Disusun Oleh:
NIM : 18405244001
Kelompok : B1
2019
1
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Hidrologi 2019
Disusun Oleh:
Adinta Darmawan
18405244001
Mengesahkan,
Praktikum
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan praktikum hidrologi dengan
Dalam penulisan laporan ini saya menyadari bahwa kendala yang saya hadapi,
dan tentunya banyak pihak yang telah membantu kelancaran laporan ini, untuk itu
ucapan terima kasih saya ucapkan kepada bapak Arif Ashari, M.Sc. selaku dosen
pengampu, asisten dosen praktikum selaku pembimbing selama praktikum, orang tua
serta teman-teman jurusan Pendidikan Geografi 2018 yang telah memberikan dukungan
Saya menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dalam praktikum ini, oleh
sebab itu kritik saran yang membangun saya harapkan untuk menyempurnakan tugas-
tugas sejenis ke depannya agar lebih baik lagi. Akhir kata, semoga laporan ini dapat
Adinta Darmawan
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. 2
LAMPIRAN........................................................................................................ 91
4
ACARA II
MENENTUKAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menghitung batas DAS dengan peta topografi.
B. Dasar Teori
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh
yang jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau atau ke laut
(Nilda, 2014: 35-36).
Menurut Liamas (1993) dalam Nilda (2004: 35) menjelaskan bahwa DAS
komponen utama. Aliran sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik curah hujan
dan kondisi biofisik DAS. Karakteristik biofisik mencakup geometri (ukuran,
2008: 96)
5
kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumber
daya alam bagi manusia secara berkelanjutan.
Aliran permukaan pada daerah tangkapan air (daerah aliran sungai, DAS)
terjadi dalam beberapa bentuk yaitu 1) aliran limpasan pada permukaan tanah, 2)
aliran melalui parit/selokan, 3) aliran melalui sungai-sungai kecil, dan 4) aliran
melalui sungai utama. Aliran limpasan pada permukaan tanah terjadi selama atau
setelah hujan dalam bentuk lapisan air yang mengalir pada permukaan tanah.
kecil dan selanjutnya menjadi aliran di sungai utama. Karakteristik hidrologis dari
daerah tangkapan air dipengruhi oleh luas, bentuk, relief, panjang, sungai, dan
Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggung-
garis kontur. Garis-garis kontur dipelajari untuk menentukan arah dari limpasan
permukaan. Limpasan berasal dari titik-titik tertinggi dan bergerak menuju titik-
titik yang lebih rendah dalam arah tegak lurus dengan garis-garis kontur. Daerah
yang dibatasi oleh garis yang menghubungkan titik-titik tertinggi tersebut adalah
Luas DAS diperkirakan dengan mengukur daerah itu pada peta topografi.
Luas DAS sangat berpengaruh terhadap debit sungai. Pada umumnya semakin
besar DAS semakin besar jumlah limpasan permukaan sehingga semakin besar
Air (2008: 8) menjelaskan bahwa pengelolaan DAS pada dasarnya ditujukan untuk
terwujudnya kondisi yang optimal dari sumberdaya vegetasi, tanah, dan air
sehingga mampu memberi manfaat secara maksimal dan berkesinambungan
bagi kesejahteraan manusia. Selain itu pengelolaan DAS dipahami sebagai suatu
tanah, dan air, dan keterkaitan daerah hulu dan hilir suatu DAS.
6
DAS bagian hulu mempunyai peranan penting, terutama sebagai tempat
penyedia air untuk dialirkan ke bagian hilirnya. Oleh karena itu bagian hulu DAS
seringkali mengalami konflik kepentingan dalam penggunaan lahan, terutama
aspek yang berhubungan dengan suplai air. Secara ekologis, hal tersebut
DAS.
Bahan
1. Peta DAS
D. Langkah Kerja
1. Menghitung batas DAS.
7
5. Mencari garis kontur tertinggi kemudian menghubungkan garis kontur
tersebut menggunakan drawing pen warna merah.
6. Menyusun laporan praktikum.
E. Pembahasan
DAS atau daerah aliran sungai merupakan suatu kawasan yang dibatasi
oleh titik-titik tinggi dimana air yang berasal dari air hujan yang jatuh, terkumpul
dalam kawasan tersebut. Penentuan untuk menentukan batas DAS adalah dengan
daerah dataran tinggi dimana akan mengelilingi aliran sungai sampai ke muara.
Batasan tersebut berupa titik-titik tertinggi yang berada di aliran sungai yang
sungai tersebut. Semakin jauh limpasan permukaan atau debit sungai semakin
besar pula batas DAS. Dalam berjalannya waktu, sewaktu-waktu batas DAS dapat
berubah, entah semakin luas, atau semakin sempit. Hal ini dikarenakan faktor
patahan aktif, tentu hal ini akan mempengaruhi topografi batas DAS dimana
yaitu daerah antara hulu dan hilir. Dan hilir merupakan daerah yang dekat dengan
laut. Pembagian bata DAS seperti yang disebutkan tadi berhubungan dengan
ketiga bagian sungai ini. Batas DAS yang dimana merupakan batas daerah
dengan topografi tinggi ini biasanya banyak terdapat hulu. Hingga sampai hilir
yang ketinggiannya lebih rendah dibanding hulu yang kemudian akan dialirkan
ke muara hingga sampai ke laut. Arus dibagian hulu lebih deras dibandingkan di
bagian tengah dan hilir, hal ini dikarenakan letak hulu yang lebih tinggi
dibandingkan bagian tengah dan hilir sungai karena sesungguhnya air itu
mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah.
8
dibuat dengan cara mencari titik kontur tertinggi di sekitaran sungai. Kemudian
dihubungkan sampai ujungnya di muara.
DAS di Purworejo mempunyai banyak cabang sungai yang berujung ke
muara. Dari percabangan sungai hingga sampai muara, muara sungai mempunyai
ordo 3 di Desa Karangjati Wetan. Biasanya ordo 1 terletak di daerah batasan DAS
yang mengelilingi sungai, yaitu dengan ketinggian 245, 281, 457, 489, 727, 740,
621, 541, 554, 552, 541, 345, 528, dan 396. Titik-titik tersebut kemudian
Jawa Tengah banyak ditemui gunung-gunung tinggi seperti sumbing dan bukit
lembah cekung dan membuat aliran berasal dari air hujan ataupun mata air dari
gunung-gunung disekitar.
memanjang. Akibatnya jarak antar sungai relatif jauh atau renggang bila dilihat
Daerah DAS dibuat berfungsi untuk sumberdaya vegetasi, tanah, dan air
demi kelangsungan dan kesejahteraan hidup penduduk. Daerah DAS seringkali di
untuk suplai ke hilir. Jika bagian hulu rusak akibat kesalahan dari pemanfaatan
cenderung sempit. Contoh lain seperti pemanfaatan air sungai sebagai tempat
mencuci, memancing, bermain di daerah hulu dihimbau agar tidak melakukan
9
aktivitas tersebut dikarenakan daerah hulu mempunyai aliran air yang cukup
deras.
F. Kesimpulan
1. DAS merupakan daerah yang dibatasi oleh dataran yang mempunyai
topografis tinggi yang dapat menampung air sehingga dapat menyalurkan air
sungai ke laut
3. Bagian DAS terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu bagian keompok hulu,
tengah, dan hilir
dari gunung-gunung tinggi sumber mata air maupun air hujan yang
menggenangi sungai
5. DAS dibuat guna dimanfaatkan sumberdaya seperti tanah, air, dan vegetasi
10
ACARA III
MENGHITUNG RERATA CURAH HUJAN PADA SUATU WILAYAH
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menghitung rerata curah hujan dengan berbagai metode
B. Dasar Teori
Uap air dalam Handoko (1995: 101) merupakan sumber presipitasi
seperti hujan dan salju. Jumlah uap air yang terkandung pada massa udara yang
suhu atmosfer, air merupakan satu-satunya komponen atmosfer yang dapat hadir
dalam ketiga bentuk zat yaitu cair (air), gas (uap) maupun padat (es). Perubahan
dari satu bentuk menjadi bentuk lain di dalam terjadi dalam suatu siklus yang
proses resapan air tanah, dan debit aliran). Proses terjadinya presipitasi karena
adanya beda tekanan udara antara dua tempat yang berbeda ketinggiannya.
Ditempat tersebut, karena adanya akumulasi uap air pada suhu yang rendah
maka terjadilah proses kondensasi, dan pada gilirannya massa air basah tersebut
11
b. Sesuai untuk kawasan datar/rata.
c. Daerah aliran sungai (DAS) dengan jumlah penakar hujan besar yang
didistribusikan secara merapat pada lokasi-lokasi yang mewakili.
Dimana:
a. Sesuai untuk kawasan dengan jarak penakar hujan yang tidak merata.
seluruh jaringan.
membagi jumlah hasil kali luas poligon dan hujan (dari penakar di
thiessen.
𝑨𝟏𝑹𝟏 + 𝑨𝟐𝑹𝟐 + 𝑨𝟑𝑹𝟑 + ⋯ 𝑨𝒏𝑹𝒏
𝑹=
𝑨𝟏 + 𝑨𝟐 + 𝑨𝟑 + ⋯ 𝑨𝒏
𝑨𝟏𝑹𝟏 + 𝑨𝟐𝑹𝟐 + 𝑨𝟑𝑹𝟑 + ⋯ 𝑨𝒏𝑹𝒏
𝑹=
𝑨
𝑹 = 𝑾𝟏𝑹𝟏 + 𝑾𝟐𝑹𝟐 + 𝑾𝟑𝑹𝟑+. . 𝑾𝒏𝑹𝒏
Dimana:
R= curah hujan daerah (mm)
R1,R2,R3,..Rn= curah hujan di tiap pengamatan (mm)
12
A1,A2,A3,...An= luas wilayah yang dibatasi poligon
A= luas daerah penelitian
W1,W2,W3,...Wn= A1/A, A2/A, A3/A,...An/Wn
3. Metode Ihsoyet
Metode iihsoyet merupakan metode yang paling teliti
tersebut.
hasil kali luas ihsoyet dan hujan, dan dibagi dengan luas total, dengan
persmaan:
𝑨𝟏𝑹𝟏 + 𝑨𝟐𝑹𝟐 + 𝑨𝟑𝑹𝟑 + ⋯ 𝑨𝒏𝑹𝒏
𝑹=
𝑨𝟏 + 𝑨𝟐 + 𝑨𝟑, … 𝑨𝒏
Dimana:
Alat
1. Alat tulis, digunakan untuk menulis.
13
5. Kertas folio, digunakan untuk coretan untuk menghitung rata-rata curah
hujan.
6. Penggaris, digunakan untuk mengukur panjang suatu stasiun curah hujan
ke stasiun lainnya.
7. Kalkulator, digunakan untuk menghitung rata-rata curah hujan.
Bahan
1. Peta DAS, digunakan sebagai acuan untuk menggambar.
D. Langkah Kerja
Untuk menghitung rerata curah hujan pada suatu wilayah, maka berikut
langka kerjanya.
berwarna hitam.
5. Menaruh kalkir di atas kertas miimeter blok untuk menghitung luas DAS.
6. Menghitung rata-rata curah hujan dengan cara aritmatika, Thiessen, dan
Ihsoyet.
7. Membuat laporan praktikum.
Hasil
Dari hasil praktikum di Laboratorium Ilmu Sosil Terpadu, diperoleh hasil
sebagai berikut.
1 I 183
2 II 279
14
3 III 250
4 IV 176
5 V 225
6 VI 210
Rumus:
𝟏
𝑹= (𝑹𝟏 + 𝑹𝟐 + 𝑹𝟑 + ⋯ 𝑹𝒏)
𝒏
𝟏
𝑹 = (𝟏𝟖𝟑 + 𝟐𝟕𝟗 + 𝟐𝟓𝟎 + 𝟏𝟕𝟔 + 𝟐𝟐𝟓 + 𝟐𝟏𝟎)
𝟔
𝟏
𝑹 = (𝟏𝟑𝟐𝟑) = 𝟐𝟐𝟎, 𝟓 mm
𝒏
Keterangan:
R= curah hujan daerah (mm)
1 I 183 167
2 II 279 89
4 IV 176 24
5 V 225 164
6 VI 210 253
Jumlah 841
Rumus:
𝐴1𝑅1 + 𝐴2𝑅2 + 𝐴3𝑅3 + ⋯ 𝐴𝑛𝑅𝑛
𝑅=
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 + ⋯ 𝐴𝑛
(167 × 183) + (89 × 279) + (144 × 250) + (24 × 176) + (164 × 225) + (253 × 210)
𝑅=
167 + 89 + 144 + 24 + 164 + 253
185.201
𝑅= = 220,2 𝑚𝑚
841
15
Tabel 3.3 Data Curah Hujan dengan Metode Ihsoyet
1 I 172 + 176
= 174 193
2
2 II 184 + 187
= 371 229
2
3 III 217 + 203 + 205 + 203
= 207 277
4
4 IV 231 + 228 + 226
= 228,3 198
3
5 V 253 124
6 VI 279 45
Jumlah 1.066
Rumus:
𝐴1𝑅1 + 𝐴2𝑅2 + 𝐴3𝑅3 + ⋯ 𝐴𝑛𝑅𝑛
𝑅=
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3, … 𝐴𝑛
(193 × 174) + (229 × 371) + (277 × 207) + (198 × 228,3) + (124 × 253) + (45 × 279)
𝑅=
1.066
254.660,4
𝑅= = 238,9 𝑚𝑚
1.066
Pembahasan
penyinaran matahari, keberadaan laut, dan adanya angin musim. Hujan yang turun dengan
volume yang banyak dan debit yang besar akan mengenangi daerah-daerah yang cekung
dimana air akan meresap ataupun mengalir melalui aliran-aliran air seperti sungai maupun
keberlangsungan siklus hidrologi. Hujan akan turun dan akan naik kembali melalui
tahapan-tahapan yang banyak dan dalam waktu yang relatif panjang. Seperti contoh yang
paling sederhana, hujan akan turun mengisi sungai-sungai dan kemudian dialirkan ke laut
bahwa keberlanjutan proses ekologi, geografi, dan tataguna lahan DAS ditentukan oleh
16
Demi keberlangungan daur hidrologi demi kesejahteraan manusia, perlu adanya
penjagaan dan perawatan sistem di daerah DAS dimana hujan sebagai faktor terpenting.
Oleh karena itu demi menjaga kelestarian DAS untuk pemanfaatan sumberdaya air demi
pemenuhan kebutuhan, perlu adanya pengawasan tentang curah hujan tersebut. Dengan
hal ini, upaya preventif mengenai pengamatan curah hujan juga sangat penting demi
menjaga kemanan penduduk ketika ada kemungkinan bahaya bencana banjir. Curah hujan
juga dapat dapat dijadikan proses analisis dalam pengidentifikasian daerah dengan curah
hujan lebat ataupun ringan terutama di daerah DAS.
Untuk mengukur rerata curah hujan di suatu daerah tersebut dapat digunakan
dengan metode perhitungan dimana perhitungan rerata curah hujan berdasar data curah
hujan yang didapatkan dari stasiun-stasiun hujan. Metode yang digunakan mengunakan
metode aljabar, polygon thiessen, dan juga ihsoyet. Metode ini digunakan dengan
mengumpulkan data curah hujan dari setiap stasiun curah hujan maupun membuat garis-
garis atau titik-titik poligon dan ihsoyet dari stasiun-stasiun terdekat sehingga hasil relatif
lebih valid. Metode poligon dan ihsoyet ini digunakan bertujuan untuk mencari curah
hujan di stasiun-stasiun terdekat.
rerata curah hujan di daerah DAS Purworejo. Dalam pengukuran ini dilakukan dengan
ketiga metode tersebut berdasar data yang telah diberi oleh asisten praktikum pedidikan
curah hujan di daerah Purworejo khususnya di daerah DAS, relatif sedang hingga besar.
pengukuran curah hujan. Metode aljabar akan lebih cocok dengan daerah DAS yang
mempunyai topografi rata dan penakar-penakar hujan tersebar secara merata. Hal ini
berbeda dengan metode polygon thiessen dan ihsoyet yang daerah-daerah
perhitungannya mempunyai topografi yang tidak rata dan juga penakar-penakar hujan
tidak merata. Hal ini tentu mempengaruhi hasil dari setiap perhitungan menggunakan
F. Kesimpulan
2. Untuk menjaga kelangsungan DAS, perlu adanya pengamatan tentang kondisi curah
hujan
17
4. Pengukuran curah hujan di daerah DAS Purworejo dengan ketiga metode tersebut
berbeda, dikarenakan karena fungsi dari setiap metode berbeda dengan melihat
topografi yang merata atau tidak dan juga penyebaran penakar-penakar hujan yang
18
ACARA IV
MELENGKAPI DATA CURAH HUJAN YANG HILANG
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menghitung data curah hujan yang hilang.
B. Dasar Teori
hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau
volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan
Menurut Ramage (1971) dan Tjasyono (2006) dalam Gustari (2009: 29-30)
menyebutkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia termasuk daerah dengan
tipe hujan monsun dan merupakan daerah konvektif paling aktif di dunia. Dengan
hal ini akan berpengaruh pada curah hujan yang tinggi. Haylock dan Mc Bridge
(2001) juga mengatakan bahwa jumlah curah hujan antara satu daerah dengan
daerah lainnya yang ditunjukkan dengan durasi dan intensitasnya tidak sama di
semua daerah, dengan kata lain hal ini memperlihatkan adanya respon yang
yang memiliki periodesitas ulang yang panjang serta mekanisme fisisnya, perlu
dikaji lebih lanjut dengan menggunakan data yang lebih panjang, serta
melibatkan komponen cuaca lain seperti tekanan udara, kelembaban, arah angin,
suhu udara, suhu muka laut, dentitas awan, dan radiasi matahari (Gustari, 2009:
37).
Soewarno (1995) dalam Dwiratna (2013: 29) mengatakan bahwa kendala
umum yang dijumpai dalam menentukan jadwal dan pola tanam adalah
terbatasnya data curah hujan. Untuk itu diperlukan cara untuk memperoleh
buatan (artificially generating time series) (Salas, 1988) atau juga ada yang
menyebut data sintetik (syntetic data-generating) (Srikanthan, 2004).
19
Pengamatan curah hujan dilakukan dengan sebuah alat ukur curah hujan.
Salah satu alat pengamat curah hujan adalah alat ukur biasa yang diletakkan di
suatu tempat terbuka yang tidak dipengaruhi oleh bangunan atau pepohonan
data yang kurang, perlu dilengkapi dengan melakukan pengisian data terhadap
stasiun yang tidak lengkap atau kosong dengan metode rasio normal (Juleha,
2006: 3).
Cara I:
1 𝑅. 𝑟𝐴 𝑅. 𝑟𝐵 𝑅. 𝑟𝐶
𝑟= ( +
𝑛 𝑅𝐴 𝑅𝐵 𝑅𝐶
Keterangan:
n = Jumlah stasiu hujan
r = Curah hujan yang dicari (mm)
akan dilengkapi
Cara II:
𝑃𝐴 𝑃𝐵 𝑃𝐶
+ +
𝑑𝑥𝐴2 𝑑𝑥𝐵2 𝑑𝑥𝐶2
PX = 1 1 1
+ +
𝑑𝑥𝐴2 𝑑𝑥𝐵2 𝑑𝑥𝐶2
Keterangan:
PX = Curah hujan
20
PB = Curah hujan B (stasiun setelah stasiun yang dicari)
PC = Curah hujan C (stasiun setelah stasiun yang dicari)
𝑑𝑥𝐴2 = Jarak antara stasiun yang dicari ke stasiun data A (sudah
Alat
1. Alat tulis, digunakan untuk menulis
2. Kertas folio, digunakan untuk coretan untuk menghitung data curah hujan
yang hilang
stasiun lainnya
Bahan
1. Data curah hujan di suatu wilayah
D. Langkah Kerja
Untuk mengisi data curah hujan yang hilang, maka berikut langkah
kerjanya:
4. Mencari data yang kosong atau hilang maupun data yang tidak normal di
21
E. Hasil dan Pembahasan
Hasil
Setelah diketahui adanya data curah hujan yang hilang atau tidak normal
Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Data Curah Hujan yang Hilang atau Tidak Normal
3 Juni 2013 4 26
Rumus:
𝑃𝐴 𝑃𝐵 𝑃𝐶
+ +
𝑑𝑥𝐴2 𝑑𝑥𝐵2 𝑑𝑥𝐶2
PX = 1 1 1
+ +
𝑑𝑥𝐴2 𝑑𝑥𝐵2 𝑑𝑥𝐶2
Keterangan:
PX = Curah hujan
22
Pembahasan
Di Indonesia merupakan negara yang diapit dua benua dan dua
samudera. Hal ini dibutikannya dengan peristiwa angin muson, dimana angin ini
berasal dari dua benua yang berbeda dan membawa kandungan air. Adanya
angin muson ini menyebabkan terjadinya hujan, entah itu lebat ataupun jarang.
curah hujan diperlukannya stasiun hujan yang berfungsi untuk mencatat debit
hujan setiap daerah. Setiap daerah ada yang memiliki 4-5 stasiun, hal ini
berfungsi untuk mencari data yang valid karena turunnya hujan pada suatu
daerah tidak merata dikarenakan adanya awan cumulus yang terjadi hanya pada
maupun rusak atau juga keliru dalam mencatat. Untuk dapat membuktikan data
rumus.
Jika setiap stasiun hujan untuk mencari data curah hujan tersebut rusak
atau ada data-data yang tidak tercatat oleh petugas curah hujan, maka untuk
data yang tidak lengkap tiap bulannya tentunya tidak dapat dipakai dan tidak
diikutsertakan dalam mengklasifikasikan data curah hujan tahunan dan dianggap
hujan tidak tercatat oleh alat. Atau data yang tidak normal seperti pada bulan
data curah hujan yang tidak lengkap (dilampirkan) di bulan Januari 2013 yang
datanya tercatat 124, 188, 199, 2197. Hal ini termasuk data tidak normal karena
ada selisih yang cukup jauh antara data stasiun 4 dengan stasiun lainnya. Pada
setiap daerah yang mempunyai 4 stasiun tersebut biasanya hujannya relatif sama
atau tidak mempunyai selisih yang lumayan drastis karena jarak antar stasiun
tidak terlalu jauh. Hal ini perlu dihitung kembali menggunakan rumus.
Diketahui data curah hujan yang belum lengkap (dilampirkan), kemudian
dicari data pada stasiun berapa dan bulan serta tahun berapa yang belum
lengkap dan dihitung menggunakan rumus ke-dua. Dari perhitungan tersebut
23
ditemukannya hasil seperti yang tertera pada tabel 3.1. Rumus kedua ini
merupakan rumus normal ratio atau perbandingan normal antar stasiun. Dalam
perhitungan menggunakan rumus ini, diperlukan minimal 4 stasiun untuk dapat
membandingkan dari satasiun satu ke stasiun lain. Hal ini berfungsi agar tidak
terjadinya ketidaknormalan ketika menghitung data.
valid. Data yang dikata tidak valid ketika urutan data dari setiap stasiun berselisih
banyak yang tidak masuk akal. Atau juga dikarenakan karena alat untuk
mengukur data curah hujan terebut rusak dan tidak menghasilkan data apapun.
Data yang telah dihitungkan tersebut dapat dikatakan sebagai data yang
relatif. Karena, kondisi awan ataupun pengaruh angin yang dapat menyebabkan
berbagi peristiwa hujan akan ada kemungkinan diluar perkiraan manusia. Seperti
misalkan ketika awan yang telah mengandung banyak air tersebut dihempas oleh
angin sehingga curah hujan disekitar stasiun yang dijangkau tersebut bergeser
tempatnya walaupun sedikit. Hal itu juga akan menghasilkan data yang berbda
F. Kesimpulan
1. Curah hujan yang tidak merata di Indonesia perlu membuat beberap tempat
3. Praktikum dilakukan dengan tujuan mencari data curah hujan yang hilang
4. Perhitungan untuk mencari data curah hujan yang hilang adalah memakai
rumus normal ratio atau perbandingan normal dari data setiap stasiun
dengan stasiun minimal 4 guna membandingkan data yang sesuai
5. Data yang dihitung menggunakan rumus termasuk data yang relatif karena
24
ACARA V
MENGHITUNG DEBIT ALIRAN DENGAN METODE APUNG
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran debit aliran dengan metode apung.
B. Dasar Teori
diperlukan untuk mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit
aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air
satu kawasan melalui pendekatan sumber daya air permukaan yang ada (Finawan,
2011: 28).
air pada suatu wadah dengan luas penampang area tertentu. Terdapat beberapa
metode yang dapat digunakan untuk pengukuran kecepatan aliran air pada
sungai atau alur antara lain: Area-velocity method, Tracer method, Slope area
method, Weir dan flume, Volumetric method area. Kecepatn aliran dapat diukur
dengan metode: metode current meter dan metode apung. Kemudian distribusi
kecepatan aliran di dalam alur tidak sama pada arah horizontal maupun arah
vertikal (Firnawan, 2011: 28).
metode apung (floating method). Tempat yang harus dipilih adalah bagian sungai
yang lurus dengan perubahan lebar sungai, didalamnya air dan gradien yag kecil.
titik pengamatan lain yang telah ditentukan. Benda apung yang dapat diunakan
aliran sungai. Pemilihan tempat pengukuran sebaiknya pada bagian sungai yang
relatif lurus. Pengukuran dilakukan beberapa kali sehingga dapat diperoleh angka
25
Daerah tadah ialah seluruh permukaan darat dan air yang memberi
sumbangan kepada luahan pada irisan sungai, besar atau kecil. Dari sini jelas
bahwa setiap titik pada alur sungai memiliki daerah tadahnya sendiri yang khas,
dan ukurannya terus bertambah dengan bergeraknya titik sukat ke hilir dan
mencapai angka tertinggi bila titik sukat itu terletak di tepi laut (Wilson, 1993:
122).
Kecepatan ailran sungai pada satu penampang saluran tidak sama,
kecepatan aliran sungai ditentukan oleh bentuk aliran geometri saluran dan
Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir pada suatu titik keluaran
(outlet) tertentu dalam satuan volume per waktu. Debit aliran dihasilkan dari data
tingi muka air (TMA) dan data kecepatan arus sungai pada suatu penampang di
titik keluaran pada suatu daerah tangkapan air (Nugroho, 2013: 24).
dengan penutupan tegakan yang berumur tua menghasilkan hasil air tahunan
hampir dua kali dari DAS dengan penutupan tegakan baru berumur 25 tahun.
Meskipun terdapat variasi sesuai dengan kondisi iklim, tanah dan vegetasi, dari
secara umum meningkatkan hasil air (direct runoff) dan sebaliknya kegiatan
Alat
1. Alat tulis, digunakan untuk menulis.
2. Yalon, untuk mengukur kedalaman sungai.
26
Bahan
1. –
D. Langkah Kerja
Untuk melakukan pengukuran dengan metode apung, maka berikut
langkah kerjanya.
1. Menyiapkan alat dan bahan untuk melaksanakan kegiatan praktikum.
Hasil
Dari hasil praktikum kali ini dapat dihitung aliran dengan metode apung
2) 22 cm 2) 13,93 s
3) 27 cm 3) 10,50 s
27
Rumus:
𝑄 =𝑉×𝐴×𝐾
Keterangan:
Q = debit airan
V = velocity/ kecepatan
A = Area
K = Koefisien
Vrata-rata=
0,43 + 0,35 + 0,47
= 0,416
3
𝐴 = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 × 𝑟𝑎𝑡𝑎 −
𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛
19+22+27
𝐴 = 2,98 × ( )
3
𝐴 = 2,98 × 22,67
𝐴 = 0,67
𝐾 = 1 − 0,116(√1 − 𝛼 − 0,1)
𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔
𝛼= 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖
18,5
𝛼= = 0,81
22,67
𝑄 =𝑉×𝐴×𝐾
𝑄 = 0,416 × 0,67 × 0,98
𝑄 = 0,27
28
Pembahasan
Aliran air merupakan aliran dimana air mengalir dari tempat yang tinggi
ke tempat yang lebih rendah seperti sungai. Aliran air sungai berasal dari
dengan hilir. Air akan mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan
yang lebih rendah.
Aliran air dapat berubah kecepatan, volume, bahkan debitnya. Hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor yang terjadi di aliran tersebut seperti curah
hujan, adanya bendungan, karakteristik tanah, topografinya, dan pemanfaatan air,
serta penggundulan hutan. Aliran air dapat dijadikan sebagai monitor untuk
kelangsungan tata air di wilayah DAS. Sehingga dapat dijadikan patokan dan
evakuasi ketika aliran air semakin cepat karena akan berakibat banjir.
Untuk memonitor akan dampaknya seperti banjir atau bencana lain yang
aliran air. Debit air adalah volume air yang mengalir dengan sejumlah padatan
(misal pasir), mineral terlarut (misal magnesium klorida), dan bahan biologis
(misal alga) yang ikut bersamanya melalui luas penampang melintang tertentu.
Dengan hal ini debit aliran air dapat ditentukan berdasar perhitungan dengan
metode tertentu.
merupakan daerah karst yang mempunyai sumber atau mata air yang
ini dilakukan dengan mengambil penggal sungai yang dibatasi dengan yalon
kevalidan data dan dilakukan dengan cara yang sederhana. Metode ini dilakukan
29
di aliran dibagian yang lurus atau bukan meander guna memperoleh hasil yang
konsisten.
Dengan hasil yang telah ditentukan bahwa debit aliran saluran irigasi
yang berada di Kecamatan Ponjong ini adalah sebesar 0,27. Debit saluran irigasi
ini memang tidak terlalu besar melihat bahwa lebar sungai yang relatif pendek
yaitu 2 meter, dan kedalaman saluran hanya rata-rata sekitar 22,67 cm. Hal ini
berpengaruh pada jumlah air yang mengalir bahwa di saluran ini tidak sederas
sungai yang mempunyai lebar dan kedalaman yang lebih besar sehingga daya
cenderung kering dan tidak terjadi hujan, hal ini dapat mempengaruhi volume
aliran air di saluran irigasi tersebut bahwa semakin hujannya lebat maka semakin
pertambahan debit aliran begitu pula sebaliknya. Kemudian faktor lain adalah
untuk mengontrol laju aliran supaya tidak terlalu kering ataupun membludak dan
ternyata masih ditutup, dan laju serta volumenya pun tidak terlalu deras. Hal ini
berdampak pada debit air.
Seperti yang telah disebutkan bahwa aliran air dengan volume yang
hidup manusia khususnya di Indoneisa yang dimana mempunyai aliran air yang
30
F. Kesimpulan
1. Jumlah aliran air yang terjadi pada sungi ataupun tampungan air yang
mampu mengalirkan air disebabkan oleh faktor curah hujan, adanya
2. Aliran air dapat dijadikan sebagai monitor untuk kelangsungan tata air di
wilayah DAS dan dengan hal itu perlu dilakukannya pengukuran debit aliran
air
4. Pengukuran meghasilkan data debit air sebesar 0,27, hal ini tidak terlalu besar
karena faktor kedalaman dan lebar yang kurang besar yang berbeda pada
sungai-sungai
5. Faktor lain adalah keadaan yang cerah tidak terjadi hujan serta tertutupnya
6. Aliran air entah pada sungai ataupun sistem irigasi mempunyai dampak
31
ACARA VI
MENGUKUR DEBIT DENGAN METODE MANNING
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran debit aliran dengan metode
manning.
2. Mahasiswa dapat menganalisis hasil pengukuran.
B. Dasar Teori
Aliran pada saluran terbuka merupakan aliran yang mempunyai
permukaan bebas. Permukaan yang bebas itu merupakan pertemuan dua fluida
dengan kerapatan p (density) yang berbeda yaitu udara dan air dimana kerapatan
udara jauh lebih kecil dibanding kerapatan air (Putro, 2013: 141).
Menurut Chow (1988) dalam Putro (2013: 142) menyatakan bahwa
keadaan seragam, walaupun dalam prakteknya aliran sungai dan saluran alam
aliran jarang terjadi seragam secara mutlak. Pendekatan umum yang relatif
1988):
1. Kedalaman, luas basah, kecepatan dan debit pada setiap penampang pada
bagian saluran yang lurus adalah konstan.
2. Garis energi, muka air dan dasar saluran saling sejajar, berarti kemiringannya
debit puncak dalam suatu DAS apabila terjadi intensitas hujan maksimum pada
ambang batas untuk menentukan suatu debit puncak dapat menimbulkan banjir
atau tidak.
32
Gunawan (1991) dalam Setiyono (2017: 1684) metode manning
mengestimasi nilai debit puncak dengan tidak harus menggunakan data debit
aliran, melainkan dengan mengidentifikasi bekas banjir puncak untuk mengetahui
dan sedang atau hanya beberapa debit yang didukur pada permukaan air tinggi,
maka adalah lebih baik menghitung dan jari-jari hidrolis yang sesuai dengan
K diperoleh dari hubungan antara debit yang diukur Q dan A𝑅2/3 sesuai
dengan permukaan air yang bersangkutan.
33
Bahan
1. –
D. Langkah Kerja
Untuk mengukur debit dengan metode manning, maka berikut langkah
kerjanya.
1. Menyiapkan alat untuk melaksanakan kegiatan praktikum.
bagian hulu.
6. Mengukur beda ketinggian air pada selang di bagian bawah atau hilir
dengan mistar.
7. Mengukur peri-peri basah (P), yaitu lebar bagian saluran yang terkena air.
atau berpasir.
Hasil
manning.
No Data Hasil
1 Panjang selang 10 m
3 Lebar sungai 11 m
34
Tengah 49 cm 39,6 cm
Kiri 37 cm
Tabel 6.2. Tetapan Kekasaran Manning menurut Cowan pada Sungai Code
saluran
penampang melintang
Keterangan: n= (n0+n1+n2+n3+n4) m5
Rumus:
Q=𝑽×𝑨 A (Luas Penampang):
𝟏
𝑽 = 𝑹𝟐/𝟑 𝑺𝟏/𝟐 A=𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖 ×
𝒏
n = koefisien kekasaran
P (Peri-peri Basah):
R = radius hidraulik
P=𝐴 + (2 × 𝑟𝑎𝑡𝑎 −
S = gradien hidraulik
𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖)
P = 4,29 + (2 × 0,39)
S (Gradien Hidraulik):
P = 4,29 + 0,78= 5,07𝑚2
S=
𝐵𝑒𝑑𝑎 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖 R (Radius Hidraulik):
3
𝑆 = 10= 0,3 R=
𝐴
𝑃
35
4,29 1
R= = 0,85 V= 𝑅2/3 𝑆 1/2
5,07 𝑛
1
V= × 0,852/3 × 0,31/2
0,045
Q = 46,62 𝑚/𝑠 2
V (Rumus Manning)
Pembahasan
terlalu deras atau mempunyai dampak yang merugikan seperti banjir. Tentu hal
ini akan membahayakan. Untuk itulah, metode manning dipergunakan.
pengaruh topografi maupun benda disekitar yang mempengaruhi laju aliran air.
Hal yang diamati seperti kemiringan aliran, material dasar, lebar, panjang,
vegetasi, meander, dan lain-lain.
pengairan di saluran terbuka, dan juga berlaku pada pengaliran di pipa. Hal ini
penampang sungai pada banjir, jari-jari hidrolis dan gradien hidrolik sungai.
Pengukuran debit aliran air yang dilakukan pada tanggal 8 Maret 2019
mengukur debit aliran, perlu memperhatikan kondisi aliran yang diukur. Supaya
mendapat hasil yang lebih efektif, pengukuran dilakukan di penggal sungai
yang mempunyai aliran yang lurus atau tidak meander. Untuk mengukur Sungai
36
Code dengan metode manning, diperlukan berbagai alat seperti selang dan
meteran.
Berdasar hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh data seperti yang
tercantum pada data hasil. Data tersebut meliputi panjang penggal sungai, lebar
sungai kedalaman rata-rata sungai, beda ketinggian air pada selang, dan
rumus manning, menghasilkan debit aliran air 46,62 𝑚/𝑠 2 . Hasil tersebut
menunjukan bahwa setiap detik, Sungai Code mengalirkan air sebanyak 46,62
𝑚2 . Dengan hal ini menunjukan bahwa Sungai Code mempuyai debit aliran
yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan pengaruh luas area penggal sungai
karena semakin luas areanya debit per detiknya akan semakin tinggi.
antara lain material dasar. Material dasar di Sungai Code didominasi oleh batu-
batu dan kerikil. Material basar batu dapat mempengaruhi debit lairan Sungai
Code. Karena pada penggal sungai yang diukur, merupakan daerah yang dekat
dengan muara atau hilir yang alirannya tidak sederas di hulu. Sehingga batu-
batu dan kerikil yang berasal dari hulu banyak diendapkan di penggal ini.
Pengaruh lain juga dipengaruhi oleh adanya longsoran pada tepian
sungai. Diperkirakan longsoran terjadi belum sampai puluhan tahun. Hal ini
sungai.
F. Kesimpulan
1. Pengukuran debit aliran air dengan metode manning digunakan
dikarenakan tidak memungkinkan menggunakan metode apung.
37
4. Pengukuran debit aliran menggunakan metode manning dilkukan di Sungai
Code.
5. Pengukkuran debit aliran air di Sungai Code menggunakan metode
38
ACARA VII
MENGUKUR DEBIT MATA AIR DENGAN METODE VOLUMETRIK
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran debit mata air dengan metode
volumetrik.
2. Mahasiswa dapat menganalisis hasil pengukuran.
B. Dasar Teori
Toolman (1937) dalam Said (2014: 2) menjelaskan bahwa mata air
(seepage). Banyak faktor yang mempengaruhi keadaan mata air dari segi
kuantitas dan kualitasnya, yaitu tinggi rendahnya curah hujan wilayah,
sifat pengalirannya, mata air dibedakan menjadi mata air menahun (parennial
springs) yaitu mata air yang mengeluarkan air sepanjang tahah dan tidak
dipengaruhi oleh curah hujan. Mata air musiman (intermitten springs) yaitu mata
atas dasar periode pengalirannya, strutur geologi, dan asal air tanah karst.
Klasifikasi mata air berdasarkan periode penglirannya: parennial, periodic,
intermitent, dan episodic. ent, dan episodic. Klasifikasi mata air atas dasar struktur
geologi: bedding/contact, fracture, descending dan ascending. Atas dasar asal
menampung aliran air dalam gelas ukur atau ember yang diketahui volumenya.
Hal yang dilakukan dalam perhitungan debit aliran dengan metode ini adalah
39
mengukur lama pengisian tampungan dalam waktu tertentu. Debit (Q)= volume
air per waktu. Cara ini tidak dapat digunakan untuk aliran besar dan cocok untuk
mengukur debit mata air atau rembesan (Widyastuti, 2017: 10).
mata air yang baik yaitu dengan melakukan perencanaan, pemantauan dan
evaluasi sumber mata air. Pengelolaan air tersebut harus sesuai dengan standar
yang ditetapkan agar air yang dikonsumsi oleh penduduk layak digunakan untuk
Alat
Bahan
1. –
D. Langkah Kerja
Untuk mengukur debit mata air dengan metode volumetrik, maka berikut
langkah kerjanya.
1. Menyiapkan alat
2. Mencari mata air
3. Menampung mata air pada wadah air yang telah diketahui volumenya
5. Mecatat data
sebagai berikut.
40
16,21 detik/ 10,5 liter Rata-rata=
Pembahasan
tali arus. Mata air banyak ditemui pada daerah-daerah sumber air atau juga bisa
dekat dengan sungai. Mata air juga bisa disebabkan oleh tinggi rendahnya curah
geologi.
Mata air mempunyai berbagai jenis dari segi pengeluarannya, seperti
sepanjang tahun, musiman atupun periodik. Mata air juga dipengaruhi dari debit
alirannya, sehingga banyak ahli yang mengelompokkan mata air dari segi
debitnya.
tersebut dan juga stopwatch untuk mengukur waktu air yang keluar. Metode ini
banyak digunakan dalam pengukuran debit mata air karena dengan caaranya yan
sederhana dan juga tidak memperlukan alat yang terlalu banyak maupun mahal.
Pengukuran debit mata air dilakukan di sekitar Kali Code yang berlokasi
Mata air tersebut ada yang berasal dari air sungai tersebut dan juga berasal dari
air tanah.
Pengukuran mata air di Kali Code dilakukan di dua mata air yang
berbeda. Pada mata air pertama yang berasal dari air tanah tersebut, diukur
menggunakan metode volumetrik sebanyak 5 kali secara berulang dengan wadah
ember yang mempunyai volume 10 liter. Mata air pertama terletak di dekat
41
Pengukuran tersebut menghasilkan data seperti yang telah dicantumkan pada
hasil. Dengan hasil yang telah diketahui, hal ini menyatakan bahwa debit mata air
yang keluar dari pinggiran Kali Code tergolong tidak terlalu deras.
Pemanfaatan mata air yang pertama dimana airnya berasal dari air tanah
tersebut dimanfaatkan penduduk sekitar untuk mandi atau mencuci pakaian
karena air ini tergolong air yang bersih, berbeda dengan air yang berada pada
kali yang sudah banyak tercampur berbagai macam material maupun limbah.
F. Kesimpulan
1. Mata air adalah permunculan air ke permukaan bumi yang mempunyai tali
arus
5. Pemanfaatan mata air digunakan penduduk sekitar untuk mandi dan mencuci
42
ACARA VIII
MENGANALISIS KUALITAS AIR DENGAN MULTIPARAMETER METER
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui kualitas air dengan multiparameter meter.
B. Dasar Teori
air akan sangat tergantung dari lapisan mineral tanah yang dilaluinya. Hal ini
yang bersumber dari mata air kualitasnya baik sehingga umumnya digunakan
sebagai sumber air minum oleh masyarakat sekitarnya. Sebagai sumber air
minum oleh masyarakat, maka harus memenuhi beberapa aspek yang meliputi
kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Khusus dari segi kualitas harus memenuhi
dengan baku mutu air PP No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air yang meliputi parameter kimia (suhu dan TSS);
parameter kimia (pH, DO, BOD, COD, N, P, Fe dan Cr); dan parameter
mikrobiologi (bakteri coliform total). Penentuan status mutu air dengan
mutu air PP No. 82/2001, dimana metode ini terlampir dalam Kepmen LH No.
115/2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Strategi pengendalian
43
C. Alat dan Bahan
Untuk melakukan analisis kualitas air dengan multiparameter meter,
Bahan
1. (-)
D. Langkah Kerja
(kolam/bak mandi).
meter, didapatkan hasil kualitas air yang terurai dalam tabel di bawah ini.
dekat 36,2 %
Geospasial
Ganesha 61,5 %
44
3 Kolam 29 °C 32 ppm 65 µs/cm 6 3,43 ppm
Dekanat 46,6 %
dekat 29,7 %
Geospasial
Ganesha 52,2 %
Dekanat 40%
16,6 %
400
350
300
Axis Title
250
200
150
100
50
0
0 50 100 150 200
Axis Title
45
Gambar 8.2. Grafik Hasil TDS dan DHL Kelompok B2
400
350 y = 2,0059x + 0,0678
300
Axis Title
250
200
150
100
50
0
0 50 100 150 200
Axis Title
400
350
300
250
Axis Title
200
150
100
50 y = -47,928x + 1499,4
0
26 27 28 29 30 31
Axis Title
400
350
300
Axis Title
250
200
150
100 y = -48,267x + 1458,1
50
0
26 26,5 27 27,5 28 28,5
Axis Title
46
Gambar 8.5. Grafik Hasil Suhu dan DO Kelompok B1
5
y = 0,7275x - 17,472
4
Axis Title
3
0
26 27 28 29 30 31
Axis Title
4 y = 1,5644x - 39,814
Axis Title
0
26 26,5 27 27,5 28 28,5
Axis Title
400
350
300
250
Axis Title
200
150
100 y = -29,417x + 238,55
50
0
0 1 2 3 4 5
Axis Title
47
Gambar 8.8. Grafik DO dan DHL Kelompok B2
400
350
300
250
Axis Title
200 Series1
150 Linear (Series1)
100
y = -42,267x + 259,96 Linear (Series1)
50
0
0 2 4 6
Axis Title
Pembahasan
memanfaatkan air untuk kebutuhan hidupnya, bagi dirinya sendiri maupun orang
manusia juga harus memperhatikan kualitas air tersebut untuk dipillah mana yang
Kualitas yang baik tergantung pada material mineral yang dilalui oleh air
tersebut, dan juga didukung dengan sumber mata air yang baik sehingga dapat
Air yang dimanfaatkan manusia untuk keperluan air minum biasanya berasal
dari air tanah. Air tanah mempunyai lapisan impermeabel yang dapat menahan
air meresap kedalam. Hal ini membuat adanya aliran di bawah tanah. Air itu yang
Kualitas air dapat ditinjau berdasarkan partikel-partikel yang larut dalam air
tersebut atau TDS (Total Dissolved Solid). Artinya banyaknya kandungan kimia di
dalam air yang menentukan baik atau tidaknya untuk kesehatan manusia. Hal itu
juga termasuk dalam menentukan kejernihan air. Kualitas air juga ditentukan
berdasarkan oksigen yang terarut di dalam air atau DO (Dissolved Oxygen). Hal
itu berpengaruh terhadap kondisi air dimana bahwa jika jumlah kandungan
oksigen didalam air tersebut semakin banyak, maka kualitas air tersebut akan
semakin bagus, sebaliknya jika kandungan oksigen dalam air tersebut sedikit,
maka kualitas air tersebut juga tidak bagus atau tercemar. Air juga mempunyai
48
kemampuan menghantarkan listrik atau DHL (Daya Hantar Listrik). Daha hantar
listrik bertujuan untuk mengukur kemampuan ion-ion dalam air untuk
memprediksi kandungan mineral dalam air. Semakin besar nilai daya hantar listrik,
maka semakin besar ion-ion yang terdapat dalam air. Hal ini mengindikasikan
semakin banyak mineral yang terkandung dalam air.
mengukur suhu, TDS, DHL, DO dan pH. Namun untuk pH dilakukan pengukuran
manual menggunakan kertas lakmus. Praktikum menghasilkan hasil seperti pada
tabel hasil.
berdampak pada kenaikan suhu pada air tersebut. Kandungan yang diperoleh
dari pengukuran kelompok B1 dan B2 pun juga berbeda karena juga dipengaruhi
Suhu air yang berada di daerah-daerah pengukuran di sekitar FIS UNY baik
pengukuran oleh kelompok B1 maupun B2 ini mempunyai suhu yang relatif sama
atau tidak mempunyai selisih jauh. Hal ini menandakan bahwa keadaan suhu
normal. Untuk TDS, daerah bak mandi dekat geospasial yang mempunyai
kandungan partikel-partikel yang paling banyak dibandingkan dengan air daerah
pengukuran lainnya. Hal ini bisa dikarenakan adanya pencampuran partikel yang
dibawa oleh air tanah yang terus diganti. Berbeda dengan daerah pengukuran
pengukuran di dekat geospasial FIS UNY juga mempunyai daya hantar listrik
(DHS) yang paling tinggi dibandingkan yang lain, artinya terdapat banyak mineral
yang baik untuk kesehatan manusia walaupun air tersebut masih belum
tergolong jernih. PH dari berbagai tempat pengukuran tersebut juga relatif sama
yaitu 6-7. Hal ini menandakan bahwa kandungannya bersifat netral atau tidak
taman ganesha FIS UNY. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya tanaman air seperti
teratai yang dapat menambah oksigen di dalam air. Namun air ini tidak bagus
49
untuk dikonsumsi dikarenakan banyaknya kandungan partikel yang sukar dan air
nampak tercemar dengan warna kehijauan.
F. Kesimpulan
1. Kualitas yang baik tergantung pada material mineral yang dilalui oleh air
dan DO.
50
ACARA IX
MENGHITUNG POTENSI AIR TANAH
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menghitung debit air tanah.
B. Dasar Teori
Pola penyebaran potensi air tanah secara umum dibagi menjadi dua,
yaitu sebaran air tanah dangkal dan sebaran air tanah dalam. Berdasarkan
rekonstruksi data geologi, diketahui bahwa geometri dan pola konfigurasi akuifer
air tanah dangkal mengikuti pola kontur topografi, tetapi kualitasnya tidak
mengikuti pola tersebut, sedangkan pada air tanah dalam geometri dan pola
konfigurasi akuifer tidak mengikuti pola kontur topografi, tetapi mengikuti pola
interpolasi kontur, diketahui bahwa pola aliran air tanah dalam umumnya
(kesarangan dan kelulusan batuan), morfologi, curah hujan, dan tutupan lahan.
penyebaran potensi air tanah di daerah penelitian menjadi tidak merata pada
setiap tempat.
Todd (1980) dalam Jone (2018: 23) menjelaskan bahwa metode yang
digunakan dalam pembuatan wilayah potensi air tanah adalah metode
pengharkatan (scoring) dan overlay. Penentuan debit dilakukan dengan rumus
51
geografis, ketersediaan faktor pendukung yang berasal dari alam seperti kondisi
geologi, curah hujan, air, tanah, daerah resapan, dan lahan hijau sudah mutlak
harus dipertimbangkan karena akan menjadi penentu kenyamanan hidup
manusia yang berada di dalam dan di sekitar lingkungan tersebut (Rohaini, 2014:
2).
Kasihan pada bagian bawah akuifer ditemui batu gamping Formasi Sentolo.
Ketebalan formasi akuifer di daerah perkotaan Bantul diidentifikasi lebih dari 100
atas akuifer berlapis banyak (multiplayer aquifer) memiliki sifat hidrolika relatif
sama dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Secara umum air bawah
semakin kecil. Disekitar Kota Bantul ketebalan SAM diidentifikasi setebal 125
radial, ini merupakan ciri khas morfologi air bawah tanah daerah gunungapi.
Daerah imbuhan (recharge area) berasal dari lereng atau tubuh Gunung Merapi.
Bantul, 2010).
52
C. Alat dan Bahan
Untuk melakukan pengukuran debit aliran air tanah dan analisis potensi
air tanah, maka memerlukan beberapa alat dan bahan seperti berikut.
Alat
1. Alat tulis, digunakan untuk menulis atau mencatat data pengukuran
Bahan
D. Langkah Kerja
Pada pengukuran debit aliran air tanah untuk dapat menganalisis potensi
Tabel 9.1. Data Keterangan Air Tanah Rumah Fitra, Pendowoharjo, Sewon, Bantul,
DIY
1 Ketinggian 88 m 86 m
3 Kedalaman sumur 9m 10 m
5 Impermeabilitas 5,9
6 Lebar Aquifer 10 m
53
7 Tebal Aquifer 30 m
Rumus:
✓ Metode Statis
𝑉𝑎𝑡 = 𝑆𝑦 × 𝑉𝑎𝑘 (𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑘𝑢𝑖𝑓𝑒𝑟 × 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑢𝑖𝑓𝑒𝑟)
𝑉𝑎𝑡 = 35% × 𝑉𝑎𝑘 (300 × 30)
𝑉𝑎𝑡 = 35% × 9000
𝑉𝑎𝑡 = 3.150𝑚3
✓ Metode Dinamis
𝑄 =𝐾×𝐼×𝐴
Keterangan:
Q : debit
K : impermeabilitas
I : kemiringan tanah
A : luas penampang
𝐾𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝐴−𝐾𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝐵
1) 𝐼= 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐴−𝐵
88𝑚 − 86𝑚
𝐼= = 0,4
5𝑚
3) 𝑄 = 𝐾 × 𝐼 × 𝐴
𝑄 = 5,9 × 0,4 × 300 = 125,9 𝑚3 /h
Pembahasan
Air tanah merupakan air yang mempunyai aliran yang berada di bawah
tanah. Hal tersebut dimaksud bukan terdapat pada bawah tanah yang
bersentuhan, namun di tanah paling bawah tersebut terdapatnya banyaknya
batuan yang mempunyai rongga yang dapat mengalirkan air.
54
Air tanah berasal dari hujan yang turun dan menggenangi tanah yang
kemudian mengalami proses infiltrasi dan air hujan pun turun ke dalam tanah.
Proses infiltrasi yang berlangsung belum tentu cepat ataupun lambat tergantung
kondisi tanah yang menjadi tempat infltrasi tersebut, entah adanya vegetasi,
kandungan mangan, jenis tanah, dan lain-lain. Air hujan yang turun biasanya
berada di daerah hulu yang dapat mampu membawa tanah sampai ke dalam
dikarenakan kondisi kemiringan yang berbeda dengan yang di hilir.
Setiap aliran air tentu mempunyai debit. Debit air tanah juga bisa dapat
pengukuran lapangan adalah data yang dapat dicari kepada seseorang yang mau
menghitung debit air tanah. Sedangkan data sekunder data yang susah untuk
dicari seseorang dalam menghitung debit air tanah dikarenakan perlu adanya
perhitungan yang mendetail dan berkolaborasi dengan orang yang sudah ahli.
Dengan hal ini, data sekunder juga sangat diperlukan dalam menghitung debit
Pada pengukuran debit air tanah yang berlokasi di rumah Fitra yang
ketinggian, kedalaman, dan kedalaman muka air tanah. Untuk data sekundernya
meliputi impermeabilitas, tebal akuifer, luas akuifer, dan spesific yield. Dari data
tersebut kemudian dihtung menggunakan dua metode yaitu statis dan dinamin.
Hasil dari pengukuran seperti yang telah dicantumkan dalam tabel hasil.
Debit air tanah menentukan potensi dari air tanah tersebut dari berbagai
aspek. Potensi air tanah mempunyai pola persebaran air tanah dangkal dan
dipengaruhi oleh topografi kontur daerah air tanah tersebut, namun tidak dengan
kualitas potensi air tanahnya. Dan untuk pola persebaran air tanah dalam,
geometri dan konfigurasi akuifer serta kualitas potensi ar tanah tidak dipengaruhi
oleh topografi kontur, namun mengikuti stratigrafi dan struktur geologi. Dengan
demikian potensi air tanah dipengaruhi oleh topografi kontur dan stratigrafi yang
dipengaruhi oleh struktur geologi.
55
Akuifer berlapis ini dipengaruhi oleh aktivitas Gunung Merapi yang yang
kemudian dinamakan Sistem Akuifer Merapi (SAM). Namun akuifer berlapis
bukan merupakan stratigrafi dari akuifer, dikarenakan hanya ada pengaruh oleh
F. Kesimpulan
1. Air tanah berasal dari hujan yang turun dan menggenangi tanah yang
kemudian mengalami proses infiltrasi dan air hujan pun turun ke dalam
tanah.
2. Debit air tanah juga bisa dapat dihitung menggunakan rumus-rumus yang
sudah ditentukan.
3. Potensi air tanah dipengaruhi oleh topografi kontur dan stratigrafi yang
4. Potensi air tanah di daerah Bantul merupakan potensi air tanah dalam karena
5. Pengukuran debit air tanah di lokasi Bantul mendapatkan hasil debit yang
besar.
56
ACARA X
MENENTUKAN ARAH ALIRAN AIR TANAH DENGAN METODE THREE POINT PROBLEM
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menentukan arus aliran air tanah dengan metode three
point problem.
2. Mahasiswa dapat menganalisis arus aliran air tanah dengan metode three
point problem.
B. Dasar Teori
Air tanah adalah salah satu bentuk air yang berada di sekitar bumi kita
dan terdapat di dalam tanah. Air tanah pada umumnya terdapat dalam lapisan
tanah baik dari yang dekat dengan permukaan tanah sampai dengan yang jauh
dari permukaan tanah. Ait tanah ini merupakan salah satu sumber air, ada saatnya
air tanah ini bersih tetapi terkadang keruh sampai kotor, tetapi pada umumnya
Air tanah dapat terbentuk atau mengalir terutama secara horisontal, dari
titik atau daerah imbuh atau pengisian, seketika itu juga pada saat hujan turun,
ratusan tahun, bahkan ribuan tahun tinggal di dalam aquifer sebelum muncul
kembali secara alami di titik atau daerah pengeluaran, tergantung dari kedudukan
zona jenuh air, topografi, kondisi iklim dan sifatsifat hidrolika aquifer (Sutandi,
2012: 12).
Air tanah ditemukan pada formasi geologi permeabel (tembus air) yang
dikenal sebagai akuifer (juga disebut reservoir air tanah, formasi pengikat air,
dasar-dasar yang tembus air) yang merupakan formasi pengikat air yang
memungkinkan jumlah air yang cukup besar untuk bergerak melaluinya pada
kondisi lapangan yang biasa. Air tanah juga ditemukan pada aklikud (atau dasar
semi permeabe) yang mengandung air tetapi tidak mampu memindahkan jumlah
air yang nyata (seperti liat). Akuifer ditemukan di sejumlah lokasi. Deposit glasial,
pasir dan kerikil, kipas aluvial dataran banjir dan deposit delta pasir semuanya
merupakan sumber-sumber air yang sangat baik (Seyhan, 1990: 256).
Air yang bergerak dalam tanah adalah air kapiler dan air gravitasi. Melihat
cara pergerakannya, air kapiler itu dapat dibagi dalam air kapiler yang
57
sesungguhnya berhubungan langsung denegan air tanah yang naik ke ruang-
ruang antara butir-butir karena kapilaritas. Mengingat gaya menahan air itu
dianggap sesuai dengan tekanan maksimum air yag naik, maka dalam
kapier adalah berbanding balik terhadap diameter pipa kapiler. Jadi makin banyak
tanah itu mengandung butir-butir yang halus, makin tinggi kenaikan air dan
makin besar butir-butir tanah mak kecil kenaikan airnya. Sebaliknya makin kecil
butir-butir tanah, makin kecil kecepatan airnya, makin besar butir-butirnya makin
besar kecepatan airnya (Sosrodarsono, 1985: 74).
Untuk menentukan arah aliran air dengan metode three point problem,
maka memerlukan beberapa alat dan bahan seperti berikut.
Alat
1. Alat tulis, digunakan untuk menulis dan menggambar aliran air tanah.
Bahan
D. Langkah Kerja
Untuk menentukan arah aliran air tanah dengan metode three point
58
b) Menghubungkan tiga sumur terdekat.
c) Menentukan interval kotur (10 meter).
d) Menentukan mula-mula kontur air tanah.
E. Pembahasan
Air tanah merupakan air yang berada di bawah tanah. Air tersebut berasal
dari genangan air hujan yang kemudian mengalami infiltrasi masuk kedalam
tanah. Air tanah tersebut tertahan atau tidak bisa menembus pada lapisan
impermeabel. Dengan hal tersebut, apa bila topografi nya memungkinkan untuk
mengalirkan air, maka air tanah tersebut dapat mengalir sebagai akuifer yang
Aliran air tanah dipengaruhi oleh topografi dan kontur akuifer. Hal ini
dikarenakan air mengalir dari daerah tinggi ke daerah rendah. Dengan sttruktur
geologi atau topografi akuifer tersebut bervariasi dan beragam, maka tidak
dipungkiri aliran air tanah juga mempunyai aliran yang beragam. Pada aliran yang
Sedangkan pada aliran yang lumayan tenang topografinya lumayan landai atau
datar sehingga gerak air akan relatif rendah. Aliran juga dipengaruhi oleh dangkal
dan dalamnya air tanah. Air tanah yang dangkal biasanya disebabkan oleh pola
kontur topografi dan air tanah yang dalam dipengauhi oleh stratigrafi dan
struktur geologi. Dengan demikian, jika air tanah semakin dalam, maka aliran
tanah menjadi lebih lambat, dan sebaliknya jika air tanah semakin dangkal, maka
data kedalaman sumur. Sumur yang dimaksud adalah sumur bor yang terhubung
langsung dengan air tanah dengan kriteria setiap sumur yang diperoleh
mempunyai jarak minimal 5 m dengan maksud untuk mencegah terkontaminasi
oleh air lainnya seperti air sepiteng rumah tangga. Data kedalaman dari berbagai
sumur tersebut kemudian di plotkan pada suatu kertas dengan skala yang lebih
kecil dari yang asli. Hasil tersebut kemudian dibuat alirannya menggunakan
59
Praktikum yang dilakukan di lab. FIS Terpadu FIS UNY bertujuan untuk
menentukan aliran air tanah di wilayah Bantul. Praktikum menggunakan data
sekunder kedalaman berbagai sumur yang sudah tertera pada kertas berukuran
point problem.
Arah aliran tanah ditentukan berdasarkan garis kontur yang telah
aliran memotong tegak lurus dengan kontur yang telah dibuat. Sehingga, kontur
yang mengarah ke kanan (semisal timur), arah aliran air tanah akan mengarah ke
bawah (semisal selatana). Hal ini kemudian membuat aliran air bermacam-macam
sesuai kontur yang telah dibuat. Pada kontur yang memiliki selisih ketinggian
yang jauh, maka air tanah akan lebih sedikit, begitu pula sebaliknya bahwa
semakin rapat konturnya, maka semakin banyak air tanahnya. Dengan hal ini,
F. Kesimpulan
1. Air tanah berasa dari genangan air yang berasal dari air hujan yang kemudian
4. Praktikum yang dilakukan di lab. FIS Terpadu FIS UNY bertujuan untuk
5. Arah aliran tanah ditentukan berdasarkan garis kontur yang telah ditentukan
60
ACARA XI
MENGHITUNG LAJU INFILTRASI DENGAN INFILTROMETER
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menghitung laju infiltrasi dengan infiltrometer.
B. Dasar Teori
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam
ruang-ruang antara butir-butir tanah yang membentuk itu dan di dalam retak-
retak dari batuan. Lapisan yang dapat dilalui dengan mudah oleh air tanah seperti
lapisan pasir atau lapisan kerikil disebut lapisan permeabel. Lapisan yang sulit
dilalui air tanah seperti lapisan lempung atau lapisan silt disebut lapisan kedap air
(aquiclude) dan lapisan yang menahan air seperti lapisan batuan (rock) disebut
lapisan kebal air (aquifuge). Kedua jenis lapisan ini disebut lapisan impermeabel.
Lapisan permeabel yang jenuh dengan air tanah disebut juga akuifer (lapisan
Bilamana curah hujan itu mencapai permukaan tanah maka seluruh atau
sebagianya akan diabsorbsi ke dalam tanah. Bagian yang tidak diabsrobsi akan
menjadi limpasan permukaan (surface run off). Kapasitas infiltrasi curah hujan dari
1) Dalamnya genangan diatas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh.
2) Kelembaban tanah
7) Tumbuh-tumbuhan.
Terjadinya infiltrasi bermula ketika air jatuh pada permukaan tanah kering,
permukaan tanah tersebut menjadi basah sedangkan bagian bawahnya relatif
61
kering maka dengan demikian terjadilah gaya kapiler dan terjadi perbedaan antar
gaya kapiler permukaan atas dengan yang ada dibawahnya. Laju infiltrasi
mempunyai klasifikasi tertentu dalam penentuan besarnya laju infiltrasi. Untuk
Laju Infitrasi
No Klasifikasi
(mm/jam)
1 Lambat 1-5
3 Sedang 20-63
5 Cepat 127-254
Alat
Untuk laju infiltrasi dengan infiltrometer, maka memerlukan beberapa
1. –
D. Langkah Kerja
Untuk menghitung laju infiltrasi menggunakan alat infiltrometer, maka
berikut adalah langkah kerjanya.
62
6. Membuat grafik.
7. Membuat laporan praktikum.
Penurunan air
No Waktu
(cm)
1 5 1,6
2 10 1,6
3 15 1,6
4 20 1,7
5 25 1,4
6 30 1,4
7 35 1,5
8 40 1,5
9 45 1,6
10 50 1,6
11 55 1,3
12 60 1,6
13 65 1,3
14 70 1,3
15 75
16 80
17 85
18 90
19 95
20 100
21 105
63
Gambar 11.1 Grafik Data Pengukuran Infiltrasi FIS UNY
1,8
1,6
1,4
f (cm/menit)
1,2
1
0,8 f ukur
0,6
f duga
0,4
0,2
0
5 10 35 65 105
t (menit)
Penurunan air
No Waktu
(cm)
1 5 0,52
2 10 0,34
3 15 0,28
4 20 0,28
5 25 0,3
6 30 0,3
7 35 0,26
8 40 0,26
9 45 0,26
10 50 0,22
11 55 0,18
12 60 0,16
13 65 0,24
14 70 0,28
15 75 0,26
16 80 0,22
17 85 0,2
18 90 0,2
64
19 95 0,2
20 100
21 105
0,6
0,5
f (cm/menit)
0,4
0,3
f ukur
0,2
f duga
0,1
0
5 10 35 65 105
t (menit)
Penurunan
No Waktu
air (cm)
1 5 1,6
2 10 1,6
3 15 1,6
4 20 1,6
5 25 1,5
6 30 1,5
7 35 1,5
8 40 1,5
9 45 1,4
10 50 1,4
11 55 1,4
12 60 1,4
13 65 1,3
14 70 1,3
15 75
65
16 80
17 85
18 90
19 95
20 100
21 105
1,8
1,6
1,4
f (cm/menit)
1,2
1
0,8 f ukur
0,6
f duga
0,4
0,2
0
5 10 35 65 105
t (menit)
Penurunan
No Waktu
air (cm)
1 5 0,52
2 10 0,34
3 15 0,3
4 20 0,3
5 25 0,3
6 30 0,3
7 35 0,26
8 40 0,26
9 45 0,26
10 50 0,22
11 55 0,18
66
12 60 0,18
13 65 0,17
14 70 0,16
15 75 0,16
16 80 0,16
17 85 0,16
18 90 0,16
19 95 0,16
20 100
21 105
0,6
0,5
0,4
f (cm/menit)
0,3
f ukur
0,2 f duga
0,1
0
5 10 35 65 105
t (menit)
Penurunan
No Waktu
air (cm)
1 5 0,3
2 10 0,3
3 15 0,2
4 20 0,2
5 25 0,2
6 30 0,2
7 35 0,2
67
8 40 0,2
9 45 0,2
10 50 0,2
11 55 0,2
12 60 0,2
13 65 0,2
14 70 0,2
15 75 0,2
16 80 0,1
17 85 0,1
18 90 0,1
19 95
20 100
21 105
0,35
0,3
0,25
f (cm/menit)
0,2
0,15 f ukur
0,1 f duga
0,05
0
5 10 35 65 105
t (menit)
Penurunan
No Waktu
air (cm)
1 5 2,6
2 10 2,4
3 15 2,2
4 20 2,1
68
5 25 2
6 30 2
7 35 2
8 40 2
9 45 2
10 50 1,9
11 55 1,9
12 60 1,9
13 65 1,8
14 70 1,8
15 75 1,7
16 80 1,7
17 85 1,6
18 90 1,5
19 95
20 100
21 105
3
2,5
f (cm/menit)
2
1,5
f ukur
1
f duga
0,5
0
5 10 35 65 105
t (menit)
Penurunan
No Waktu
air (cm)
69
1 5 0,4
2 10 0,4
3 15 0,3
4 20 0,3
5 25 0,3
6 30 0,2
7 35 0,2
8 40 0,1
9 45 0,1
10 50 0,1
11 55 0,1
12 60 0,1
13 65 0,1
14 70 0,1
15 75 0,2
16 80 0,1
17 85 0,1
18 90 0,1
19 95
20 100
21 105
0,5
0,4
f (cm/menit)
0,3
0,2 f ukur
0,1 f duga
0
5 10 35 65 105
t (menit)
70
Pembahasan
Infiltrasi merupakan salah satu proses siklus hidrologi yang berperan
sebagai suatu proses masuk atau meresapnya air yang turun dari hujan atau
presipitasi ke dalam tanah. Proses yang terjadi dalam infiltrasi ini adalah air yang
turun dari hujan yang kemudian menggenangi tanah dan air akan masuk lewat
datar. Hal ini karena pada topografi datar, air yang turun dari hujan akan
topografi yang miring, air yang jatuh lebih banyak akan mengalami run off
daripada infiltrasi melihat bahwa air akan bergerak ke tempat yang tinggi ke
tempat yang rendah. Pada topografi yang lereng atau miring, air akan lebih susah
untuk menggenang karena dengan topografi miring, air akan mengalir ke tempat
Proses infiltrasi disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain seperti yang
telah dijelaskan yaitu topografi. Faktor lainnya seperti kelembaban tanah, struktur
halus, dan udara dalam tanah. Hal ini tentu mempengaruhi dalam proses laju
infiltrasi.
dilakukan proses revisi. Hal ini dikarenakan pengaruh dari pengisian air. Pengisian
air yang terjadi dimaksudkan untuk mencari data yang mempunyai nilai
penurunan air yang konstan karena tampungan air yang terdapat di alat
mempunyai dampak terhadap proses laju infiltrasi karena mempunyai jeda dalam
peresapan air ke dalam tanah. Dengan hal tersebut, laju infiltrasi pada proses
pengisian air akan lebih cepat dibanding yang pertama. Hal ini yang kemudian
dilakukan revisi dimana revisi dilakukan dengan menyamakan hasil pada proses
71
pengisian ulang air dengan hasil penurunan di awal. Setelah dilakukannya revisi,
data tersebut dibuat grafik untuk dapat memperjelas laju kecepatan infiltrasi
tanah.
Pada tanah yang berada di sekitar kampus FIS UNY, grafik menunjukan
bahwa laju infiltrasi adalah 1,6 cm/s. Dikarenakan banyaknya nilai penurunan
konstan daripada penurunan yang lain. Grafik juga menyatakan bahwa laju
infiltrasi semakin lama semakin lambat proses peresapan airnya. Hal ini
disebabkan salah satunya karena tanah di daerah sekitar FIS UNY merupakan
tanah bergeluh. Artinya partikel-partikel tanah relatif kecil. Ketika partikel tanah
semakin sempit, maka tanah semakin rapat dan banyak terjadi proses
penggenangan salah satunya oleh curah hujan. Diketahui juga bahwa tanah di
daerah ini memiliki nilai pH 7 yaitu konstan atau normal. Nilai pH tersebut
mengakibatkan banyak tanaman yang dapat tumbuh di tanah ini salah satunya
pohon cemara. Banyaknya tanaman pohon cemara tentu memiliki akar yang
berada di dalam tanah. Akar tersebut juga memerlukan air untuk proses
Pada tanah yang diukur di rumah Tuffa, grafik menunjukkan bahwa ada
menit, menunjukkan penurunan yang sangat drastis. Hal ini juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu salah satunya adalah jenis tanah. DI rumah Tuffa, tanah
merupakan tanah bergeluh. Sama halnya di daerah kampus bahwa tanah ini
mempunyai kerapatan antar partikel tanah yang cukup lekat. Akibatnya, air yang
Tingkat laju infiltrasi daerah Kulonprogo tergolong lambat. Hal ini dilihat
infiltrasi konstan tercatat pada penurunan air 0,1 cm atau 1 mm per 5 menit. Hal
infiltrasi dimana infiltrasi lebih cepat pada awal pengisian air daripada pengisian
yang telah dilakukan diatas 30 menit. Grafik menunjukkan bahwa penurunan
72
tercatat pada 2,6 cm hingga sampai 1,5 cm. Hal ini juga disebabkan oleh
pengisian air pada alat infiltrometer. Kondisi infiltrasi konstan tergolong bervariasi
dikarenakan banyak penurunan konstan yang mempunyai nilai berbeda. Seperti
pengendapan air yang tiba-tiba akan langsung meresapkan air yang relatif
banyak dibandingkan penurunan awal. Material tersebut dapat berupa batuan,
ataupun adanya sumbatan yang susah dilalui oleh air. Laju keceparan infiltrasi ini
dimana laju infiltrasi mengalami penurunan. Penurunan air pada alat infiltrometer
ini tergolong lambat karena penurunan menunjukkan 1-4 mm. Hal tersebut
dimungkinkan juga karena pengisian air pda alt infiltrometer.
F. Kesimpulan
4. Hasil pengukuran infiltrasi yang dilakukan di kampus FIS UNY dan Kalasan
(rumah Tuffa) dilakukan revisi.
5. Daerah pengukuran laju infiltrasi sekitar FIS UNY dikategorikan agak lambat.
73
ACARA XII
MENGUKUR RUN OFF DENGAN METODE THRONTHWAITE MATHER
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memperkirakan run-off dengan metode Throntwaite-
Mather.
2. Mahasiswa dapat menganalisis run-off dengan metode Throntwaite-Mather.
B. Dasar Teori
Jika intensitas curah hujan maupun laju salju melebihi laju infitrasi maka
gaya tegangan muka), limpasan permukaan mulai sebagai suatu aliran lapisan
yang tipis (Ersin, 1990: 182).
saluran sungai.
permukaan atau run off meliputi elemen meteorologi dan elemen daerah
peralihan.
1) Elemen meteorologi
a. Jenis presipitasi
b. Daerah pengaliran
74
Widiyono (2016: 12) menjelaskan bahwa metode Thronthwaite Mather
dapat digunakan untuk mengetahui kondisi air secara kuantitas pada tiap
bulannya dalam satu tahun, dalam hal ini kondisi air mengalami surplus atau
defisit air, demikian juga dapat menegetahui run off bulanan, untuk mengetahui
kehilangan air melalui limpasan permukaan.
Holdig Capacity (KAT) dan faktor koreksi lama penyinaran matahari berdasarkan
kondisi lintang. Suhu udara rerata bulanan dihitung menggunakan metode Mock,
karena adanya keterbatasan data (Widiyono. dkk, 2016: 12).
Thornthwaite Mather adalah curahan hujan (dalam hal ini berperan sebagai satu-
satunya input air), suhu udara dan juga letak astronomi suatu wilayah akan
mempengaruhi besarnya evapotranspirasi yang terjadi (berperan sebagai output
air). Faktor topografi dan tangkapan penggunaan lahan akan mempengaruhi luas
permeukaan (output air). Besarnya input maupun output air tersebut akan
mempengaruhi nilai surplus, defisit, dan run off yanag akan mempengaruhi
kemiringan, bentuk, ketinggian, tata guna lahan, geologi daerah aliran sungai,
Alat
1. Alat tulis, digunakan untuk menulis.
2. Kalkulator, digunakan untuk menghitung.
Bahan
75
D. Langkah Kerja
Untuk melakukan menghitung dan menganalisis run-off dengan metode
Throntwaite-Mather, maka berikut langkah kerjanya:
i = (T/5)1,514
T= Temperatur bulanan
Epx = 16 ( 10T/ I) 4
I=Ei
rumus.
𝐶𝑎𝑑𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑆𝑇 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ (%)𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑧𝑜𝑛𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛
9. Menghitung ST dari APWL negative dengan mencocokkan dengan tabel nilai
APWL.
76
14. Membuat laporan
Hasil
Hasil dari menghitung dan menganalisis run-off dengan metode
run-offnya adalah daerah Kawasan Wisata Lava Tour Cangkringan yang berada
pada ketinggian 750 mdpal. Berikut adalah data curah hujan dan suhu bulanan
pada stasiun Bronggang, yang terurai dalam tabel ini:
Tabel 12.1 Data Curah Hujan dan Suhu Bulanan di Stasiun Bronggang
5 Meri 38 25,2
6 Juni 15 24,4
7 Juli 11 24,1
8 Agustus 13 23,8
9 September 13 24,7
10 Oktober 34 25,5
11 November 95 25,2
77
Tabel 12.2 Data Temperatur Bulanan Stasiun Bronggang
Temperatur
No Bulan Hujan (P) Suhu (T)
Bulanan (Tx)
Dari data diatas, kita dapat menghhitung indeks panas, yakni dengan cara:
I= (Tx/5)1,514
I= (suhu bulanan/5)1,514
1 Januari 9,72
2 Februari 9,72
3 Maret 10,11
4 April 10,11
5 Mei 10,18
6 Juni 9,65
7 Juli 9,46
8 Agustus 9,26
9 September 9,85
10 Oktober 10,38
78
11 November 10,18
12 Desember 9,91
dan 𝑎. Untuk Tx dan I sudah dihitung sebelum tahap ini, maka tinggal mencari
+ 0,49239)
𝑎 = 1,1240577545 – 3,6982483893
𝑎 = – 2,5741906348 = – 2,57
10Tx 𝑎
Epx = 16( )
I
10Tx −2,57
Epx = 16 ( )
118,53
Temperatur
Bulanan
Indeks Panas
No. Bulan Stasiun Epx
Bulanan (i)
Bronggang
(Tx)
1 Januari 22,45 9,72 3,09
79
8 Agustus 21,75 9,26 3.36
mengkalikan Epx dengean f. f yakni faktor koreksi letak lintang suatu wilayah,
yang berada pada lintang 9°LS, yang menghasilkan data sebagai berikut:
Selanjutnya yakni mneghitung nilai APWL, dengan cara mencari selisish curah
hujan bulanan dengan nilai Ep bulanan, yang menghasilkan data sebagai berikut:
80
3. Maret 206 91 115
4. April 130 86 44
5. Mei 38 87 -49 – 49
11. November 95 89 6
Langkah berikutnya yakni cadangan lengas tanah (ST) pada APWL positif yakni
sebagai berikut:
(mm)
Pemukiman 20 226,1 00 0
tembakau
81
Tabel 12. 8 Nilai ST bulanan
1. Januari 166
2. Februari 166
3. Maret 166
4. April 166
5. Mei – 49 60
6. Juni – 125 28
7. Juli – 212 11
8. Agustus – 302 4
9. September – 380 2
cadangan tanah bulan sebelumnya dengan cadangan lengas tanah bulan ini,
sebagai berikut:
1 Januari 166 0
2 Februari 166 0
3 Maret 166 0
4 April 166 0
5 Mei 60 -106
6 Juni 28 -32
7 Juli 11 -17
8 Agustus 4 -7
9 September 2 -2
10 Oktober 1 -1
82
12 Desember 166 0
2. Februari 313 90 90
3. Maret 206 91 91
4. April 130 86 86
5. Mei 38 87 98
6. Juni 15 91 43
7. Juli 11 98 22
8. Agustus 13 103 17
9. September 13 91 15
10. Oktober 34 88 35
11. November 95 89 89
Kemudian menghitung nilai deficit (D) diperoleh pada selisih antara EP- AE, yang
No. Bulan EP AE D
2 Februari 90 90 0
3 Maret 91 91 0
4 April 86 86 0
5 Mei 87 98 11
83
6 Juni 91 43 48
7 Juli 98 22 76
8 Agustus 103 17 86
9 September 91 15 76
10 Oktober 88 35 53
11 November 89 89 0
12 Desember 98 98 0
Selanjutnya yakni nilai surplus (S) diperoleh berdasarkan rumus, S= (P- EP)- ∆ST.
4. April 44 0 44
8. Agustus -90 -7 0
9. September -78 -2 0
Langkah terakhir dari perhitungan neraca air dengan metode Thornthwaite and
Mather adalah menghitung runoff. Runnoff diperoleh dari surplus air yang
besarnya diamsusikan 50% dan sisanya akan leluar menjadi runoff pada bulan
berikutnya.
84
Tabel 12. 13 Tabel runoff bulanan di wilayah lavatour Cangkringan
Sleman
Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah
231 223 115 44 0 0 0 0 0 0 6 139
0,2275 0,2175
0,1138
Total 115,5 227 226,75 164,14 92,94 46,52 23,25 11,63 5,81 2,955 4,4775 73,2388 995,2113
Runnoff
Pembahasan
Limpasan atau run off merupakan suatu bagian aliran atau limpasan yang
terjadi pada permukaan tanah menuju saluran sungai. Run off berasal dari hujan
yang turun menggenangi permukaan bumi yang kemudian membentuk suatu
aliran.
Run off ini ada karena pada saat terjadinya hujan, air yang turun ke tanah
sedikit sulit mengalami infiltrasi. Artinya intensitas curah hujan melebihi tingkat
infiltrasi tanah. Sehingga dalam keadaan ini, air yang kelebihan atau belum
meresap sebagai infiltrasi kemudian membuat aliran-aliran kecil yang kemudian
85
karena run off berhubungan dengan kondisi fisik dan meteorologi yang terjadi.
Kondisi ini menyebabkan ketidakstabilan dalam waktu singkat (±1 bulan) karena
kondisi mengenai meteorologi selalu berubah-ubah dalam waktu singkat. Dalam
secara kuantitas setiap bulannya dalam satu tahun. Artinya limpasan ini dapat
berubah-ubah dalam satu tahun. Dalam kondisi ini, air mengalami surplus atau
defisit dalam suatu limpasan atau run off untuk mengetahui berapa kehilangan
adanya penguapa baik secara langsung dari limpasan tersebut maupun lewat
evapotranspirasi.
data yang valid guna dapat menghitung nilai run off. Diketahui data diambil dari
stasiun iklim Bronggang dengan tempat pengukuran di daerah wisata lava tour
Mather. Suhu, indeks panas, dan evapotranspirasi setiap bulan itu berbeda-bed.
Namun, indeks panas dapat dirata-rata menjadi indeks panas tahunan. Selisih
F. Kesimpulan
1. Limpasan atau run off merupakan suatu bagian aliran atau limpasan yang
86
4. Metode Thronthwaite Mather mengukur tingkat surplus dan defisit aliran run
off setieap bulannya.
5. Daerah wisata lava tour Cangkringan diketahui total run off menggunakan
87
DAFTAR PUSTAKA
Aidatul F, Nining. 2015. Pemetaan Laju Infiltrasi Menggunakan Metode Horton di
Press.
Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air. 2008. Kajian Model
Firnawan, Aldi. 2011. Pengukuran Debit Air Berbasis Mikrokontroler. Jurnal Litek.
Gustari, Indra. 2009. Analisis Curah Hujan Pantai Barat Sumatera Bagian Utara
Periode 1994-2007. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. Vol 10. No 1. Hal 29-
38.
Yogyakarta: BPFE.
Hendrawan, Diana. 2005. Kualitas Air Sungai dan Situ di DKI Jakarta. Jurnal Teknik
Jone. Yohanes. 2018. Kajian Potensi Air Tanah dan Pembagian Wilayah Potensi di
Cekungan Air Tnah Maumere. Jurnal Iptek. Vol 22. No 1. Hal: 21-28.
Juleha, dkk. 2016. Analisa Metode Intensitas Hujan pada Stasiun Hujan Rokan IV
Koto, Ujung Batu, dan Tandun Mewakili Ketersediaan Air di Sungai Rokan.
Jurnal Mahasiswa Fakultas Teknik. Vol 2. No 2. Hal 1-8.
Khotimah, Nurul. 2008. Hidrologi. Diktat. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
88
Maulana, Rian Asnul. dkk. 2014. Korelasi Antara Debit Aliran Sungai dan
Konsentrasi Sedimen Melayang pada Muara Sub DAS Padang di Kota
Tebing Tinggi. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol 2. No 4. Hal: 1518-1528.
Mori, Kiyota. 2006. Hidrologi untuk Pengairan. (Diterjemahkan oleh Sosrodarsono,
Suyono). Jakarta: Pradnya Paramita.
Norhadi, Ahmad. dkk. 2015. Studi Debit Aliran Pada Sungai Antasan Kelurahan
Sungai Andai Banjarmasin Utara. Jurnal Poros Teknik. Vol 7. No 1. Hal: 1-53.
Nugroho, Hunggul. 2015. Analisis Debit Aliran DAS Mikro dan Potensi
Putro, Haryono. dkk. 2013. Variasi Koefisien Kekasaran Manning (n) pada Flume
Akrilic pada Variasi Kemiringan Saluran dan Debit Aliran. Jurnal Media
Komuniksi Tenik Sipil. Vol 19. No 2. Hal: 141-146.
Rohaini, Gendraya. dkk. Analisis Potensi Air Tanah dan Strategi Pengelolaan yang
78-86.
Said, Muhammad Firman Nur. 2013. Kajian Ketersediaan dan Penggunaan Air dan
Mataair untuk Kebutuhan Domestik di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman.
Jurnal Bumi Indonesia. Vol 3. No 2. Hal: 1-10.
Setiyono, Risky Yanuar. dkk. 2017. Estimasi Debit Puncak Melalui Metode
Manning dan Metode Cook Berbasis Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografi di Sub DAS Gesing, Kabupaten Purworejo. Seminar
Nasional Kebumian Ke-10. Graha Sabha Pramana.
89
Seyhan, Ersin. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. (Ditejemahkan oleh Soenardi
Prawirohatmodjo0. Yogyakarta: UGM Press.
Sunaryo, T dan Walujo. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Air Konsep dan
Maranatha.
Takeda, Kensaku. 1985. Hidrologi Untuk Penegairan. (Diterjemahkan oleh Suyono
Yuliastuti, Etik. 2011. Kajian Kualitas Air Sungai Ngringo Karanganyar dalam
90
LAMPIRAN
Gambar 2. 1 Peta DAS
91
Gambar 4. 1 Data Curah Hujan Suatu Wilayah
92
Gambar 4. 3 Perhitungan Curah Hujan
93
Gambar 6. 1 Sungai Code
94
Gambar 6. 3 Sungai Code
95
Gambar 6. 5 Longsoran Tepian Sungai Code
96
Gambar 7. 1 Mata Air Sungai Code
97