Anda di halaman 1dari 12

PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI

The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

JCS2005-U027

KAJIAN EKO-GEOLOGI KALDERA BROMO TENGGER


SEBAGAI SUMBERDAYA GEOWISATA DAN GEOLOGICAL SITE HERITAGE

Agus Hendratno

Departemen Geologi, UGM

ABSTRAK

Kaldera Bromo Tengger yang berupa bentang alam vulkanik lautan pasir dengan beberapa kerucut
vulkanik di dalamnya antara lain : G.Bromo (aktif, 2.392 m dpl.), G.Batok (2.440 m dpl.), G.Kursi (2.581
m dpl.), G.Widodaren (2.614 m dpl.), serta G.Watangen (2.601 m dpl.) terletak di dalam kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru (TN-BTS), wilayah Kabupaten Probolinggo – Kabupaten Pasuruan,
Propinsi Jawa Timur. Bentang alam vulkanik pada kompleks Kaldera Bromo Tengger merupakan
fenomena alam kegunungapian yang sangat menarik, sehingga banyak didatangi wisatawan dari berbagai
belahan dunia.

Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi obyek eko-geosistem vulkanik Kaldera Bromo Tengger
sebagai produk penilaian warisan alam dunia (world natural heritage site) untuk kategori geological site
heritage. Kajian ini dilakukan dengan cara pemetaan bentang alam vulkanik dan observasi lapangan;
identifikasi daya tarik geowisata kegunungapian, serta penilaian eko-geosistem vulkanik kaldera lautan
pasir sebagai world natural heritage (baca : geological site heritage) berdasarkan kategori International
Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). Penilaian yang diberikan pada kaldera
Bromo Tengger dilakukan dengan pendekatan geodiversity. Zonasi tambahan yang diusulkan dalam
konstelasi pengembangan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah Zona Penyangga dan Zona
Kaldera Bromo Tengger sebagai geological site heritage.

Keywords : geotourism resources, geological site heritage

PENDAHULUAN yang sangat menarik untuk kepariwisataan,


penelitian kebumian dan tata lingkungan.
Latar Belakang
Saat ini Indonesia baru mempunyai 6 lokasi dari Geowisata sebagai salah satu bentuk perjalanan
690 world heritage site di seluruh dunia, padahal wisata minat khusus yang dapat dibangkitkan
dari sisi potensi Indonesia mempunyai kekayaan melalui apresiasi terhadap obyek kebumian dan
lansekap atau fenomena alam (geologi gunungapi) tata lingkungannya, merupakan bentuk alternatif
dan juga potensi etno-geologi yang sangat tinggi. diversifikasi daya tarik berbagai fenomena eko-
Keenam world heritge site tersebut adalah : geologi Kaldera Bromo Tengger. Daya tarik
Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional kegunungapian tersebut serta ekosistemnya juga
Komodo, Candi Borobudur, Candi Prambanan, dapat menjadi bobot penting bagi usulan eko-
Kawasan Pra-Sejarah Sangiran, serta Taman geologi Kaldera Bromo Tengger sebagai world
Nasional Lorenzt di Papua. Keenam world natural heritage / geological site heritage di
heritage site tersebut belum ada yang Indonesia. Kaldera Bromo Tengger sebagai daya
memfokuskan eko-geologi gunungapi (dan tarik geowisata dan diusulkan sebagai geological
aktivitasnya). Indonesia dikenal sebagai site heritage kategori bentang alam vulkanik,
kepulauan gunungapi. Banyak gunungapi Kuarter maka perlu dilakukan penelitian deskriptif dan
di sepanjang Busur Vulkanik Indonesia telah penilaian terhadap obyek tersebut sebagai world
membentuk geosistem, biosistem dan sosio-sistem natural heritage berdasarkan standar IUCN.

629
PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI
The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

Tujuan Penelitian Hadisantono, dkk. (2001), serta Direktorat


Tujuan penelitian ini adalah : Vulkanologi Bandung (hingga sekarang) melalui
1. Mengidentifikasi karakteristik eko-geologi Pos Pengamatan Vulkanologi Bromo. Salah satu
Kaldera Bromo Tengger sebagai produk kesimpulan dari hasil penelitian tersebut
geowisata berbasis geologi kegunungapian. menunjukkan bahwa keberadaan Kaldera Bromo
2. Menyusun kriteria penilaian eko-geologi Tengger merupakan laboratorium kegunungapian
Kaldera Bromo Tengger sebagai bentuk yang menyimpan berbagai aspek ilmiah kebumian
konservasi geologi maupun geological site Zaman Kuarter yang terus untuk diteliti,
heritage. diantaranya aspek kronologi pembentukan
kaldera, petrogenesa batuan kaldera Tengger dan
Lokasi Penelitian aspek rawan bencana erupsi Bromo.
Penelitian ini sepenuhnya dilakukan di lapangan,
yaitu : di wilayah kaldera Bromo Tengger, Morfologi Kaldera Bromo Tengger dalam konteks
Kabupaten Probolinggo dan Pasuruan, Propinsi pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger
Jawa Timur. Lokasi penelitian di lapangan Semeru (TN-BTS) berdasarkan Surat Keputusan
tersebut mudah dicapai dengan angkutan umum, Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan
sementara itu untuk menuju lokasi pengamatan di Pelestarian Alam (Dirjend. PHPA) Departemen
wilayah kaldera ditempuh melalui jeep 4 wheel Kehutanan No. 68/Kpts/Dj-VI/1998 tanggal 4 Mei
drive. 1998 dimasukkan dalam Zona Rimba. Zona
Penetapan TN-BTS yang luasnya 50.276,20 ha
TINJAUAN PUSTAKA terdiri dari :

Penelitian kepariwisataan yang menyangkut 1. Zona Rehabilitasi, yang ada di sekitar G.


Kaldera Bromo Tengger sebagai daya tarik wisata Penanjakan (wilayah Pasuruan).
telah dilakukan oleh beberapa pihak, antara lain : 2. Zona Pemanfaatan Intensif, yang ada di sekitar
Ismudiyanto (1992) dengan menyusun Dampak Cemorolawang (Probolinggo) dan Wonokitri
Pembangunan Kepariwisataan terhadap (Pasuruan).
Perubahan Tata Guna Tanah dan Tata Ruang 3. Zona Inti, yang terbentang luas di wilayah
Rumah di Desa-desa Sekitar Taman Nasional Semeru Barat dan Semeru Timur.
Bromo Tengger Semeru; Nurfanti (1999) dengan 4. Zona Enclave, yang merupakan wilayah
menyusun Perencanaan Lansekap Taman hunian masyarakat Tengger di Ngadas
Nasional Bromo Tengger Semeru; Fakultas (wilayah Kabupaten Malang) dan Ranu Pani
Teknik UGM dengan menyusun Studi Rencana (wilayah Kabupaten Lumajang).
Induk Pengembangan Kawasan Pariwisata Bromo 5. Zona Pemanfaatan Tradisional, yang
(Anonim, 2000); Pusat Penelitian Pengembangan merupakan wilayah pengembangan di sekitar
Pariwisata / PUSPARI UNS dengan menyusun Ngadas dan Ranu Pani.
Studi Pengembangan Fasilitas Ekowisata dan 6. Zona Rimba, yang merupakan zona terluas
Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger (23.485,20 ha) dan terbentang di wilayah
Semeru (Anonim, 2001a), serta Balai TN-BTS Sektor Bromo Tengger (termasuk morfologi
dengan menyusun Draft Studi Pengembangan Lautan Pasir – Kawah aktif Bromo).
Wisata Alam di Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru (Anonim, 2001b). Beberapa penelitian Geowisata merupakan salah satu bentuk
tersebut berhasil menunjukkan dan menempatkan perjalanan wisata alam minat khusus yang
bahwa keberadaan Kaldera Bromo Tengger didasari oleh ketertarikan rasa ingin tahu pada
merupakan titik sentral daya tarik wisata yang keragaman fenomena kebumian (geodiversity).
mendasari setiap pengembangan produk wisata, Keragaman fenomena kebumian ini yang menjadi
promosi wisata, bahkan pengembangan sarana dasar komoditas produk dan promosi pariwisata
prasarana pendukung wisata yang ada di sekitar (Hendratno, 2002a; Hendratno, 2002b), yang
TN-BTS. meliputi :

Informasi geologi kegunungapian Bromo telah a. Proses kebumian yang aktif, seperti : aktivitas
dilakukan oleh Kusumadinata (1974), Zaennudin gunungapi dan produknya, lokasi rawan
(1990), Katili dan Siswowidjojo (1994), gempabumi tektonik, gerakan patahan batuan
630
PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI
The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

yang masih aktif, manifestasi geotermal, serta Komoo (2001), menjelaskan bahwa upaya
kawasan rawan tanah longsor. penetapan suata kawasan konservasi bentang alam
b. Keindahan alam akibat proses geodinamika dan fenomena geologi menjadi suatu geological
masa lalu maupun Resen, seperti : heritage / geological landscape heritage harus
pemandangan (morfologi gunung, kaldera, dilakukan identifikasi dan pemetaan karakter dari
kawah gunungapi, sungai, pantai, karst, obyek geologi tersebut. Karakter obyek tersebut
dataran tinggi, terumbu karang), yang diikuti hendaknya meliputi : daya tarik, keunikan obyek
dengan pembelajaran wacana ekologi. maupun proses pembentukannya, serta manfaat
c. Aspek kebudayaan masa lalu yang mengikuti terhadap lingkungan fisik di sekitarnya.
perkembangan geodinamika, seperti : situs
hancurnya peninggalan purba oleh bencana CARA PENELITIAN
alam masa lalu; situs arkeologi dan
paleoantropologi. Bahan atau materi yang dimanfaatkan untuk
d. Kegiatan eksploitasi sumberdaya geologi, penelitian geowisata dan penilaian geological site
seperti : eskploitasi minyak dan gasbumi, heritage di kaldera Bromo Tengger ini adalah :
tambang emas, tambang batubara, Citra Landsat TM (tahun 2000) sebagai dasar
pertambangan rakyat. interpretasi morfologi dan geometri Kaldera
e. Kegiatan eksploitasi sumberdaya geologi yang Bromo Tengger, serta karakter penggunaan
bermasalah terhadap lingkungan hidup di lahannya; Peta topografi skala 1 : 25.000 (tahun
sekitarnya. 1999, dari Peta Rupa Bumi terbitan
Bakorsurtanal); Peta geologi regional Lembar
Berdasarkan penjabaran terminologi geowisata Probolinggo (Suharsono dan Suwarti, 1992) skala
tersebut di atas, maka geowisata yang dimaksud 1 : 100.000 (terbitan Puslitbang Geologi
dalam penelitian ini adalah produk geowisata Bandung) sebagai referensi kondisi geologi
akibat proses kegunungapian yang berujud daerah penelitian; peta bahaya G. Bromo
bentang alam kaldera, kawah aktif, susunan (Anonim, 2000) skala 1 : 50.000 (terbitan
batuan, serta implikasi pada kondisi lingkungan Direktorat Vulkanologi, Bandung), sebagai
fisiknya. referensi kondisi kerawanan bahaya gunungapi.

Menurut McKinnon, et al. (1993), suatu obyek Peralatan penelitian geowisata dan penilaian
alam maupun bentang alam yang mempunyai geological site heritage di kaldera Bromo
spesifikasi khusus dan dianggap memiliki nilai Tengger ini meliputi : peralatan geologi lapangan
universal yang menonjol dan merupakan salah (palu, lup, dan kompas geologi), untuk
satu daftar pilihan dari kawasan alami dan budaya pengamatan data geologi lapangan.
yang unik (seperti : budaya masyarakat Tengger
terhadap keberadaan kawah aktif Bromo) di bumi Tahapan penelitian mulai dari survai tinjau hingga
ini dapat dicalonkan oleh anggota World Heritage sintesa hasil penelitian adalah sebagai berikut :
Convention sebagai Taman Alam Warisan Dunia 1. Melakukan interpretasi Citra Landsat TM
(World Natural Heritage). Indonesia merupakan untuk analisis morfologi dan geometri
salah satu anggota dari World Heritage Kaldera Bromo Tengger.
Convention, sehingga keberadaan morfologi 2. Melakukan pengamatan eko-geologi di
Kaldera Bromo Tengger dapat diusulkan menjadi kompleks Kaldera Bromo Tengger.
world natural heritage sebagai zona khusus dalam Pengamatan data ekologi, geologi dan
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Untuk geomorfologi disertai dengan pengambilan
menjadikan world natural heritage, perlu adanya sampel batuan dan pasir vulkanik, serta
kriteria penilaian suatu kawasan yang dilindungi visualisasi data lapangan.
di daerah tropis seperti keberadaan morfologi
Kaldera Bromo Tengger berdasarkan pada Pendekatan analisis yang dikembangkan adalah
International Union for Conservation of Nature pendekatan secara kualitatif dan penyusunan
and Natural Resouces (IUCN) yang telah kriteria analisis konservasi lingkungan fisik dan
menyelenggarakan Konggres Taman Nasional se- geologi. Analisis kualitatif meliputi : deskripsi
Dunia di Bali, Oktober 1982 oleh Komisi Taman faktor-faktor daya tarik fenomena keragaman
Nasional dan Kawasan yang Dilindungi - IUCN. geologi kegunungapian, analisis eko-geologi
631
PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI
The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

kaldera Bromo Tengger. Faktor-faktor tersebut piroklastik aliran, juga sisipan endapan abu
meliputi : aspek bentang alam termasuk vulkanik (Gambar 4.; Gambar 5.; Gambar 6.).
komponen ekologinya; aspek batuan gunungapi
secara stratigrafi, komponen lingkungan fisiknya, Endapan piroklastik di jalur G.Penanjakan
aspek kerawanan bencana gunungapi secara etno- maupun jalur Cemorolawang ini, menunjukkan
geologi dari komunitas masyarakat Tengger. fragmen tersusun oleh klastika dari bom-bom
Aspek-aspek tersebut akan menjadi dasar vulkanik, lapili, dengan matrik yang sangat pekat
penyusunan kriteria penilaian konservasi dari pasir-pasir vulkanik yang relatif berukuran
lingkungan fisik Kaldera Bromo Tengger sebagai butir kasar, dan bentuk butir runcing – agak
geological site heritage di Indonesia. runcing. Menurut Zaennudin (1990), endapan
vulkanik di sekitar kaldera Bromo Tengger yang
HASIL DAN PEMBAHASAN terdiri dari stratifikasi dari aliran lava andesit,
endapan freatomagmatik, lava basalt andesit
Morfologi kaldera Bromo Tengger, secara umum berselang-seling dengan endapan piroklastik
berada pada ketinggian 750 – 2.581 m dpl dengan jatuhan maupun piroklastik aliran, telah terbentuk
luas 5.250 ha. Dalam kaldera Bromo Tengger pada 2 kali periode letusan yaitu 130.000 –
yang berdiameter 8000 m (utara – selatan) dan 144.000 tahun yang lalu pada kelompok endapan
10.000 m (barat – timur) tersebut, muncul kerucut vulkanik bagian bawah dan 33.000 – 100.000
vulkanik dari G. Bromo (2.392 m dpl); G.Batok tahun yang lalu pada kelompok endapan vulkanik
(2.440 m dpl); G.Widodaren (2.614 m dpl); bagian atas. Susunan vertikal endapan vulkanik di
G.Watangan (2.601 m dpl); dan G.Kursi (2.581 m kaldera Bromo Tengger tersebut merupakan
dpl). Dinding kaldera yang mengelilingi lautan fenomena kegunungapian yang sangat menarik,
pasir sangat terjal dan kemiringan lereng 60 – 800 eksotik, dan spesifik pada suatu tipe gunungapi
dan tingginya berkisar 120 – 130 m dari dasar yang membentuk kerucut sinder dalam kaldera.
kaldera Tengger (lihat Gambar 1). Batuan
vulkanik yang menyusun dasar kaldera Bromo - Susunan vertikal endapan vulkanik Tengger
Tengger (pada lautan pasir) terdiri dari : pasir tersebut nampak berupa lapisan pasir endapan
vulkanik Tengger yang berukuran butir pasir kasar freatomagmatik dan juga endapan piroklastik dari
– kerikil; bom vulkanik, dan juga batuapung. letusan G.Tengger Tua. Hubungan tipe berbagai
Komposisi pasir vulkanik dalam kaldera sebagian endapan letusan G.Tengger Tua tersebut berada di
besar terdiri dari : plagioklas, hornblende, sepanjang jalur wisata yang selama ini sudah
piroksen, magnetit, dan sebagian kecil zirkon dan berkembang antara dasar kaldera Tengger hingga
kyanit. Pada kawah Bromo (yang aktif) nampak ke G.Penanjakan. Jalan tersebut sering dilewati
kurang berkembang endapan belereng, namun wisatawan yang melakukan perjalanan dengan
demikian asap yang keluar dari kawah aktif kendaraan jeep. Fenomena ini sebetulnya dapat
tersebut mengandung gas sulfur dengan memberi pengalaman tambahan bagi wisatawan
konsentrasi relatif tinggi (asap tersebut nampak jika dalam perjalanannya dapat menikmati
sangat pekat dan sangat menyengat). Kenampakan (dengan berhenti sesaat) dan memahami berbagai
pada tepian kawah Bromo, menunjukkan endapan fenomena geologi kegunungapian tersebut secara
warna kuning dari endapan gas sulfur secara tidak ilmiah popular. Pemahaman tersebut dapat
merata (lihat Gambar 2.). dinikmati melalui pemanduan khusus dari
pemantau gunungapi maupun jasa pemandu
Pada dasar kaldera bagian timurlaut, setempat- wisata yang telah dilatih (training) dengan materi-
setempat dijumpai basalt vesikuler yang berujud materi kebumian dan kegunungapian secara
bom-bom vulkanik (Gambar 3.). Sementara pada ilmiah popular. Hal tersebut dapat juga diberikan
dinding luar dari kerucut vulkanik Bromo (yang dalam bentuk buku panduan tentang wisata
aktif) dan G.Batok, dijumpai batuan piroklastik, kebumian (geowisata) sepanjang jalur kaldera –
dan endapan abu gunungapi. Pada dinding kaldera G.Penanjakan.
Tengger, yang dijumpai pada jalur Cemorolawang
maupun jalur Penanjakan, sangat didominasi oleh Daya tarik wisata kawasan kaldera Bromo
endapan freatomagmatik, fragmen lava andesit Tengger (khususnya) merupakan perpaduan antara
basaltik, selang-seling piroklastik jatuhan dan daya tarik geowisata vulkanik dan budaya. Daya
tarik geowisata vulkanik kawasan kaldera Bromo
632
PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI
The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

Tengger adalah puncak dan kawah Bromo yang memberikan pemahaman bahwa fenomena budaya
sangat atraktif khususnya panorama pada saat yang telah mengakar dan memberikan persepsi
matahari terbit serta lautan pasir yang yang kuat secara kultural dalam kehidupan yang
membentang sepanjang perjalanan menuju puncak mentradisi dari waktu ke waktu terhadap suatu
Bromo, yang tidak ditemukan di lokasi-lokasi produk maupun proses kegeologian, seperti :
pegunungan lainnya di Indonesia. Panorama bentang alam gunungapi dan aktivitas vulkanisme
tersebut dapat dilihat pada 2 tempat yaitu : puncak di sekitar Bromo, dapat disebut sebagai suatu
G.Bromo dan puncak G.Penanjakan. Pencapaian fenomena etno-geologi.
puncak G.Bromo ditempuh melalui jalan kaki dari
lereng utara G.Bromo maupun dengan menaiki Keunikan lain di luar fenomena etno-geologi di
kuda yang kemudian dilanjutkan dengan jalan sekitar kaldera Bromo Tengger adalah :
kaki ke arah puncak G.Bromo (Gambar 7-A). lingkungan fisik kaldera. Lingkungan fisik kaldera
Pencapaian puncak G.Penanjakan ditempuh tersebut dapat menjadi informasi untuk
melalui jalan kaki trekking dari Cemorolawang ke pengembangan asset geowisata vulkanik di
arah G.Penanjakan maupun dengan kendaraan wilayah Jawa Timur. Beberapa pemahaman yang
jeep dari kaldera Tengger ke arah G.Penanjakan menjadikan aspek eko-geologi kaldera Bromo
yang melewati singkapan dari endapan Tengger sebagai bentuk kegiatan wisata minat
freatomagmatik dan endapan piroklastik pada khusus (baca : geowisata vulkanik) dalam konteks
dinding kaldera bagian barat-laut (Gambar 7-B). REAL (Rewarding, Enriching, Adventure,
Panorama bentang alam vulkanik yang dapat Learning) Travel adalah sebagai berikut :
terlihat dari puncak G.Penanjakan adalah :
keseluruhan kecurut vulkanik dalam kaldera 1. Rewarding (penghargaan) : artinya
Tengger dengan latar belakang puncak G.Semeru mempunyai aspek penghargaan terhadap
(Gambar 7-C). suatu obyek / daya tarik fenomena
kegunungapian yang dikunjungi, yang
Kekuatan daya tarik geowisata vulkanik di sekitar diwujudkan pada keinginan wisatawan dapat
kawasan Bromo Tengger, juga didukung oleh belajar memahami obyek tersebut.
fenomena budaya masyarakat Tengger yang telah 2. Enriching (pengkayaan / pengembangan diri):
mentradisi untuk menempatkan bahwa aktivitas artinya mempunyai aspek penambahan
vulkanik dari kawah aktif Bromo serta gejala pengetahuan dan kemampuan (pengkayaan)
vulkanisme lainnya di sekitarnya, merupakan terhadap suatu jenis perjalanan geowisata.
“sesuatu yang hidup”. Fenomena “sesuatu yang 3. Adventure (petualangan) : artinya mempunyai
hidup” tersebut telah menjadikan kultur aspek pelibatan wisatawan dalam kegiatan
masyarakat Tengger secara etnik tidak bisa yang memiliki tantangan fisik / bentuk
dilepaskan dari gejala vulkanisme di kawah perjalanan mengamati obyek kegunungapian
Bromo dan sekitarnya. Salah satu fenomena kultur atau kegiatan petualangan terhadap singkapan
masyarakat Tengger, yang telah mentradisi dari obyek geologi gunungapi.
waktu ke waktu dan kemudian menjadi asset daya 4. Learning (proses pembelajaran) : artinya
tarik wisata kawasan Bromo Tengger adalah mempunyai aspek pendidikan / proses belajar
Upacara Kasada. Leganda ‘romantik” Rara yang diikuti wisatawan terhadap sesuatu
Anteng dan Jaka Seger inilah yang dianggap pembelajaran terhadap materi dan proses
sebagak cikal bakal lahirnya masyarakat Tengger kegunungapian terhadap masyarakat yang
secara kultural. tinggal di daerah bahaya Gunungapi Bromo.
aktivitas vulkanik G.Bromo.
Lepas dari kisah legenda romantik dan asal
muasal kata tengger tersebut, nampaknya secara Lokasi-lokasi yang menarik untuk dikunjungi
kultural fenomena tersebut dapat menunjukkan kaitannya dengan proses pembelajaran geologi
bahwa hingga saat ini tradisi tentang Upacara gunungapi dalam serangkaian kegiatan perjalanan
Kasada (sebagai upacara persembahan terhadap geowisata vulkanik di kaldera Bromo Tengger
Sang Hyang Widhi Wasa, melalui : penyuguhan adalah sebagai berikut ;
segala bentuk hasil bumi ke dalam kawah Bromo),
dapat menjadi daya tarik wisata di kawasan
Bromo Tengger. Oleh karenanya, penulis
633
PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI
The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

1. Tepian kaldera lautan pasir, morfologi pengembangan ekowisata maupun geowisata


kaldera, lautan pasir dan kerucut sinder di vulkanik yang lebih spesifik baik di dalam
tengah kaldera. maupun di luar taman nasional. Berdasarkan
2. Dinding kaldera lautan pasir, jalan turun ke observasi intensif di lapangan untuk mengamati
lautan pasir : pemahaman pada endapan aliran spesifik bentang alam kompleks gunungapi, eko-
dan jatuhan piroklastik, serta endapan erupsi geosistem, serta dipadukan dengan analisis Citra
freatik dan freatomagmatik pada jalur ke Satelit (Landsat TM di Lampiran 1), kawasan
G.Penanjakan. Pada dinding kaldera tersebut Bromo Tengger Semeru dapat dikembangkan atau
dapat melakukan identifikasi dan pemahaman dimunculkan 2 zona utama, yaitu : Zona
detil tiap-tiap unit endapan letusan Tengger Penyangga (Buffer zone) dan Zona Kaldera
purba. Bromo Tengger sebagai Geological Site Heritage.
3. Kaldera lautan pasir, dimana sering dijumpai
endapan banjir pada lautan pasir, dan juga A. Zona Penyangga (Buffer zone)
endapan lava basalt vesikuler. Zona penyangga ditetapkan dalam kawasan yang
4. Tepian kawah gunungapi Bromo, dengan berdekatan dengan kawasan yang dilindungi (TN-
pemahaman pada morfologi kawah dan BTS) dengan penggunaan tanahnya terbatas.
kerucut sinder, melakukan identifikasi unit Justifikasi :
morfologi kawah (danau kawah, solfatara) 1. Fungsi zona penyangga ini adalah
5. Kaki lereng selatan G. Batok, dengan memberikan lapisan perlindungan tambahan
pemahaman pada morfologi kerucut sinder bagi kawasan TN-BTS yang dilindungi
dan erosi, melakukan identifikasi unit sekaligus bermanfaat bagi masyarakat
morfologi kerucut sinder. pedesaan di sekitarnya maupun kegiatan
6. Interaksi antara morfologi lembah sungai - ekowisata dan geowisata yang berkualitas,
lereng gunung & bukit dengan komposisi yang kemungkinan dapat dikembangkan
vegetasi pegunungan, di sepanjang jalur dalam zona penyangga tersebut. Pada zona
Sukapura – Cemorolawang – Puncak Bromo – penyangga ini, masyarakat masih
Kaldera Lautan Pasir : apresiasi terhadap diperbolehkan melakukan aktivitas produktif,
Volcanic Scenic Range (panorama bentang seperti pembudidayaan tanaman pangan
alam gunungapi). maupun kegiatan wisata lingkungan
(penyediaan pondok-pondok wisata).
Konservasi geological landscape 2. Zona penyangga di sekitar kawasan TN-BTS
perlu ditetapkan dalam 2 fungsi utama, yaitu :
Morfologi kaldera Bromo Tengger dalam konteks penyangga perluasan dan penyangga sosial.
pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Penyangga perluasan ini akan memperluas
Semeru (TN-BTS) berdasarkan Surat Keputusan kawasan ekosistem yang terdapat dalam TN-
Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan BTS ke dalam zona penyangga. Hal ini
Pelestarian Alam (Dirjend. PHPA) Departemen memungkinkan bertambah besarnya total
Kehutanan No. 68/Kpts/Dj-VI/1998 tanggal 4 Mei populasi tumbuhan dan satwa yang
1998 dimasukkan dalam Zona Rimba. berkembang biak, termasuk ke dalam
penyangga semacam itu adalah : hutan
Melihat fungsi TN-BTS yang semakin strategis produksi dengan tebang pilih, kawasan buru,
bagi pengembangan tata guna tanah regional, serta hutan alami yang digunakan penduduk sekitar
kegiatan geowisata vulkanik dan ekowisata yang untuk mencari kayu bakar, serta kawasan
berkualitas di masa mendatang, maka perlu padang penggembalaan. Penyangga sosial
dimunculkan zona lain baik di dalam kawasan merupakan penyediaan sumberdaya alami dari
maupun berdekatan dengan batas wilayah TN- zona penyangga untuk penyediaan produk
BTS. Pemunculan zonasi baru tersebut didasarkan yang berharga (tanaman perdagangan) bagi
pada fungsi kelestarian – pemanfaatan eko- masyarakat setempat. Pengembangan ke
geosistem dan karakter spesifik yang mencolok depan, bahwa penataan dan penetapan
dari keberadaan kompleks gunungapi Bromo penyangga perluasan dan penyangga sosial
Tengger. Disamping itu, keberadaan zonasi baru dapat dijadikan aset daya tarik ekowisata yang
juga diharapkan menambah diversifikasi berkualitas di luar maupun sekitar TN-BTS.
pemanfaatan dan pengelolaan TN-BTS pada
634
PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI
The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

3. Penetapan zona penyangga di sekitar kawasan aset wisata minat khusus bidang
TN-BTS dapat diusulkan pada wilayah : kegunungapian, yaitu :
sekitar Gucialit – Senduro (sektor Semeru a) kekuatan sebagai aset ekonomi berbasis
Timur); sekitar Nongkojajar – Wonokitri kegunungapian untuk menjadi komoditas
(sektor Bromo Tengger Utara); sekitar unggulan kepariwisataan di Jawa Timur
Gubuklakah – Ngadas (sektor Semeru Barat); maupun secara nasional maupun
serta sekitar Ranu Darungan (sektor Semeru internasional melalui keragaman dan
Selatan). Usulan tersebut didasarkan pada produk geologi gunungapi Bromo -
beberapa pertimbangan, antara lain : a) bahwa Tengger;
semua daerah tersebut berada menempel pada b) peluang sebagai aset bentang alam
batas terluar dari penetapan kawasan TN- gunungapi yang unik dengan munculnya
BTS, sehingga secara morfologi dan 5 kerucut parasit dalam kaldera yang
lingkungan fisiknya masih seragam dengan terjadi akibat letusan proksimal.
bagian terluar dari morfologi TN-BTS, yaitu
lereng tengah hingga lereng bawah dari tubuh Kelemahan dan hambatan dari kaldera Bromo
G.Semeru maupun pegunungan vulkanik Tengger sebagai aset ekonomi berbasis
Tengger Tua; b) bahwa semua daerah kegunungapian, yaitu :
tersebut, masih dihuni oleh masyarakat
pedesaan yang berpenghasilan rendah, a) kelemahannya adalah belum adanya
sehingga fungsi perlindungan kawasan sinkronisasi antara data-data geologi
sebagai zona penyangga sangat diperlukan kegunungapian (yang banyak dipublikasi
untuk keberlangsungan ekosistem dan sosio- oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi
sistem dari masyarakat Tengger. Bencana Geologi) menjadi media
informasi yang menarik bagi kepentingan
B. Zona Kaldera Bromo Tengger sebagai kepariwisataan berbasis gunungapi;
Geological Site Heritage b) hambatannya adalah masih minimnya
informasi kegunungapian Bromo Tengger
Zona kaldera Bromo Tengger (atau kaldera lautan bagi pelaku wisata (baik pada pengelola
pasir beserta kawah aktif G.Bromo) dapat Taman Nasional Bromo Tengger Semeru,
diusulkan sebagai Geological Site Heritage, pemandu wisata, maupun masyarakat
dengan dasar spesifikasi eko-geologi dan bentang setempat), sehingga hal-hal yang menarik
alam kegunungapian aktif. tentang kegunungapian dan produk-
Justifikasi : produk letusannya di masa lalu, kurang
1. Suatu obyek alam maupun bentang alam yang mendapat tempat bagi kekaguman setiap
mempunyai spesifikasi khusus dan dianggap pengunjung.;
memiliki nilai universal yang menonjol dan c) hambatan lainnya adalah belum adanya
merupakan salah satu daftar pilihan dari panduan resmi kepariwisataan gunungapi
kawasan alami dan budaya yang unik (seperti Bromo Tengger yang tersaji secara ilmiah
: budaya masyarakat Tengger terhadap popular, yang dapat diperoleh bagi setiap
keberadaan kawah aktif Bromo) di bumi ini pengunjung.
dapat dicalonkan oleh anggota World
Heritage Convention sebagai Taman Alam 2. Untuk menjadikan World Natural Heritage,
Warisan Dunia (World Natural Heritage). perlu adanya kriteria penilaian bagi suatu
Sedangkan Indonesia merupakan salah satu kawasan yang dilindungi di daerah tropis
anggota dari World Heritage Convention, seperti keberadaan kaldera Bromo Tengger
sehingga keberadaan kaldera Bromo Tengger berdasarkan pada International Union for
dapat diusulkan menjadi World Natural Conservation of Nature and Natural Resouces
Heritage dengan kategori Geological Site (IUCN) yang telah menyelenggarakan
Heritage sebagai zona khusus dalam Taman Konggres Taman Nasional se-Dunia di Bali,
Nasional Bromo Tengger Semeru. Keunikan Oktober 1982 oleh Komisi Taman Nasional
dari kaldera Bromo Tengger tersebut dan Kawasan yang Dilindungi IUCN.
mempunyai : peluang dan kekuatan sebagai Beberapa kriteria di bawah ini (lihat Tabel 1
diatas) dapat dijadikan salah satu tolok ukur
635
PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI
The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

penilaian fungsi perlindungan lingkungan dan 4. Nilai, manfaat dan kegunaan kaldera secara
keunikan kaldera Bromo Tengger sebagai ekosistem telah berfungsi dengan baik sebagai
World Natural Heritage dengan pendekatan kawasan lindung resapan air tanah, kawasan
geodiversity. lindung ekosistem dataran tinggi gunungapi,
kawasan lindung rawan bencana gunungapi,
Penilaian relatif terhadap parameter tersebut kawasan lindung etno-geologi dari
di atas : masyarakat Tengger terhadap sesuatu yang
(mengacu pada pedoman IUCN, 1986 dengan hidup dari kawah Bromo. Fungsi-fungsi
modifikasi melalui pendekatan keaneka- tersebut telah berkembang dengan sangat baik
ragaman obyek kebumian (geodiversity) : di dalam kompleks kaldera Bromo Tengger,
1. Kaldera Bromo Tengger merupakan kawasan sehingga menjadi aset bagi pengembangan
resapan air yang sangat penting, porositas geowisata.
tanah pasirnya hasil endapan vulkanik adalah 5. Ada pemanfaatan dan keuntungan tambahan
sangat tinggi, curah hujan di kawasan tersebut yang dapat diperoleh dari perlindungan
sangat tinggi sehingga memenuhi syarat kaldera. Potensi wisata dan rekreasi
sebagai fungsi perlindungan lingkungan mempunyai nilai tinggi, hanya apabila
kawasan bawahnya dapat berlangsung dengan kawasan ini tetap alamiah. Fungsi penetapan
baik. Hal tersebut juga didukung dengan heritage mempunyai manfaat, apresiasi,
wilayah dataran tinggi sekitar kaldera yang rewarding dan learning yang sangat tinggi
masuk dalam zone rimba, dimana tutupan terhadap bentukan alam geologi
lahannya (hutan lindung) sangat baik. kegunungapian sejak 144.000 tahun yang lalu.
2. Perlindungan kaldera Bromo Tengger yang 6. Perlindungan kaldera Bromo Tengger tersebut
sudah masuk dalam TN-BTS, tidak bersaing akan membawa manfaat perlindungan
dengan peruntukkan penggunaan tanah fenomena geologi kegunungapian Bromo;
lainnya, kecuali pemanfaatan wisata alam ke etnologi budaya dan persepsi masyarakat
puncak Bromo. Konflik / persaingan Tengger yang spesifik terhadap “sesuatu yang
peruntukkan penggunaan tanah dalam kaldera hidup” dalam kawah Bromo. Perlindungan
Bromo Tengger dan sekitarnya, tidak dapat tersebut juga secara tidak langsung dapat
ditoleransi, karena alokasi peruntukkannya menjaga keberlangsungan berbagai fenomena
sudah diatur dalam konteks pengelolaan TN- geologi kegunungapian serta etnik masyarakat
BTS. Alokasi pengaturan peruntukkan tanah Tengger dari pengaruh intervensi yang
tersebut, hampir semuanya berorientasi pada cenderung mengeksploitasi secara berlebihan.
perlindungan kawasan dan konservasi. Mekanisme aturan main dalam TN-BTS serta
3. Kaldera Bromo Tengger mampu melestarikan kuatnya pengaruh lembaga adat masyarakat
sebagian ekotipe di kawasan dataran tinggi Tengger, telah berlangsung dengan baik
tropis dan geotipe yang spesifik dalam melalui kegiatan pariwisata ke puncak Bromo
bentang alam kompleks kaldera gunungapi maupun jalur Bromo – G.Penanjakan. Batasan
dengan kawah yang aktif di Bromo. – batasan mana yang boleh dilakukan dan
Masuknya kawasan kaldera Bromo – Tengger mana yang tidak boleh dilakukan oleh tour
ke dalam zone inti dan juga zone kaldera operator maupun wisatawan yang berkunjung
(usulan penamaan dalam Kawasan TN-BTS) ke puncak Bromo, telah menjadi pemahaman
merupakan sebuah kawasan lindung dan yang baik dalam kegiatan wisata di dalam
konservasi sehingga fungsi tersebut mampu kawasan TN-BTS.
melindungi ekotipe (tipe ekosistem) dataran 7. Kaldera Bromo Tengger menyediakan data
tinggi tropis kegunungapian dan geotipe (tipe dasar yang berguna sebagai patokan untuk
geosistem) dari produk suatu proses mengukur pola perubahan ekosistem,
vulkanisme. Intervensi pengembangan fisik ke kaitannya jika terjadi erupsi / letusan
dalam kaldera Bromo Tengger, seperti : G.Bromo ke arah lautan pasir dan
transportasi jeep, kuda, tangga ke puncak Cemorolawang.
Bromo hanya dibatasi pada lokasi-lokasi
tertentu. Jalur jeep maupun jalur kuda tersebut Batasan zona usulan baik zona penyangga
telah ditentukan pada lintasan maupun lokasi maupun zona kaldera Bromo Tengger dapat
tertentu. dilihat dalam Lampiran 2. (Peta Usulan Zona
636
PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI
The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

Pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger pemahaman yang baik dalam kegiatan wisata di
Semeru). dalam kawasan TN-BTS.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan bahasan tersebut di atas dapat Anonim, 2000, Survei Rencana Induk
disimpulkan, bahwa kekayaan alam kebumian Pengembangan Kawasan Pariwisata Bromo,
yang berupa produk dan gejala kegunungapian di Laporan Akhir; Fakultas Teknik UGM dan
kompleks kaldera vulkanik Bromo Tengger yang Kanwil Departemen Pariwisata Seni dan Budaya
berlangsung sejak 144.000 tahun yang lalu, (Deparsenbud) Jawa Timur, (tidak
merupakan daya tarik kepariwisataan nasional dipublikasikan).
maupun internasional. Daya tarik geowisata
tersebut meliputi : adanya lautan pasir vulkanik Anonim, 2001a, Pengembangan Fasilitas
(yang merupakan Kaldera Tengger Tua), endapan Ekowisata dan Kawasan Taman Nasional Bromo
freatomagmatik, endapan freatik serta endapan Tengger Semeru, Laporan Akhir; Pusat Penelitian
piroklastik jatuhan maupun piroklastik aliran yang Pengembangan Pariwisata (PUSPARI) UNS dan
menyusun dinding kaldera lautan pasir; endapan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta,
piroklastik pada dinding luar kawah Bromo; serta (tidak dipublikasikan).
5 kerucut parasitik (satu di antaranya masih aktif, Anonim, 2001b, Draft Studi Pengembangan
yaitu : Bromo dan kawahnya). Perpaduan antara Wisata Alam di Taman Nasional Bromo Tengger
bentang alam lautan pasir dengan suksesi Semeru (TN-BTS); Balai TN-BTS – Dirjend.
ekosistem dataran tinggi vulkanik, puncak kerucut Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam,
G.Batok, serta kawah aktif Bromo, susunan Malang, (tidak dipublikasikan).
vertikal endapan freatomagmatik dan freatik,
serta endapan piroklastik pada dinding kaldera, Hadisantono, R.H. and Mulyadi, E., 2002, The
proses erosi pada dinding luar kawah Bromo Sukapura Ignimbrites of Ngadisari – Sapikerep
maupun lereng G.Batok telah membentuk Valley of Bromo Tengger Complex and Its
pemandangan morfologi vulkan yang sangat Relationship to Caldera Formation, Abstract in
menarik (volcanic scenic range). 30th Annual Convention Indonesian Association of
Geologist and 20th GEOSEA Regional Conggress
Kompleks kaldera vulkanik Bromo Tengger dapat on Geology, Mineral and Energy Resources,
diusulkan menjadi zona tersendiri dari Taman Yogyakarta.
Nasional Bromo Tengger Semeru, dengan nama
Zona Kaldera Bromo Tengger sebagai geological Hall, C.H. and Weiler, B., 1992, Introduction.
site heritage. Aspek penilaian tersebut didasarkan What’s Special about Special Interest Tourism ?
pada produk geodiversity dari erupsi Tengger, in Weiler, B. and Hall, C.H. (eds), 1992, Special
aktivitas Bromo, serta kondisi ekosistem dataran Interest Tourism, Belhaven Pers – John Wiley &
tinggi vulkanik yang berkembang di dalam Sons Inc., London, p 1-14.
kaldera Bromo Tengger. Fungsi perlindungan
kaldera Bromo Tengger tersebut akan membawa Hendratno, A., 2001, Geowisata Gunung Merapi
manfaat perlindungan fenomena geologi di Wilayah Sleman – Yogyakarta, Laporan
kegunungapian Bromo; etnologi budaya dan Penelitian Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta,
persepsi masyarakat Tengger yang spesifik (tidak dipublikasikan).
terhadap “sesuatu yang hidup” dalam kawah
Bromo. Perlindungan tersebut juga secara tidak Hendratno, A., 2002a, Kegiatan Alam Terbuka
langsung dapat menjaga keberlangsungan dan Geowisata, Jurnal Pariwisata Vol.3, No.2,
berbagai fenomena geologi kegunungapian serta Juni 2002, Stiepar Yapari – Aktripa, Bandung, hal
etnik masyarakat Tengger dari pengaruh 11-17. ISSN : 1411-3236
intervensi yang cenderung mengeksploitasi secara
berlebihan. Batasan – batasan mana yang boleh Hendratno, A., 2002b, Perjalanan Wisata Minat
dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan Khusus Geowisata Gunung Merapi : Studi di
oleh tour operator maupun wisatawan yang Lereng Merapi Bagian Selatan – Yogyakarta,
berkunjung ke puncak Bromo, telah menjadi Jurnal Nasional Pariwisata Vol.2 No.2, Desember
637
PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI
The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

2002, Badan Kerjasama Penelitian dan


Pengembangan Pariwisata (BKP3) – Pusat Studi Mc.Kinnon, J., Mc.Kinnon, K., Child, G., and
Pariwisata (PUSPAR) UGM, hal 7-23, ISSN : Thorsell, J., 1993, Managing Protected Areas in
1411-9862. the Tropics, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Howard, A.D. and Remson, I., 1978, Geology in
Environmental Planning, McGraw-Hill Nurfanti, O., 1999, Perencanaan Lansekap
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Skripsi
Ismudiyanto, 1992, Dampak Pembangunan S.1 Teknik Arsitektur - Fakultas Teknik
Kepariwisataan terhadap Perubahan Tata Guna Universitas Trisakti, Jakarta.
Tanah dan Tata Ruang di Desa-desa Sekitar
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru; Thesis Riley, Jl. and Mohr, P., 1994, The Natural
S.2 Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana Heritage of Southern Ontario’s Landscapes : A
UGM, Yogyakarta, (tidak dipublikasikan). Review of Conservation and Restoration Ecology
for Landuse and Landscape Planning; Ontario
Katili, J.A. dan Siswowidjojo, S.S., 1994, Ministry of Natural Resources Southern Region,
Pemantuan Gunungapi di Filipina dan Indonesia, Aurora, 78 p.
Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Bandung.
Kusumadinata, K. (editor), 1979, Data Dasar Zaennudin, A., 1990, Stratigrafi dan Genesis
Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Kerucut Cemoro Lawang di Kaldera Bromo
Bandung. Tengger, Jawa Timur; dalam Prosiding
Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) – 19 IAGI,
Komoo, I., 2001, The Role of the Engineering Bandung.
Geologist in the Conservation of Geological and
Landscape Heritage, in Proceedings of the 3rd
Asian Symposium on Engineering Geology and
the Environment (ASEGE), Yogyakarta.

No Kriteria penilaian Skor nilai Nilai Kaldera Bromo Tengger *)


1 Manfaat perlindungan lingkungan kawasan 0–4 3
2 Konflik tata guna tanah yang rendah 0–3 3
3 Prioritas pelestarian kawasan kaldera 0–3 2
4 Nilai khusus dari kawasan kaldera 0–3 3
5 Potensi wisata, rekreasi, penelitian dan pendidikan 0–3 3
6 Manfaat geologi dan etno-geologi 0–2 2
7 Investasi penelitian eko-geologi gunungapi 0–2 2
Kriteria total nilai 10 – 20 dapat ditetapkan sebagai
fungsi perlindungan Taman Warisan Dunia. 18

TABEL 1: Kriteria penilaian Kaldera Bromo Tengger sebagai World Natural Heritage
*) Penilaian berdasarkan observasi intensif di lapangan (tahun 2001 – 2003)

638
PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI
The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

G.Bromo G.Batok G.Watangan


Endapan tipis
gas sulfur

Lautan Pasir Kaldera Bromo - Tengger

GAMBAR 1: Morfologi kaldera Bromo GAMBAR 2: Kenampakan kawah Bromo, pada


Tengger, dengan kenampakan kerucut vulkanik tepian mulut kawahnya nampak endapan tipis gas
dari G.Batok, G.Watangan, dan G.Bromo sulfur. (foto, November 2003)
(foto, November 2003)

GAMBAR 4: Kenampakan stratigrafi endapan GAMBAR 5: Kenampakan detail endapan abu


freatomagmatik dan piroklastik pada jalur vulkanik dalam sekuen endapan freatomagmatik
kaldera Tengger – G.Penanjakan, sisi kaldera G.Tengger (purba), pada jalur kaldera Tengger –
bagian baratlaut. (foto, November 2003). G.Penanjakan. (foto, November 2003).

639
PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI
The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

GAMBAR 6:
Kenampakan endapan piroklastik dalam
sekuen endapan freatomagmatik
G.Tengger (purba), pada jalur
Cemorolawang.
(foto, November 2003).

A B

GAMBAR 7-A: Kenampakan trekking menuju ke puncak


C G.Bromo dengan latar belakang G.Batok
dan dinding kaldera dengan G.Penanjakan.
GAMBAR 7-B: Jalur ke arah G.Penanjakan dengan
singkapan stratifikasi dari endapan
freatomagmatik vulkan Tengger Tua.
GAMBAR 7-C: Panorama bentang alam vulkanik di
dalam kaldera Tengger, dilihat dari
puncak G.Penanjakan.
(foto, November 2003)

640

Anda mungkin juga menyukai