Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL CURAH HUJAN TAHUN

2001-2016
Dosen Pengampu :

Drs. Kamarlin Pinem, M.Si

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

ANGEL BERUTU (3192431012)

DEVI ANGGRIANI Br. S (3193131011)

SARAH REHULINA (3193131002)

TARISA DIBA (3191131004)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan laporan curah hujan dari
tahun 2001-2016 ini dengan tepat waktu. Kami juga tak lupa berterima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah meteorologi dan klimatologi yaitu Bapak
Drs. Kamarlin Pinem, M.Si.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kesalahan dalam


penulisan makalah ini, maka daripada itu kami memohon maaf untuk kesalahan
baik dalam penulisan maupun tanda baca yang kami sajikan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah


wawasan dan pengetahuan kita semua. Akhir kata kami ucapkan sekian dan
terima kasih.

Medan, 20 November 2019

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1
C. Tujuan penelitian .......................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 3
BAB III.................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................. 12
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 12
B. SARAN ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang berada di garis khatulistiwa. Akibatnya
Indonesia memiliki musim kemarau dan musim penghujan. Dua musim ini sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup di wilayah Indonesia.
Akibatnya, masyarakat Indonesia harus mengenali faktor dari kedua musim
tersebut agar dapat melakukan aktivitas dengan lancar. Salah satu faktir yang
penting dari musim-musim tersebut adalah curah hujan.

Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh selama periode waktu
tertentu yang pengukurannya menggunakan satuan tinggi di atas permukaan tanah
horizontal yang diasumsikan tidak terjadi infiltrasi, run off, maupun evaporasi.

Definisi curah hujan atau yang sering disebut presipitasi dapat diartikan
jumlah air hujan yang turun di daerah tertentu dalam satuan waktu tertentu.
Jumlah curah hujan merupakan volume air yang terkumpul di permukaan bidang
datar dalam suatu periode tertentu (harian, mingguan, bulanan, atau tahunan).

Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar
selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas
permukaan horizontal. Hujan juga dapat diartikan sebagai ketinggian air hujan
yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak
mengalir (Suroso, 2006)

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu curah hujan?
2. Bagaimana data curah hujan yang terjadi pada kurun waktu 15 tahun
lalu hingga sekarang?
3. Bagaimana perhitungan bulan basah dan bulan kering untuk
mengetahui iklim berdasarkan curah hujan?
4. Bagaimana klasifikasi iklim menurut ferguson, Mohr, dan Oldeman
pada kurun waktu 15 tahun terakhir hingga sekarang?

1
C. Tujuan penelitian
1. Untuk memenuhi tugas matakuliah Meteorologi dan Klimatologi
2. Untuk mengetahui apa itu pengertian curah hujan
3. Untuk mengetahui bagaimana intensitas curah hujan pada kurun waktu
15 tahun terakhir hingga sekarang
4. Untuk dapat mengetahui bagaimana klasifikasi iklim menurut
Ferguson, Mohr dan Oldeman

2
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Pengertian Curah Hujan
Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut
waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor
pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim
untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan
dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama (Lakitan, 2002).

(Tjasyono, 2004) mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan


sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan
pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara
tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi
dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.

Dalam pengamatan curah hujan harian, apabila dalam satu hari tidak ada
hujan yang turun bisa dipastikan tidak ada air yang tertampung didalam
penampungan pada alat ombrometer. Hal ini dikarenakan alat ombrometer hanya
memiliki lubang yang sangat kecil. Pada hujan yang lebat atau deras air yang
tertampung hanya sedikit atau bisa dikatakan tidak akan pernah bisa memenuhi
penampung yang ada pada alat ombrometer. Sedangkan bila tidak ada hujan yang
turun, maka bisa dipastikan tidak ada air yang tertampung. Jika seandainya ada
hanyalah sedikit dan amat kecil, yaitu hasil dari tetesan embun.

Curah hujan harian adalah curah hujan yang diukur selama 24 jam. Masa 24
jam akan berakhir sesuai dengan tanggal yang tercantum pada waktu. Untuk curah
hujan harian dari sumber yang tidak teratur, yaitu mereka yang laporan bulanan
atau mingguan, kemudian jumlah hari dimana curah hujan diukur. Sekali lagi
periode berakhir pada hari lain.
Satuan curah hujan adalah milimeter (mm), yang merupakan ketebalan air
hujan yang terkumpul dalam tempat pada luasan 1 m2, permukaan yang datar,
tidak menguap dan tidak mengalir.

3
1. Rata-rata curah hujan bulanan
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal
10 tahun.
2. Normal curah hujan bulanan
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
3. Standar normal curah hujan bulanan
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun

Kriteria intensitas curah hujan :


 Hujan sangat ringan : Intensitas < 5 mm dalam 24 jam

 Hujan ringan : Intensitas 5 – 20 mm dalam 24 jam

 Hujan sedang : Intensitas 20 – 50 mm dalam 24 jam

 Hujan lebat : Intensitas 50 – 100 mm dalam 24 jam

 Hujan sangat lebat : Intensitas > 100 mm dalam 24 jam

Kriteria distribusi curah hujan bulanan :


 Rendah : 0 – 100 mm

 Menengah : 101 – 300 mm

 Tinggi : 301 – 400 mm

 Sangat Tinggi : > 400 mm

4
5
Berdasarkan gambar data yang ada dapat kita ketahui bahwa:

a. 2001

Hujan Basah 11
Hujan Lembab 0
Hujan Kering 1

b. 2002

Hujan Basah 8
Hujan Lembab 4
Hujan Kering 0

c. 2003

Hujan Basah 11
Hujan Lembab 1
Hujan Kering 0

d. 2004

Hujan Basah 12
Hujan Lembab 0
Hujan Kering 0

e. 2005

Hujan Basah 10
Hujan Lembab 1
Hujan Kering 1

f. 2006

Hujan Basah 12
Hujan Lembab 0
Hujan Kering 0

g. 2007

Hujan Basah 9
Hujan Lembab 2
Hujan Kering 1

h. 2008

Hujan Basah 10
Hujan Lembab 1
Hujan Kering 1

6
i. 2009

Hujan Basah 9
Hujan Lembab 2
Hujan Kering 1

j. 2010

Hujan Basah 9
Hujan Lembab 2
Hujan Kering 1

k. 2011

Hujan Basah 10
Hujan Lembab 1
Hujan Kering 0

l. 2012

Hujan Basah 9
Hujan Lembab 2
Hujan Kering 1

m. 2013

Hujan Basah 11
Hujan Lembab 0
Hujan Kering 1

n. 2014

Hujan Basah 6
Hujan Lembab 1
Hujan Kering 5

o. 2015

Hujan Basah 4
Hujan Lembab 2
Hujan Kering 6

p. 2016

Hujan Basah 7
Hujan Lembab 3
Hujan Kering 2

7
8
Dari gambar tersebut kita dapat melihat perhitungan bulan basah dan bulan
kering dari setiap tahunnya, setelah kita selesai menghitung maka kita dapat
menentukan jenis iklim apakah dia berdasarkan 3 iklim antara lain:

a. Iklim Schmidt-Ferguson
Merupakan salah satu jenis klasifikasi yang banyak digunakan di
indonesia. Klasifikasi iklim ini mendasar pada curah hujan. Data hujan yang
digunakan dalam analisis minimal 10 tahun. Berdasarkan data hujan tersebut
Schmidt-Ferguson menentukan bulan basah dan bulan kering kemudia di
analisis sehingga diperoleh 8 daerah iklim dari yang paling basah hingga
paling kering. Schmidt-Ferguson menerima metode Mohr berdasarkan
penelitian tanah, terdapat tiga derajat kelembapan yaitu:
 Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan lebih dari 100 mm, maka
bulan ini dinamakan Bulan Basah , jumlah curah hujan ini
melampaui jumlah penguapan.

 Jika jumlah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm, maka bulan
ini dinamakan Bulan Kering, penguapan banyak berasal dari air
dalam tanah daripada curah hujan.

 Jika jumlah hujan dalam satu bulan antara 60 mm sampai 100 mm
maka bulan ini dinamakan Bulan Lembab, curah hujan dan
penguapan kurang lebih seimbang.

Schmidt-Ferguson menghitung jumlah bulan kering dan bulan basah


dari tiap-tiap tahun kemudian di ambil rata-ratanya. Tipe iklim ditentukan
dengan menghitung nilai Q yaitu perbandingan antara rata-rata bulan
kering dengan rata-rata bulan basah. Hasilnya terdiri dari 8 tipe iklim
yaitu: A (sangat basah), B (basah), C (agak basah), D (sedang), E (agak
kering), F (kering), G (sangat kering), dan H (luar biasa kering).

Rumus Q :

9
Tipe iklim dengan mencocokkan nilai Q yang diperoleh dengan kriteria
iklim Schmidt-Ferguson:

A:0≤Q<0,143

B: 0,143 ≤ Q < 0,333

C: 0,333 ≤ Q < 0,600

D: 0,600 ≤ Q < 1,000

E: 1,000 ≤ Q < 1,670

F: 1,1670 ≤ Q < 3,000

G: 3,000 ≤ Q < 7,000

H: 7,000 ≤ Q

b. Iklim Mohr

Klasifikasi iklim di indonesia menurut Mohr didasarkan pada jumlah bulan


kering (BK) dan bulan basah (BB) yang dihitung sebagai harga rata-rata dalam
waktu yang lama. Curah hujan rata-rata yang digunakan diperoleh dari
pengamatan curah hujan selama minimal 10 tahun. Klasifikasi iklim Mohr
berdasarkan hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan. Asumsi untuk
penguapan/evaporasi (E) adalah 2 mm/hari.

Menurut Mohr berdasarkan penelitian tanah terdapat tiga derajat kelembapan


yaitu:

 Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan lebih dari 100 mm, maka bulan
ini dinamakan Bulan Basah jumlah curah hujan ini melampaui jumlah
penguapan. BB (bulan basah) CH > 100 mm; sehingga CH > E

 Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm, maka bulan
ini dinamakan Bulan Kering, penguapan banyak berasal dari air dalam
tanah daripada curah hujan. BK (bulan kering) CH < 69 mm; sehingga CH
< E

 Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan antara 60 mm sampai 100 mm
maka bulan ini dinamakan Bulan Lembab, curah hujan dan penguapan
kurang lebih seimbang. BL (bulan lembab) 60 < CH < 100 mm.

10
Berdasarkan keberadaan bulan basah dan bulan kering, terdapat kelas iklim
menurut Mohr yaitu sebagai berikut:

Kelas Kelembapan DKB/Tahun


I Basah 1-6 BL
II Agak Basah 1 BK
III Agak Kering 3-4 BK
IV Kering 6 BK
V Sangat Kering >6BK

c. Iklilm Oldeman

Iklim oldeman adalah adanya bulan basah yang berturut-turut dan adanya
bulan kering yang berturut-turut pula. Kedua bulan ini dihubungkan dengan
kebutuhan tanaman padi sawah dan palawijaya terhadap air. Dalam konsep ini,
curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup untuk membudidayakan
padi sawah, sedangkan untuk sebagian besar palawija maka jumlah curah hujan
minimal yang diperlukan adalah 100 mm/bulan.

Dari tinjauan di atas oldeman membagi 5 daerah agroklimat utama yaitu:

A: jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan


B: jika terdapat 7-9 bulan basah berurutan

C: jika terdapat 5-6 bulan basah berurutan


D: jika terdapat 3-4 bulan basah berurutan
E: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan

11
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh selama periode waktu tertentu
yang pengukurannya menggunakan satuan tinggi di atas permukaan tanah
horizontal yang diasumsikan tidak terjadi infiltrasi, run off, maupun evaporasi.
Curah hujan harian adalah curah hujan yang diukur selama 24 jam. Masa 24 jam
akan berakhir sesuai dengan tanggal yang tercantum pada waktu. Untuk curah
hujan harian dari sumber yang tidak teratur, yaitu mereka yang laporan bulanan
atau mingguan, kemudian jumlah hari dimana curah hujan diukur. Sekali lagi
periode berakhir pada hari lain.
Satuan curah hujan adalah milimeter (mm), yang merupakan ketebalan air
hujan yang terkumpul dalam tempat pada luasan 1 m2, permukaan yang datar,
tidak menguap dan tidak mengalir. Dari makalah ini kita dapat mengetahui curah
hujan dari tahun 2001-2016 dan klasifikasinya yang terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Ferguson
b. Mohr
c. Oldeman

B. SARAN
Semoga makalah yang dibuat penulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta
menambah wawasan pengetahuan tentang curah hujan dan klasifikasinya bagi
pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA
Lakitan, B. (2002). Dasar-Dasar Klimatologi. Pt. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Suroso, S. (2006). Analisis Sentesity Duration Frequency Kejadian Hujan


Dikabupaten Banjarnegara. Dinamika Rekayasa., 2(1), 1-7.
Tjasyono, B. (2004). Klimatologi. Bandung: ITB.

13

Anda mungkin juga menyukai