Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM PENGUKURAN EVAPORASI

LAPORAN

Dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Hidrologi

Yang dibina oleh Fatiya Rosyida, M.Pd

Disusun Oleh:

Intan Nurul Awwalliyah 190721637771

Ranida Seviana 190721637681

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

NOVEMBER 2019
A. JUDUL PRAKTIKUM
Praktikum Evaporasi di Wilayah Universitas Negeri Malang
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menganalisis besarnya evaporasi berdasarkan waktu dan suhu.
2. Menganalisis perbedaan evaporasi air bersih dan air tercemar.
3. Menganalisis hubungan kondisi lingkungan dengan evaporasi.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Toples plastik dengan diameter 20 cm.
2. Penggaris
3. Alat penampang: kardus dan plester
4. Alat tulis menulis
5. Air bersih
6. Air tercemar
7. Handphone (untuk mengukur suhu)
D. LANGKAH KERJA
1. Tentukan titik lokasi untuk melakukan praktikum evaporasi dalam area
kampus Universitas Negeri Malang.
2. Menyiapkan 2 toples sebagai alat ukur evaporasi.
3. Menyiapakan 2 jenis air yaitu air bersih dan air tercemar kemudian
dimasukkan ke dalam toples evaporasi dengan ketinggian kurang lebih 14 cm
per toples.
4. Letakkan toples yang sudah terisi air bersih dan air tercemar di tempat yang
telah ditentukan. Beri alas berupa kardus supaya posisi kedua air tersebut
sejajar.
5. Proses evaporasi dilakukan sejak pukul 06.30 – 16.30 WIB. Selama proses
praktikum evaporasi, pantau dan lakukan pengecekan setiap dua jam sekali.
Perhatikan dan catat setiap perubahan (penyusutan atau pengurangan) pada
ketinggian kedua air. Jika kedua air tersebut tidak mengalami perubahan,
maka tetap lakukan pencatatan.
6. Mengukur suhu udara setiap proses evaporasi berlangsung.
7. Setelah diketahui hasil dari pencatatan evaporasi, maka lakukanlah
pengolahan data.
E. LANDASAN TEORI
Penguapan atau evaporasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap
yang terjadi pada air atau lengas yang berada di berbagai benda di permukaan
bumi. Sumber terbesar evaporasi adalah air laut dan lautan. Evaporasi atau
penguapan menurut para ahli adalah perubahan air menjadi uap air. Air yang ada
di bumi bila terjadi proses evaporasi maka akan hilang ke atmosfer menjadi uap
air. Evaporasi dapat terjadi dipermukaan air bebas seperti bejana berisi air,
kolam, waduk, sungai, ataupun laut. Proses evaporasi dapat terjadi pada benda
yang mengandung air, lahan yang gundul, atau pasir yang basah (Suhardianto
1999). Menurut (Lakitan 1994) evaporasi adalah suatu komponen siklus
hidrologi, yaitu peristiwa menguapnya air dari permukaan air, tanah, dan bentuk
permukaan bukan dari vegetasi lainnya. Evaporasi merupakan proses penguapan
air yang berasal dari permukaan bentangan air atau dari bahan padat yang
mengandung air.
Pengertian lain tentang evaporasi yaitu, peristiwa berubahnya air menjadi
uap air yang terjadi pada air atau lengas yang berada di berbagai benda di
permukaan bumi. Air yang ada dibumi ini apabila mengalami proses evaporasi
maka akan hilang menuju ke atmosfer menjadi uap air. Proses evaporasi dapat
terjadi pada benda yang mengandung air, lahan yang gundul atau pasir yang
basah. Pada lahan yang basah, evaporasi mengakibatkan tanah menjadi kering
dan dapat mempengaruhi tanaman yang tumbuh ditanah tersebut. Pada dasarnya
proses evaporasi terjadi dari dua peristiwa yang berkelanjutan, yaitu:
1. Interface evaporation yaitu transformasi dari air menjadi uap air yang berada
di permukaan air. Proses ini tergantung pada besarnya energi yang tersimpan
2. Vertical Vaportransfer yaitu pemindahan udara yang kenyang uap air dari
interface ke atmosfer.
Besarnya nilai evaporasi dapat diperoleh baik dengan cara pengukuran
langsung maupun secar empiris. Pengukuran langsung dilakukan dengan
menggunakan alat atmometer, lysimeter, dan Evaporation Pan. Sedangkan
perhitungan evaporasi secara empiris dengan menggunakan model/rumus yang
ditemukan oleh para ahli hidrologi/meteorologi. Salah satu rumus empiris yang
cukup populer dan sering digunakan adalah rumus Thornweite (Utaya, 2001:12).
Faktor Penyebab Evaporasi
Faktor utama yang menyebabkan terjadinya evaporasi adalah adanya
sumber energi. Hal ini karena air bisa menguap disebabkan adanya energi yang
dapat bersumber dari: 1. Sinar matahari, 2. Panas yang dibawa angin, 3. Panas
didalam tanah, 4. Panas didalam air. Besar kecilnya penguapan air pada
permukaan air bebas dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu:
1. Kelembapan udara, semakin tinggi kelembapan udara maka penguapan
semakin kecil.
2. Tekanan udara, semakin besar tekanan udara maka penguapan semakin besar.
3. Kedalaman dan luas permukaan air, semakin dalam air akan semakin kecil
penguapan dan semakin luas permukaan air maka akan semakin besar
penguapan.
4. Kualitas air, air yang tercemar oleh ion – ion bermuatan jika terkena panas
sinar matahari, ion tersebut akan bergerak lebih cepat sehingga suhu air
menjadi lebih tinggi dan penguapan menjadi lebih besar.
5. Kecepatan angin, semakin besar kecepatan angin bertiup maka akan semakin
besar penguapan
6. Topografi, suatu daerah yang letaknya semakin tinggi maka suhunya akan
semakin kecil sehingga penguapan juga akan semakin kecil.
7. Iklim atau musim, perbedaan iklim dan musim mempengaruhi perbedaan
penguapan air yang terjadi di suatu daerah.
8. Lama penyinaran, semakin lama suatu tempat (badan air) mengalami
penyinaran akan semakin besar penguapan yang terjadi di daerah tersebut
9. Temperatur, semakin tinggi temperatur air akan semakin tinggi pula
penguapan.
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
REKAPITULASI DATA HASIL PRAKTIKUM EVAPORASI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI OFFERING K
ANGKATAN 2019
Tabel 1.1
Rekapitulasi Data Hasil Praktikum Evaporasi Offering K 2019
Evaporasi (mm/ hari) Kondisi Lingkungan
No Lokasi
Air bersih Air tercemar Luas (m2) Pohon Keterbukaan Jenis Lantai
1. Graha Rektorat 9,0 9,0 2.794 3 Semi Terbuka Plester
2. Asrama Putri UM 12,0 16,0 4.528 10 Terbuka Paving
3. Graha Rektorat 10,0 11,0 2.794 3 Semi Terbuka Plester
4. Lapangan A2 12,0 10,0 3.600 10 Terbuka Tanah
5. Graha Rektorat 10,0 12,0 2.794 3 Semi Terbuka Plester
6. Graha Rektorat 13,0 15,0 2.794 3 Semi Terbuka Plester
7. Graha Rektorat 10,0 13,0 2.794 2 Terbuka Plester
8. Lapangan A2 9,0 10,0 3.600 10 Terbuka Paving
9. Lapangan A2 9,0 11,0 3.600 10 Terbuka Paving
10. Tengah Sawah 11,0 12,0 5.374 0 Terbuka Beton
11. Lapangan A2 10,0 11,0 3.600 10 Terbuka Tanah
12. Lapangan A2 16,0 15,0 3.600 10 Terbuka Plester
13. Asrama Putri UM 11,0 11,0 4.528 10 Terbuka Paving
14. Lapangan A2 8,0 9,0 3.600 10 Terbuka Plester
15. Area Persawahan 9,0 9,0 5.374 0 Terbuka Beton
16. Graha Rektorat 12,0 9,0 2.794 3 Semi Terbuka Paving
17. Graha Rektorat 10,0 9,0 2.794 2 Terbuka Plester
18. Jl. Bandulan Baru 6,2 8,1 520 2 Semi Terbuka Tanah
19. Graha Rektorat 15,0 16,0 2.794 3 Semi Terbuka Plester

Rata-rata 10,64210526 11,37368421 0 0 0 0

Nilai Minimum 6,2 8,1 0 0 0 0


Nilai Maximum 16,0 16,0 0 0 0 0
Dari data hasil praktikum di atas dapat kita lihat bawasanya rata-rata evaporasi air
besih sebesar 10,64 sedangkan air tercemar sebesar 11,37. Kalau dilihat dari rata –
rata yang dihasilkan mengidentifiasikan bahwa air tercemar lebih banyak mengalami
evaporasi dibangdingkan air bersih. Hal ini dikarenakan dalam air tercemar
mengandung ion – ion bermuatan jika terkena matahari, ion teresebut akan bergerak
lebih cepat, sehingga suhu air menjadi lebih tinggi dan penguapan menjadi lebih
besar. Untuk nilai minimum pada hasil praktikum diatas berbanding lurus dengan
rata-rata yang dihasilkan. Disini menyatakan bahawa air bersih lebih sedikit
mengalami evaporasi dibandingkan dengan air tercemar. Perbedaan tersebut
dikarenakan keadaan lingkungan seperti tempat diletakkannya sampel, seperti jika
sampel di letakkan di lantai semen akan mengalami penguapan yang cepat karena
lantai semen cukup tinggi pantulan sinar mataharinya. Selain itu, keadaan vegetasi
seperti pepohonan juga berpengaruh.Semakin banyak vegetasi maka semakin sedikit
pula penguapannya. Kemudian nilai maksimum antara air tercemar dan air bersih
sama besarnya.
Tabel 2.1
Rata-rata evaporasi total

Evaporasi (mm)
No
Air Bersih Air Tercemar
1. 21,6 21,6
2. 28,8 38,4
3. 24,0 26,4
4. 28,8 24,0
5. 24,0 28,8
6. 31,2 36,0
7. 24,0 31,2
8. 21,6 24,0
9. 21,6 26,4
10. 26,4 28,8
11. 24,0 26,4
12. 38,4 36,0
13. 26,4 26,4
14. 19,2 21,6
15. 21,6 21,6
16. 28,8 21,6
17. 24,0 21,6
18. 14,9 19,4
19. 36,0 38,4
Rata-rata 25,541 27,297
Tabel 2.2
Rata-Rata Evaporasi menurut waktu
Rata-Rata
N0 Waktu Suhu Air Bersih Air Tercemar
(°C) (mm) (mm)
1. 06.30 22,21 0,00 0,00
2. 08.30 27,52 1,34 1,33
3. 10.30 31,57 2,98 2,50
4. 12.30 33,00 2,73 3,22
5. 14.30 32,37 2,84 3,34
6. 16.30 27,84 0,75 1,66
Berdasarkan data hasil praktikum di atas dapat kita lihat besarnya evaporasi
berdasarkan waktu sebagai berikut :

a. Pada 06.30
Dilihat dari data diatas pada pukul 06.30 belum terjadi penguapan baik air
tercemar maupun air bersih. Hal ini dikarenakan pada waktu tersebut kita baru
meletakkan sampel di lokasi. Selain itu, juga dikarenakan suhu pada waktu
tersebut masih rendah dan panas dari sinar matahari juga belum terasa
sehingga tidak memungkinkan terjadinya evaporasi.
b. Pada 08.30
Dilihat dari data diatas pada pukul 08.30 sudah terjadi penguapan baik air
tercemar maupun air bersih. Penguapan pada air tercemar sebesar 1,33 mm
sedangkan air bersih sebesar 1,34 mm. Penguapan terjadi karena pada waktu
tersebut suhu naik menjadi 27,52oC.
c. Pada 10.30
Dilihat dari data diatas pada pukul 10.30 suhu berada di 31,57oC. Terjadi
penguapan sebesar 2,98 mm pada air bersih sedangkan air tercemar sebesar
2,50 mm. Diwaktu tersebut air bersih mengalami evaporasi maksimum. Hal
ini karena suhu tidak sepenuhnya menjadi faktor utama penguapan.
d. Pada 12.30
Dilihat dari data diatas pada pukul 12.30 terjadi penguapan sebesar 2,73 mm
pada air bersih sedangkan pada air tercemar sebesar 3,22 mm. Pada saat itu
suhu udara berada di 33,00oC yang merupakan suhu maksimum. Sehingga
menyebabkan proses pemanasan pada air maksimal.
e. Pada 14.30
Dilihat dari data diatas pada pukul 14.30 terjadi penguapan sebesar 2,84 mm
pada air bersih sedangkan pada air tercemar sebesar 3,34 mm pada air
tercemar. Suhu udara pada saat itu sebesar 32,37oC. Pada air tercemar terjadi
evaporasi maksimum karena mengalami pemanasan air paling besar ,
sehingga proses terjadinya penguapan lebih cepat.
f. Pada 16.30
Dilihat dari data diatas pada pukul 16.30 terjadi penguapan sebesar 0,75 mm
pada air bersih sedangkan pada air tercemar sebesar 1,66 mm. Rata-rata suhu
sebesar 27,84oC. Pada waktu tersebut terjadi penurunan suhu yang
mengakibatkan menurunya jumlah penguapan. Hal tersebut dipengaruhi oleh
rendahnya intensitas cahaya matahari.

3. Pengaruh Kondisi Lingkungan Terhadap Evaporasi


Tabel 3.1
Besarnya evaporasi terhadap luas wilayah pada air bersih
Evaporasi (mm)
Air Bersih
Luas (m2)
14,9-22,7 22,8-30,6 30,7-38,4
520-2.138 1 0 0
2.139-3.756 4 7 3
3.757-5.374 1 3 0
Dilihat dari tabel diatas evaporasi air bersih paling banyak terjadi pada daerah yang
luas wilayahnya yaitu 2.139-3.757m², besarnya evaporasi antara 22.8-30.6mm. Data
tersebut menyatakan bahwa semakin luas suatu wilayah atau tempat maka evaporasi
terhadap air bersih akan semakin besar. Akan tetapi hasil pengujian diatas tidak
sesuai teori. Hal tersebut dikarenakan dalam pengujian terdapat hambatan.

Tabel 3.2
Besarnya evaporasi terhadap luas wilayah pada air tercemar
Evaporasi (mm)
Air Tercemar
Luas (m2)
19,4-25,7 25,8-32,1 32,2-38,4
520-2.138 1 0 0
2.139-3.756 1 2 1
3.757-5.374 6 5 3
Dilihat dari tabel diatas bahwasanya evaorasi air tercemar paling banyak terjadi pad
daerah yang paling luas yaitu 3.757-5.374m². Serta besarnya evaporasi wilayah
tersebut antara 19.4-25.7mm. Data tersebut menyatakan bahwa semakin luas suatu
wilayah maka evaporasi terhadap air tercemar semakin besar. Luasnya tempat
tersebut menyebabkan besarnya intensitas sinar matahari yang masuk dan menyinari
tempat tersebut.
Tabel 3.3

Besar evaporasi terhadap jumlah pohon pada air bersih

Evaporasi (mm)
Air Bersih
Jumlah pohon
14,9-22,7 22,8-30,6 30,7-38,4
0-3 3 6 2
4-7 0 0 0
8-10 3 4 1
Dilihat dari data tabel diatas evaporasi air bersih banyak terjadi pada daerah yang
memiliki jumlah pohom sedikit (0-3). Besarnya evaporasi yang diperoleh akibat
sedikitnya jumlah pohon pada tabek diatas antara 22.8-30.6mm. Data tersebut
menyatakan bahwa semakin sedikit pohon pada suatu wilayah maka evaporasi
terhadap air bersih semakin besar. Jumlah pohon mempengaruhi intensitas cahaya
yang menyinari tempat evaporasi tersebut.

Tabel 3.4

Besar evaporasi terhadap jumlah pohon pada air tercemar

Evaporasi (mm)
Air Tercemar
Jumlah pohon
19,4-25,7 25,8-32,1 32,2-38,4
0-3 5 4 2
4-7 0 0 0
8-10 3 3 2
Dilihat dari tabel diatas evaporasi air tercemar paling banyak terjadi pada daerah
yang memiliki jumlah pohon yang sedikit (0-3). Serta besarnya evaporasi antara 19.4-
25.7mm. Data tersebut menyatakan bahwa semakin sedikit pohon pada suatu wilayah
maka evaporasi terhadap air tercemar semakin besar. Jumlah pohon mempengaruhi
intentsitas cahaya yang menyinari tempat evaporasi tersebut.

Tabel 3.5

Besarnya evaporasi terhadap keterbukaan lahan pada air bersih

Evaporasi (mm)
Air Bersih
Keterbukaan
14,9-22,7 22,8-30,6 30,7-38,4
Terbuka 4 7 1
Semi Terbuka 2 3 2
Tertutup 0 0 0
Dilihat dari tabel diatas evaporasi air bersih paling banyak terjadi pada daerah yang
terbuka (tidak tertutupi oleh tembok atau bangunan) yaitu ada 7. Serta besarnya
evaporasi yang terjadi pada wilayah terbuka pada tabel diatas yaitu antara 22.8-
30.6mm. Data tersebut menyatakan bahwa semakin sedikit tutupan tembok pada
suatu wilayah maka evaporasi terhadap air bersih semakin besar. Jumlah tembok
mempengaruhi intentsitas cahaya yang menyinari tempat evaporasi tersebut.

Tabel 3.6

Besarnya evaorasi terhadap keterbukaan lahan pada air tercemar

Evaporasi (mm)
Air Tercemar
Keterbukaan
19,4-25,7 25,8-32,1 32,2-38,4
Terbuka 5 5 2
Semi Terbuka 3 2 2
Tertutup 0 0 0
Dilihat dari tabel diatas evaporasi air tercemar paling banyak terjadi pada daerah yang
terbuka (tidak tertutupi oleh tembok atau bangunan). Besarnya evaporasi yang terjadi
pada area terbuka antara 19.4-25.7 dan 15,8-32,1mm. Data tersebut menyatakan
bahwa semakin sedikit tutupan tembok pada suatu wilayah maka evaporasi terhadap
air tercemar semakin besar. Jumlah tembok mempengaruhi intentsitas cahaya yang
menyinari tempat evaporasi tersebut.
Tabel 3.7

Besarnya evaporasi terhadap jenis lantai pada air bersih

Evaporasi (mm)
Air Bersih
Jenis lantai
14,9-22,7 22,8-30,6 30,7-38,4
Tanah 2 1 0
Paving 2 2 1
Plester 3 3 3
Beton 1 1 0
Dilihat dari tabel diatas bahwa evaporasi air bersih paling banyak terjasi pada daerah
yang memiliki lantai dasar berupa plesteran semen. Hal ini dikarebakan semen lebih
cepat menyerap panas dan cepat juga melepas panas. Sehingga suhu disekitar tempat
tersebut menjadi lebih panas dan menyebabkan penguapan air bersih lebih besar
antara 22.8-30.6mm.
Tabel 3.8

Besarnya evaporasi terhadap jenis lantai pada air tercemar

Evaporasi (mm)
Air Tercemar
Jenis lantai
19,4-25,7 25,8-32,1 32,1-38,4
Tanah 1 2 0
Paving 2 3 0
Plester 2 4 3
Beton 1 1 0
Dilihat dari tabel diatas evaporasi air tercemar paling banyak terjadi pada daerah yang
memiliki lantai dasar berupa plesteran semen. Hal tersebut dikarenakn semen cepat
menyerap suhu pasar dan cepat melepaskan suhu, sehingga suhu disekitar air
tercemar menjadi lebih panas daripada jenis lantai lainnya, serta besarnya evaporasi
antara 22.8-30.6mm.

G. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian evaporassi pada air bersih dan air tercemar dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pada pengujian evaporasi air bersih dan air tercemar, yang paling banyak
mengalami penguapan yakni pada air tercemar. Hal ini dikarenakan pada
air tercemar terdapat ion-ion yang ketika terkena panas matahari akan
bergerak dengan lebih cepat, sehingga suhu air menjadi lebih tinggi dan
penguapan menjadi lebih besar.
2. Faktor terbesar yang mempengaruhi besar kecilnya penguapan pada air
bersih maupun air tercemar adalah intensitas sinar matahari pada wilayah
pengujian sampel.
3. Faktor lain yang mempengaruhi proses evaporasi pada pengujian sampel
yaitu faktor lingkungan, antara lain keterbukaan wilayah,jumlah pohon,
suhu, jenis lantai dan lain sebagainya

H. DAFTAR RUJUKAN
Utaya, Sugeng. 2013. Pengantar Hodrologi. Yogyakarta : Aditya Media
Publishing
Sinulingga, Nelson. Tanpa Tahun. Evaporasi.
https://www.academia.edu/22202425/EVAPORASI diakses pada
02.32 20/11/2019
I. LAMPIRAN

Gambar sampel air bersih dan air tercemar

Anda mungkin juga menyukai