Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN EVAPORASI DI WILAYAH MALANG

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hidrologi


Yang dibina oleh Dosen Pembimbing Prof . Dr . Sugeng Utaya,M.Si

Disusun Oleh:

Aulia Alfiani Femilia


220722608565
Offering H

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PRODI S1 GEOGRAFI
Oktober 2022
1.1 Judul
Laporan Praktikum Pengukuran Evaporasi di Wilayah Malang
1.2 Tujuan praktikum
• Menganalisis perbedaan evaporasi wilayah Malang
• Mengetahui perbedaan evaporasi pada air bersih dan air kotor
1.3 Dasar teori
Evaporasi adalah proses perubahan zat cair menjadi uap air. Saat evaporasi, air yang
berada di bumi akan menguap ke atmosfer dan menjadi uap air. Evaporasi umunya terjadi
di muka bumi seperti di bejana air, waduk, kolam, sungai ataupun laut. air yang ada di
permukaan bumi ini perlahan menguap karena terkena panas matahari dan menjadi gas.
Evaporasi merupakan salah satu komponen yang terdapat dalam siklus hidrologi dan
siklus air. Oleh karena itu, evaporasi merupakan faktor penting.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi tingkat evaporasi antara lain :
1. Radiasi matahari
Evaporasi terjadi lebih cepat di siang hari karena air langsung terkena panas matahari.
Perubahan wujud cair menjadi gas membutuhkan panas. Semakin intens terkena sinar
matahari, maka penguapan akan terjadi semakin tinggi
2. Angin
Udara harus kering agar evaporasi berjalan maksimal. Kecepatan angin juga
berpengaruh.
3. Kelembaman relatif
Faktor lain yang mempengaruhi evaporasi adalah
kelembaban relatif udara. Jika kelembaban relatif ini naik, kemampuannya
untuk menyerap uap air akan berkurang sehingga laju evaporasinya akan
menurun. Penggantian lapisan udara pada batas tanah dan udara dengan
udara yang sama kelembaban relatifnya tidak akan menolong untuk
memperbesar laju evaporasi.
4. Suhu/temperatur
Saat suhu udara dan tanah tinggi, evaporasi berjalan lebih cepat karena energi panas
tersedia.
Istilah istilah terkait dengan proses evaporasi antara lain : transpirasi, transpirasi
adalah hilangnya air dari tumbuhan akibat penguapan dari daun khususnya bagian stomata.
Yang kedua adalah, evapotranspirasi. Evapotranspirasi adalah penguapan yang terjadi pada
semua permukaan bumi di suatu daerah. Yang ke tiga adalah evaporasi potensial. Yang mana
jumlah air yang digunakan tumbuhan dan permukaan tanah dalam keadaan jenuh dan air
yang tersedia cukup. Yang ke empat, evapotranspirasi aktual. Yaitu jumlah air yang diuapkan
tumbuhan dan permukaan tanah yang terjadi pada saat itu juga.
Beberapa alat yang digunakan untuk proses evaporasi antara lain atmometer,
Colorado Sunken Pan, Six Foot Sunken Pan, neraca air, dan floating pan untuk pengukuran
evaporasi secara langsung. Sedangkan pengukuran evaporasi secara tidak langsung
𝑃
menggunakan perhitungan rumus empiris, yaitu 𝐸 = 𝑃 2
√0,9+( 𝑙 )

Penelitian ini menggunakan dua jenis air, air bersih dan air kotor. Air bersih adalah air
yang jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak mengandung kuman
maupun zat zat berbahaya. Menurut Permenkes 2017, Air bersih adalah air dengan kualitas
tertentu yang digunakan untuk keperluan sehari hari. Air bersih memiliki kandungan oksigen
yang lebih banyak dari pada air kotor atau air tercemar. Air kotor atau air tercemar
disebabkan oleh aktivitas industri, rumah tangga, ataupun pertanian. Aktivitas ini
menyebabkan sifat air bersih berubah. Air tercemar memiliki kadar oksigen yang rendah dan
cenderung banyak mikroorganisme didalamnya. air bersih memiliki pH antara 6,5-7,5
sedangkan air tercemar memiliki pH 8,5 atau lebih. Ini menandakan bahwa air ini telah
tercemar bahan kimia dan logam berat. Jika pH air dibawah 6,5 air terlalu asam dan
mengandung polutan polutan lain.
Evaporasi yang terjadi pada air bersih tidak sebanyak pada evaporasi yang terjadi di
air kotor atau tercemar. Hal ini dikarenakan molekul yang ada di air kotor atau tercemar lebih
banyak pada saat terkena sinar matahari, molekul molekul tersebut saling bergesakan
sehingga lebih mudah untuk mengalami penguapan. Sedangkan dalam air bersih, molekul
lebih sedikit sehingga sedikit pula terjadi gesekan.
Air sebagai unsur memiliki sifat diantaranya : perubahan suhu yang lambat sehingga
air merupakan penyimpan panas yang sangat baik. Air merupakan pelarut yang baik, air juga
bersifat memiliki tegangan permukaan yang tinggi, oleh karena itu saat mengenai suatu bahan
atau benda, bahan tersebut akan basah. Senyawa yang merenggang ketika membeku hanyalah
air.
Menurut Elsa Dian dan Fadila Sugi 2019, Penutup lahan juga mempengaruhi
evaporasi. Saat tanah tertutupi oleh aspal ataupun semen, evaporasi yang terjadi akan
semakin cepat, baik di air bersih ataupun air kotor. Hal ini dikarenakan sifat aspal ataupun
semen yang menyerap panas dan memantulkan sinar matahari. Jika dibandingkan dengan
menggunakan rumput sebagai penutup lahan dalam evaporasi, evaporasi yang terjadi akan
lebih lambat karena rumput bisa dikatakan dingin dan lembab. Sama halnya dengan vegetasi.
Saat keadaan vegetasi area praktikum banyak pepohonan, penguapan yang terjadi akan
sedikit. Karena vegetasi ini menghalangi sinar matahari. Sebaliknya, jika area praktikum
terletak di lahan terbuka yang vegetasi nya tidak padat, proses penguapan akan terjadi lebih
cepat.
Keterbukaan lahan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi proses evaporasi.
Saat lahan yang digunakan untuk praktikum semakin luas, biasanya penutupnya akan
semakin banyak, seperti kanopi, pohon, genteng, dll. Hal ini mempengaruhi penyinaran sinar
matahari ke air yang akan dievaporasi karena terhalang oleh penutup. Apabila luas lahan
sempit maka akan cenderung lembab, hal ini juga menyebabka proses penguapan terhambat.
1.4 alat dan bahan
1. tempat plastik ukuran 8x19x8,2cm
2. Penggaris
3. Spidol
4. Gelas takar
5. 960 ml air bersih
6. 960 ml air tercemar
1.5 Langkah kerja
1. Menentukan lokasi praktikum evaporasi, lokasi diambil di halaman rumah di wilayah
Singosari
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Sampel air dimasukkan ke masing masing rantang untuk evaporasi. Masing masing
rantang menampung air setinggi 3 cm
4. Meletakkan dua rantang untuk pengukuran evaporasi di tempat yang ditetapkan, pada
pukul 06:00 WIB dengan jarak antar rantang berdempetan
5. Jam 16:00 WIB yang mana 10 jam setelah evaporasi dimulai, rantang diambil dan
mulai dicatat penyusutan ketinggian air pada kedua sampel.
6. Setelah data diperoleh, maka akan dilanjutkan dengan pengolahan data
1.6 hasil dan pembahasan
1.6.1 Hasil Praktikum 1 Kelas
Hasil praktikum evaporasi pada air bersih dan air tercemar yang dilakukan pada 12
Oktober 2022, menunjukkan hasil sebagai berikut
N Lokasi Wakt Penurunan Evaporasi Keadaan Lingkungan
o. u (mm)
Bersih kotor Jenis Lua Pohon Suhu Keterbukaa
Lantai s n
(m²)
1. Jl. Terusan 5/10*12=6 10/10*12=1 Semen 140 0 23° Terbuka
Surabaya 2
2. Perumahan 6/10*12=7 10/10*12=1 Rumput 60 1 26° Terbuka
Sukun 2
Pondok Indah
3. Watu Gede, 1,9/10*12= 1,8/10*12= Aspal 120 0 28° Terbuka
Singosari 2,3 2,2
4. Jl. Danau 1,9/10*12= 1,8/10*12= Semen 14 3 23° Terbuka
Sentani, 2,3 1,2
Sawojajar I
5. Jl. Danau 1,9/9*12=2, 1,89*12=2, Plester 10 2 26° Terbuka
Sentani 5 4
Tengah
6. Singosari 1,9/8*12= 1,8/8*12=2, Plester 250 0 21° Terbuka
2,8 7
7. Asrama 0,3/10*12= 0,5/10*12= Paving 12,9 0 23° Terbuka
Dahlia 0,36 0,6 6
8. Jl. Terusan 5/10*12=6 5/10*12=6 Plester 2 0 22° Terbuka
Surabaya
9. Kost 6/10*12=7, 7/10*12=8, Paving 160 0 31° Terbuka
Ambarawa 2 4
1 Halaman 6/10*12=7, 5/10*12=6 Plester 88 1 30° Terbuka
0. rumah 2
1 Parkiran 8/10*12= 6/10*12=7, Paving 64 0 23° Terbuka
1. Asrama 9,6 6
Dahlia
1 Halaman 4/10*12=4, 4/10*12=4, Plester 250 0 23° Terbuka
2. Belakang 8 8
Rumah
1 Atap Kost 0,7/10*12= 1/10*12=1, Plester 15 0 29° Terbuka
3. 0,84 2
1 Depan 4,2/10*12= 4/10*12=4, Paving 143 5 29° Terbuka
4. Rektorat 5 8
Lama
1 Jl. 3/9*12=4 3/9*12=4 Plester 9 1 21° Semi terbuka
5. Flamboyan,
Tumpang,
Malang
1 Taman 5/10*12=6 5/10*12=6 Paving 143 5 23° Semi terbuka
6. Lapangan
Voli UM
1 Asrama Tulip 2/11*12=2, 6/11*12=6, Paving 64 0 23° Terbuka
7. 18 54
1 Griyashanta 1,9/10*12= 1,8/10*12= Semen 1400 3 23° Terbuka
8. blok H 218 2,28 2,16
1 Taman 14/10*12=1 11/10*12=1 Semen 6 1 26° Terbuka
9. Depan 6,8 3,2
Rumah
2 Belakang 4/11*12=4, 7/11*12=7, Paving 37 0 27° Terbuka
0. Gedung 36 63
UKM
2 Taman 3/9*12=4 5/9*12=7 Semen 36 1 26 Terbuka
1 Depan
Rumah
101,3
Rerata air bersih = 21 =4,82/12 jam
124,3 5,91
Rerata air kotor = = 𝑗𝑎𝑚
21 12
Pembahasan : Offering H melakukan praktikum berkelompok dengan jumlah 2 orang
per kelompok sehingga terdapat 21 kelompok. Dari praktikum yang dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata setiap kelompok menggunakan penutup lahan semen dan
paving
1.6.2 Tabel Hubungan Penutup Lahan dengan Evaporasi Air Bersih
pada praktikum evaporasi yang dilakukan, sampel evaporasi air bersih menunjukkan
data sebagai berikut
Penutup Lahan
No. Evaporasi Semen/Aspal Paving Rumput/Papan ⅀ %

⅀ % ⅀ % ⅀ %
1. <3 6 46 2 29 0 0 8 100
2. 3-6 5 38 3 43 0 0 8 100
3. >6 2 15 2 29 1 100 5 100
Total 13 100 7 100 1 100 21 100
Dalam area praktikum sample air bersih, didapati 13 kelompok memakai alas aspal
dan semen, 7 kelompok paving dan 1 kelompok tanah atau rumput. Dalam hasil akhir
perhitungan, didapatkan hasil penguapan kurang dari 3 dan 3 hingga 6 hasil
penguapan. Hasil penguapan air bersih yang kurang dari 3 sebanyak 8 kelompok,
hasil penguapan air bersih 3-6 sebanyak 8 kelompok, dan yang lebih dari 6 sebanyak
5 kelompok.
1.6.3 Tabel Hubungan Penutup Lahan dengan Evaporasi Air Kotor
pada praktikum evaporasi yang dilakukan, sampel evaporasi air kotor menunjukkan
data sebagai berikut
Penutup Lahan
No. Evaporasi Semen/Aspal Paving Rumput/Papan ⅀ %

⅀ % ⅀ % ⅀ %
1. <3 6 46 1 14 0 0 7 100
2. 3-6 4 31 2 29 0 0 6 100
3. >6 3 23 4 57 1 100 8 100
Total 13 100 7 100 1 100 21 100
Pada tabel 1.6.3 menunjukkan penutup lahan untuk air kotor. Didapatkan data 13
kelompok menggunakan aspal atau semen, 7 kelompok menggunakan paving dan 1
kelompok menggunakan tanah/rumput. Dari semua data, 7 diantaranya memiliki
persentase kurang dari 3, 6 data memiliki persentase 3-6 persen dan 8 lainnya
memiliki persentase lebih dari 6.
1.6.4 Tabel Hubungan Keterbukaan dengan Evaporasi Air Bersih
Keterbukaan lahan disekitar area praktikum sampel air bersih yang dilakukan 21
kelompok mahasiswa Offering H memperoleh hasil sebagai berikut
Keterbukaan ⅀ %
No. Evaporasi Terbuka Semi Terbuka
⅀ % ⅀ %
1. <3 8 42 0 0 8 100
2. 3–6 6 32 2 100 8 100
3. >6 5 26 0 0 5 100
Total 19 100 2 100 21 100
Data untuk keterbukaan evaporasi sampel air bersih didapatkan 19 kelompok lahannya
terbuka dan 2 kelompok dengan lahan terbuka. Secara persentase, didapatkan paling
banyak di evaporasi kurang dari 3 dan 3-6 yaitu sebesar 8 kelompok
1.6.5 Tabel Hubungan Keterbukaan dengan Evaporasi Air Kotor
Keterbukaan lahan disekitar area praktikum sampel air bersih yang dilakukan 21
kelompok mahasiswa Offering H memperoleh hasil sebagai berikut
Keterbukaan ⅀ %
No. Evaporasi Terbuka Semi Terbuka
⅀ % ⅀ %
1. <3 7 37 0 0 7 100
2. 3–6 4 21 2 100 6 100
3. >6 8 42 0 0 8 100
Total 19 100 2 100 21 100
Data untuk keterbukaan evaporasi sampel air kotor didapatkan 19 kelompok lahannya
terbuka dan 2 kelompok dengan lahan terbuka. Secara persentase, didapatkan paling
banyak di evaporasi 3-6 yaitu sebanyak 8 kelompok

1.6.6 Tabel Hubungan Luas Lahan dengan Evaporasi Air Bersih


Luas area yang digunakan untuk praktikum evaporasi sampel air bersih diperoleh data
sebagai berikut
No. Evaporasi Luas Lahan
< 50 50 - 100 > 100 ⅀ %
⅀ % ⅀ % ⅀ %
1. <3 4 44 1 25 3 38 8 100
2. 3–6 4 44 0 0 4 50 8 100
3. >6 1 11 3 75 1 13 5 100
Total 9 100 4 100 8 100 21 100

Luas lahan sebagai faktor yang mempengaruhi evaporasi juga dipertimbangkan. Dalam
praktikum sampel air bersih didapatkan data, kurang dari 50𝑚2 sebanyak 9 kelompok, luas
lahan 50-100𝑚2 sebanyak 8 kelompok dan luas lahan lebih dari 100𝑚2 sebanyak 8 kelompok

1.6.7 Tabel Hubungan Luas Lahan dengan Evaporasi Air Kotor


No. Evaporasi Luas Lahan
< 50 50 - 100 > 100 ⅀ %
⅀ % ⅀ % ⅀ %
1. <3 4 44 0 0 3 38 7 100
2. 3–6 2 22 1 25 3 38 6 100
3. >6 3 33 3 75 2 25 8 100
Total 9 100 4 100 8 100 21 100
Luas lahan sebagai faktor yang mempengaruhi evaporasi juga dipertimbangkan.
Dalam praktikum sampel air kotor didapatkan data, kurang dari 50𝑚2 sebanyak 9
kelompok, luas lahan 50-100𝑚2 sebanyak 4 kelompok dan luas lahan lebih dari
100𝑚2 sebanyak 8 kelompok

1.6.8 Tabel Hubungan Vegetasi dengan Evaporasi Air Bersih


Vegetasi dalam area praktikum sampel air bersih yang dilakukan 21 kelompok
mahasiswa Offering H sebagai berikut :
No. Evaporasi Vegetasi
<2 2-3 >3 ⅀ %
⅀ % ⅀ % ⅀ %
1. <3 5 31 3 100 0 0 8 100
2. 3–6 6 38 0 0 2 100 8 100
3. >6 5 31 0 0 0 0 5 100
Total 16 100 3 100 2 100 21 100
Vegetasi disekitar area praktikum didapatkan hasil terdapat pohon kurang dari 2 di
area praktikum yang dilakukan oleh 16 kelompok, jumlah pohon 2-3 terdapat di area 3
kelompok dan pohon lebih dari 3 di area praktikum 2 kelompok.
1.6.9 Tabel Hubungan Vegetasi dengan Evaporasi Air Kotor
Vegetasi dalam area praktikum sampel air kotor yang dilakukan 21 kelompok
mahasiswa Offering H sebagai berikut :
No. Evaporasi Vegetasi
<2 2-3 >3 ⅀ %
⅀ % ⅀ % ⅀ %
1. <3 4 25 3 100 0 0 7 100
2. 3–6 4 25 0 0 2 100 6 100
3. >6 8 50 0 0 0 0 8 100
Total 16 100 3 100 2 100 21 100
Vegetasi disekitar area praktikum sampel air kotor didapatkan hasil terdapat pohon
kurang dari 2 di area praktikum yang dilakukan oleh 16 kelompok, jumlah pohon 2-3
terdapat di area 3 kelompok dan pohon lebih dari 3 di area praktikum 2 kelompok.

1.7 Kesimpulan
Hasil praktikum evaporasi berbeda beda di setiap wilayah meskipun dilakukan di waktu
yang bersamaan. Hal ini dipengaruhi oleh penyinaran matahari, angin, keterbukaan lahan,
vegetasi di area praktikum.
1.8 daftar rujukan
Solihin Dede, dkk. 2019. Pemanfaatan Botol Bekas Sebagai Penyaring Air Bersih
Sederhana Bagi Warga Desa Cicalengka Kecamatan Pagedangan Kabupaten
Tangerang Dipublikasikan. Tangerang Selatan, Fakultas Ekonomi Universitas
Pamulang.
Putri, Khrysti. 2019. Penguapan Air (online), (https://duniakumu.com/pengertian-
penguapan- proses-penguapan-syarat-terjadinya-penguapan-faktor-yang-
mempengaruhi-penguapan-air- ada-dua-golongan/ .diakses 14 Oktober 2022)
Mashadi, Ahmad. 2018. Peningkatan Kualitas pH, Fe Dan Kekeruhan Dari Air Sumue
Gali Dengan Metode Filtrasi. Surakarta, Jurnal Riset Rekayasa Sipil Universitas
Sebelas Maret.
Rosmeiliyana. 2021. Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian Pencemaran Sungai
Cisangkan Kota Cimahi. Dipublikasikan, Bandung, Fakultas Teknik, Institut
Teknologi Nasional.
Baroroh, Nafisatul. 2018. Perubahan Penutup Lahan Dan Kerapatan Vegetasi Terhadap
Urban Heat Island di Kota Surakarta. Dipublikasikan, Semarang, Departemen Sipil
dan Perencanaan Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro.
Istianah, Nur. 2017. Evaporasi Multi-Tahap Menggunakan Falling Film Evaporator
Untuk Meningkatkan Efisiensi Produksi Konsentrat Nanas Madu. Dipublikasikan,
Malang, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya.
Jesiani, Mey. 2019. Model Pendugaan Evaporasi dari Suhi Udara dan Kelembaban Udara
Menggunakan Metode Regresi Linier Berganda di Kota Pontianak. Dipublikasikan,
Pontianak, FMIPA Universitas Tanjungpura.
Tampubolon, Michael Halomoan. 2020. Analisa Kebutuhan Air Bersih di Kota Medan
Sumatera Utara. Dipublikasikan, Medan, Universitas HKBP Nommensen.
Ismiyati. 2020. Identifikasi Kenaikan Titik Didih Pada Proses Evaporasi, Terhadap
Konsentrasi Larutan Sari Jahe. Dipublikasikan, Jakarta, Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai