Anda di halaman 1dari 14

MENGANALISIS PETA RUPA BUMI INDONESIA

Dosen Pengampu : M.Faruq Ghazali Matondang S.Pd.,M.Sc

Oleh Kelompok 6 :

1. Evi Oktaviana
2. Dwi Jesika Silalahi
3. Jesika Novita Sari Barus
4. Nurhidayati
5. Winda Setiaman Zai

Kelas : A Pendidikan Geografi 2018


Mata Kuliah : Interpretasi Dan Analisis Peta

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS IIMU SOSIAL- UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2019

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat,
hidayah dan inayahNya pada kita semua sehingga sampai saat ini kita semua masih dalam
keadaan sehat wal-afiyat. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, serta kepada keluarga, para sahabat, tabiin dan semua kaum
muslimin muslimat. Alhamdulillahirobbil ‘alamin,penulis bisa menyelesaikan tugas mata
kuliah Interpretasi Dan Analisis Peta dengan tugas membuat makalah dengan judul
Menganalisis Peta Rupa Bumi Indonesia .

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Baik dari segi bahasa, terjemah atau kutipan-kutipan yang ada. Maka dari itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan, serta bimbingan dari Bapak M.Faruq
Ghazali Matondang S.Pd.,M.Sc . dan para teman-teman untuk menyumbangkan idenya,
partisipasinya dan pikiran-pikirannya. kami hanya mohon pada Allah SWT semoga makalah
ini memberi manfaat bagi kita semua.

Medan,Oktober 2019

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan............................................................................................. 1

1.1Latar Belakang................................................................................ 1
1.2Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3Tujuan............................................................................................. 2

BAB II Pembahasan............................................................................................ 3

BAB III Penutup........................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan.......................................................................................10

Daftar Pustaka.................................................................................................11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peta rupa bumi adalah peta yang menggambarkan kenampakan alamiah dan kenampakan
buatan manusia. Contoh kenampakan alamiah minsalnya sungai, bukit,lembah, danau dan
lain-lain. Sedangkan kenampakan buatan manusia minsalnya jalan, permukiman, kantor,
pasar dan lain-lain.Banyak informasi yang dapat ditemukan di Peta Rupabumi yang meliputi
informasi tersurat maupun tersirat. Informasi tersurat merupakan informasi yang sudah
tertulis di dalam peta sebagai contoh indeks peta, skala peta, judul peta, arahangin,nomor
lembar peta, letak astronomis, garis kontur, simbol peta dan sebagainya.Sedangkan informasi
tersirat adalah informasi yang tidak tertulis di peta yaitu meliputi kemiringan lereng, panjang
lereng, bentuk lereng, struktur geologi, lembah sungai,pola aliran, arah aliran, serta bentuk
lahan.

Pada peta RBI skala terdapat pada samping kanan peta, begitu pula
dengan judul peta. Petunjuk letak peta dan diagram lokasi, informasi sistem referensi
informasi pembuat dan penerbit peta, informasi nama dan nomor lembar peta,legenda,
petunjuk dan pembawaan koordinat UTM terdapat di sebelah kanan peta.Pembagian daerah
administrasi, keterangan batas administrasi terdapat di bawah peta. Sedangkan skala grafis,
singkatan dan kesamaan arti peta terdapat di sebelah kiri dari keterangan batas administrasi
dan diagram arah utara dibawah peta.Kemudian nomor lembar peta terletak dikiri bawah
peta. Ada tiga tahapan dalam menggunakan peta rupabumi yaitu tahap pembacaan,tahap
analisis dan tahap interpretasi.

Pada pembacaan peta RBI yang telah dilakukan, banyak informasi yang bisa didapat
berdasarkan informasi yang ada pada peta RBI yang digunakan. Untuk peta RBI informasi
yang disajikan sangat kompleks, mulai dari judul, skala peta sampai dengan nomor lembar
pada kiri bawah disajikan. Untuk simbol-simbol yang
disajikan juga sangat lengkap mulai dari yang alamiah sampai dengan yang bersifat kultural
pun ada. Peta RBI juga dilengkapi dengan garis dan interval kontur. Dimana hal inidapat
membantu para pembaca peta guna mengetahui tinggi rendahnya suatu daerah.

Peta sendiri merupakan suatu representasi atau gambaran unsur-unsur atau kenampakan-
kenampakan abstrak, yang digeneralisasi dari permukaaan bumi, atau yang ada kaitannya
dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa dan pada umumnya digambarkan pada
suatu bidang datar dan diperkecil atau diskalakan (ICA, 1973). Namun dalam kajian kali ini
peta yang digunakan yakni dengan peta rupa bumi Indonesia. Peta ini merupakan
penggambaran bentuk rupa bumi yang ada di wilayah Indonesia yang menggunakan simbol-
simbol dua dimensi sebagai pencerminan fenomena geografikal yang ada di wilayah
Indonesia. Simbol-simbol tersebut bisa berupa simbol titik seperti bangunan, gereja , masjid,
dan lainnya, kemudian simbol garis seperti pola aliran air dan geologis, serta simbol area
seperti perkebunan, sawah, hutan, dan lain sebagainya.

Peta rupa bumi umumnya terdapat suatu informasi tepi yang mencakup berbagai informasi
penting misalnya tentang : judul peta, skala peta, legenda, gratikul, diagram lokasi peta
indeks, sumber peta dan informasi lain yang penting. Selain itu dalam peta rupa bumi
Indonesia umumnya terdapat/terlihat kenampakan suatu garis kontur, baik tertutup maupun
terbuka. Dari adanya kenampakan kontur ini selanjutnya bisa diolah untuk proses
penghitungan baik mengenai luasnya, volumenya, kemiringan lerengnya, serta dapat pula
dibuat suatu penampang melintangnya. Demikian ini adalah beberapa hal yang menjadikan
suatu kelebihan dalam peta rupa bumi dibanding dengan peta lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan menganalisis peta rupa bumi Indonesia
2. Bagaimana caranya kah menganalisis peta rupa bumi Indonesia
3. Adakah kendala dalam menganalisis peta rupa bumi Indonesia
4. Apa keuntungan dari menganalisis peta rupa bumi Indonesia

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian dari peta rupa bumi Indonesia
2. Untuk mengetahui cara menganalisis peta rupa bumi Indonesia
3. Untuk mengetahui kendala dalam menganalisis peta rupa bumi Indonesia
4. Untuk mengetahui keuntungan dari menganalisis peta rupa bumi Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Posisi Absolut Dan Relatif pada Peta RBI


Posisi peta yaitu menunjukkan letak suatu tempat atau objek. Posisi suatu tempat
terdiri dari posisi relative dan absolut.
1. Posisi relatif
Posisi relatif yaitu posisi suatu tempat yang dihubungkan dengan objek lain
dan posisi tersebut akan berubah sesuai sudut pandang apa kita melihatnya. Contoh :
jika dilihat dari pariaman, kota padang terletak di selatan pariaman. Sedangkan jika
dilihat dari solok, kota padang terletak di barat solok.

2. Posisi absolut
Posisi absolut yaitu posisi suatu daerah yang ditentukan dengan garis lintang
dan garis bujur. Tidak masalah apakah anda sekarang ada di Jakarta atau di Surabaya,
garis bujur dan garis lintang daerah manapun tetap sama. Garis bujur membagi lokasi
tempat di belahan bumi timur dan barat sementara garis lintang untuk membagi bumi
menjadi belahan bumi utara dan selatan. Titik pangkal garis bujur 0⁰ melewati kota
Greenwich di Inggris dan garis pangkal garis lintang adalah ekuator.
Contoh Peta Rupa Bumi Sukabumi

Dari peta diatas dapat ditentukan posisi relatif dan absolut peta tersebut. Posisi relatif
Sukabumi yaitu :
- Sebelah Utara : Kecamatan Salabintana
- Sebelah Selatan : Kecamatan Salindung
- Sebelah Barat : Kecamatan Cibadak
- Sebelah Timur : Kecamatan Gegerbitung

2.2 Letak Geografis dan Astronomis Wilayah di Peta RBI


1. Letak geografis
Letak Geografis adalah posisi keberadaan sebuah wilayah berdasarkan letak
dan bentuknya dimuka bumi. Letak geografis biasanya di batasi dengan berbagai fitur
geografi yang ada di bumi dan nama daerah yang secara langsung bersebelahan
dengan daerah tersebut. Fitur bumi yang dimaksud disini contohnya seperti benua,
laut, gunung, samudera, gurun, dan lain sebagainya.

2. Letak Astronomis
Letak atau Lokasi suatu wilayah berdasarkan lintang dan bujur disebut dengan
letak astronomis. Garis lintang 0o disebut dengan garis khatulistiwa yang membagi
bumi menjadi bagian utara yang disebut dengan Lintang Utara(LU) dan bagian
selatan yang disebut dengan Lintang Selatan (LS). Garis lintang menjadi dasar
pembagian iklim yang didasarkan pada sudut datang matahari, sedangkan garis bujur
0oyang berada di kota greenwich membagi belahan bumi menjadi belahan bumi Barat
yang dikenal dengan Bujur Barat (BB) dan belahan bumi timur yang dikenal dengan
Bujur Timur (BT). Garis bujur 0o yang dipergunakan sebagai dasar pembagian waktu
di berbagai wilayah (negara).
Garis lintang dan bujur merupakan garis khayal artinya kita tidak menjumpai
garis ini secara nyata di bumi. Garis lintang kenampakannya horizontal, sedangkan
Garis Bujur kenampakannya vertikal pada peta atau globe. Berdasarkan konsep
geografi, letak/lokasi terbagi dua yaitu letak absolut dan letak relatif. Letak
astronomis merupakan letak absolut artinya letak ini tidak dapat dipindah atau
dirubah. Sebagai contoh Lokasi Indonesia berada pada Lintang 6 0 LU sampai 110 LS
dan pada bujur 950 BT sampai 1410 BT. Berbeda dengan letak relatif yang hanya
ditinjau berdasarkan objek-objek lain misalnya Indonesia berada di sebelah Utara
Benua Australia atau di sebelah barat negara Papua Nugini.

Untuk menentukan posisi Lintang dan Bujur pada suatu wilayah, kita perlu
melihatnya pada peta atau globe yang memiliki garis lintang dan bujur. Kemudian
harus diketahui arah mata angin agar dapat menentukan letak berdasarkan peta. Arah
mata angin dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Keterangan
T : Timur
Tg : Tenggara
S : Selatan
BD : Barat daya
B : Barat
BL : Barat Laut
U : Utara
TL : Timur Laut

Dalam menentukan batas koordinat suatu wilayah pada peta, batas paling luar
pada wilayah tersebut dijadikan sebagai tanda dan disesuaikan garis koordinat pada
peta. Pada batas terluar wilayah tarik garis lurus mengikuti garis lintang ataupun
bujurnya. Pada angka derajatnya sesuaikan dengan interval derajat pada peta. Sebagai
contoh pada peta berikut ini.
Pada peta contoh di atas (Peta X), Garis hijau merupakan batas wilayah Kota
X berdasarkan batas terluar sesuai mata angin (Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya,
Barat, Barat Laut, Utara dan Timur Laut). Letak koordinat lintang ditandai dengan y1
dan y2. Sedangkan koordinat bujur ditandai dengan x1 dan x2. Dari garis koordinat
peta dapat kita lihat ada batas wilayah yang tidak tepat berada pada garis koordinat
seperti x1, y1, y2. Pada X1, garis hijau berada diantara 80 o15’ dan 80o17’, jadi dapat
diperkirakan bahwa x1 = 80o16’20” (delapan puluh derajat enambelas menit duapuluh
detik). Selanjutnya y1 berada diantara 8o18’ dan 8o20’. Jadi y1=8o18’50” (delapan
derajat delapanbelas menit limapuluh detik). Sedangkan y2 berada diantara 8o24’ dan
8o26’, jadi y2 = 8o25’50” (delapan derajat duapuluh lima menit lima puluh detik).
Jadi dapat kita simpulkan letak koordinat kota X berada pada 8 o18’50” LU –
8o25’50”LU dan 80o16’20” BT – 80o27’ BT. Dengan catatan bahwa Kota X berada di
sebelah Timur dari garis Bujur 0o dan dan berada di sebelah utara garis khatulistiwa
(garis lintang 0o).
2.3 Membaca Kontur Dan Titik Ketinggian

Sifat-sifat garis kontur

1. Garis kontur dengan ketinggian yang lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih
tinggi, kecuali bila disebut secara khusus untuk hal-hal tertentu seperti kawah.

2. Garis kontur tidak akan pernah berpotongan


3. Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap, walaupun kerapatan dua garis
kontur tersebut berubah-ubah.

4. Daerah datar mpunyai kontur yang jarang-jarang, sedangkan daerah terjal atau curam
mempunyai garis kontur yang rapat.

5. Garis kontur tidak akan pernah bercabang.

6. Punggung gunung atau bukit terlihat di peta sebagai rangkaian garis kontur yang
berbentuk huruf “U” yang ujung melengkungnya menjauhi puncak.

7. Lembah terlihat di peta sebagai rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” yang
ujungnya tajam dan menjorok ke arah puncak.

8. Garis kontur berbentuk kurva tertutup.

9. Garis ketinggian pembantu, menyatakan ketinggian antara (tengah-tengah) antara dua


garis yang berurutan.

Ketinggian Tempat
Untuk menentukan suatu ketinggian pada peta, yaitu dengan cara melihat interval
kontur pada peta dan lalu hitung ketinggian tempat yang ingin diketahui. Memang ada
perkiraan umum yaitu : interval kontur = 1/200 skala peta. Tetapi perkiraan ini biasanya tidak
selalu benar. Beberapa peta topografi keluaran Direktorat Geologi Bandung aslinya berskala
1 : 50.000 (interval kontur 25 m), tetapi kemudian diperbesar menjadi berskala 25.000
dengan kontur interval yang tetap 25 m. Dalam misi SAR gunung hutan misalnya, sering kali
suatu diperbesar dengan cara di fotocopy untuk ini interval kontur peta tersebut haruslah tetap
dituliskan.
Sering peta yang dikeluarkan oleh Bakorsutanal (1 : 50.000) membuat garis kontur
tebal untuk setiap kelipatan 250 m (kontur tebal untuk ketinggian 750, 1000, 1250 m dan
seterusnya) atau setiap selang sepuluh kontur.
Peta yang dikeluarkan oleh AMS (Army Map Service) yang berskala 1 : 50.000, membuat
garis kontur tebal untuk setiap kelipatan 100 m. Misalnya : 100,200,300 m dan seterusnya.
Peta yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Bandung tidak seragam ketentuan garis
konturnya. Dari informasi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada ketentuan
khusus dan seragam untuk menentukan garis kontur tebal.
Bila ketinggian garis kontur tidak dicantumkan, maka untuk mengetahui ketinggian suatu
tempat haruslah dihitung dengan cara sebagai berikut :
a. Cari dua titik yang berdekatan yang nilai ketinggiannya diketahui.
b. Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut hitung berapa kontur yang terdapat
diantara keduanya (jangan menghitung garis kontur yang sama nilainya bila kedua titik
terpisah oleh lembah).

c. Dengan mengetahui selisih ketinggian dua titik tersebut dan mengetahui juga jumlah
kontur yang terdapat, dapat dihitung berapa interval konturnya (harus merupakan bilangan
bulat).
d. Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian. Bila kontur terdekat itu berada
diatas titik maka nilai kontur itu lebih besar dari titik ketinggian itu. Bila kontur berada
dibawah maka nilainya lebih kecil. Hitung nilai kontur terdekat itu yang harus merupakan
kelipatan dari nilai interval kontur yang telah diketahui dari point (c).
Lakukanlah perhitungan diatas sampai merasa yakin nilai yang didapat untuk setiap kontur
benar, cantumkan nilai beberapa kontur pada peta anda (kontur 1000, 1.250, 1,500 dan
seterusnya) agar mudah mengingatnya.

2.4 Menghitung Dan Menyusun Peta Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng dijadikan salah satu parameter yang menyusun peta satuan lahan,
disebabkan parameter ini memiliki peran yang cukup besar pada berbagai proses hidrologi
permukaan. Salah satu peran parameter lereng dalam proses hidrologi adalah proses
terjadinya aliran Horton (Hortonian Overflow) pada lahan terbuka.
Terdapat banyak cara untuk membuat peta lereng diantaranya adalah dengan interpretasi
kemiringan lereng dari foto udara menggunakan slope meter, perhitungan kemiringan lereng
melalui kontur pada peta topografi, hingga menggunakan model elevasi digital (digital
elevation model). Diantara metode-metode tersebut dalam praktikum ini digunakan metode
pembuatan kontur dari peta topografi.
Peta topografi memberikan informasi tentang morfologi permukaan bumi yang
digambarkan dengan garis kontur. Kemiringan lereng merupakan salah satu pembentuk
satuan lahan yang dapat dihitung dengan menggunakan kontur. Semakin rapat kontur maka
semakin terjal lereng, dan sebaliknya semakin jarang kontur, maka lereng semakin landai.
Dari ketinggian tempat tersebut diperoleh lokasi-lokasi berupa titik-titik ketinggian.
Berdasarkan titik-titik ketinggian tersebut dapat ditarik garis yang sama ketinggiannya
sehingga dihasilkan garis-garis kontur. Berdasarkan kenampakan ketinggian yang
divisualisaikan dengan garis kontur dapat diturunkan menjadi informasi kemiringan
lereng. Lereng memberikan gambaran mengenai beda tinggi antar muka permukaan bumi.
Dengan adanya pengekelasan lereng ini, maka informasi mengenai morfologi relatif lebih
mudah untuk dilihat daripada menggunakan informasi seperti garis kontur.
Pembuatan peta kemiringan lereng diperoleh dengan cara mengekstraksi informasi
titik ketinggian dan garis kontur yang terdapat pada peta RBI atau dengan melakukan survei
lapangan pemetaan terestrial. Dari analisis dasar kenampakan secara visual bahwa semakin
rapat garis kontur maka semakin terjal kemiringan lerengnya karena semakin banyak
perbedaan nilai titik-titik ketinggian suatu tempat tersebut. Semakin renggang garis kontur
yang ada maka semakin kemiringan lereng juga semakin datar ,perbedaan ketinggian semakin
sedikit.
Garis-garis kontur tersebut diturunkan menjadi informasi kemiringan lereng,dasar
penurunan informasi garis kontur adalah penghitungan garis kontur yang terpotong sebagai
salah satu variable yang digunakan pada formula perhitungan persen kemiringan lereng
adalah pada sifat garis kontur itu sendiri. Garis kontur memiliki sifat semakin rapat maka
lereng semakin terjal, dan sebaliknya. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa semakin
banyak kontur terpotong maka persen kemiringan lereng akan semakin besar yang berarti
lereng semakin terjal. Peryataan ini sesuai dengan formula untuk perhitungan kemiringan
lereng dimana kontur terpotong diagonal berbanding lurus dengan derajat kemiringan
lereng. Dengan menggunakan analisis tools slope maka dapat diketahui profil daerah pada
DAS yang memiliki kemiringan lereng datar,,terjal. Berdasarkan klasifikasi dari Cook
diperoleh kelas kemiringan lereng datar dengan persentase 0-5%,bergelombang 5-
10%,berbukit 10-30%,dan terjal lebih dari 30%.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Saat ini, peta Rupabumi Indonesia (RBI) merupakan hal yang sangat ditunggu oleh
masyarakat sebagai pengguna Informasi Geospasial. Kualitas yang baik menjadi tuntutan
utama dalam pembuatan peta RBI, termasuk peta RBI skala besar. Namun saat ini ada sebuah
spesifikasi sangat penting yang belum dibuat, yaitu kedetailan untuk setiap skala. Misalnya,
dalam pembuatan peta RBI skala 1:5.000 belum ada batasan mengenai tingkat kedetailan
objek yang harus ditampilkan. Akibatnya, seluruh objek yang terlihat di foto dilakukan
digitasi, dan semua objek yang ditemui saat survei lapangan juga diakuisisi. Hal ini memicu
potensi tidak adanya perbedaan yang jelas antara setiap skala. Penelitian ini mengkaji
kedetailan peta RBI multi-skala berdasarkan peraturan-peraturan yang ada di Indonesia yang
berkaitan dengan spesifikasi peta dasar, khususnya peta RBI.
Peraturan tersebut antara lain SNI Spesifikasi Teknis Peta Rupabumi, SNI Spesifikasi
Penyajian Peta Rupabumi, SNI Klasifikasi Penutup Lahan, dan layout kartografi peta RBI.
Selain itu, digunakan pula Permen PU No.20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota sebagai salah satu acuan.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kedetailan peta RBI yang ideal untuk setiap
skala, sehingga tingkat kedetailan tersebut menjadi konsisten. Hasil penelitian ini
menunjukkan unsur-unsur yang perlu digeneralisasi berdasarkan peraturan-peraturan tersebut,
sehingga memudahkan ketika akan dilakukan kategorisasi unsur yang ditampilkan untuk
setiap skala.

DAFTAR PUSTAKA

https://beproud.wordpress.com/2014/12/09/kontur/
http://awaluddinzaenuri.blogspot.com/2011/09/pembuatan-peta-kemiringan-lereng-
untuk.html

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/garis-astronomis-pada-peta

http://www.gurugeografi.id/2017/04/perbedaan-lokasi-absolut-dan-relatif.html

http://www.info-geospasial.com/2015/06/hitung-koordinat-dari-nomor-lembar-peta.html

http://mariadilmu.blogspot.co.id/2016/07/menentukan-letak-astronomis-suatu.html

Anda mungkin juga menyukai