TRANSPIRASI TUMBUHAN
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Fisiologi Tumbuhan
Dosen Pengampu :
Dr. Tri Wahyu Agustina, M.Pd.
Asrianty Mas’ud, M.Pd.
Oleh:
KELOMPOK 1
A. Ladasan Teori
Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun melewati xilem,
kerapatannya dipengaruhi oleh kegiatan tranpirasi. Transpirasi itu hakekatnya sama
dengan penguapan, tetapi istilah ini tidak digunakan untuk makhluk hidup. Seluruh
bagian tumbuhan mengalami transpirasi, tetapi umumnya terjadi pada daun. Hal ini
disebabkan luas permukaan dari daun lebih terpapar udara, penguapan terjadi di
kutikula melalui stomata. Faktor yang mempengaruhinya; ukuran daun, tebal-tipis
daun, lapisan lilin di permukaan daun, trikoma daun, jumlah stoma, bentuk dan
lokasi stomata (faktor dalam). Sedangkan faktor luarnya seperti; radiasi,
temperatur, kelembaban udara, tekanan udara, angin, keadaan air dalam tanah
(Dwidjoseputro, 1983:92).
Proses transpirasi menyebabkan tumbuhan kehilangan kandungan air
karena terjadi proses penguapan yang dipengaruhi oleh suhu (Yuliati dan Evi,
2017:55). Jika kelembaban cenderung rendah, dianjurkan untuk memberi naungan
agar transpirasi dapat dikurangi (Badrunasar dan Yayang, 2012:465).
Tanaman akan merespon kekurangan air dengan mengurangi laju transpirasi
untuk penghematan air. Kekurangan air pada daun akan menyebabkan sel-sel
tanaman kehilangan turgor. Mekanisme yang dapat memperlambat laju transpirasi
salah satunya adalah dengan memperkecil tangkapan cahaya sehingga berdampak
terhadap volume fotosintesis. Respon tercepat pada cekaman kekeringan ditandai
dengan keadaan fisik dari tumbuhan daripada perubahan kimianya (Sujinah dan Ali,
2016:101). Semakin besar tekanan cekaman air maka semakin besar pula nilai
intensitas kerusakan daun yang merusak kloroplas, sehingga daun akan cepat
mengalami klorosis. Adaptasinya tanaman akan menggugurkan daun untuk
mengurangi kehilangan air dalam jumlah besar (Efendi dalam Saidah, 2018:E50).
Stomata merupakan celah/lubang diantara epidermis yang diapit oleh 2 sel
epidermis khusus (guard cells) yang di dekatnya terdapat sel tetangga. Fungsi dari
sel penutup (guard cells) pada celah stomata, agar stomata dapat membuka dan
menutup sesuai dengan kebutuhan tumbuhan selama melakukan transpirasi,
sedangkan sel tetangga berfungsi serta dalam perubahan tekanan osmotik yang akan
berhubungan dengan pergerakan sel-sel penutup (Sarjani, dkk, 2017:188-189).
Stomata berguna untuk pertukaran gas O2, CO2, dan uap air dari daun ke alam
sekitar dan sebaliknya (Papuangan, 2014:287). Ada juga sel kipas yang merupakan
derivat epidermis, karena tidak memiliki kloroplas dan kutikula, membuat
transpirasi lebih cepat contohnya pada tumbuhan jagung (Nio, 2014:52).
Perubahan indeks stomata (kerapatan) akan mempengaruhi laju transpirasi,
semakin rapat stomata laju transpirasi semakin tinggi jika dibandingkan dengan
tanaman dengan kerapatan stomata yang rendah (Meriko dan Abizar, 2017:329).
Potensial air lebih negatif (rendah) apabila transpirasi masih tetap
berlangsung. Potensial air akan setara apabila transpirasi dihentikan (Naiola,
2000:127).
B. Variabel
1. Bebas : Tempat teduh dan tempat terkena cahaya matahari, lamanya waktu
paparan cahaya, perbedaan tempat, kelembaban, suhu, daun layu atuau
tidak
2. Terikat : Kecepatan transpirasi
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh perbedaan tempat pada kecepatan transpirasi?
2. Bagaimana pengaruh lamanya waktu paparan cahaya pada kecepatan
transpirasi?
D. Hipotesis
Ho : - Tidak ada pengaruh perbedaan tempat pada kecepatan transpirasi
- Tidak ada pengaruh lamanya waktu paparan cahaya pada kecepatan transpirasi
H. Pembahasan
1.1 Pengamatan di Tempat Terkena Cahaya Matahari
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dalam
waktu yang sama, tempat yang berbeda, rata-rata suhu yang hampir sama juga
dengan tumbuhan yang sama pula yaitu Pacar air (Impatiens balsamina L.),
menghasilkan data laju transpirasi yang berbeda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
luas permukaan daun dan tempat. Menurut Dwidjoseputro (1983:92), faktor yang
mempengaruhi trasnpirasi; ukuran daun, tebal-tipis daun, lapisan lilin di permukaan
daun, trikoma daun, jumlah stoma, bentuk dan lokasi stomata (faktor dalam).
Sedangkan faktor luarnya seperti; radiasi, temperatur, kelembaban udara, tekanan
udara, angin, keadaan air dalam tanah.
Pada tempat yang terkena sinar matahari, laju transpirasinya semakin
bertambah, terlihat dari hasil kelompok 3 yang mengalami pertambahan strip setiap
5 menit. Walaupun ada yang tida mengalami pertambahan jumlah strip dikarenakan
banyak faktor seperti vaselin yang meleleh, menyebabkan air merembes ke sela-
sela vaselin. Air metylen blue pada potometer yang selalu keluar dari pipa, dan
faktor lainnya.
Berdasarkan hasil pengamatan pada tempat yang terpapar sinar matahari, laju
transpirasinya semakin tinggi karena luas permukaan daunnya besar pula. Terlihat
dari data daun yang memiliki luas pemukaan daun 41,2 cm2 dengan laju permukaan
1,6×10-5 mL/menit/cm2, sedangkan pada luas permukaan daun 64,8 cm2 memiliki
laju permukaan 7,72 x 10-5 mL/menit/cm2. Hal ini sesuai dengan Gardner (1991:
88), semakin luas daerah permukaan daun, maka semakin besar laju transpirasinya.
Menurut Salisbury (1992: 15) ada banyak langkah dimana perpindahan air dan
banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang
ditranspirasikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari dalam
tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata); (2) Faktor luar (suhu,
cahaya, kelembaban, dan angin).
Menurut Campbell (1999: 358), proses daya hisap daun di pengaruhi oleh
beberapa faktor yang mempengaruhi daya hisap daun yaitu absorbsi air dan mineral
oleh sel-sel akar, transpor air dan mineral ke dalam xilem, tarikan transpirasi,
pembukaan dan penutupan stomata, tekanan akar. Faktor-faktor tersebut di
pengaruhi oleh cahaya matahari dan juga panas dari luar tubuh tumbuhan semakin
sering terpapar matahari maka semakin mengakibatkan laju transpirasi cepat
dimana semakin banyak stomata yang melakukan pembukaan stomata. Ketika laju
transpirasi semakin cepat maka akan mengakibatkan daya hisap daun semakin cepat
pula karena tarikan dari transpirasi.
Pada laju pacar air di tempat teduh dengan luas total daun 41,54 cm2, rata-
rata strip yang ditempuh ialah 0,5 strip atau sekitar 0, 005 ml. Sedangkan pada luas
total daun 101,79 cm2, rata-rata strip yang ditempuh yaitu sekitar 0,62 strip.
Kemudian pada luas total daun 136,5 cm2 didapat rata rata pertambahan stripnya
1,02 strip. Dari perolehan ini dapat disimpulkan bahwa jumlah dan luas permukaan
daun mempengaruhi keberlangsungan dari transpirasi. Sehingga hasil praktikum
berkesesuaian dengan teori.
Pada tempat yang teduh, laju transpirasinya cenderung menurun setiap 5
menit. Datanya sangat terlihat pada kel 7 dan 10 yang semakin lama terjadi
penurunan strip. Pada luas permukaan daun yang sangat besar dengan 101,79 cm2
memiliki laju transpirasi 1,3 × 10-5 mL/menit/ cm2 sedangkan pada luas permukaan
daun yang kecil laju trasnpirasinya 2,4x10-5 mL/menit/cm2. Hal ini menunjukkan
laju transpirasi dipengaruhi oleh daun. Menurut Salisbury (1995: 14), faktor luar
transpirasi antaralain, besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau
tidaknya permukaan daum, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak
sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata, jumlah daun, penggulungan daun
(Salisbury, 1995: 14).
Berdasarkan hasil pengamatan pada tempat teduh semakin besar luas
permukaan daun semakin kecil laju transpirasinya, dan sebaliknya. Hal ini tidak
sesuai dengan teori Gardner (1991: 88), semakin luas daerah permukaan daun,
maka semakin besar laju transpirasinya. Karena semakin luas permukaan daun,
maka semakin luas pula bidang penguapannya, sehingga pada daun yang memiliki
luas permukaan yang besar, maka laju transpirasinya akan semakin besar pula.
Tetapi pada tempat teduh luas pemukaan daun tidak terlalu berpengaruh terhadap
laju transpirasi, karena tidak terpapar oleh sinar matahari langsung. Laju trasnpirasi
lebih dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban lingkungan sekitar. Hal ini dijelaskan
oleh Dwidjoseputro (1983:23), pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun
dapat pula dilihat dari sisi lain, yaitu di dalam hubungannya dengan tekanan uap air
di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan temperatur bisa
menambah tekanan uap dei dalam daun. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan
tekanan, maka uap air mudah berdifusi dari dalam daujn ke udara bebas
(Dwidjoseputro, 1980: 23).
Setiap tanaman memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi lingkungan tempat tanaman berada
selalu mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi mungkin saja masih berada
dalam batas toleransi tanaman tersebut, tetapi seringkali tanaman mengalami
perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan menurunnya produktivitas dan
bahkan kematian tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tanaman memiliki
faktor pembatas dan daya toleransi terhadap lingkungan (Ai dan Banyo, 2011: 169).
Ai, Nio Song dan Banyo Yunia. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator
Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains. Vol. II, No. 2
Badrunasar, Anas dan Yayang Nurahmah. 2012. Pertelaan Jenis Pohon Arboretum
Balai Penelitian Teknologi Agroforestry. Ciamis: Kementrian Kehutanan.
Campbell, Neil A. dan Jane B. Reece. 1999. Biologi Jilid 2. Diterjemahkan oleh
Damaring. Jakarta: Erlangga
Dwidjoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiolgi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Meriko, Lince dan Abizar. 2017. Struktur Stomata Daun Beberapa Tumbuhan
Kantong Semar (Nepenthes spp). Berita Biologi. 16(3). Hlm: 125-130.
Nio, Song Ai dan Audry Agatha L. 2014. Penggulungan Daun pada Tanaman
Monokotil Saat Kekurangan Air. Jurnal Bioslogos. Vol 4 No 2. Hlm: 50-55.
Papuangan, N, dkk. 2014. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Tanaman
Penghijauan di Ternate. Jurnal Bioedukasi. 3(1). Hlm: 285-289.
Saidah, L, dkk. 2018. Peran VAM (Vesicular Arbuscular Mycorrhiza) terhadap
Aktivitas Fotosintetik dan Produksi Osmoprotektan pada Tanaman Kedelai
(Glycine max L.) di Tanah Kering. Jurnal Sains dna Seni ITS. Vol 7 No 2.
Hlm: E47-E52. ISSN: 237-3520 (2301-9128 x Print).
Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB Press.
Sarjani, Tri Mustika., dkk. 2017. Identifikasi Morfologi dna Anatomi Tipe Stomata
Famili Piperacea di Kota Langsa. Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI).
1(2): 182-191. ISSN-p: 2614-0500.
Sujianah, J dna Ali. 2016. Mekanisme Respon Tanaman Padi Terhadap Cekaman
Kekeringan dan Varietas Toleran. Iptek Tanam, Pangan. 11 (1). Hlm: 101-
105.
Yuliati, Ninis dan Evi K. 2017. Analisis Kadar Vitamin C dan Fruktosa pada Buah
Mangga (Mangivera indica L.) Varietas Padang Urang dan Padang Lumut
Metode Spektrofometri UV-VIS. Jurnal Wiyata. Vol 4(1). Hlm: 49-57.
LAMPIRAN