Anda di halaman 1dari 21

PENGEMBANGAN WISATA PANTAI SENDANG BIRU

MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Geografi Pariwisata
Yang diampu oleh Bapak Drs. I. Komang Astina, M.S., Ph.D

Disusun Oleh:
Muhammad Al-Farisy 160721614463
Muhlas Ardiyansyah P 160721614452
M. Syahidan Wahidin W 160721600938
Rafikatul Mustarifah 160721614455
Revina Putri S 160721600943

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
GEOGRAFI
MEI 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama-
bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (good and services) yang dibutuhkan oleh
wisatawan khususnya traveller pada umumnya selama dalam perjalanan. Namun dari sisi
ekonomi makro yang dimaksud dengan pariwisata adalah keseluruhan unit-unit produksi
(Travel agent, tourist transportation, hotel, catering trade, Tour operator, Tourist objects,
Tourist attraction dan souvernirshops), baik yang tempat kedudukannya didaerah, dalam
negeri ataupun diluar negeri yang ada kaitannya dengan perjalanan wisatawan bersangkutan,
(Yoeti 1985:9). Perusahaan yang dimaksudkkan diatas yakni perusahaan langsung.
Industri Pariwisata menunjukkan pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun
sehingga menjadikannya sebagai industri terbesar saat ini. World Tourism Organization
memperkirakan bahwa pada tahun 2020 akan terjadi peningkatan sebesar 200% terhadap
kunjungan wisata dunia. Percepatan pariwisata modern dipengaruhi oleh adanya kegiatan
globalisasi dunia sehingga menyebabkan interkoneksi antar bidang, antar bangsa, dan antar
individu. Teknologi informasi juga berkontribusi dalam dunia hiburan, rekreasi dan pariwisata.
Pengukuran pertumbuhan pariwisata di Indonesia sejak era Soeharto sampai saat ini
bertumpu pada sudut pandang yang berbeda yakni pendekatan kuantitas dan kualitas. Menurut
IUOTO (Internasional Union of Official Travel Organization) dalam pariwisata hendaknya
dikembangkan dengan pertimbangan bahwa: (1) pariwisata dapat berperan sebagai faktor
pemicu bagi perkembangan ekonomi nasional dan internasional, (2) pemicu kemakmuran
melalui perkembangan komonikasi, trasportasi, akomodasi, jasa-jasa pelayanan lainnya, (3)
perhatian khusus terhadap pelastarian budaya, nilai-nilai sosial agar bernilai ekonomi, (4)
pemerataan kesejatraan yang diakibatkan oleh adanya konsumsi wisatawan pada sebuah
destinasi, (5) pangsa pasar bagi produk lokal sehingga aneka ragam produk terus berkembang,
seiring dinamika sosial ekonomi destinasi.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki obyek-obyek wisata yang sangat menarik
yakni objek wisata alam, wisata buatan, wisata budaya sejarah dan wisata bahari. Indonesia
telah serius memperhatikan pengembangan sektor ekonomi pariwisata, hal ini diperkuat
dengan Peraturan Pemerintah Nomer 50 Tahun Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025. Pengembangan diharapkan akan
berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan sehingga pariwisata di Indonesia dapat
diarahkan menjadi sektor andalan yang mampu menggerakkan sektor ekonomi lainnya yang
erat kaitannya terhadap sektor tersebut. Berdasarkan data statistika Kementrian Pariwisata
Republik Indonesia pada tahun 2018 jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia mencapai
15,806,191 juta atau naik sekitar 12,58% dari tahun sebelumnya. Tujuan wisata yang paling
banyak dikunjungi yakni Jawa Timur berada pada urutan ke 5 dengan jumlah wisatawan
322.964 atau naik 30,67% dari tahun 2017. Salah satu tujuan wisata yang ada di Jawa Timur
yakni Malang Selatan.
Malang selatan merupakan salah satu bagian dari Kabupaten Malang yang memiliki
potensi pantai yang menarik dan masih dalam tahap pengembangan. Sebagian besar pantai
yang ada di Kabupaten Malang berada di wilayar pesisir diantranya yaitu pantai Sendang Biru,
pantai Balekambang, pantai Bajulmati, pantai Tambak Rejo, dan Taman Wisata Pantai Ngliyep
(Kristiyarini, 2014). Wilayah pesisir laut Sendang Biru merupakan kawasan andalan untuk
untuk pembangunan pariwisata. Kawasan pesisir ini memiliki beberapa potensi menarik
sebagai kawasan pariwisata, seperti: pasir putih, hutan pantai, pemandangan.
Apabilah potensi ini dimanfaatkan secara optimal, tentu dapat diandalkan sebagai peluang
kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat lokal. Hasil akhir penelitian diharapkan dapat
menjai salah satu sumbangan penentuan strategi pengelolaan pariwisata pesisir dan laut
Kabupaten Malang, terutama oleh pengambilan kebijakan dalam memutuskan startegi
pengelolaan. Analisi yang dilakukan yakni dengan menggunakan metode SWOT.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, permaslahan yang diteliti dalam
penilitian ini yakni:
1. Bagaimana potensi Ekternal dan internal pantai Sendang Biru Kabupaten
Malang di lihat dari analisis SWOT?
2. Bagaimana pengembangan pariwisata Sendang biru

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni:
1. Mengetahui karakteristik wilayah pantai Sendang Biru
2. Mengetahui potensi Ekternal dan internal pantai Sendang Biru Kabupaten
Malang di lihat dari analisis SWOT
3. Mengetahui pengembangan pariwisata Sendang Biru.
1.4 Kajian Pustaka
Istilah Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua suku kata yaitu
pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, sedangkan wisata berarti
perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata “travel” dalam bahasa
Inggris (Oka. A Yoeti, 1982: 103). Pariwisata merupakan kegiatan yang mempunyai tujuan
untuk mendapatkan kenikmatan atau kepuasan (Sujali : 1989: 21). Menurut Gamal
Suwantoro (1997: 3) istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan
wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat
tinggalnya karena suatu alasan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah.
Menurut Institut of Tourism in Britain (1976) dalam Kusumayadi dan Endar Sugiarto
(2000: 5), mendefinisikan pariwisata sebagai kunjungan orang-orang untuk sementara
dalam jangka pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan tempat bekerja
sehari-hari, serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempattempat tujuan
tersebut.Geografi pariwisata adalah geografi yang berhubungan erat dengan pariwisata.
Kegiatan pariwisata yang banyak sekali seginya di mana semua kegiatan tersebut dapat
disebut dengan industri pariwisata, seperti perhotelan, restoran, toko cenderamata,
transportasi, biro jasa,tempat-tempat hiburan, objek wisata, atraksi budaya dan sebagainya.
Segi-segi geografi umum yang dikaji dalam pariwisata antara lain iklim, flora, fauna,
keindahan alam, adat istiadat, laut dan sebagainya (Gamal Suwantoro, 1997: 28). Menurut
Heru Pramono (2012: 2), geografi pariwisata adalah studi terapan dari konsep-konsep,
teori-teori, dan pendekatanpendekatan geografi terhadap aspek-aspek pariwisata pada
wilayah permukaan bumi.
Menurut Pearce (dalam Heru Pramono, 2012: 2) Terdapat enam wilayah topik yang
menyusun komponen geografi pariwisata yaitu : 1) Pola keruangan penawaran (spatial
patterns of supply) 2) Pola keruangan permintaan (spatial patterns of demand) 3) Geografi
tempat-tempat wisata (the geography of resort) 4) Geografi dan aliran wisatawan (tourist
movement and flows) 5) Dampak pariwisata (the impact of tourism) 6) Model-model
keruangan pariwisata (models tourism space) Menurut Sujali (1989: 5), geografi pariwisata
sesuai dengan bidang atau lingkupnya, sasaran atau objek adalah objek wisata, sehingga
pembahasannya ditekankan pada masalah bentuk, jenis, persebaran dan juga termasuk
wisatawannya sendiri sebagai konsumen dari objek wisata.
Potensi wisata merupakan segala hal dan kejadian yang diatur dan disediakan sehingga
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata baik berupa suasana, kejadian, benda,
maupun jasa (Nyoman S. Pendit, 1994: 108). Potensi wisata juga dapat berupa sumberdaya
alam yang beraneka ragam dari aspek fisik dan hayati, serta kekayaan budaya manusia yang
dapat dikembangakan untuk pariwisata. Sedangkan sumberdaya pariwisata diartikan
sebagai unsur-unsur lingkungan alam atau yang telah diubah oleh manusia yang dapat
memenuhi keinginan wisatawan (Chafid Fandeli, 2001: 48-57).
Pengembangan pariwisata mendasarkan pada sifat, kemampuan, fungsi, ruang jangkauan
pemasaran yang akan dicapai. Jangkauan dapat bersifat lokal, regional, nasional, dan bahkan
bersifat internasional (Sujali, 1989: 34). Alasan utama pengembangan pariwisata pada suatu daerah
tujuan wisata, baik wisata lokal, regional atau ruang lingkup suatu negara sangat erat kaitannya
dengan pembangunan perekonomian daerah atau negara tersebut. Alasan kedua pengembangan
pariwisata itu lebih banyak bersifat non ekonomis.
Wisatawan yang datang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata salah satu motivasinya
adalah untuk menyaksikan dan melihat keindahan alam dan termasuk di dalamnya cagar alam,
kebun raya, tempat bersejarah dan candi-candi. Alasan ketiga pengembangan pariwisata untuk
menghilangkan kepicikan berpikir, mengurangi salah pengertian, terutama bagi masyarakat di
objek kepariwisataan itu dibangun (Oka A. Yoeti, 2008: 77-78). Tujuan pengembangan pariwisata
adalah guna memperoleh nilai-nilai ekonomi positif dimana pariwisata dapat sebagai fasilisator
dalam pembangunan ekonomi pada beberapa sektor.
Dalam mengembangkan setiap sektor pembangunan, pariwisata tidak terkecuali perlu kiranya
diperkirakan situasi yang terjadi di tahun yang akan datang. Ini penting mengingat perencanaan
membutuhkan suatu tindak lanjut, baik yang berupa pekerjaan fisik maupun penanganan yang
bersifat sosial ekonomi. Selain itu perlu diperhatikan bahwa untuk perencanaan seringkali
diperlukan suatu unit besaran tertentu (Oka A. Yoeti, 1992: 32). Peranan pemerintah dalam
mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan infrastruktur (tidak hanya
dalam bentuk fisik), memperluas berbagai bentuk fasilitaas, kegiatan koordinasi antara aparatur
pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum ke luar negeri (Spillane, 1985:
133).
Menurut Freddy Rangkuti Analis swot adalah indifikasi berbagai factor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (sterngths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan ( weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT menurut Sondang P. Siagian
merupakan salah satu instrument analisi yang ampuh apabila digunakan dengan tepat telah
diketahui pula secara luas bahwa “SWOT merupakan akronim untuk katakata strenghs (kekuatan),
weaknesses (kelmahan), opportunities (peluang) dan htreats (ancaman).
Analisis SWOT menurut Philip Kotler diartikan sebagai evaluasi terhadap keseluruhan
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen
analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang dikenal luas. Analisis ini didasarkan
pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Bila
diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini mempunyai dampak yang besar atas rancangan suatu
strategi yang berhasil.
Menurut Ferrel dan Harline (2005), fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk mendapatkan
informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan
kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman).Analisis SWOT tersebut akan
menjelaskan apakah informasi tersebut berindikasi sesuatu yang akan membantu perusahaan
mencapai tujuannya atau memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang harus dihadapi atau
diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang diinginkan. Analisis SWOT adalah identifikasi
berbagai faktor secara systematis untuk merumuskan strategi perusahaan, analisis ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun
secara bersamaan dapat menimbulkan kelemahan (weaknesses)dan ancaman (threat).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangangmisi, tujuuan
, dan strategi, dan kebijan dari perusahaan. Dengan demikian perecanaan strategi (strategic planner)
harus menganalisi faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan , peluang, dan ancaman)
dalam kondisi yang ada disaat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling popular
untuk analisis situasi adalah analisi SWOT. Sedangkan menurut sondang psinagian ada pembagian
faktor-faktor strategis dalam analisi SWOT yaitu:
a. Faktor berupa kekuatan
Sesuatu yang dimaksud dengan faktor-faktor kekuatan yang dimiliki oleh suatu
perusahaan termasuk satuan-satuan bisnis didalamnya adalahantara lain kompetisi
khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada pemilkikan keunggulan
komparatif oleh unit usaha dipasaran. Dikatan demikian karena satuan bisnis memilki
sumber keterampilan, produk andalan dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari
pada pesaing dalam memuaskan kebutuhan pasar yang sudah dan direncanakan akan
dilayani oleh satuan usaha yang bersangkutan.
b. Faktor kelemahan
Suatu keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan, dan kemampuan
yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan
c. Faktor peluang
Definisi peluang secara sederhana peluang ialah berbagai situasi lingkuangan yang
menguntungkan bagi suatu satuan bisnis.
d. Faktor ancaman
Pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang yaitu faktor-faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis jika jika tidak diatasi
ancaman akan menjadi bahaya bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik unutk masa
sekarang maupun dimasa depan.

Menurut (Zurotun,Nisak 2013) untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT,
maka perlu dilihat faktor eksternal dan internal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT,
yaitu:
a. Faktor eksternal
Faktor eksternal ini mempengaruhi terbentuknya opportunities and threats (O dan T).
Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi-kondisi yang terjadi di luar perusahaan
yang mempengaruhi dalam pembuatan keputusan perusahaan. Faktor ini mencakup
lingkungan industri dan lingkungan bisnis makro, ekonomi, politik, hukum, teknologi,
kependudukan, dan sosial budaya.
b. Faktor internal
Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya strenghts and weaknesses (S dan W).
Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi yang terjadi dalam perusahaan, yang
mana ini turut mempengaruhi terbentuknya pembuatan keputusan (decision making)
perusahaan. Faktor internal ini meliputi semua macam manajemen fungsional :
pemasaran, keuangan, operasi, sumberdaya manusia, penelitian dan pengembangan,
sistem informasi manajemen dan budaya perusahaan (corporate culture).
Adapun pendekatan-pendekatan dalam analisis SWOT dapat dibedakan menajdi 2 yaitu:

a. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT


Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns
menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang
dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan
Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai
hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal.
Matriks SWOT Kearns

EKSTERNAL OPPORTUNITY TREATHS


INTERNAL

Comparative Advantage Mobilization


STRENGTH

Divestment/Investment Damage Control

WEAKNESS

Sumber: Freddy 2004

Keterangan:

Sel A: Comparative Advantages: Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan
peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang
lebih cepat.
Sel B: Mobilization :Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus
dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk
memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi
sebuah peluang.
Sel C: Divestment/Investment :Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi
dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur.
Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena
kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil
adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan
menggarap peluang itu (investasi).
Sel D: Damage Control :Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena
merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan
karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi.
Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga
tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.
b. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT
Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui
perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar
diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan
melalui tiga tahap, yaitu: Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta
jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung
skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap
sebuah point factor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point
faktor lainnya.
Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim
digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah
dan 10 berarti skor yang peling tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor
dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor
adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya.
Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya
sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point
faktor).Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O
dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X,
sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Pantai Sendang Biru

I. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian pada makalah ini yakni pantai SendangBiru yang terletak di
Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang Jawa
Timur. jarak tempuh dari kota Malang 74 Km dengan waktu tempuh 2 jam
perjalanan bisa dengan menggunakan roda dua ataupun roda empat.
Gambar 1. Peta Lokasi Pantai Sendangbiru
Sumber: Dokumen Pribadi

II. Bentang lahan


Kondisi bentang lahan di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang yakni
terdiri dari semak belukar hal ini dapat ditemui disepanjang jalan menuju lokasi Pantai
Sendangbiru, selain itu juga terdapat hutan kering dan hutan basah yang menjadi bentang
lahan didaerah tersebut. Adanya ladang hanya disebagian kecamatan termasuk di kecamatan
Sumbermajing Wetan. Ladang yang dimaksud disini yaitu tanaman jagung.
Pemukiman yang terletak di pinggiran pantai Sendangbiru berupa rumah kos dan rumah
penduduk sekitar. Rumah kos tersebut disewakan dengan sistem pembayaran perbulan,
harga sewa perbulan 500 ribu. Banyak nelayan yang sudah sejak lama menempati rumah
kos, hal ini dikarenakan para nelayan hanya mudik ketempat asal mereka setiap 3 bulan
sekali tergantung dari banyaknya tangkapan ikan. Selain itu kebanyakan dari mereka sudah
menetap dan memiliki keluarga.
Gambar 2. Peta Tataguna Lahan Pantai Sendangbiru
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pantai Sendangbiru memiliki Pusat Pendaratan Ikan Pondokdadap dan merupakan pusat
kegiatan perikanan tangkap terbesar di Kabupaten Malang. Kebijakan yang dicanangkan
oleh pemerintah Kabupaten Malang tersebut menjadikan kawasan pesisir Sendang Biru
diarahkan untuk pengembangan kawasan perikanan terpadu yang populer dengan program
Fishery towni. Selain adanya Pusat Pendaratan ikan pantai ini juga didukung oleh adanya
Pulau Sempu yang banyak menarik perhatian wisatawan. Wisatawan yang ingin
mengunjungi Pulau Sempu harus melewati Pantai Sendangbiru. Hal itu dilakukan karena
akses dan perizinan untuk mengunjungi pulau ini berada di Pantai Sendangbiru, sedangkan
pulau Sempu sendiri termasuk dalam wilayah administrasi Pantai Sendangbiru.
2.2 Hasil Analisi Swot

Strenght 1. Memiliki kekayaan alam dan pemandangan yang masih alami


2. Terdapat jalur lintas selatan yang sudah bagus dengan
pemandangan yang indah
3. Pariwisata dijadikan sebagaia aktivitas ekonomi penduduk
4. Keamanan dan kenyamanan yang terjamin
5. Pengolahan hasil tangkapan ikan yang bagus
Opportunity 1. Jumlah wisatawan di Malang
2. Implementasi kearifan lokal dan kombinasi dengan tren
wisatawan
3. Pemberdayaan potensi masyarakat lokal dibantu oleh
pemerintah/ pengelolah/ investor
4. Pemanfaatan media sosial sebagai sarana promosi
5. Pemanfaatan potensi alam sekitar sebagai nilai jual dengan
mengadakan fasilitas yang dibantu oleh investor
6. Pemanfaatan wisatawan sebagai sarana promosi
Weakness 1. Kurangnya fasilitas yang memadai untuk anak-anak bermain,
ataupun pengunjung yang datang
2. Dibutuhkan gazebo, plosotan dan tempat bermain anak
3. Perlunya guide sebagai penunjuk jalan
4. Tempat sampah dengan jumlah minim
5. Kepedulian lingkungan masih kurang
Threats 1. Berita tentang bencana tsunami
2. Cuaca atau iklim yang tidak mendukung saat hujan
3. Praktek pungli di pintu masuk menuju pantai
Sumber: data olahan
2.3 Bahasan
Obyek wisata Pantai Sendang Biru memiliki pesona alam yang membedakannya dengan
pantai-pantai lain di pesisir selatan. Pulau Jawa Perbedaan itu terdapat pada cagar alam Pulau
Sempu yang dilindungi Negara dan ombak di Pantai Sendang Biru yang tidak terlalu besar
layaknya pantai laut selatan lainnya. Jika kita membahas tentang Pantai Sendang Biru maka
tidak terlepas dari keterkaitan dengan Pulau Sempu karena akses terdekat menuju Pulau Sempu
adalah melalui Pantai Sendang Biru.
Di Pantai Sendang Biru, pengunjung dapat menikmati pasir putih yang membentang di
sepanjang bibir pantai, lebih kurang 500 meter. Ombak Selat Sempu yang tenang membuat
pengunjung juga dapat menikmati permainan air, seperti berperahu, berenang, dan sebagainya.
Fasilitas yang tersedia disana juga terbilang lengkap, mulai dari warung makan, toilet, tempat
ibadah, toko souvenir, dan penginapan. Selain menikmati pesona alam dari Pantai Sendang
Biru, pengunjung juga dapat menyeberang ke Pulau Sempu dengan perahu wisata dan
menikmati pesona alam di pulau tersebut.
Pulau Sempu memiliki kekayaan alam yang beragam, mulai dari ekosistem danau
sampai dengan ekosistem hutan danau air tawar sampai danau air asin yang terdapat di dalam
Pulau Sempu. Didukung dengan berbagai macam flora dan fauna yang beberapa diantaranya
tidak dapat ditemui di tempat lain selain Pulau Sempu. Berwisata di Pulau Sempu dapat
ditempuh wisatawan dengan menggunakan perahu selama kurang lebih 10 menit. Di Pulau
Sempu terdapat dua danau yang menjadi unggulan wisata, yaitu danau air tawar “Telaga Lele”
dan danau air asin “Segoro Anakan”. Sedangkan untuk pantainya, ada kurang lebih 10 pantai
di Pulau Sempu yang dapat dinikmati wisatawan, s
alah satu pantai yang sering menjadi destinasi wisata adalah Pantai Sendang Biru.
Semakin berdatangan wisatawan maka jumlah pengunjung bertambah juga akan meningkatkan
pendapatan serta ekonomi masyarakat. Peningkatan jumlah wisatawan tentu akan menambah
daya tarik bagi wisatawan luar daerah untuk berkunjung. Melalui media sosial informasi tempat
wisata juga dapat dipublikasikan dan diproosikan secara masif.
Hal ini dilakuan untuk menarik minat wisatawan dengan promosi-promosi tertentu.
Jumlah wisatawan yang sering kali datang lebih banyak yang berasal dari kota Malang.
Sebagian besar wisatawan dari luar yang berkunjung juga untuk melakukan riset/penelitian di
Pulau Sempu. Mengundang pemilik modal melalui kerja sama baik setelah penelitian maupun
dengan jalur permintaan dana , maka menjadi peluang yang menjajikan untuk pengembangan
wisata Pantai Sendang Biru. Namun, terlepas dari kekuatan yang ada di wilayah Pantai
Sendang Biru sebagai tempat pariwisata, terdapat juga kelemahan-kelemahan yang menjadi
hambatan wilayah ini untuk maju. Permasalahan-permasalahan yang ada antara lain:
Pertama, jarak lokasi Pantai Sendang Biru dari Kota Malang menjadikan wilayah ini
masih belum menjadi pilihan utama wisatawan regional di wilayah Malang Raya. Selain itu
jalan yang berliku dan jauh menjadikan wisata ke Pantai Sendang Biru membutuhkan effort
yang cukup besar. Kedua, patut dipahami bahwa kondisi infrastruktur dan fasilitas di sekitar
Pantai Sendang Biru masih belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari jalan-jalan di wilayah
Sendang Biru yang sebagian masih rusak. Selain itu kondisi infrastruktur seperti WC umum
juga masih belum memadai dan sangat buruk, menjadikan tempat ini kurang lengkap untuk
mendukung kebutuhan dasar wisatawan. Ketiga, peran pemerintah dan masyarakat untuk
mengembangkan obyek wisata Pantai Sendang Biru sebagai lokasi pariwisata belum
sepenuhnya berhasil. Hal ini dilihat dari belum adanya program khusus untuk mengembangkan
wilayah kawasan ini menjadi lebih bernilai dan berbobot. Bahkan promosi gencar atas wilayah
ini hanya dilakukkan oleh perusahaan-perusahaan travel domestik dan mancanegara, tanpa
melibatkan pemerintah sebagai stakeholder terbesar. Selain itu masyarakat di wilayah
Sendang Biru hanya dominan berpartisipasi dalam pengantaran wisatawan dengan perahu ke
lokasi Pulau Sempu, dan belum terbentuk untuk menjadi masyarakat wisata yang aktif.
Keempat, pemerintah masih belum melakukan upaya konservasi dan penjagaan wilayah ini
dengan ketat. Hal ini dapat dilihat dari belum adanya upaya penegakkan hukum bagi wisatawan
yang melakukan upaya perusakan alam, seperti: membuang sampah sembarangan, dan lain-
lain. Berangkat dari kelemahan dan kekuatan yang ada, pihak pemerintah lokal dan masyarakat
selayaknya dapat mengembangkan wilayah ini untuk dapat mengambil peluang dan
mengantisipasi ancaman yang mungkin muncul.
Selanjutnya wilayah Kota Malang yang populer dengan icon Kota Pendidikan
seharusnya dapat menjadikan Pulau Sempu sebagai peluang wisata bagi siswa maupun
mahasiswa, karena jenis wisata ini sangat digemari oleh kaum muda. Meski begitu, ancaman
yang ada pun juga harus dapat diantisipasi dengan baik oleh pemerintah lokal dan masyarakat,
karena dengan semakin berkembangnya wilayah ini sebagai wilayah wisata akan menimbulkan
kerusakan alam yang serius jika tidak ditangani dan diawasi dengan ketat. Berdasarkan data
kualitatif yang kami dapat pengembangan pariwisata yang berada di Pantai Sendang Biru
diketahui memanfaatkan beberapa objek yang ada. Objek yang ada pada pantai sendang biru
yaitu Pulau sempu, segara anakan dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai objek tambahan
pariwisata. Pengembangan wisata di Sendang Biru saat ini lebih terfokus kepada arah
konservasi cagar alam yang terdapat di Pulau Sempu dan Segara anakan, karena dari pihak
pengelolah yaitu dari dinas perhutani Kabupaten Malang ingin mengembangkan pariwisata
yang berbasis Konservasi Alam, agar alam tetap terjaga stabilitas yang masih utuh yang dapat
dinikmati keindahannya dalam jangka waktu yang lama.
Pertama, pemanfaatan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai tambahan wisata yang
dikembangkan oleh pengelolah dari dinas Perhutani yang bekerja sama dengan dinas Perairan
dan Kelautan Kabupaten Malang. TPI yang berada di pantai sendang biru ini merupakan salah
satu TPI terbesar yang ada pada pantai selatan di Kabupaten Malang, pengembangan TPI ini
bertujuan untuk menarik wisatawan untuk datang atau membawa wisata pantai Sendang Biru
lebih ter-Eksplore dan mampu bersaing dengan wisata-wisata yang ada disekitarnya.
Wisatawan tak hanya dapat berlibur tetapi juga dapat melihat proses pelelangan ikan yang
dibawah langsung oleh nelayan-nelayan di Kabupaten Malang. Pengembangan wisata
tambahan TPI ini juga menambah dan memperluas area kegiatan ekonomi baru bagi
masyarakat yang pada Pantai sendang Biru.
Kedua, dengan menggandeng/mengundang jasa travel unit (agen perjalanan).
Pengembangan suatu kawasan wisata tidak bisa dilepaskan dari keberadan para pemandu
wisata dan agen perjalanan. Karena pemandu wisata dan agen wisata merupakan ujung tombak
terdepan yang langsung berhubungan dengan para wisatawan atau stakeholder, sehingga untuk
lebih mudah dalam mengembangkan suatu kawasan pariwisata maka diperlukan partisipasi
mereka secara lebih jauh. pemandu wisata dan agen perjalanan bisa dikontrol.
Ketiga, dengan mendorong partisipasi dan pemberdayaan masyarakat lokal untuk
mengelola tempat wisata. Masyarakat lokal sebenarnya bukanlah hambatan bagi
pengembangan pariwisata, karena peran mereka seharusnya tidak terpisahkan dalam program-
program wisata. Seperti tour guide, nelayan, persewaan alat untuk berkunjung ke Pulau Sempu
serta mengelola tempat makan (warung) dan penginapan.

Keempat, dengan mendorong unit-unit usaha yang strategis akan semakin


berkembangnya wilayah Pantai Sendnag Biru dan Pulau Sempu sebagai tempat cagar alam
dan wisata. Maka kebutuhan akan unit-unit usaha penyokong juga diperlukan seperti tempat
parkir, usaha souvenir, toko serba ada (perancangan), tempat MCK dan tempat persewaan alat-
alat untuk menuju ke Pulau Sempu hingga jasa penyeberangan dengan kapal nelayan. Semua
unit-unit usaha ini diharapkan dapat berada di wilayah Sendang Biru dan tidak beroperasi di
Pulau Sempu, karena diperlukan untuk mempertahankan kemurnian alam hayati dan sisi
naturalisme yang tinggi. Dalam konteks pengembangan unit-unit usaha juga diperlukan sebuah
bentuk kelembagaan yang baik dengan mengembangkan sisi sosial ekonomi secara bersamaan
(social enterpreneurship) seperti konsep Koperasi dan BUMDES (Badan Usaha Milik Desa).
Kelima, dengan melakukan promosi yang gencar dan secara masif Berkembangnya
kawasan wisata Pulau Sempu akan semakin baik jika promosi yang dilakukkan juga gencar,
hal ini dilakukan guna menanamkan image wisata yang kuat di wilayah Pantai Sendang Biru
dan Pulau Sempu. Promosi yang gencar selain dapat dikaitkan dengan program-program yang
ada dalam agen perjalan juga dapat dilakukkan dengan mempromosikannya melalui website.
Keenam, dengan mengajak/ mengundang investor untuk berinvestasi dan menanam modal
untuk penambahan fasilitas. Seperti diketahui fasilitas MCK, kebersihan dan penyediaan air
bersih di pintu masuk Pulau Sempu sangatlah minim.
Selain itu ,infrastruktur dasar yang belum ada di wilayah Pulau Sempu adalah MCK
dan air bersih. Hal ini menjadi masalah utama bagi wisatawan yang sedang melakukan
perkemahan disekitar wilayah Pulau Sempu. Jika tidak ditangani dengan serius hal ini dapat
mengganggu kebersihan, keindahan dan mengancam kerusakan alam yang ada di wilayah
Pulau Sempu.
Ketujuh, dengan pemberian papan informasi tentang peta lokasi wisata yang ada di Pulau
Sempu sehingga para pengunjung tidak hanya berkunjung di satu spot saja tetapi dapat
berkunjung di spot-spot yang lain. Kombinasi pembuatan peta dan dekorasi/spot foto tentu
akan menambah daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif
matriks SWOT dapat ditarik kesimpulan bahwa objek wisata Pantai Sendang Biru menjadi
pantai yang menarik karena terdapat cagar alam Pulau Sempu, jika berwisata ke Pulau Sempu
harus melalu Pntai Sendang biru dengan jarak waktu tempuh selama 10 menit. semakin banyak
wisatawan yang dapat juga berdampak pada kenaikan pendapatan masyarakat yang berjualan
di daerah tersebut. Bukan hanya kekuatan yang ada di wilayah Pantai Sendang Biru, namun
juga memiliki kelemahan misalnya jalan menuju lokasi ini cukup berliku sehingga butuh usaha
yang besar menuju pantai ini. Kemudian fasilitas an Infrastruktur di pantai ini juga kurang
memadai, seperti toilet yang buruk, aksebilitas yang sulit dan jalan yang rusak yang seharusnya
dapat mendukung kebutuhan dasar wisatawan yang datang.
Masyarakat setempat juga kurang antisipasi dalam pengembangan objek wisata ini,
pemerintah kurang memberikan sanksi kepada siapapun yang merusak atau mengotori pantai
ini dan Pulau Sempu, karena tempat wisata ini adalah tempat konservasi yang dijadikan tempat
edukasi yang seharusnya dijaga dengan baik. Pengembangan objek yang ada disini berupa
Pulau Sempu dan juga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai objek tambahan pariwisata. Saat
ini pengembangan hanya terfokus di Pulau Sempu oleh Pemerintah karena wisata ini berbasis
Konservasi alam agar lebih terjaga dan tetap utuh. Hal pertama adalah pemanfaatan Tempat
pelelangan ikan yang menjadi TPI terbesar di Kabupaten Malang, sehingga mampu bersaing
dengan pantai lain.
Kemudian pengembangan di bidang jasa berupa agen travel ataupun pemandu wisata
yang dapat menjadikan ujung tombak wilayah ini lebih mudah dikembangkan lagi. Untuk
masyarakat juga harus di dorong antisipasinya agar lebih bisa berkembang lagi, dapat melalui
pembukaan toko, usaha souvenir ataupun jasa penyewaan kapal penyebrangan. Selain hal
diatas juga dapat menggencarkan promosi daerah wisata ini agar lebih dikenal banyak orang,
kemudian juga dapat menarik investor untuk memberikan modal sebagai pembangunan
fasilitas di daerah ini. Selain itu pemberian papan informasi ataupun peta lokasi tersebut yang
dapat memberikan informasi yang akurat yang sangat dibutuhkan oleh wisatawan.
Daftar Pustaka

Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumenep. (Online)


(http://wisatasumenep.com/) Diakses 8 mei 2019.
Freddy Rangkuti. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka utama
Pramono, Heru. 2012. Diktat KuliahGeografi Pariwisata.Yogyakarta : UNY.
Sujali.1989. Geografi Pariwisata dan Kepariwisataan. Yogyakarta : Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada
Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta
Yoeti A oka. 1985. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa Offset
Yoeti, Oka. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. PT Pradnya
Paramita. Jakarta
Lampiran

Gambar 1. Pesisir Pantai Sendang Biru Gambar 2. Tempat Penjualan Ikan

Gambar 3. Halaman TPI Sendang Biru Gambar 4. Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Gambar 5. Gudang Beku TPI Gambar 6. Kantor UPT Pelabuhan Sendang Biru

Gambar 7. Satuan Polisi Perairan Gambar 8. KUD Nelayan Sendang Biru


Gambar 9. Pos Keamanan TPI Gambar 10. Kondisi Sampah Pesisir Sendang Biru

Gambar 11. Tempat Perakitan Perahu Gambar 12. Fasilitas Parkir Mobil

Gambar 13. Transaksi penjualan ikan Gambar 14. Kondisi Dermaga Perahu Nelayan

Gambar 15. Perahu Nelayan Gambar 16. Sampah di pesisir pantai


Gambar 17. Dermaga umum Gambar 18. Fasilitas Toilet

Gambar 19. Wawancara dengan wisatawan Gambar 20. Pedagang asongan Sendang Biru

Gambar 21. Wawancara dengan nelayan Gambar 22. Wawancara dengan Pedagang

Anda mungkin juga menyukai