranular : ukuran besar butir/kristal relatif sama
• Inequigranular : ukuran besar butir/kristal tidak sama
Khusus untuk inequigranular dapat dibedakan menjadi 2 tekstur yaitu :

o Porfiritik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar
(matriks) kristal yang lebih halus.
o Vitrofirik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar
(matriks) gelas/amorf.

d. Bentuk Kristal
Bentuk kristal memberikan gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral
pembentuk batuan beku. Bentuk kristal dan tekstur batuan beku berdasarkan
kesempurnaan bentuk kristalnya dapat dilihat pada tabel 2, gambar 4, 5 dan 6.

2.3.4. Struktur Batuan Beku

Struktur yang dimaksud adalah struktur primer, yang terjadi saat terbentuknya batuan
beku tersebut. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat di lapangan
(dimensinya sangat besar), tetapi kadang-kadang dapat dilihat juga dalam hand
specimen.
Tabel 2. Bentuk kristal/mineral (untuk batuan beku berbutir sedang-kasar)
Bentuk Kristal Tekstur Keterangan
Euhedral Panidiomorfik Sebagian kristal mempunyai batas sempurna
granular (euhedral) dan berukuran butir sama
Subhedral Hypidiomorfik Batas kristal peralihan antara sempurna dan tidak
Granular beraturan (subhedral) dan berukuran butir sama
Anhedral Allotrimorfik Batas kristal tak beraturan (anhedral) dan berukuran
Granular butir sama

– 9
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

Gambar 4. Bentuk-bentuk kristal/mineral : (a) euhedral, (b) subhedral, (c) anhedral.

Gambar 5. Beberapa contoh tekstur pada batuan fanerik :


a. hipidiomorfik granular, b. alotriomorfik granular, c. porfiritik.

Gambar 6. Beberapa tekstur khusus batuan beku.

Struktur batuan beku yang berhubungan dengan aliran magma :


• Schlieren : struktur kesejajaran yang dibentuk mineral prismatik, pipih atau
memanjang atau oleh xenolith akibat pergerakan magma.
• Segregasi : struktur pengelompokan mineral (biasanya mineral mafik) yang
mengakibatkan perbedaan komposisi mineral dengan batuan induknya.

– 10
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

• Lava Bantal (pillow lava) : struktur yang diakibatkan oleh pergerakan lava akibat
interaksi dengan lingkungan air, bentuknya menyerupai bantal, di mana bagian atas
cembung dan bagian bawah cekung.
• Blok Lava (Lava aa) : aliran lava yang permukaannya sangat kasar, merupakan
bongkah-bongkah.
• Lava Ropy (Lava Pahoehoe) : aliran lava yang permukaannya halus dan berbentuk
seperti pilinan tali, bagian depannya membulat, bergaris tengah samapai beberapa
meter.

Struktur batuan beku yang berhubungan dengan pendinginan magma :


• Masif : bila batuan secara keseluruhan terlihat pejal, monoton, seragam, tanpa
retakan atau lubang-lubang bekas gas.
• Vesikuler : lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava)
• Amigdaloidal : lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava), yang telah diisi
oleh mineral sekunder, seperti zeolit, kalsit, kuarsa.
• Kekar kolom (columnar joint) : kekar berbentuk tiang dimana sumbunya tegak lurus
arah aliran.
• Kekar berlembar (sheeting joint) : kekar berbentuk lembaran, biasanya pada
tepi/atap intrusi besar akibat hilangnya beban.

2.4. Klasifikasi Batuan Beku


Batuan beku di alam sangat banyak jenisnya, oleh karena itu untuk memudahkan
batuan beku perlu dikelompokan/diklasifikasikan. Batuan beku ada yang diklasifikasikan
berdasarkan kandungan SiO2, indeks warna, alumina saturation, silica saturation, dan
lalin-lain, tetapi terutama diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan teksturnya.

Macam-macam klasifikasi batuan beku yaitu :


2.4.1. Klasifikasi batuan beku secara megaskopis menurut IUGS (1973)
Secara megaskopik batuan beku dapat dibagi atas 2 kelompok besar yaitu :

A. Golongan Fanerik
Batuan bertekstur fanerik, dapat teramati secara megaskopik (mata biasa), berbutir
sedang-kasar (lebih besar dari 1 mm). Golongan fanerik dapat dibagi atas beberapa
jenis batuan, seperti terlihat pada diagram segitiga Gambar 7a, 7b, dan 7c. Dasar
pembagiannya adalah kandungan mineral kuarsa (Q), atau mineral felspatoid (F), felsfar
alkali (A), serta kandungan mineral plagioklas (P). Cara menentukan nama batuan

– 11
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

dihitung dengan menganggap jumlah ketiga mineral utama (Q+A+P atau F+A+P)
adalah 100%.

Contoh : suatu batuan beku diketahui Q = 50%, A = 30%, P = 10% dan muskovit dan
biotit = 10%. Jadi jumlah masing-masing mineral Q, A, dan P yang dihitung kembali
untuk diplot di diagram adalah sebagai berikut :
Jumlah mineral Q + A + P = 50% + 30% + 10% = 100% – 10% (jumlah mineral mika) =
90%, maka :
Mineral Q = 50/90 x 100% = 55,55%
Mineral A = 30/90 x 100% = 33,33%
Mineral P = 100% - (Q + A) = 100% - 88,88% = 11,12%
Bila diplot pada diagram 7a, hasilnya adalah batuan granitoid.

B. Golongan Afanitik
Batuan beku bertekstur afanitik, mineral-mineralnya tidak dapat dibedakan dengan mata
biasa atau menggunakan loupe, umumnya berbutir halus (< 1 mm), sehingga batuan
beku jenis ini tidak dapat ditentukan prosentase mineraloginya secara megaskopik.
Salah satu cara terbaik untuk memperkirakan komposisi mineralnya adalah didasarkan
atas warna batuan, karena warna batuan umumnya mencerminkan proporsi mineral
yang dikandung, dalam hal ini proporsi mineral felsik (berwarna terang) dan mineral
mafik (berwarna gelap). Semakin banyak mineral mafik, semakin gelap warna
batuannya.

Penentuan nama/jenis batuan beku afanitik masih dapat dilakukan bagi batuan yang
bertekstur porfiritik atau vitrofirik, dimana fenokrisnya masih dapat terlihat dan dapat
dibedakan, sehingga dapat ditentukan jenis batuannya. Dengan menghitung prosentase
mineral yang hadir sebagai fenokris, serta didasarkan pada warna batuan/mineral,
maka dapat diperkirakan prosentase masing-masing mineral Q/F,A P, maka nama
batuan dapat ditentukan. (Gambar 8).

– 12
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

Gambar 7. Diagram Klasifikasi Batuan Beku Fanerik (IUGS, 1973)


(a) Klasifikasi umum, (b) Batuan ultramafik, gabroik & anortosit, (c) Batuan ultramafik
I. Granitoid; II. Syenitoid; III. Dioritoid; IV. Gabroid; V. Foid Syenitoid; VI.
Foid Dioritoid & Gabroid; VII. Foidolit; VIII. Anortosit; IX. Peridotit; X.
Piroksenit; XI. Hornblendit; II-IV. The Qualifier „Foid-Bearing‟, digunakan bila
feldspatoid hadir; IX-XI. Batuan Ultramafik.

Gambar 8. Diagram Klasifikasi Batuan Beku Afanitik


Q. Kuarsa; A. Alkali Felspar (termasuk ortoklas, sanidin, pertit dan anortoklas);
P. Plagioklas; F. Felspatoid; Mel. Melilit; Ol. Olivin; Px. Piroksen; M. Mineral mafik.
I. Rhyolitoid; II. Dacitoid; III. Trachytoid; IV. Andesitoid, Basaltoid;
V. Phonolitoid; VI. Tephritoid; VII. Foiditoid; VIII. Ultramafitit

– 13
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

2.4.2. Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan silika


Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan silika dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan silika

SiO2 (%) Jenis Batuan Contoh Batuan Plutonik Contoh Batuan Volkanik
> 66 Asam Granodiorit, Adamelit, Granit Dasit, Riodasit, Riolit
52 – 66 Intermedier Diorit, Monzonit, Syenit Andesit, Trachyandesit, Trachyt
45 – 52 Basa Gabro, Diabas, Basalt
< 45 Ultrabasa Peridotit, Dunit, Piroksenit Ultramafitit

2.4.3. Klasifikasi batuan beku berdasarkan silica saturation


Klasifikasi batuan beku berdasarkan silica saturation dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi batuan beku berdasarkan silica saturation


Saturated Rocks Batuan beku tidak mengandung silika bebas (free silica) dan tidak
mengandung mineral-mineral yang tidak jenuh
Oversaturated Rocks Dijumpai free silica (SiO2 - kuarsa)
Undersaturated Rocks Tidak mengandung silika bebas, terdiri dari mineral-mineral yang
tidak jenuh akan SiO2 , contoh : leusit, nefelin

2.4.4. Klasifikasi batuan beku berdasarkan alumina saturation


Klasifikasi batuan beku berdasarkan alumina saturation dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi batuan beku berdasarkan alumina saturation

Peralumina saturated terhadap alumina (Al2O3 > Na2O + K2O + CaO)


Peralkaline oksida alkalin > oksida alumina

Subalumina oksida alumina = atau > oksida alkalin (Na2O + K2O)


Metalumina oksida alumina = atau > Na2O + K2O + CaO)

2.4.5. Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan mineral mafik


Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan mineral mafik dapat dilihat pada Tabel
6.
Tabel 6. Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan mineral mafik
Kandungan Mineral Mafik (%) Batuan Beku
< 30 Leucocratic
30 - 60 Mesocratic
60 - 90 Melanocratic
> 90 Hypermelanic / Ultramafic

– 14
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

No. Batuan :
BB-01/BB-02, dll.

Warna :
Hitam bintik-bintik putih/putih kemerahan, dll (warna yang representatif)

Struktur :
Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll.

Tekstur

Granulitas/Besar butir

Sangat kasar > 3 cm, Kasar 5 mm - 3 cm, Sedang 1 - 5 mm Halus < 1 mm

Fanerik Afanitik

Derajat Kristalisasi

Holokristalin Hipokristalin / Hipohyalin Holohyalin

Keseragaman Butir/Kristal

Equigranular Inequigranular Porfiritik/Vitrofirik

Panidiomorfik Granular Hipidiomorfik Granular Alotriomorfik Granular Fenokris


(Euhedral) (Subhedral) (Anhedral)

Komposisi Mineral :
Kuarsa (%), ciri-cirinya, dll. (untuk % digunakan diagram perbandingan secara visual)

Nama Batuan :
Granitoid/Syenitoid/ Dioritoid, dll. (Gunakan diagram dari IUSGS)

15
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

ACARA IX – MINERALOGI OPTIK

ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

Pendahuluan

Ilmu geologi adalah studi tentang bumi dan terbuat dari apa itu bumi,
termasuk sejarah pembentukannya. Sejarah ini dicatat dalam batuan dan menjelaskan
bagaimana bumi selalu berubah dari waktu ke waktu. Siklus batuan menyoroti
bagaimana tiga jenis utama dari batu, yaitu batuan sedimen, metamorf, dan batuan
beku yang memberi pertanyaan datang dari mana mereka berasal. Setiap jenis batuan
selalu mengalami perubahan kondisi dari waktu ke waktu. Batu tersebut dapat hancur,
meleleh, dan terdeformasi melalui berbagai cara, antara lain:

 pelapukan dan erosi


 sedimentasi dan deposisi
 lithification (pemadatan dan cementasi)
 pelelehan, pendinginan atau mengkristal
 peningkatan temperatur dan tekanan

SEDIMENTARY ROCK

IGNEOUS ROCK

METAMORPHIC ROCK

Gambar 9.1 Diagram siklus batuan di kerak bumi yang menggambarkan proses dan hubungan batuan. (N.
Gary Lane, Indiana Geological Survey)

ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN


| 60
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

Gambar 9.2 Siklus batuan (infohow.org)

Mineral merupakan benda padat dan homogen yang ditemukan secara


alami, mempunyai sifat fisik dan kimia tertentu, biasanya ditemukan dalam bentuk
kristalin, dan merupakan zat anorganik. Keterdapatan mineral di bumi ini dapat
membentuk batuan atau berasosiasi dengan mineral lain dalam membentuk
batuan. Memahami karakteristik dan genesa mineral khususnya melalui sifat optis
suatu mineral dapat mempermudah dalam mendeskripsikan baik mineral itu
sendiri ataupun asosiasi mineral tersebut dalam batuan, sehingga klasifikasi batuan
dapat dilakukan dengan baik dengan memperhatikan komposisi batuan tersebut
serta mempertimbangkan tekstuk batuan yang berkembang.

Untuk lebih memahami asosiasi mineral diharuskan memiliki pemahaman


terdapat setiap klasifikasi batuan sehingga terbentuk pola pikir yang logis atas
keterdapatan setiap mineral dalam batuan tertentu.

2.2. Batuan Beku

Batuan beku terbentuk dari pendinginan magma. Saat magma lebih dekat
ke permukaan, magma akan mendingin lebih cepat. Kecepatan pendinginan
magma akan mengontrol tekstur dan pembentukan mineral pada batuan. Granit
merupakan salah satu contoh batuan beku yang terbentuk dari pendinginan magma
yang lambat.

ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN


| 61
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

Secara genesa batuan, kondisi temperatur, tekanan dan waktu serta


kandungan komposisi magma akan membentuk mineral tertentu pada batuan. Hal
ini dapat dipelajari dengan memperhatikan diagram berikut:

Gambar 9.3 Diagram mineral-mineral umum penyusun batuan beku (O’Dunn & Sill, 1986)

Deret Bowen adalah deret yang memperlihatkan diferensiasi mineral hasil


pembekuan magma berdasarkan pendinginan magma. Dalam susunan Deret
Bowen, temperatur pembentukan kristal – kristal mineral makin rendah makin ke
bawah. Deret Bowen menyimpan dua poin penting, yaitu tentang temperatur
terbentuknya mineral dan tentang sifat mineral yang terbentuk. Ketika magma
bergerak menuju permukaan bumi, maka temperaturnya berangsur turun dan
mulai membentuk mineral. Mineral yang pertama kali terbentuk merupakan
mineral-mineral yang bersifat basa, yang tersusun dari unsur-unsur magnesium,
ferrum dan kalsium, contohnya Olivin dan Piroksen, lalu selanjutnya terbentuk
mineral-mineral bersifat intermediet seperti hornblenda atau biotit, dan yang
terakhir adalah mineral-mineral bersifat asam yang mengandung banyak silika dan
alumina, seperti muskovit dan kuarsa. Sehingga pada batuan beku sangat jarang
ditemukan mineral yang bersifat basa berasosiasi dengan mineral asam.

ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN


| 62
Praktikum Geologi Dasar | Batuan Beku

Gambar 9.4 Deret reaksi Bowen

Anda mungkin juga menyukai